Anda di halaman 1dari 16

TRANSFER PRICING DAN CARA MENANGKAL KECURANGAN

DALAM TRANSAKSI TRANSFER PRICING DENGAN ADVANCED


PRICING AGREEMENT (APA)

Diajukan sebagai Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pengelolaan


Pajak pada Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN Veteran
Yogyakarta

Disusun Oleh :

Nama : Dina Ariesta

NIM : 142150166

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangungan Nasional “Veteran”

Yogyakarta
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
BAB II................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
2.1. Transfer Pricing .................................................................................................. 5
2.1.1. Pengertian Transfer Pricing ........................................................................ 5
2.1.2. Tujuan Transfer Pricing .............................................................................. 5
2.1.3. Metode Transfer Pricing ............................................................................. 6
2.2. Bentuk Indikasi Risiko Transfer Pricing ............................................................. 8
2.3. Menangkal Kecurangan Dalam Transaksi Transfer Pricing ............................... 8
2.4. Menangkal Kecurangan Transfer Pricing Dengan Advanced Pricing Agreement
(APA) 10
BAB III ............................................................................................................................. 15
PENUTUP ........................................................................................................................ 15
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 15
3.2. Saran ................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSATAKA .................................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, kini perusahaan

multinasional yang dahulu menerapkan desentralisasi dalam operasional

perusahaannya berganti menjadi membagi perusahaannya berdasarkan pusat

pertanggungjawaban dengan menerapkan transfer pricing. Dengan

memanfaatkan celah-celah peraturan yang ada, perusahaan multinasional

menggunakan praktik transfer pricing untuk meminimalkan pajaknya. Skema

yang biasa dilakukan oleh perusahaan multinasional adalah dengan

mengalihkan laba mereka dari negara yang tarif pajaknya tinggi ke negara

yang tarif pajaknya rendah. Berdasarkan uraian yang disebutkan sebelumnya

penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai transfer pricing. Seperti yang

dilansir pada kompasiana.com bahwa terdapat indikasi banyak perusahaan

multinasional yang memilih mengalihkan keuntungannya ke Singapura,

karena pajak Singapura yang lebih rendah daripada Indonesia, diketahui

bahwa Indonesia menerapkan tarif pajak 25% sedangkan Singapura 17%.

Pada dasarnya praktik transfer pricing merupakan praktik legal yang biasa

dilakukan perusahaan multinasional dalam menentukan harga penjualan

barang/jasa dalam suatu internal perusahaan, akan tetapi akhir-akhir ini

banyak perusahaan multinasional yang menggunakan modus transfer pricing

sebagai metode penghindaran pajak. Penulis memilih transfer pricing karena

penulis ingin menganalisis apakah bagaimana cara menangkal kecurangan


pada transaksi transfer pricing. Oleh karena itu, dalam artikel ini penulis

memberi judul “TRANSFER PRICING DAN CARA MENANGKAL

KECURANGAN DALAM TRANSAKSI TRANSFER PRICING

DENGAN ADVANCED PRICING AGREEMENT (APA)”.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan transfer pricing?

2. Apa tujuan dari transfer pricing?

3. Apa saja metode yang digunakan dalam transfer pricing?

4. Apa saja bentuk indiikasi risiko transfer pricing?

5. Bagaimana cara menangkal kecurangan transaksi transfer pricing

dengan Advanced Pricing Agreement (APA) ?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari transfer pricing.

2. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari transfer pricing.

3. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam transfer pricing.

4. Untuk mengetahui bentuk indikasi risiko transfer pricing.

5. Untuk mengetahui bagaimana cara menangkal kecurangan

transaksi transfer pricing dengan Advanced Pricing Agreement

(APA).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Transfer Pricing

2.1.1. Pengertian Transfer Pricing

Transfer pricing atau harga transfer dalam pengertiannya

yang bersifat netral merupakan murni strategi dan taktik bisnis

tanpa motif pengurangan beban pajak. Sedangkan, secara peyoratif

mengasumsikan sebagai upaya untuk menghemat beban pajak

dengan taktik, antara lain menggeser laba ke negara yang tarif

pajaknya rendah. Transfer pricing merupakan sebuah istilah untuk

mekanisme penetapan harga yang tidak wajar atas transaksi

penyediaan barang atau penyerahan jasa oleh pihak-pihak yang

memiliki hubungan istimewa (Nurhayati, 2013). Menurut PMK

Nomor 213/PMK.03/2016 transfer pricing atau penetuan harga

transfer adalah penentuan harga dalam transaksi afiliasi, yang

dimaksud dengan transaksi afiliasi adalah transaksi yang dilakukan

wajib pajak dengan pihak afiliasi yaitu pihak yang memiliki

hubungan istimewa dengan wajib pajak.

2.1.2. Tujuan Transfer Pricing

Menurut Suandy (2016:79) tujuan yang ingin dicapai dalam harga

transfer adalah :
a. Memaksimalkan penghasilan global

b. Mengamankan posisi kompetitif anak/cabang perusahaan

dan penetrasi pasar.

c. Mengevaluasi kinerja anak/cabang perusahaan

mancanegara.

d. Menghindarkan pengendalian devisa.

e. Mengatrol kredibilitas asosiasi.

f. Mengurangi risiko moneter.

g. Mengatur arus kas anak/cabang perusahaan yang memadai.

h. Membina hubungan baik dengan administrasi setempat.

i. Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk.

j. Mengurangi risiko pengambilalihan oleh pemerintah.

2.1.3. Metode Transfer Pricing

Menurut Suandy (2016:79) terdapat beberapa metode yang sering

digunakan dalam transfer pricing, yaitu :

a. Penentuan harga transfer berdasarkan biaya

Metode ini biasanya digunakan pada transfer

antarperusahaan yang menggunakan konsep

pertanggungjawaban biaya. Metode ini diterapkan apabila

harga pasar tidak tersedia. Namun, kelemahan dari metode

ini ialah tidak dapat memotivasi dan mengevaluasi kinerja

divisi.

b. Penentuan harga transfer berdasarkan harga pasar


Bertolak belakang dengan basis biaya, metode ini dianggap

dapat mengukur kinerja divisi atau unit dalam satu grup

perusahaan dan dapat merefleksikan keuntungan setiap

produk dan menstimulasi divisi untuk bekerja per basis

kompetisi. Metode ini digunakan apabila pasar perantara

cukup bersaing dan saling ketergantungan antarunit.

c. Penentuan harga transfer berdasarkan negosiasi

Metode ini dilatarbelakangi oleh adanya pengendalian

keuntungan dan pemberian otoritas kepada unit dalam grup

secara memadai. Metode ini biasanya digunakan oleh

perusahaan multinasional pada setiap divisi yang memiliki

perjanjian atau komitmen dalam penetuan harga transfer,

karena hal itu akan mencerminkan prospektif kontrolibilitas

yang inheren dalam pusat pertanggungjawaban kerena

nantinya para divisi akan mempertanggung jawabkan harga

transfer yang dinegosiasikannya (Chandra, 2016). Namun,

kelemahan dari metode ini memakan banyak waktu,

mengulang pemeriksaan, dan revisi harga transfer.

d. Penentuan harga transfer berdasarkan arbitrase

Metode ini menekankan interaksi kedua divisi dan pada

tingkat yang dianggap terbaik bagi kepentingan perusahaan.

Metode ini mengesampingkan tujuan konsep pusat

pertanggungjawaban laba.
2.2. Bentuk Indikasi Risiko Transfer Pricing

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-15/PJ/2018

salah satu indikasi modus ketidakpatuhan wajib pajak yaitu transfer

pricing. Terdapat tujuh (7) indikasi risiko transfer pricing yang dilakukan

wajib pajak, yaitu :

a. Wajib pajak memiliki transaksi dengan lawan transaksi

yang menerapkan tarif pajak efektif lebih rendah.

b. Terdapat indikasi terjadinya skema transaksi yang

melibatkan entitas/pihak yang tidak memiliki substansi

usaha dan/atau tidak menambahkan nilai ekonomis apapun.

c. Wajib pajak memiliki nilai transaksi afiliasi yang isgnifikan

terhadap total peredaran usahanya.

d. Terdapat transaksi intra-group , seperti pemberian jasa,

pemberian royalti.

e. Terdapat transaksi restrukturisasi usaha seperti merger,

akuisisi.

f. Performa keuangan wajib pajak berbeda dengan performa

keuangan industri.

g. Wajib pajak mengalami kerugian selama tiga (3) tahun

pajak dalam jangka waktu lima (5) tahun.

2.3. Menangkal Kecurangan Dalam Transaksi Transfer Pricing

Mayoritas perusahaan multinasional banyak yang melakukan

transfer pricing, hal ini bertujuan untuk mengakali jumlah profit sehingga
mengakibatkan beban pajak dan pembagian dividen menjadi lebih rendah.

Untuk mencegah penghindaran pajak karena transaksi transfer pricing

yang tidak wajar maka Dirjen Pajak mengeluarkan Peraturan Nomor 32

Tahun 2011 mengenai analisis kesebandingan yang dilakukan oleh wajib

pajak atau Direktorat Jenderal Pajak. Prinsip kewajaran dan kelaziman

usaha (arm’s length principle) merupakan prinsip yang mengatur bahwa

kondisi transaksi yang dilakukan antara pihak yang memiliki hubungan

istimewa sama atau sebanding dengan kondisi dalam transaksi yang

dilakukan antara pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa yang

menjadi pembanding, maka harga atau laba dalam transaksi yang

dilakukan antara pihak yang memiliki hubungan istimewa harus sama

dengan atau berada dalam rentang harga atau laba dalam transaksi yang

dilakukan antara pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa yang

menjadi pembanding. Prinsip kewajaran dan kelaziman usaha

mendasarkan harga atau laba atas transaksi yang dilakukan oleh pihak-

pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa ditentukan oleh

kekuatan pasar, sehingga transaksi tersebut mencerminkan harga pasar

yang wajar. Kelaziman usaha (arm’s length principle) dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Melakukan analisis kesebandingan dan menetukan

pembanding. Analisis kesebandingan adalah analisis yang

dilakukan oleh wajib pajak atau Direktorat Jenderal Pajak

atas kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara wajib


pajak dengan pihak yang mempunya hubungan istimewa

untuk diperbandingkan dengan kondisi dalam transaksi

yang dilakukan antara wajib pajak dengan pihak yang tidak

mempunyai hubungan istimewa.

b. Menentukan metode penentuan harga transfer yang tepat.

c. Menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha

berdasarkan hasil analisis kesebandingan dan metode

penentuan harga transfer yang tepat ke dalam transaksi

yang dilakukan antara wajib pajak dengan pihak yang

memiliki hubungan istimewa.

d. Mendokumentasikan setiap langkah dalam menentukan

harga wajar atau laba wajar sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2.4. Menangkal Kecurangan Transfer Pricing Dengan Advanced Pricing

Agreement (APA)

Menurut Suandy (2016:85) Advanced Pricing Agreement (APA)

adalah persetujuan diantara Internal Revenue Service (IRS) dan

perusahaan dengan menggunakan harga-harga transfer untuk menetapkan

harga transfer yang disepakati. Advanced Pricing Agreement (APA)

adalah perjanjian tertulis antara Dirjen Pajak dengan wajib pajak atau

Dirjen Pajak dengan Otoritas Pajak Negara Mitra atau Yurisdiksi Mitra

P3B yang melibatkan Wajib Pajak (PMK No.7/PMK.03/2015). Salah satu

manfaat dari Advanced Pricing Agreement (APA) dapat mencegah praktik


harga transfer yang tidak benar dan semata-mata hanya untuk

menghindari pajak karena dengan Advanced Pricing Agreement (APA)

maka terdapat kesepakatan antara otoritas pajak dengan wajib pajak

mengenai asumsi dalam pencarian pembanding serta penyesuaian yang

harus dilakukan, asumsi kritis terkait kondisi wajib pajak yang mungkin

terjadi di masa depan, dan pemilihan metode yang paling sesuai

digunakan dalam transfer pricing. Adapun metode yang wajar dilakukan

oleh perusahaan multinasional dalam transaksi transfer pricing (Peraturan

Dirjen pajak No 32 Tahun 2011) :

a. Metode Perbandingan Harga Antara Pihak Yang Tidak

Mempunyai Hubungan Istimewa. Metode ini dilakukan

dengan membandingkan harga dalam transaksi yang

dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan

istimewa dengan harga barang atau jasa dalam transaksi

yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai

hubungan istimewa dalam kondisi atau keadaan yang

sebanding.

b. Metode Harga Penjualan Kembali. Metode ini dilakukan

dengan membandingkan harga dalam transaksi suatu

produk yang dilakukan antara pihak-pihak yang

mempunyai hubungan istimewa dengan harga jual kembali

produk tersebut setelah dikurangi laba kotor wajar, yang

mencerminkan fungsi, aset, dan risiko, atas penjualan


kembali produk tersebut kepada pihak lain yang tidak

mempunyai hubungan istimewa.

c. Metode Biaya-Plus (Cost Plus Methode). Metode ini

dilakukan dengan menambahkan tingkat laba kotor wajar

yang diperoleh perusahaan yang sama dari transaksi dengan

pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau

tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan lain dari

transaksi sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai

Hubungan Istimewa pada harga pokok penjualan yang telah

sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha.

d. Metode Pembagian Laba (Profit Split Method). Metode

ini dilakukan dengan mengidentifikasi laba gabungan atas

transaksi afiliasi yang akan dibagi oleh pihak-pihak yang

mempunyai Hubungan Istimewa tersebut dengan

menggunakan dasar yang dapat diterima secara ekonomi

yang memberikan perkiraan pembagian laba yang

selayaknya akan terjadi dan akan tercermin dari

kesepakatan antar pihak-pihak yang tidak mempunyai

Hubungan Istimewa, dengan menggunakan Metode

Kontribusi (Contribution Profit Split Method) atau Metode

Sisa Pembagian Laba (Residual Profit Split Method)

e. Metode Laba Bersih Transaksional. Metode ini

dilakukan dengan membandingkan presentase laba bersih


operasi terhadap biaya, terhadap penjualan, terhadap aktiva,

atau terhadap dasar lainnya atas transaksi antara pihak-

pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan

presentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi

sebanding dengan pihak lain yang tidak mempunyai

Hubungan Istimewa.

Permohonan APA harus dilengkapi dengan dokumen

pendukung meliput :

a. Penjelasan rinci mengenai hasil pembicaraan awal yang

telah dilakukan sebelumnya antara Direktur Jenderal

Pajak dengan Wajib Pajak.

b. Penjelasan rinci mengenai metode Transfer Pricing

yang diusulkan oleh Wajib Pajak, termasuk

dokumentasi yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak.

c. Penjelasan rinci mengenai kondisi yang membentuk

metode Transfer Pricing.

d. Penjelasan rinci dan dokumentasi yang menunjukkan

bahwa penerapan metode Transfer Pricing yang

diusulkan oleh Wajib Pajak memenuhi Prinsip

Kewajaran dan Kelaziman Usaha.

e. Penjelasan rinci mengenai analisis asumsi kritikal

(critical assumptions).

f. Dokumen pendukung terkait lainnya yang diperlukan.


Untuk mencegah terjadinya kecurangan dalam transaksi

transfer pricing, maka Dirjen Pajak mengeluarkan peraturan

mengenai dokumen penentuan harga transfer sebagai dasar

penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha atas

transaksinya dengan pihak yang mempunyai hubungan

istimewa. Dokumen yang harus disediakan, yaitu :

a. Dokumen Induk

b. Dokumen Lokal. Dokumen lokal harus memuat

beberapa informasi sebagai berikut :

 Identitas dan kegiatan usaha yang dilakukan.

 Informasi transaksi afiliasi dan transaksi

independen yang dilakukan.

 Penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman

usaha.

 Informasi keuangan.

 Peristiwa-peristiwa/ kejadian-kejadian/ fakta-

fakta non-keuangan yang memengaruhi

pembentukan harga atau tingkat laba.

c. Laporan per negara


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Transfer pricing atau harga transfer dalam pengertiannya yang

bersifat netral merupakan murni strategi dan taktik bisnis tanpa motif

pengurangan beban pajak. Sedangkan, secara peyoratif mengasumsikan

sebagai upaya untuk menghemat beban pajak dengan taktik, antara lain

menggeser laba ke negara yang tarif pajaknya rendah. Untuk mencegah

penghindaran pajak karena transaksi transfer pricing yang tidak wajar

Advanced Pricing Agreement (APA) maka terdapat kesepakatan antara

otoritas pajak dengan wajib pajak mengenai asumsi dalam pencarian

pembanding serta penyesuaian yang harus dilakukan, asumsi kritis terkait

kondisi wajib pajak yang mungkin terjadi di masa depan, dan pemilihan

metode yang paling sesuai digunakan dalam transfer pricing.

3.2. Saran

Diharapkan dengan adanya aturan yang berlaku dalam transaksi

transfer pricing dapat mengurangi tindak kecurangan yang dilakukan

wajib pajak dalam transfer pricing. Diharapkan juga Dirjen Pajak dapat

lebih mensosialisasikan dan mengajak wajib pajak untuk menerapkan

Advanced Pricing Agreement (APA) karena dalam APA ini sangat

banyak manfaatnya dan dengan adanya APA dapat menguntungkan kedua

belah pihak baik otoritas pajak maupun wajib pajak.


DAFTAR PUSATAKA

Suandy, Erly. 2016. Perencanaan Pajak, Edisi 6. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Peraturan Dirjen Pajak Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Dirjen Pajak Nomor Per-43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip
Kewajaran dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak
Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 7/PMK.03/2015 Tentang
Tata Cara Pembentukan Dan Pelaksanaan Kesepakatan Harga Transfer
(Advanced Pricing Agreement)
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 213/PMK.03.2016
Tentang Jenis Dokumen Dan/Atau Informasi Tambahan Yang Wajib
Disimpan Oleh Wajib Pajak Yang Melakukan Transaksi Dengan Para
Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa Dan Tata Cara
Pengelolaannya
Nurhayati, Indah Dewi. 2013. Evaluasi Atas Perlakuan Perpajakan Terhadap
Transaksi Transfer Pricing Pada Perusahaan Multinasional Di Indonesia.
Jurnal Manajemen dan Akuntansi Volume 2 No. 1, April 2013.
https://www.kompasiana.com/kompaskampus/58b8c532b69373f804571eda/dug
n-transfer-pricing-toyota
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-15/PJ/2018 Tentang Kebijakan
Pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai