Anda di halaman 1dari 18

HOME VISITE

F. 20.3 SKIZOFRENIA TAK TERINCI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa di RSUD Wonosari

Disusun Oleh :

Khaulah Karimah

Eka Febiyanto

Randy Rahmadi R

Diajukan Kepada :

Dr Ida Rochmawati, M.Sc Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA RSUD WONOSARI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016
LEMBAR PENGESAHAN

HOME VISITE

F. 20.3 SKIZOFRENIA TAK TERINCI

Telah dipresentasikan pada tanggal :

Oleh :

Khaulah Karimah

Eka Febiyanto

Randy Rahmadi R

Disetujui oleh :

Dosen pembimbing Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSUD Wonosari

Dr Ida Rochmawati, M.Sc Sp. KJ


BAB I
PENDAHULUAN

I. IDENTITAS
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. A
2. Umur : 34 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Tidak bekerja
6. Alamat : Kajar 3, Wonosari
7. Status : Menikah
8. Tanggal Kunjungan RS : 5 Januari 2015
9. Tanggal Home Visite : 12 Januari 2015

B. IDENTITAS KELUARGA PASIEN


1. Nama : Ny. Panikem
2. Umur : 73 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Alamat : Kajar 3, Wonosari
7. Status : Menikah
8. Hubungan dengan pasien : Ibu

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Ibu pasien datang ke Poli Jiwa RSUD Wonosari untuk kontrol rutin anaknya
karena sering bicara kacau, mengganggu tetangga dan senyum-senyum sendiri.
Kondisi pasien saat ini tidak memungkinkan dibawa ke RS.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Menurut penuturan ibunya, pasien dirumah sering bicara kacau, mengganggu


tetangga dan senyum-senyum sendiri. Keluhan seperti ini menurut keluarga muncul
sejak ± 12 tahun yang lalu tepatnya tahun 2003. Pasien mulai rutin kontrol ke poli
jiwa RSUD wonosari sejak 3 tahun belakangan ini dan kondisinya makin membaik
namun belum stabil. Dulu pasien sering mengamuk namun sudah 1 tahun terakhir
pasien sudah tidak pernah mengamuk. Kondisi pasien di rumah saat dokter muda
berkunjung sangat bahagia dan antusias. Pasien antusias bersalaman,
memperkenalkan diri dan menceritakan tentang dirinya sebagai ‘Tuhan’. Menurut
keluarga sehari-harinya pasien menganggap dirinya ‘Tuhan’ dan mengganggap
tulisan bismillah pada lemari dirumahnya adalah ‘Tuhan’ juga. Bicara pasien masih
kacau, tidak dapat dipercaya dan ditemukan waham kebesaran pada setiap
pembicaraannya. Pasien juga tidak bisa diam selalu bergerak kesana kemari, suka
melakukan gerak-gerakan aneh dan tindakan yang tidak sewajarnya. Misalnya, saat
sholat, pasien menambahkan gerakan-gerakan lain atau mencuci tangan dengan air
teh. Selain itu menurut keluarga, pasien sering mengganggu tetangga, misalnya
melempar makanan ke pintu rumah tetangganya atau bermain air keran di musholla
hingga banjir. Terkadang juga ditemukan gerakan autistic pada pasien, yaitu berbicara
sendiri seakan memiliki lawan bicara dan tersenyum sendiri.

Kondisi ini jauh lebih baik dari sebelumnya yang sering mengamuk. Namun
belakangan ini keluarga sedikit mengalami kesulitan dalam mengawasi pola makan
pasien sehari-hari. Pasien sehari-hari sering mencuri minuman berenergi di warung
sehingga efek obat tidak maksimal. Hal ini membuat pasien makin hiperaktif dan
melakukan hal-hal yang tidak wajar. Pada pasien tidak ditemukan sama sekali raut
muka sedih ataupun penarikan diri di lingkungan. Daya ingat masa lalu pasien masih
baik. Rawat diri pasien baik, bahkan pasien sering mandi hingga 5x sehari dan
membiarkan dirinya selalu basah. Pasien tipe orang yang pemilih dalam hal makanan,
apabila dia suka maka akan dihabiskan tapi apabila tidak suka akan ia lempar ke
sudut rumah.

Saat ditanya pada keluarga penyebab pasien bisa mengeluh seperti itu, menurut
keluarga merupakan sesuatu keturunan sejak lahir karena hingga saat ini keluarga
tidak mengetahui penyebab keluhan pasien tetapi ada keluarga yang mengalami hal
serupa. Hanya saja saat pasien duduk di bangku SD seringkali tidak naik kelas. Saat
kelas 5 SD pihak sekolah meminta ibu pasien untuk datang ke sekolah dan
menyampaikan bahwa ada kecurigaan sesuatu yang tidak beres pada anaknya dan
meminta ibunya memindahkan anaknya ke sekolah luar biasa. Tetapi karena
permintaan anaknya yang malu karena tidak lulus-lulus juga sedangkan teman
temannya sudah lulus, akhirnya tidak dipindahkan namun berhenti sekolah. Setelah
beberapa tahun menganggur pasien sempat beajar agama secara otodidak dan
menelan mentah-mentah semua pelajarannya. Karena menurut keluarga, bicaranya
yang kacau tentang tuhan, surga, neraka dan pelajaran agama lainnya yang ia sering
bicarakan adalah akibat dari sempat belajar agama yang otodidak tersebut. Perilaku
pasien sebelum tahun 2003 juga mulai menunjukkan hal-hal yang aneh, namun belum
sampai mengganggu. Hingga akhirnya tahun 2003 pasien pertama kali mengamuk
dan dibawa ke RS jogja.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


a) Riwayat gangguan jiwa sebelumnya : Menurut keluarga, perilaku pasien
sudah mulai ada sesuatu yang berbeda saat pasien kecil hingga puncaknya
pada tahun 2003 pasien mulai mengamuk. Saat itu keluarga langsung
membawa pasien ke RS Jiwa Puri Nirmala Yogyakarta dan mondok 1 bulan.
Setelah itu pasien keluar dan disarankan untuk berobat rutin dan kontrol di RS
Jiwa Puri Nirmala Yogyakarta. Pasien sempat masuk RS Jiwa lagi karena
kambuh yakni sering mengamuk. Untuk berapa lamanya pasien dirawat,
keluarga tidak ingat. Untuk minum obat, keluarga mengaku selalu rutin
meminumkan obat dan tidak pernah putus obat. Menurut keluarga sudah 4x
pasien keluar masuk RS Jiwa, 3x di RS Jiwa Puri Nirmala dan yang terakhir
tahun 2014 lalu selama 2 bulan di RS Jiwa Ghrasia Yogyakarta. Dulu pasien
dirawat oleh dokter spesialis jiwa di RS Jiwa Ghrasia Yogyakarta tetapi
sekarang menjalani pengobatan di RSUD Wonosari.
b) Riwayat gangguan medis
 Riwayat cidera kepala : disangkal
 Riwayat kejang : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
c) Riwayat Penyalahgunaan Obat / Zat
 Riwayat merokok : disangkal
 Riwayat alcohol : disangkal
 Riwayat konsumsi narkoba : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat gangguan jiwa di keluarga : (+) kakak dari ibu pasien
Riwayat Hipertensi, DM, dan penyakit kronis lainnya dikeluarga disangkal.

Genogram :

Keterangan :

: Pasien

: Penyakit serupa
E. Riwayat Perkembangan
Pasien dalam keseharian tinggal bersama keluarga besarnya yaitu bersama kedua
orangtuanya dan keluarga kakak laki-lakinya. Kakak perempuannya tinggal di
Jakarta. Pasien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara.
1. Prenatal dan perinatal
Pasien lahir secara normal ditolong dukun bayi, langsung menangis, cukup
bulan, berat badan lahir tidak diketahui menurut ibunya.
2. Early childhood (0-3 tahun)
Menurut ibunya saat masih kecil, perkembangan pasien sama dengan
perkembangan anak seusianya. Pasien juga tidak pernah menderita sakit yang
parah.
3. Middle childhood
Pasien mulai menunjukkan perilaku aneh, bicara kacau daan kemampuan
belajar yang tidak sama seperti teman seusianya. Pasien tidak naik kelas 4x
dan berhenti sekolah saat kelas 5 sd dikarenakan guru disekolahnya menilai
perilaku yang semakin tidak wajar dan berniat memindahkan ke sekolah luar
biasa.
4. Late childhood
Pasien berhenti sekolah sejak kelas 5 sd dan setelah itu pasien sering
mempelajari agama sendiri dirumah.
5. Adult
 Riwayat Pernikahan : Pasien sebelumnya sudah pernah menikah
namun sudah lama bercerai. Usia pernikahan hanya 1 bulan. Karena
saat menikah aktivitas seks pasien meningkat yaitu meminta
berhubungan suami istri sehari 8x dan akan mengamuk apabila istrinya
menolak, lalu setelah 1 bulan pernikahan istrinya kabur dari rumah dan
meminta bercerai. Kondisi pasien sebelum menikah sempat stabil
karena rutin meminum obat dan saat itu istrinya menerima keadaan
pasien. Saat ini pasien masih mengingat nama mantan istri pasien dan
kebetulan tetangga rumah pasien ada yang namanya sama dengan
mantan istri pasien, pasien sering mengejar-ngejar tetangganya
tersebut. Dari pernikahannya pasien belum di karuniai anak.
 Sejarah pendidikan : Pasien hanya bersekolah sampai kelas 5 sd
 Riwayat pekerjaan : Pasien belum pernah bekerja. Sehari-hari
pasien terkadang membantu bapaknya di ladang. Namun keluarga
sering melarang, karena apabila pasien kelelahan biasanya memicu
pasien mengamuk dan kondisinya kembali tidak stabil.
 Agama : Pasien beragama islam, sering sholat namun dengan
menambahkan gerakan-gerakan aneh, kadang mengikuti sholat
berjamaah di musholla walaupun akhirnya membuat kacau seperti
bermain air wudhu hingga banjir, sering bicara mengenai bahwa
dirinya ‘Tuhan’ dan membicarakan surga, neraka dan kematian. Pasien
juga sering menirukan adzan apabila ada suara adzan dari masjid.
 Aktifitas sosial : pasien sering keluar rumah dan berkunjung ke
tetangga namun hampir semua tetangga merasa risih dan terganggu.
Sering pasien menggodai wanita apabila ada yang lewat didepannya,
meminta berkenalan dan apabila wanita itu menolak pasien akan
memaki-maki dengan kata kasar.
 Situasi kehidupan sekarang : Pasien hidup bersama kedua orangtuanya
dan keluarga dari kakak laki-lakinya yang sangat mendukung dan
peduli dengan pengobatan pasien, terutama ibu pasien yang tiap hari
membujuk untuk minum obat. Namun saat ini ibu pasien merasa
menantunya sangat tidak mendukung kesembuhan pasien karena lebih
sering marah-marah dan tidak mengerti kondisi pasien. Selain itu ibu
pasien merasa tidak ada dari pihak keluarga yang membantu untuk
meminumkan obat sedangkan ibu pasien sudah sangat tua dan berpikir
apabila beliau tidak ada, siapa yang akan membujuk anaknya tiap hari
untuk minum obat.

F. Persepsi (Tanggapan) Pasien Tentang Dirinya dan Kehidupannya


Pasien tidak merasa dirinya sakit dan tidak sadar dengan segala yang
dilakukan dan dikatakannya.

G. Situasi Sekarang
Pasien tinggal dilingkungan pedesaan, rumah pasien berukuran ± 12 m x 5 m,
pasien sendiri tinggal bersama kedua orangtuanya dan keluarga kakak laki-
lakinya. Ayah pasien sehari-hari bekerja di lading dan ibunya sepanjang hari
dirumah karena merupakan ibu rumah tangga. Lingkungan tempat tinggal pasien
tampak aman dan jauh dari keramaian.

H. Pemeriksaan Status Mental (12 Januari 2016)


1. Deskripsi Umum
 Penampilan : Laki-laki dengan memakai kaos kotak-kotak,
celana hitam kebesaran dengan kopiah abu-abu bergaris. Penampilan
sesuai umur dan rawat diri cukup baik.
 Pembicaraan : Spontan, volume besar, inkoheren, artikulasi jelas,
produktivitas cukup, hendaya bahasa tidak ada, namun pasien sering
sengaja mengubah akhiran kata. Misal : jawa timur menjadi jawa
timah
 Psikomotor : Pasien tidak bias diam dan membasahi tubuhnya
dengan air
 Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif, kontak mata tidak adekuat
2. Kesadaran :
Compos Mentis, GCS E4V5M6
3. Alam Perasaan :
Mood : Stabil
Afek : Normoafek
Keserasian : Appropiate
4. Gangguan Persepsi
Halusinasi : visual (-) auditorik (-) taktil (-)
Ilusi : tidak ada
Derealisasi : tidak ada
5. Proses Pikir
1) Bentuk Pikir : non realistis
2) Isi pikir :
 Waham kebesaran (+)
 Obsesi : tidak ada
 Fantasi : tidak ada
 Preokupasi : tidak ada
 Arus Pikir : produktivitas cukup, kontinuitas lancer, hendaya
bahsa tidak ada
6. Kesadaran dan Kognisi
1) Orientasi : Orang/Tempat/ Waktu baik
2) Daya Ingat :
 Jangka segera : tidak baik, pasien tidak ingat dengan nama
pemeriksa yang dikenalkan saat awal pembicaraan tapi malah
menyebutkan nama lain
 Jangka pendek : baik, pasien mampu menyebutkan apa
yang pasien makan
 Jangka panjang : baik, pasien dapat menyebutkan nama
teman-temannya saat SD dan nama manta istri pasien
3) Kemampuan abstrak : terganggu
4) Daya Konsentrasi dan Perhatian :
 Konsentrasi : tidak baik, pasien tidak bisa duduk diam
melakukan suatu yang cukup lama
 Perhatian : tidak baik, mudah teralihkan
7. Pengendalian impuls : tidak baik
8. Tilikan diri : derajat 1 yaitu sama sekali menyangkal terhadap
sakitnya karena tidak mau setiap diajak ke RS karena merasa tidak sakit
9. Taraf dapat dipercaya : tidak dapat dipercaya
10. Daya nilai :
 Realistis : terganggu
 Norma Sosial : terganggu, sering mengganggu tetangga

I. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
2) Tanda-tanda Vital
 Tekanan Darah : 110/80 mmHg
 Nadi : 96x/menit
 Respirasi Rate : 20x/menit
 Temperature : 36,2°C
3) Pemeriksaan Kepala
 Bentuk Kepala : Mesochepal, rambut hitam
 Wajah : Simetris
 Mata : Konjunctiva anemis -/- , pupil isokor
 Telinga : Sekret -/-, nyeri -/-
 Hidung : Sekret -/-, perdarahan -/-
 Mulut : Sianosis -, bibir kering –
4) Pemeriksaan Lehe : PKGB -, JVP normal
5) Pemeriksaan Thoraks :
Pulmo
 Inspeksi : Simetris
 Palpasi : Nyeri tekan –
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+ suara tambahan -/-

Cor

 Inspeksi : Kuat angkat -


 Palpasi : Iktus cordis tidak tampak
 Perkusi : Batas jantung tidak melebar
 Auskultasi : BJ I-II regular, bising jantung –
6) Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : Flat, defans (-), massa (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Perkusi : Tympani
 Palpasi : Supel
7) Pemeriksaan Ekstremitas Atas : Akral hangat, sianosis -/-
8) Pemeriksaan Ekstremitas Bawah : Akral hangat, sianosis -/-
9) Pemeriksaan Neurologi :
 Fungsi Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
 Fungsi Luhur : baik
 Fungsi Kognitif : dalam batas normal
 Fungsi Sensori : dalam batas normal
 Fungsi Motoris :
Kekuatan
5 5
5 5

Tonus
N N
N N

J. Ikhtisar Penemuan Bermakna


 Pasien sering bicara dan tersenyum sendiri seolah ada lawan bicara
 Pasien sering merasa bahwa dirinya adalah ‘Tuhan’ dan tulisan bismillah
pada lemari rumahnya juga ‘Tuhan’
 Pasien sering bicara ingin mati karena ingin segera masuk surga dan
bicara tentang agama
 Pasien tidak bisa diam bergerak kesana kemari dan bicara yang kacau
 Pasien seringkali membasahi tubuhnya dan bermain air dalam waktu yang
lama
 Pasien sering mengganggu tetangga dengan melempar makanan ke pintu
atau memaksa berkenalan perempuan yang lewat rumahnya dan apabila
tidak mau mengumpat dengan kata-kata kasar
 Pasien sering mengganggu tetangganya yang namanya sama dengan nama
mantan istrinya
K. Formulasi Diagnostik
Pada pasien ini terdapat gejala-gejala positif dan negatif yang muncul
sesuai dengan criteria umum skizofrenia. Adanya waham kebesaran yang
menonjol merupakan gejala tambahan yang mengarah ke skizofrenia tipe
paranoid, akan tetapi pasien juga menunjukkan gejala seperti sering tertawa
sendiri dan senyum sendiri, bicara kacau atau inkoheren dimana gejala tersebut
mengarah kepada skizofrenia hebrefenik. Diagnosis skizofrenia tipe hebrefenik
pada pasien dapat disingkirkan karena tipe hebrefenik biasanya waham tidak
menonjol dan pada tipe ini pasien lebih senang menyendiri.
Pasein ini sudah lama menderita skizofrenia yaitu lebih dari satu tahun dan
sudah dapat pengobatan, namun waham pasien masih tetap menonjol dan gejala
negative pada pasien ini tidak terlalu menonjol sehingga diagnosis skizofrenia tipe
residual dapat disingkirkan karena syaratnya pada tipe ini waham dan halusinasi
dalam kurun waktu 1 tahun sudah berkurang dan gejala negative dari skizofrenia
menonjol. Maka dari itu tidak terpenuhinya criteria untuk diagnosis skizofrenia
tipe paranoid, hebrefenik dan residul dapat mengarah ke diagnosis skizofrenia tak
terinci.

L. Diagnosis Multiaksial
1) Axis 1 : F. 20.3 Skizofrenia tak terinci
2) Axis II : Diagnosis Axis II tidak ditemukan
3) Axis III : Diagnosis Axis III tidak ditemukan
4) Axis IV : Masalah psikososial dan lingkungan lain
5) Axis V : GAF 40-31
M. Diagnosis Banding
F. 20.0 Skizofrenia Paranoid
F. 20.1 Skizofrenia Hebrefenik
F. 20.5 Skizofrenia Residual
N. Terapi
1. Non Farmakologis
 Edukasi keluarga untuk tetap rajin kontrol dan meminumkan obat
2. Farmakologis
 Antipsikotik : Risperidon 2 mg 2 x ½
 Antimania : Depakote 500 mg 1x1

Risperidone termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole.


Risperidone merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan
afinitas tinggi terhadap reseptor serotoninergik 5 -HT 2 dan
dopaminergik D2. Risperidone berikatan dengan reseptor α1 -
adenergik. Risperidon tidak memiliki afinitas terhadap reseptor
kolinergik. Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat,
dimana dapat memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal tersebut
dapat mengurangi depresi aktivitas motorikdan induksi katalapsi
dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin dan dopamine
sentral yang seimbang dapat mengurangi kecenderugan efek samping
ekstrapiramidal.

Farmakokinetik risperidone yakni obat tersebut di absorbs


sempurna setelah pemberian oral, konsentrasi plasma puncak dicapa i
setelah 1- 2 jam. Absorbsi risperidone tidak dipengaruhi oleh makanan.
Waktu paruh eliminasi dari fraksi antipsikotik yang aktif adalah 24
jam.

Antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala psikotik


(misalnya gaduh, gelisah, agitatif, halusinasi, waham, dll). Pasien
psikotik yang agitatif mengancam dan cenderung merusak dirinya dan
orang lain, sehingga membutuhkan terapi yang efektif aman dan efek
yang cepat (segera). Biasanya dilakukan tranquiliser cepat atau rapid
transquiliser, yaitu pemberian sejumlah antipsikotik dengan
intervalwaktu yang pendek untuk segera mengatasi keadaannya. Obat
diberikan secara parenteral biasanya IM, misalnya chlorpromazine 25 -
50, haloperidol 5 mg IM.

Antipsikotik untuk orang yang ada di Indonesia terbagi menjadi


dua yaitu tipikal dan atipikal. Antipsikotik tipikal adalah antipsikotik
golongan pertama yang memperbaiki gejala positif skizofrenia namun
umumnya tidak memperbaiki gejala negativ e, contoh dari obat
antipsikotik tipikal adalah CPZ, Thioridazen, Flufenazine,
Perdenazine, Trifluoperazine, Haloperidol.

Antipsikotik atipikal adalah merupakan obat antipsikotik


generasi kedua yang lebih aman dan menguntungkan daripada
antipsikotik tipikal karena :

 Pada dosis terapeutik sangat menimbulkan gejala ekstrapiramidal


 Dapat memperbaiki gejala positif dan negtaif dari skizofrenia dan
lebih mengobati pasien yang resisten
 Sangat sedikit menimbulkan gangguan pada kognitif dan malah
memperbaiki kognitif

Contoh dari obat ini adalah klozapin, olanzapin, quetiapin, risperidone,


aripiprazole. Pemilihan obat antipsikotik oral :

 Tergantung kebutuhan pasien, misalnya pasien yang sulit tidur


diberikan obat sedative yang kuat, sedangkan pasien yang butuh
bekerja atau sekolah diberikan obat dengan efek sedasi yang lemah
 Tergantung juga dari segi ekonomi
 Efektivitas klinis antipsikotik, bersifat individual dan tergantung dari
berat dan lamanya sakit.

Mania ditandai dengan aktivitas fisik yang berlebihan dan perasaan


gembira yang luar biasa yang secara keseluruhan tidak sebanding dengan
peristiwa positif yang terjadi. Obat yang digunakan untuk mengobati mania
disebut mood modulators, mood stabilizer atau anti mania. Penderita mania
mengalami elasi (suasana perasaan yang meningkat) disertai dengan energi yang
meningkat, sehingga terjadi aktivitas yang berlebihan, percepatan, kebanyakan
bicara dan berkurangnya kebutuhan tidur. Pengendalian yang normal dalam
kelakuan sosial terlepas, perhatian terpusat tidak dapat dipertahankan dan sering
kali perhatian sangat mudah dialihkan. Kadang juga dapat ditemukan harga diri
yang membumbung, pemikiran yang serba hebat dan terlalu optimistis dinyatakan
dengan bebas. Tujuan dari penatalaksanaan mania adalah menekan secara
menyeluruh semua gejala-gejala yang muncul dan mengembalikan pasien ke
keadaaan dan status mental sebelumnya (keadaan paling baik). Mood, pikiran,
dan kebiasaan harus dikembalikan ke kondisi normal, meskipun beberapa gejala
mempunyai tingkat keparahan yang berbeda.

Obat antimania yang digunakan adalah Natrium divalproex. Natrium


divalproex adalah obat antikonvulsan, namun juga digunakan dalam terapi mania
dan untuk membantu mencegah sakit kepala migrain. Di Amerika Serikat dijual
dengan berbagai nama dagang seperti Depacon, Depakene, Depakote dan
Depakote sprinkle. Obat ini secara kimia dibentuk oleh gabungan antara natrium
valproat dan asam valproat dengan perbandingan 1 : 1. Pertama kali ditemukan
pada tahun 1963 mempunyai efek sebagai antikonvulsan dan pada tahun 1978
diperbolehkan digunakan di Amerika Serikat. Melalui penelitian yang dlakukan
pada tahun 1995 ditemukan bahwa natrium divalproex juga efektif sebagai
antimanik. Natrium divalproex juga merupakan alternatif terapi yang penting
sebagai pengganti lithium dalam penggunaan dengan tujuan pemeliharaan untuk
kasus-kasus gangguan bipolar (terutama pada pasien dengansiklus berulang),
penderita dengan riwayat disforia atau mania campuran, gangguan anxietas, atau
penyakit otak organic. Sedian natrium divalproex tersedia dalam tablet 125 mg,
250 mg, 500 mg, bentuk kapsul 125 mg dan bentuk sirup 250 mg per 5 ml. Untuk
penanganan mania, terapi diawali dengan dosis harian 750 mg. pada beberapa
pasien dosis harus ditingkatkan sampai 1000 mg per hari.
O. Prognosis
Prognosis pasien tergantung beberapa hal antara lain waktu munculnya gejala atau
onset, kejelasan factor pemicu, kehidupan premorbidnya, status pernikahan,
riwayat klinis keluarga, serta keadekuatan pendukung.

Prognosis yang positif Prognosis yang negative


 Onset pada usia lebih lanjut  Onset lebih awal
 Faktor pencetus jelas  Faktor pencetus tidak jelas
 Premorbid yang baik dalam  Premorbid yang kurang baik
bidang social, pekerjaan, dan  Fase prodromal lebih lama
seksual  Tingkah laku autistic menarik
 Fase prodromal singkat diri
 Gejala-gejala mood disorder  Lajang, bercerai atau
(terutama gangguan depresif) pasangannya telah meninggal
 Menikah  Riwayat keluarga dengan
 Riwayat keluarga dengan mood skizofrenia
disorder  Sistem pendukung yang buruk
 Sistem pendukung yang baik  Simtom negative
 Simptom negatif  Gejala dan tanda neurologis
 Riwayat gangguan perinatal
 Tidak remisi selama 3 tahun
 Sering kambuh
 Riwayat serangan berulang

Menurut table diatas prognosis pasien ini mengarah ke prognosis yang negative.
P. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai