Step1
1. Ergonomi
-Ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitanya dalam pekerjaan,
(menyesuaikan kondisi kerja dengan pekerjanya).
-Ilmu yang menyesuaikan peralatan kerja dengan tenaga kerjanya sehingga
tercampai K3
2. Hiperkes
Higine perusahaan dan kesehatan kerja yang meliputi pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja melalui pengobatan,
perawatan, serta menciptakan higine perusahaan yang memenuhi syarat
3. K3
Kesehatan Keselamatan Kerja, adlaah program yang dibuat oleh suatu
perusahaan untuk mencegah kecelakaan kerja dengan menggali hal-hal
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan sehingga bisa melakakukan hal-
hal yang bersifat antisipatif.
4. Toksikologi industri
Suatu bahan kimia sebagai faktor penyakit akibat kerja
5. PAK
Penyakit akibat kerja, merupakan penyakit yang ditimbulkan akibat paparan
saat bekerja
Step2
1. Apa saja tujuan dan ruang lingkup Hiperkes?
2. Apa usaha-usaha dari Hiperkes?
3. Apa saja aspek-aspek dari hiperkes?
4. Apa saja tujuan dan ruang lingkup ergonomi ?
5. Apa saja tujuan dan ruang lingkup kesehatan keselamatan kerja?
6. Apa syarat keselamatan kerja?
7. Apa yang dimaksud dengan PAK dan bagaimana bisa mendiagnosis PAK?
8. Apa tugas pokok dan ruang lingkup dari dokter perusahaan?
9. Sebutkan penyebab dan toksikologi industri?
Step3
1. Apa saja tujuan dan ruang lingkup Hiperkes?
Tujuan umum
Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktiv
Tujuan khusus
- Agar masyarakat pekerja dapat mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya baik fisik mental sosial
- Agar masyarakat sekitar perusaahan terlindungi oleh bahaya bahan-
bahan perusahaan
- Agar hasil produksi kesehatan tidak membahayakan kesehatan
masyarakat konsumennya
- Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas karyawan meningkat, dan
dengan demikian akan meningkat pula produksi kesehatan.
Ruang lingkup
- Ilmu kedokteran kerja (OCCUPATIONAL MEDICINE)
- Ilmu higine perusaahan (INDUSTRIAL HYGIENE)
- Ilmu keracunan perusaahan (INDUSTRIAL TOXICOLOGY)
- Ilmu faal kerja dan lingkungan (WORDL and ENVIRONMENTAL
PHYSIOLOGY)
- Ilmu jiwa perusaahan
- Ilmu perawatan perusaahan
- Ilmu keselamatan kerja
Yang dilakukan :
a. Preventif
b. Kuratif
c. Pengamanan bahaya oleh proses produksi
d. Penyesuain alat dan tenaga kerja
Ruang lingkup :
- Kesehatan dan keselamatan kerja akan diterapkan disemua tempat kerja
- Aspek perlingungan:
a. Tenaga kerja
b. Peralatan dan bahan
c. Faktor lingkungan kerja
d. Proses produksi
e. Karakteristik dan sifat pekerjaan
f. Teknologi dan metodologi kerja
7. Apa yang dimaksud dengan PAK dan bagaimana bisa mendiagnosis PAK?
Pengertian :
Merupakan suatu penyakit yang mempunyai hubungan spesifik dengan
pekerjaan, biasanya mengenai tenaga kerja yang terpapar agent (bahan-
bahan saat kerja, efek bahan produksi, lingkugan kerja) mengakibatkan
suatu penyakit (ex : asbetosis)
Pemerintah
Hiperkes
Aspek
kesehatan
K3
Higine perusaahan
Ergonomis
2) Rekognisi
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya
lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode yang
sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan bias dipertanggung
jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini kita melakukan pengenalan dan
pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran
(partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat, dll .
Adapun tujuan dari rekognisi adalah :
Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan,
efek, severity, pola pajanan, besaran)
Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko
Mengetahui pekerja yang berisiko
3) Evaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan
sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat
ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta
membandingkan hasil pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga dapat
ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau tidaknya
korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya ,
serta sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja.
Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :
Untuk mengetahui tingkat risiko
Untuk mengetahui pajanan pada pekerja
Untuk memenuhi peraturan (legal aspek)
Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan
Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja
Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik
4) Pengontrolan
Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:
Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta
menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi bahaya.
Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau
asap, dan mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan kerja
dengan mengubah beberapa
peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan
baku yang diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan
potensi bahayanya.
Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja
dengan menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja
yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar,
Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi
pada faktor lingkungan kerja selain pekerja
Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.,
Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang
kurang berbahaya,
Proses kerja ditempatkan terpisah,
Menempatan ventilasi local/umum.
Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi
pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja
Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan
sumber bahaya
Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari hirarki
pengendalian. Jenis-jenis alat pelindung diri Alat pelindung diri
diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena
resiko dari bahaya.
Usaha / upaya
o Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja.
o Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja.
o Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktivitas
tenaga kerja.
o Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja.
o Pemeliharaan-pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi
perusahaan pada umumnya.
o Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar
terhindar dari pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang
bersangkutan.
o Perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya-bahaya yang
mungkin ditimbulkan oleh hasil-hasil produksi perusahaan.
(Ilmu Kesehatan Masyarakat, dr. Indan Entjang)
Aspek hiperkes :
1. Higiene Perusahaan
fokus pada upaya pengenalan/identifikasi, penilaian/pengujian,
pemantauan faktor lingkungan tenaga kerja
2. Ergonomic
kelilmuan & aplikasinya dalam sistem/desain kerja, penserasian manusia
& pekerjaannya, pencegahan kelelahan, untuk tercapai efisiensi &
efektifitas pekerjaan
3. Kesehatan kerja
– meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja
– mll upaya peningkatan kesehatan
– upaya pencegahan gangguan kesehatan
– thd penyakit akibat pekerjaan/tempat kerja
4. Keselamatan kerja
– Ilmu & penerapan terkait mesin, alat, bahan, & proses kerja
– Untuk menjamin keselamatan tenaga kerja & seluruh aset produksi
agar terhindar dari kecelakaan kerja/kerugian lainnya
7. Apa yang dimaksud dengan PAK dan bagaimana bisa mendiagnosis PAK?
KHUSUS
1. Membuat diagnosis penyakit akibat kerja(penyakit yang timbul karena
hubungan
kerja) dan atau penyakit lain yang berkaitan dengan pekerjaan serta
mengobati
dan atau melakukan tindakan-tindakan lain dalam keselamatan dan
kesehatan
kerja(K3) yang pelaksanaannya mungkin dilakukan bekerja sama dengan
spesi-
alis lain dan atau pihak lain;
2. Membuat diagnosis dan menilai kecacatan akibat kecelakaan kerja dan
atau
penyakit akibat kerja yang pelaksanaannya mungkin dilakukan bekerja
sama
dengan spesialis dan atau pihak lain;
3. Menilai dan menetapkan ada tidak adanya efek pekerjaan atau lingkungan
kerja
terhadap kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan;
4. Menilai dan menetapkan batas sehat pemaparan kerja terhadap faktor
dalam
pekerjaan atau lingkungan kerja bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
5. Menilai dan menetapkan pekerjaan yang sesuai dengan kondisi
kesehatan
tenaga kerja yang bersangkutan;
Secara umum, tugas seorang dokter perusahaan dapat dibagi dalam empat
ruang lingkup: medis, teknis lingkungan kerja, teknis administratif, dan
lingkungan sosial.
A. Medis
Fungsi dasar seorang dokter sebagai seorang praktisi kesehatan adalah untuk
menjalankan program pelayanan kesehatan. Untuk seorang dokter perusahaan,
ruang lingkup kerjanya termasuk pemeriksaan kesehatan, perawatan dan
rehabilitasi, serta pencegahan penyakit umum
1. Pengukuran
Seorang dokter perusahaan juga harus memiliki pengetahuan tentang alat ukur
dan standar keadaan lingkungan, termasuk diantaranya keadaan iklim, bising,
pencahayaan dan lain-lain. Pengetahuan ini bermanfaat untuk mengetahui
pengaruh lingkungan terhadap kesehatan pekerja. Namun, seorang dokter
perusahaan juga harus mengetahui batas cakupan disiplin ilmunya dan
melakukan konsultasi pada ahli higiene industri untuk melakukan pengukuran
pada keadaan yang lebih spesifik. Pengukuran dapat dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif.
C. Teknis Administratif
D. Tugas Sosial
A. SILICOSIS
Silicosis adalãh penyakit yang paling penting dari golongan pneumokoniasis.
Penyebabnya adalah silica hebas (SiO2) yang terdapat pada debu yang dihirup
waktu bernafas dan ditimbun dalam paru-paru. Tidaklah boleh dilupakan,
bahwa silica bebas berlainan dengan garam-garam silicat yang tidak
rnenyebabkan silicosis. Penyakit ini biasanya terdápat pada pekerja-pekerja di
perusahaan yang menghasilkan batu-batu untuk bangunan, di perusahaan
granit, di perusahaan keramik, di tambang timah putih, di tambang besi, di
tambang batu bara, di perusahaan tempat menggerinda besi, di pabrik besi
dan baja, dalam proses “sandblasting’, dan lain-lain. Singkatnya, penyakit
tersebut selalu mungkin terdapat pada pekerja yang menghirup debu dengan
silica bebas di dalamnya.
Masa inkubasi silicosis adalah 2-4 tahun. Sebagaimana umumnya berlaku
untuk penyakit-penyakit, masa inkubasi ini sangat tergantung dari banyaknya
debu dan kadar silica bebas di dalam debu tesebut. Makin banyak silica bebas
yang dihirup ke dalam paru-paru, makin pendek masa inkubasi penyakit
silicosis. Silicosis digolongkan menurut tingkat sakit penyakit tersebut, yaitu
tingkat pertama, kedua, dan ketiga, atau masing-masing disebut pula tingkat
ringan, sedang, dan berat.
1. Tingkat pertama atau silicosis ringan
Ditandai dengan sesak nafas (dyspnea) ketika bekerja, mula-mula ringan.
kemudian bertambah berat. Sepanjang tingkat sakit demikian, dyspnea
merupakan tanda terpenting. Batuk-batuk mungkin sudah terdapat pada
fase pertama ini, tetapi biasanya kering, tidak berdahak. Keadaan umum
penderita masih baik. Gejala-gejala klinis paru-paru sangat sedikit.
Pengembangan paru-paru sedikit terganggu, atau t.idak sama sekali. Suara
pernafasan dãlam batas normal. Biasanya gangguan kemampuan bekerja
sedikit sekali atau tidak ada. Mungkin pada pekerja berusia lanjut didapati
hyperesonansi oleh karena emphysema. Gambaran rontgen menunjukkan
bayangan noduli yang terpisah, bundar dan paling besar diameternya 2
mm. Noduli mungkin terlihat pada sebagian lapangan paru-paru atau pada
seluruhnya, tapi yang penting adalah terpisahnya noduli satu dengan yang
lainnya. Kadang-kadang noduli tertutup oleh bayangan gelap yang
mengesankan adanya emphysema.
B. ANTHRACOSIS
Anthracosis adalah pneumokosis oleh karena debu-debu arang batu. Masa
inkubasi penyakit ini adalah 2-4 tahun. Anthracosis terlihat dalam tiga
gambaran klinis, yaitu anthracosis murni, silicoanthracosis dan
tuberculosilicoanthracosis. Anthracosis murni biasanya lambat menjadi berat
dan tidak begitu berbahaya, kecuali jika terjadi emphysema yang rnungkin
menyebabkan kematian. Pada silicoanthracosis jarang terjadi émphysema.
Pada tuberculosilicanthracosis, selain terdapat ke!ainan paru-paru oleh debu
yang mengandung silica dan arang batu juga oleh basil-basil tubeculosa yang
menyerang paru-paru. Dalam hal ini gambaran klinis tidaklah begitu berbeda
dengan silicosis murni. Riwayat penyakit secara klinis dari anthracosis mungkin
bertahun-tahun. Kadang-kadang penderita tidak memperlihatkan gejala,
walaupun rontgen paru nenunjukkan kelainan-kelainan. Untuk waktu yang
lama gejala yang menonjol hanyalah sesak nafas. Sering kali penderita batuk
dengan dahak kehitaman, gejala tersebut disebut melanoptysis, yang terjadi
bertahun-tahun. Dada penderita menjadi bundar dan ujung-ujung jarinya
membesar (clubbing fingers). Perkusi hyperresonant terdapat di dasar paru,
sedangkan pada auskultasi adalah lemah. Krepitasi terdengar, apabila
penderita dihinggapi bronchitis juga. Pemeriksaan laju endapan darah secara
berkala memperlihatkan hasil-hasil tërus meninggi. Gambaran klinis berakhir
dengan kegagalan jantung kanan atau silicotuberculosis yang menyebabkan
kematian.
Cara-cara pencegahan anthracosis dan komplikasi-komplikasinya adalah
sebagai berikut :
1. Ventilasi penting untuk mengurangi kadar debu di udara.
2. Pemotongan (cutting) arang batu dilakukan secara basah dengan jalan
menyemprotkan air ke rantai alat pemotong pada tempat-tempat rantai
bersentuhan dengan permukaan.
3. Pengeboran basah dengan aliran air bertekanan tinggi ke tempat-tempat
mengebor, pengeboran kering harus dilarang.
4. Membasahi permukaan arang batu dengan air.
5. Memercikkan air ke arang batu yang diangkat, dimuat dan diangkut.
6. Masker debu untuk dipakai pada waktu memasuki tambang sesudah
peledakan. Perlu diingatkan, bahwa umumnya masker-masker ini terbatas
umurnya sesuai dengan effisiensi masker tersebut.
7. Pengukuran kadar debu arang batu di udara tempat kerja
8. Perneriksaan paru-paru berkala untuk diagnosa sedini mungkin.
C. ASBESITOSIS
Asbesitosis adalah salah satu jenis pneumokoniasis yang penyebabnya adalah
asbes. Asbes adalah campuran berbagai silikat, tapi yang terpenting adalah
magnesium silikat. Pekerjaan-pekerjaan dengan bahaya penyakit tersebut
adalah bahan asbes, penenunan dãn pemintalan asbes, reparasi tekstil yang
terbuat dari asbes dan lain-lain. penggunaan asbes untuk keperluan
pembangunan. Kelainan dalam paru-paru tidak berbentuk noduli yang terpisah
satu dengan yang lainnya, melainkan kelainan fibrous yang diffuse dan disertai
penebalan pleura dan juga emphysema. Debu asbes yang dihirup masuk dalam
paru-paru mengalami perubahan menjadi “badan-badan asbestos” oleh
pengendapan-pengendapan fibrin di sekitar serat-serat asbes tersebut, badan-
badan ini pada pemeriksaan mikrôskopis berupa batang dengan panjang
sampai 200 mikrôn. Gejala-gejala asbesitosis adalah sesak nafas, batuk, dan
banyak mengeluarkan dahak. Tanda-tanda fisis adalah cyanosis, pelebaran
ujung-ujung jari, dan krepitasi halus di dasar paru pada auskultasi. Ludah
mengandung badan-badan asbestos yang Baru mempunyai arti untuk diagnosa
apabila terdapat dalam kelompok-kelornpok. Kelainan radiologis lambat
terlihat, sedangkan gejala-gejala telah lebih dahulu tampak. Gambaran
rontgen pada permulaan sakit menunjukkan gambaran “ground glass
appearance’ atau dengan titik-titik halus di basis paru, sedangkan batas-batas
jantung dan diafragma tidaklah jelas. Cara pencegahan asbesitosis antara lain
dengan usaha-usaha :
1. Menurunkan kadar debu di udara.
2. Pada pertambangan asbes, pengeboran harus secara basah.
3. Di perindustrian tekstil dengan menggunakan asbes, harus diadakan
ventilasi setempat atau pompa keluar setempat.
4. Di saat mesin karding dibersihkan, pekerja-pekerja yang tidak bertugas
tidak boleh berada di tempat tersebut, sedangkan petugas memakai alat-
alat perlindungan diri secukupnya.
5. Jika seorang pekerja harus memasuki ruang yang penuh oleh debu asbes, ia
harus memakai alat pernafasan yang memungkinkannya bernafas udara
segar.
6. Sebaiknya pembersihan mesin karding dilakukan secara penghisapan
hampa udara.
7. pendidikan tentang kesehatan dan penerangan tentang bahaya penyakit
kepada pekerja.
D. BYSSINOSIS
Byssinosis adalah pneumokôniosis yang penyebabnya terutama oleh debu
kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri tekstil. Penyakit itu terutama erat
dengan pekerjaan kirding dan blowing, tapi terdapat pula pada pekerjaan-
pekerjaan lainya, bahkan dari prmulaan proses, yaitu pembuangan biji kapas,
sampai pada proses terakhir yaitu penenunan, Masa inkubasi rata-rata
terpendek adalah 5 tahun, yaitu bagi para pekerja pada karding dan blowing.
Bagi para pekerja lainya masá inkubasi ini lebih dari 5 tahun.
E. BERRYLIOSIS
Berryliosis adalah pneumokoniosis yang penyebabnya adalah debu berrylium.
Menghirup udara yang mengandung berrylium berupa logam oksida fluorida
menyebabkan bronchitis dan pneumonitis. Apabila yang dihirup itu adalah
debu silikat dari seng bêrrytium, dan mangan, pada banyak peristiwa terjadi
pneumonitis terlambat atau kemudian, yang dikenal sebagai berryliosis
chronica. Gejala-gejalanya adalah berat badan menurun sangat cepat dan
disertai keluhan sesak nafas. Batuk dan banyak dahak bukan rnerupakan gejala
terpenting pada riwayat penyakit berryliosis. Pernriksaan klinik biasanya tidak
menunjukkan kelainan-kelainan yang luar biasa, tetapi mungkin terdengar
suara-suara tambahan pada auskultasi. Pada keadaan sakit dini gambaran
rontgen memperlihatkan bayangan kabur, tapi kemudian retikuler, dan
akhirnya nodul yang terpisah-pisah serta tersebar.
F. STANNOSIS
Stannosis adalah pneumokoniosis yang tidak begitu berbahaya, yang
penyebabnya adalab debu biji timah putih. Penyakit ini terdapat pada pekerja
yang berhubungan dengan pengolahan biji timah atau industri-industri yang
menggunakan timah putih. Pada stannosis biasanya tidak terdapat fibrosis
yang massif tidak ada tanda-tanda cacat paru-paru, dan jarang terjadi
komplikasi. Pada keadaan sakit tingkat permulaan, gambaran rontgen paru-
paru menunjukkan penambahan corakan dan penyebaran hilus. Kemudian
nampak noduli di daerah antar iga ketiga, rnula-mula di paru kanan, lalu di
paru kiri. Lebih lanjut, penambahan corakan hilang, sedangkan noduli semakin
jelas dan opak.
G. SIDEROSIS
Debu yang mengandung prsenyawaan besi dapat menyebabkan siderosis.
Penyakit ini tidak begitu berbahaya dan tidak progresif. Sidarosis terdapat
pada pekerja-pekerja yang menghirup debu dan pengolahan bijih besi.
Biasanya pada siderosis murni tidak terjadi fibrosis atau emphysema, sehingga
tidak ada pula cacat paru.
H. TALKOSIS
Talkosis adalah pneurnokoniasis yang disebabkan oleh debu talk yang masuk
ke dalam paru-paru. Biasanya talk merupakan campuran mineral-mineral, jadi
bukan hanya Mg-silikat saja. Menghirup talk bisa menyebabkan fibrosis
peribronchial dan perivaskuler. Gambaran rontgen paru menunjukkan bulla
emphysema dan fibrosis.
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung,
Jakarta
I. Dermatosis
Gejala dan Tanda
Gejala-gejalanya antara lain batuk-batuk kering, sesak nafas, kelelahan umum,
berat badan menurun, banyak dahak, dan lain-lain. Gambaran rontgen paru-
paru menunjukkan kelainan-kelainan dalam paru-paru baik noduler, ataupun
lain-lainnya.
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung
Agung, Jakarta
diagnosis
Cara menegakkan diagnosa untuk penyakit akibat kerja harus pula
dipergunakan di sini. Harus ada riwayat pekerjaan yang menghadapi debu
berbahaya dan menyebabkan pneumoconiasis, misalnya pernah atau sedang
bekerja di pertambangan, di pabrik keramik, dan lain-lain. Gejala kilnis
berbeda-beda tergañtung dari derajat banyaknya debu yang ditimbun dalam
paru-paru. Gejala-gejalanya antara lain batuk-batuk kering, sesak nafas,
kelelahan umum, berat badan menurun, banyak dahak, dan lain-lain.
Gambaran Rongten paru-paru menunjukkan kelainan-kelainan dalam paru-
paru baik noduler, ataupun lain-lainnya. Pemeriksaan tempat kerja harus
menunjukkan adanya debu yang diduga menjadi sebab penyakit
pneumokoniasis. Bila pemeriksaan akan diteruskan dengan biopsi paru-paru,
maka paru-paru harus rmenunjukkan kadar zat penyebab yang lebih tinggi
daripada kadar yang biasa.
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung
Agung, Jakarta
terapi
Secara umum dapatlah dikatakan bahwa terapi khusus yang kausal pada
pneunokoniasis ini tidak ada. Terapi berupa obat-obatan biasanya hanya untuk
maksud simptomatis. Satu-satunya tindakan ialah memindahkan penderita ke
pekerjaan yang kurang atau tidak mengandung debu-debu berbahaya.
Umumnya untuk maksud memindahkan pekerja ini, beberapa faktor harus
mendapat perhatian. yaitu umur penderita, jenis kelamin, dan beratnya
penyakit
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung
Jakarta
pencegahan
Satu-satunya tindakan ialah memindahkan penderita ke pekerjaan yang kurang
atau tidak mengandung debu-debu berbahaya
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung
Jakarta