Anda di halaman 1dari 18

OBAT DIURETIK

1. Diuretik loop
a. Mekanisme kerja:
Diuretik loop merupakan obat diuretik yang bekerja pada loop (lengkung) Henle di
dalam ginjal. Obat jenis ini bekerja dengan menurunkan penyerapan kalium, klorida, dan
natrium sehingga memaksa ginjal meningkatkan jumlah urine. Dengan produksi urine
yang meningkat, tekanan darah akan turun serta kelebihan cairan yang menumpuk di
dalam tubuh dan paru-paru akan berkurang.
b. Diberikan pada pasien:
Obat jenis ini seringnya diresepkan untuk mengobati kasus gagal jantung.
c. Contoh obat:
Furosemide, bumetanide, torsemide, ethacrynic acid

2. Diuretik tiazid
a. Mekanisme kerja:
Diuretik thiazide merupakan obat diuretik yang bekerja dengan cara mengurangi
penyerapan natrium dalam ginjal, sehingga meningkatkan produksi urine. Selain itu,
thiazide dapat melebarkan pembuluh darah sehingga lebih efektif dalam menurunkan
tekanan darah.
b. Diberikan pada pasien:
Hipertensi
c. Contoh obat:
Chlorthalidone, hydrochlorothiazide, dan indapamide.

3. Diuretik hemat kalium


a. Mekanisme kerja:
Diuretik hemat kalium bekerja pada tubulus pengumpul ginjal yang mengakibatkan
meningkatnya volume cairan dan natrium dalam urine tanpa ikut membawa kalium
keluar dari tubuh. Sangat penting memonitor kadar kalium dalam darah pada pasien yang
mengkonsumsi obat ini.
b. Diberikan pada pasien:
Obat golongan ini lebh sering digunakan untuk mengobati hipertensi dan
hipokalemia
c. Contoh obat:
Amiloride, eplerenone, spironolactone, dan triamterene.

4. Diuretik osmotic
a. Mekanisme kerja:
Obat jenis ini meningkatkan jumlah cairan tubuh yang disaring keluar oleh ginjal,
sekaligus menghambat penyerapan cairan kembali oleh ginjal.
b. Diberikan pada pasien:
Diuretik osmotik merupakan tatalaksana utama dalam mengatasi peningkatan
tekanan di dalam otak, keracunan obat, trauma.
c. Contoh obat:
Mannitol.

5. Diuretik inhibitor karbonik anhidrase


a. Mekanisme kerja:
Obat diuretik jenis ini bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi asam
bikarbonat, natrium, kalium, dan air yang dikeluarkan dari ginjal. Penghambat karbonat
digunakan untuk menurunkan jumlah cairan di dalam bola mata dan terkadang mengatasi
penyakit akibat ketinggian. .
b. Diberikan pada pasien:
Glaukoma, epilepsi, penyakit ketinggian, kelumpuhan periodik, hipertensi
intrakranial idiopatik, dan gagal jantung
c. Contoh obat:
Asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid
JENIS DIALISIS

1. Hemodialisis

Prosedur

 PERSIAPAN SEBELUM HEMODIALISA


a. Persiapan pasien
1) Surat dari dokter penanggungjawab Ruang HD untuk tindakan HD (instruksi
dokter)
2) Apabila dokter penanggung jawab HD tidak berada ditempat atau tidak bisa
dihubungi, surat permintaan tindakan hemodialisa diberikan oleh dokter
spesialis penyakit dalam yang diberi delegasi oleh dokter penanggung jawab
HD.
3) Apabila pasien berasal dari luar RS ( traveling ) disertai dengan surat traveling
dari RS asal.
4) Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan HD
5) Riwayat penyakit yang pernah diderita (penyakit lain)
6) Keadaan umum pasien
7) Keadaan psikososial
8) Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit, extremitas edema +/-)
9) Data laboratorium: darah rutin,GDS,ureum, creatinin, HBsAg, HCV, HIV, CT,
BT
10) Pastikan bahwa pasien benar-benar siap untuk dilakukan HD
b. Persiapan mesin
1) Listrik
2) Air yang sudah diubah dengan cara:
 Filtrasi
 Softening
 Deionisasi
 Reverse osmosis
3) Sistem sirkulasi dialisat
 Sistem proporsioning
 Acetate / bicarbonate
4) Sirkulasi darah
 Dializer / hollow fiber
 Priming
c. Persiapan alat
1) Dialyzer
2) Transfusi set
3) Normal saline 0.9%
4) AV blood line
5) AV fistula
6) Spuit
7) Heparin
8) Lidocain
9) Kassa steril
10) Duk
11) Sarung tangan
12) Mangkok kecil
13) Desinfektan (alkohol/betadin)
14) Klem
15) Matkan
16) Timbangan
17) Tensimeter
18) Termometer
19) Plastik
20) Perlak kecil
d. Langkah-langkah
1) Setting dan priming
 Mesin dihidupkan
 Lakukan setting dengan cara: keluarkan dialyzer dan AV blood line dari
bungkusnya, juga slang infus / transfusi set dan NaCl (perhatikan
sterilitasnya)
 Sambungkan normal saline dengan seti infus, set infus dengan selang arteri,
selang darah arteri dengan dialyzer, dialyzer dengan selang darah venous
 Masukkan selang segmen ke dalam pompa darah, putarlah pump dengan
menekan tombol tanda V atau Λ (pompa akan otomatis berputar sesuai arah
jarum jam)
 Bukalah klem pada set infus, alirkan normal saline ke selang darah arteri,
tampung cairan ke dalam gelas ukur
 Setelah selang arteri terisi normal saline, selang arteri diklem
2) Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan merah (inlet)
di bawah
 Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V atau Λ untuk
menentukan angka yang diinginkan (dalam posisi priming sebaiknya
kecepatan aliran darah 100 rpm)
 Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal saline,
habiskan cairan normal sebanyak 500 cc
 Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 1000 cc. Putarlah Qb
dan rpm
 Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah venous
 Semua klem dibuka kecuali klem heparin
 Setelah priming, mesin akan ke posisi dialysis, start layar menunjukkan
“preparation”, artinya: consentrate dan RO telah tercampur dengan melihat
petunjuk conductivity telah mencapai (normal: 13.8 – 14.2). Pada keadaan
“preparation”, selang concentrate boleh disambung ke dialyzer
 Lakukan sirkulasi dalam. Caranya: sambung ujung blood line arteri vena
a. Ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc
b. Tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit
c. Putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rpm
d. Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan otomatis melakukan
ultrafiltrasi (cairan normal saline akan berkurang sebanyak 500 cc
dalam waktu 10 menit
e. Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar “UFG reached”
artinya UFG sudah tercapai
 Pemberian heparin pada selang arteri
Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai 2000 unit pada selang
arteri. Lakukan sirkulasi selama 5 menit agar heparin mengisi ke seluruh
selang darah dan dialyzer, berikan kecepatan 100 rpm
3) Dialyzer siap pakai ke pasien
Sambil menunggu pasien, matikan flow dialisat agar concentrate tidak
boros
Catatan: jika dialyzer reuse, priming 500 cc dengan Qb 100 rpm sirkulasi untuk
membuang formalin (UFG: 500, time life 20 menit dengan Qb 350 rpm).
Bilaslah selang darah dan dialyzer dengan normal saline sebanyak 2000 cc

 PUNKSI AKSES VASKULER


a. Tentukan tempat punksi atau periksa tempat shunt
b. Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi
c. Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril dimasukkan ke dalam
bak steril)
d. Cuci tangan, bak steril dibuka, memakai handscoen
e. Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi
f. Pasang duk steril, sebelumnya desinfeksi daerah yang akan dipunksi dengan betadine
dan alcohol
g. Ambil fistula dan puncti outlet terlebih dahulu. Bila perlu lakukan anestesi lokal,
kemudian desinfeksi
h. Punksi inlet dengan cara yang sama, kemudian difiksasi
 MEMULAI HEMODIALISA

Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisa, ukur tanda-tanda vital dan
berat badan pre hemodialisa

a. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV blood line
diklem
b. Lakukan reset data untuk menghapus program yang telah dibuat, mesin otomatis
menunjukkan angka nol (0) pada UV, UFR, UFG dan time left
c. Tentukan program pasien dengan menghitung BB datang – BB standar + jumlah
makan saat hemodialisa
d. Tekan tombol UFG = target cairan yang akan ditarik
e. Tekan tombol time left = waktu yang akan diprogram
f. Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien (jangan merubah Base Na + karena teknisi
sudah mengatur sesuai dengan angka yang berada di gallon. Na = 140 mmol)
g. Tekan tombol temperatur (suhu mesin = 360C – 370C)
h. Buatlah profil yang sesuai dengan keadaan pasien
i. Berikan kecepatan aliran darah 100 rpm
j. Menyambung selang fistula inlet dengan selang darah arteri
1) Matikan (klem) selang infus
2) Sambungkan selang arteri dengan fistula arteri (inlet)
3) Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula di-swab dengan kassa
betadine sebagai desinfektan
4) Ujung selang darah venous masukkan dalam gelas ukur
5) Hidupkan pompa darah dan tekan tombol V atau Λ 100 rpm
6) Perhatikan aliran cimino apakah lancar, fixasi dengan micropore. Jika aliran
tidak lancar, rubahlah posisi jarum fistula
7) Perhatikan darah, buble trap tidak boleh penuh (kosong), sebaiknya terisi ¾
bagian
8) Cairan normal saline yang tersisa ditampung dalam gelas ukur namanya cairan
sisa priming
9) Setelah darah mengisi semua selang darah dan dialyzer, matikan pompa darah
k. Menyambung selang darah venous dengan fistula outlet
1) Sambung selang darah venous ke ujung AV fistula outlet (kedua ujungnya diberi
kassa betadine sebagai desinfektan). Masing-masing sambungan dikencangkan)
2) Klem pada selang arteri dan venous dibuka, sedangkan klem infus ditutup
3) Pastikan pada selang venous tidak ada udara, lalu hidupkan pompa darah dari
100 rpm sampai dengan yang diinginkan
4) Tekan tombol UF pada layar monitor terbaca “dialysis”
5) Selama proses hemodialisa ada 7 lampu hijau yang menyala (lampu monitor, on,
dialysis start, pompa, heparin, UF dan Flow)
6) Rapikan peralatan

 PENATALAKSANAAN SELAMA HEMODIALISA


a. Memprogram dan memonitor mesin hemodialisa
1) Lamanya HD
2) QB (kecepatan aliran darah) 150 – 250 cc/menit
3) QD (kecepatan aliran dialisa) 500 cc/menit
4) Temperatur dialisat 370C
5) UFR dan TMP otomatis
6) Heparinisasi
 Dosis awal: 25 – 50 unit/kgBB
a) Diberikan pada waktu punksi
b) Sirkulasi extra corporeal 1500 unit
c) Dosis maintenance 500 – 2000 unit/jam diberikan pada waktu HD
berlangsung
 Dosis maintenance 500 – 2000 u/jam
a) Diberikan pada waktu HD berlangsung
Cara pemberian dosis maintenance :
 Kontinyu: diberikan secara terus menerus dengan bantuan pompa
dari awal HD sampai dengan 1 jam sebelum HD berakhir
 Intermitten: diberikan 1 jam setelah HD berlangsung dan
pemberian selanjutnya dimasukkan tiap selang waktu 1 jam, untuk
1 jam terakhir tidak berakhir
 Minimal heparin: heparin dosis awal kurang lebih 200 unit,
selanjutnya diberikan kalau perlu
7) Pemeriksaan (laboratorium, ECG, dll)
8) Pemberian obat-obatan, transfusi, dll
9) Monitor tekanan
 Fistula pressure
 Arterial pressure
 Venous pressure
 Dialisat pressure
 Detektor (udara blood leak detektor)
b. Observasi pasien
1) Tanda-tanda vital (T, N, S, R, kesadaran)
2) Fisik
3) Perdarahan
4) Sarana hubungan sirkulasi
5) Posisi dan aktivitas
6) Keluhan dan komplikasi hemosialisa

 MENGAKHIRI HEMODIALISA
a. Persiapan alat
1) Piala ginjal
2) Kassa steril
3) Betadine solution
4) Sarung tangan tidak steril
5) Perban gulung
6) Band aid (pelekat)
7) Gunting
8) Nebacetin powder antibiotic
9) Thermometer
10) Micropore

b. Pelaksanaan
1) Perawat mencuci tangan
2) Perawat memakai sarung tangan
3) Mesin menggunakan UFG reached = UFG sudah tercapai (angka UV = angka
UF)
4) Jika proses hemodialisa sudah selesai, posisi mesin akan terbaca “Reinfusion”
5) Sebelum 5 menit selesai, pasien diobservasi tanda-tanda vital
6) Kecilkan kecepatan aliran darah (pompa darah) sampai 100 rpm lalu matikan
7) Klem pada fistula arteri dan selang darah arteri
8) Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa betadine,
tutuplah bekas tusukan dengan kassa betadine
9) Bilaslah fistula, selang darah dan dializer dengan normal saline secukupnya
sampai bersih dan gunakan kecepatan aliran darah 100 rpm
10) Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa betadine
11) Jika tidak ada darah bekas tusukan, maka berilah nebacetin powder dan tutuplah
bekas tusukan dengan Band Aid (K/p dibalut dengan perban gulung)
12) Berilah fixasi dengan micropore pada perban gulung
13) Observasi tanda-tanda vital pasien
14) Kembalikan alat-alat ke tempat semula
15) Perawat melepas sarung tangan
16) Perawat mencuci tangan
2. Dialisis peritonial
a. Persiapan

Proses persiapan pasien dan keluarganya yang dilaksanakan oleh perawat adalah
penjelasan prosedur dialysis peritoneal, surat persetujan (Informed Consent) yang sudah
ditandatangani, data dasar mengenai tanda-tanda vital, berat badan dan kadar elektrolit
serum, pengosongan kandung kemih dan usus. Selain itu perawat juga mengkaji
kecemasan pasien dan memberikan dukungan serta petunjuk mengenai prosedur yang
akan dilakukan.

b. Peralatan

Perawat harus berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan konsentrasi dialisat


yang akan digunakan dan obat-obatan yang akan ditambahkan, misalnya dalam
penambahan heparin untuk mencegah pembekuan fibrin yang dapat menyumbat kateter
peritoneal, penambahan antibiotic untuk mengobati peritonitis.

Sebelum penambahan obat, larutan dialisat dihangatkan hingga mencapai suhu


tubuh untuk mencegah gangguan rasa nyaman, nyeri abdomen, serta menyebabkan
dilatasi pembuluh-pembuluh darah peritoneum.Sebelum dialysis dilakukan, peralatan dan
selang dirakit.Selang tersebut diisi dengan cairan dialisat untuk mengurangi jumlah udara
yang masuk kedalam kateter serta kavum peritoneal.

c. Pemasangan Kateter

Kateter peritoneal dipasang di dalam kamar operasi untuk mempertahankan asepsis


operasi dan memperkecil resiko kontaminasi. Kateter stylet dapat digunakan jika dialysis
peritoneal tersebut diperkirakan akan dilaksanakan dalam waktu singkat. Sebelum
prosedur pemasangan kateter dilakukan, kulit abdomen dipersiapkan dengan larutan
antiseptic local dan dokter melakuan penyuntikan infiltrasi preparat anastesi local
kedalam kulit dan jaringan subcutan.Insisi kecil atau sebuah tusukan dibuat pada 3-5 cm
dibawah umbilicus.

Sebuah trokar (alat berujung tajam) digunakan untuk menusuk peritoneum


sementara pada pasien mengencangkan otot abdomennya dengan cara mengangkat
kepalanya. Kateter disisipkan lewat trokar dan kemudian diatur posisinya.Cairan dialsat
yang dipersiapkan diinfuskan kedalam kavum peritoneal dengan mendorong omentum
(lapisan peritoneal yang membentang dari organ-organ abdomen) menjauhi
kateter.Sebuah jahitan purse-string dapat dibuat untuk mengikat kateter pada tempatnya.

d. Prosedur

Untuk dialisat peritoneal intermiten, larutan dialisat dialirkan dengan bebas


kedalam kavum peritoneal dan dibiarkan selama waktu retensi (dwell time) atau waktu
ekuilibrasi yang ditentukan dokter. Waktu itu berfungsi untuk memungkinkan terjadinya
difusi dan osmosis.

Poda waktu akhir retensi, klem selang drainase dilepas dan larutan dialisat
dibiarkan mengalir keluar dari kavum peritoneal melalui sebuah sistem yang tertutup
dengan bantuan gaya berat. Cairan drainase biasanya berwarna seperti jerami atau tidak
berwarna.Cairan dari botol yang baru kemudian ditambahkan, diinfusikan dan dialirkan
keluar.Jumlah siklus atau pertukaran dan frekuensinyaditentukan oleh dokter sesuai
kondisi fisik pasien serta kondisi akut penyakit.

3. Terapi pengganti ginjal berkesinambungan (CRRT)


 Mempersiapkan Program CRRT
a. Persiapan Alat
1) Kanulasi
 Masker, topi penutup kepala
 Sarung tangan steril
 Alkohol 70%
 Betadine Solution
 Kasa Steril
 10 ml syring
 Steril Nacl 0,9%
 Benang ethicon fiksasi kateter
 Instrumen steril (CVP set): Deper 3 buah, Nailfolder, kom 1 buah, 2 pinset
(anatomis, cirugies ), Duk bolong, Jas steril.
 Kanul sesuai ukuran, 2 single kanul ukuran 19 G, double luman 14-16 G
 Lidocain 2%
2) Priming
 Nacl 0,9%, 1000 ml atau 500 ml
 Heparin
 Syring 20 ml & 50 ml
 Hemofilter system
 Infusion Pump
 Replacement fluid sesuai order
 Fluid warmer
 Cairan dialisat
 Alkohol 70 %
 Drainase bag
 Steril BOWL
 Transparant tipe
3) Terminasi
 Sarung tangan bersih, masker
 Heparin, heparin lock, syring
 Nacl 0,9% 500 ml
 Kantong plastik
b. Penjelasan kepada pasien dan keluarga akan dipasang alat pengganti ginjal kontinyu
1) Penjelasan meliputi :
 Fungsi ginjal secara umum
 Gejala dan tanda gangguan fungsi ginjal
 Rencana pengobatan dan harapan realistik tentang pemulihan fungsi ginjal
 Prosedur tindakan, teknik steril, monitoring ketat cairan & elektrolit, tanda
gejala komplikasi yang terjadi.
 Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya dan mengutarakan pendapat
tanda & gejala yang terjadi.
 Tanda tangani inform consent
 Jelaskan kemungkinan mengganti sirkuit selama terapi.
c. Persiapan Pasien
1) Pastikan pasien mengerti penjelasan
2) Posisi pasien senyaman mungkin agar aliran darah akses vaskuler lancar.
3) Data laboratorium
 Prosedure menyiapkan dan mengahiri CRRT
a. Sistem Tanpa Pompa (SCUF, CAVH, CAVHD, CAVHDF)
1) Priming:
 Cuci tangan
 Buka paket hemofitrasi dan tubing, pertahankan tetap steril, yakinkan ujung
arteri & venous tubing tertutup.
 Letakkan filter di holder
 Sambungkan UF line pada hemofilter yang tidak bertutup & ujungnya
sambung ke collecting divice.
 Gantungkan collecting system ± 20 inch dibawah hemofilter.
 Pastikan secara teliti semua line tersambung dengan baik
 Gantungkan cairan priming (Nacl 0,9 %+ Heparin= 1 : 5) 48 inch diatas
hemofilter,dan beri tekanan sampai 300 mmHg.
 Buka klem setiap 3-5 menit untuk membuang udara.
 Setelah 1000 ml cairan priming melewati system, klem venous line.
 Putar hemofilter
 Siapkan heparin di syring 50 ml dengan manometer, tempatkan di syring
pump.
 Gantungkan 1000 ml cairan priming lagi lanjutkan membilas 400 ml UF line,
kemudian klem
 Putar lagi hemofilter, bilas venous line ± 500 ml Nacl, heparin, klem venous
line
 Buang cairan di kantung UF (Collecting divice). Priming selesai.
2) Tujuan Priming
 Membuang udara
 Memberikan heparin pada seluruh sirkuit
 Membuang bahan sterilan ( glyserin ethylin oxide )
 Memastikan sistem tidak bocor
3) Penyambungan sirkuit ke Pasien
 Cuci tangan
 Pastikan akses vascular lancar
 Tempatkan hemofilter sejajar dengan pasien
 Jelaskan therapy heparin dosis sesuai order
 Sambungkan set up line ke akses vascular
 Pastikan system berjalan lancar
4) Pelepasan Sirkuit
 Cuci tangan
 Klem arterial line, stop darah mengalir ke tubing
 Flush darah kembali melalui tree way dengan cairan replacement,
mengembalikan darah di sirkuit ke pasien.
 Klem venous line , cairan replace ,juga ke arterial line
 Lepaskan tubing arterial dan venous dari akses vascular
 Buang tubing-tubing filter ke kantong
 Cuci tangan

b. Sistem dengan Pompa (SCUF,CVVH, CVVHD, CVVHDF,TPE)


1) Priming
 Cuci tangan
 Memastikan order tipe dialisa, antikoagulan, cairan pengganti/replace,
balance cairan perjam, dialisat dan jumlahnya, kecepatan pompa, data
laboratorium sebelum pemasangan.
 Set up system sesuai petunjuk mesin, siapkan Heparin infus.
 Nyalakan mesin dan pastikan detector udara sudah aktif
 Buka paket hemofiltrasi dan tubing pertahankan tetap steril.
 Letakkan hemofiltrasi dalam posisi vertikal dan letakkan UF drain dibawah
level jantung pasien.
 Letakkan priming solution di ujung tubing vena dan empty bag di ujung
arteri, jalankan program priming, ikuti petunjuk di mesin.
 Bila priming sudah selesai, mesin akan memberikan keterangan priming OK.
 Penyambungan Sirkuit ke Pasien
 Gunakan masker dan sarung tangan steril
 Lepaskan arterial tubing dengan cairan priming dan hubungkan ke akses
arterial .
 Klem arterial dan venous sirkuit dan buka klem akses arteri vascular
 Nyalakan mesin, jalankan infus heparin dan berikan bulus heparin prefilter
sebelum dialirkan darah, pompa mesin jalan darah akan mengalir sepanjang
tubing arteri melewati filter.
 Matikan pompa mesin, lepaskan venous tubing dari drainase bag dan
sambungkan ke akses vena vasculer.
 Buka klem akses venous dan venous line
 Nyalakan pompa mesin dengan kecepatan lebih rendah dari order, mencegah
terjadi hypotensia.
 Jalankan infus order
 Catat pump flow rate, arteri dan venous pressure monitor, warna UF dan
tanda-tanda vital sesuai standar.

2) Pelepasan Sirkuit
 Tutup infus ke sirkuit
 Buka Nacl 0,9% sambungkan ke arteri infus purt dan klem UF line
 Selama Pompa mesin berjalan, buka klem flush solution (klem arteri line
dekat pasien) kembalikan semua darah ke pasien.
 Jika hemofilter sudah terflush stop pompa mesin, klem kedua arteri dan
venous akses.
 Jika sudah semua line sudah terlepas,masukkan ke kantong yang sudah
disiapkan dan buang segera
 Pertahankan patenci catheter dengan membilas heparin.
 Cuci tangan
DAFTAR PUSTAKA

Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2008.


Kumpulan Kuliah Farmakologi. Ed.,2. Jakarta: EGC

https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/mengenal-obat-
diuretik/amp/

https://www.alodokter.com/diuretik.html

http://www.kerjanya.net/faq/5205-diuretik.html

Anda mungkin juga menyukai