Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama dan utama diawal
kehidupan anak. ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) saja
pada bayi mulai dari lahir sampai berumur 6 bulan tanpa diberi makanan
tambahan apapun karena sampai umur tersebut kebutuhan zat gizi bayi bisa
dipenuhi dari ASI atau air susu ibu saja. Kebijakan global (WHO dan
Unicef) dan kebijakan nasional merekomendasikan pemberian ASI
eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan kemudian diberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) sejak berumur 6 bulan dan meneruskan
pemberian ASI selama 2 tahun. (Dinkes Kota Denpasar, 2017).
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena
mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam
jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko
kematian pada bayi. Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari
pertama sampai hari ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI
mengandung immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih sedikit
dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi dengan warna
susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan, ASI juga
mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan
menganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim sehingga
penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi.
(Dinkes Prov Bali, 2017). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif mengatakan Pemberian ASI
eksklusif bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak bayi untuk
mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia enam
bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya,
memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya dan meningkatkan peran dan dukungan keluarga,
masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah terhadap ASI eksklusif.
Mengacu pada target Renstra Kemenkes pada tahun 2019 cakupan
ASI sebesar 50%, Provinsi Bali cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar
59,7% sudah mencapai target. Namun ada Kabupaten/kota di bali yang
belum mencapai target yaitu Kabupaten Jembrana (47,6%) dan Kota
Denpasar (47,6%). Kabupaten/kota dengan capaian tertinggi yaitu
Kabupaten Badung sebesar 69,5% dan Kabupaten Buleleng sebesar 69,2%.
(Dinkes Prov Bali, 2017).
Cakupan Asi eksklusif di kota denpasar dalam lima tahun terakhir
mulai dari tahun 2013 sampai 2017, dimana terlihat penurunan drastis
capaian pemberian ASI eksklusif tahun 2016 di kota Denpasar. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan cara perhitungan dengan tahun
sebelumnya. Mulai tahun 2016 bayi dikatakan mendapatkan ASI Ekslusif
apabila memang benar – benar hanya mengkonsumsi ASI saja selama 6
bulan dan dibuktikan dengan catatan pada kohort bayi bahwa hanya
mengkonsumsi ASI ekslusif saja. Tahun 2017 cakupan pemberian ASI
Eksluasif sebesar 47,65% sudah mengalami peningkatan bila dibandingkan
tahun 2016. Target ASI Ekslusif tahun 2017 sebesar 43% sehingga kota
Denpasar sudah mencapai target yang ditetapkan namun masih rendah bila
dibandingkan Kabupaten/kota lainnya di Provinsi Bali. Meskipun secara
umum di Kota Denpasar terjadi peningkatan cakupan ASI Eksklusif
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun hasil tersebut masih perlu
ditingkatkan. Cakupan ASI Ekslusif terendah di Puskesmas I Denpasar
Barat dan Puskesmas II Denpasar Selatan, perlu adanya berbagai upaya
yang mampu meningkatkan capaian ASI Ekslusif di Kota Denpasar
sehingga bisa mencapai target yang ditetapkan. (Dinkes Kota Denpasar,
2017).
Rendahnya cakupan ASI Eksklusif berdasarkan dinas kesehatan
kota denpasar (2017) disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena
kebanyakan ibu-ibu yang memiliki bayi bekerja mencari nafkah untuk
menunjang kebutuhan keluarga sehingga tidak ada kesempatan untuk
memberikan ASI secara eksklusif mulai sejak lahir sampai bayi berumur 6
bulan dan lebih banyak memberikan susu formula pada bayinya. Disamping
itu ibu sering tidak percaya diri bahwa ASInya cukup untuk bayi, sehingga
ibu cenderung memberikan susu formula. Apalagi jika bayi menangis maka
ibu cenderung memberikan susu formula dengan alasan bayi masih lapar
dan perlu diberi susu tambahan selain ASI (Perinasia, 2010).
Istiyaroh (2017) mengatakan kepercayaan seseorang terhadap
kemampuan diri dalam melakukan tindakan dikenal dengan self efficacy.
Ibu menyusui memerlukan kepercayaan diri yang tinggi sehingga mampu
menyusui dengan sukses dan memiliki keyakinan mampu memberikan ASI
eksklusif. Selain itu dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap
suksesnya ibu memberikan ASI eksklusif untuk bayinya. Support system
keluarga atau dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang paling
besar pengaruhnya terhadap pemberian ASI eksklusif. Ibu menyusui
membutuhkan dukungan dan pertolongan baik ketika memulai maupun
melanjutkan menyusui hingga dua tahun yaitu dukungan petugas kesehatan,
dukungan suami dan keluarga sangat berpengaruh. (Proverawati dan
Rahmawati, 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas dan sedikitnya penelitian yang
menghubungkan breastfeding self efficacy dan dukungan keluarga dengan
perilaku ibu menyusui sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“hubungan breastfeding self efficacy dan dukungan keluarga dengan
perilaku ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas I denpasar barat “ .
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah
dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimana hubungan breastfeding self
efficacy dan dukungan keluarga dengan perilaku ibu menyusui di wilayah
kerja puskesmas I denpasar barat ?”

B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini :
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan breastfeding self efficacy dan dukungan
keluarga dengan perilaku ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas I
denpasar barat
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi hubungan breastfeding self efficacy dan
dukungan keluarga dengan perilaku ibu menyusui di wilayah
kerja puskesmas I denpasar barat
b. Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan perilaku
ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas I denpasar barat
c. Menganalisa hubungan breastfeding self efficacy dan dukungan
keluarga dengan perilaku ibu menyusui di wilayah kerja
puskesmas I denpasar barat.

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Adanya penelitian ini diharapkan hasil penelitan dapat dimanfaatkan
dan digunakan di masa mendatang bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan pedoman atau acuan bagi penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan pemberian asi eksklusif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Menambah pengetahuan, pemahaman dan wawasan penelitian
tentang pentingnya breastfeding self efficacy dan dukungan
keluarga dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif
b. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan diharapkan hasil peneitian ini dapat
digunakan sebagai bahan pustaka dan dapat dijadikan sebagai
pedoman pembelajaran serta pedoman dalam memberikan
penyuluhan tentang breastfeding self efficacy dan dukungan
keluarga dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif
c. Bagi mahasiswa
Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi, pengawasan dan ilmu
pengetahuan terhadap breastfeding self efficacy dan dukungan
keluarga dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai