Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI INSTALASI RAWAT INAP RUANG TOPAZ

RUMAH SAKIT THAMRIN CILEUNGSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners Stase Manajemen
Keperawatan

Disusun Oleh :

1. Vira Erizka
2. Ade Esti Pauziah
3. Siti Aisyah
4. Enny Shofiani
5. Sri Susanti
6. Endah Sugiarti
7. Dhenok Tiara Sani
8. Fitri Setyaningsih
9. Eneng Suhanah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MH. THAMRIN
JAKARTA
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakait telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan berbagai aspek upaya
memberikan pelayanana kesehatan. Pelayanan kesehatan sudah menjadi hak yang paling
mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan
membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh dari sistem yang ada. Pelayanan kesehatan
yang memadai sangat dipengaruhi oleh pelayanan keperawatan yang ada didalamnya
(Kemenkes, 2016).

Selain itu, pelayanan keperawatan merupakan faktor penentu baik buruknya mutu dan
citra dari rumah sakit, oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu
dipertahankan dan ditingkatkan hingga tercapai hasil yang optimal. Dengan
memperhatikan hal tersebut, proses manajemen yang baik perlu diterapkan dalam
memberikan asuhan keperawatan sehingga dicapai suatu asuhan keperawatan yang
memenuhi standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, efektif, aman bagi pasien dan tenaga
keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial,
ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati.

Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai visi dan misi rumah
sakit tidak terlepas dari proses manajemen. Manajemen merupakan suatu pendekatan
yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi. Dalam
organisasi keperawatan, pelaksanaan manajemen dikenal dengan manajemen keperawatan
(Ritonga, 2014)

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota staf


keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam,
2007). Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional dimana
tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut
saling terkait serta saling berhubungan dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis,
hubungan antar manusia dan konseptual yang mendukung tercapainya asuhan
keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada klien. Dengan alasan
tersebut, manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan di masa depan.

Manajer keperawatan yang efektif seyogianya memahami hal ini dan mampu
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana meliputi : menggunaan proses keperawatan
dalam setiap aktivitas asuhan keperawatannya, melaksanakan intervensi keperawatan
berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditetapkan, menerima akuntabilitas kegiatan
keperawatan dan hasil-hasil keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat, serta mampu
mengendalikan lingkungan praktek keperawatan. Seluruh pelaksanaan kegiatan ini
senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses
manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Maka lingkup
manajemen keperawatan terdiri dari: Manajemen operasional/ menajemen layanan dan
manajemen asuhan keperawatan. sangatlah dibutuhkan. Ada tujuh prinsip manajemen
yang harus Anda ketahui, yaitu: perencanaan, penggunaan waktu yang efektif,
pengambilan keputusan, pengelola/pemimpin, tujuan sosial, pengorganisasian dan
perubahan. Supaya manajemen dapat berjalan sesuai dengan harapan dan mencapai
tujuan organisasi, maka pemahaman tentang prinsip-prinsip manajemen (Kemenkes,
2016).

Rumah Sakit Thamrin Cileungsi sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan,
pendidikan dan penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan, bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan
masyarakat, maka rumah sakit perlu didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan
manajemen yang baik dengan berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat. Ruang
Topaz RS Thamrin Cileungsi dalam pengelolaan asuhan keperawatan profesionalnya
menerapkan sistem asuhan keperawatan dengan metode fungsional dengan pembagian
tugas yang jelas, efesiensi dan pengawasan yang baik terhadap pemberian asuhan
keperawatan kepada klien.

Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki
kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang diberikan mampu
memuaskan kebutuhan klien. Dalam rangka meningkatkan keterampilan manajerial
peserta didik keperawatan selain mendapatkan materi kepemimpinan dan manajemen
keperawatan juga praktek langsung di lapangan. Mahasiswa Program Profesi Ners
Universitas MH. Thamrin melakukan praktek Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan di Ruang Topaz RS Thamrin Cileungsi dengan arahan pembimbing klinik
dan pembimbing akademik.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 2 minggu di Ruang
Topaz RS Thamrin Cileungsi mahasiswa mampu melakukan pengelolaan
pelayanan keperawatan profesional secara bertanggung jawab dan menunjukkan
sikap kepemimpinan yang profesional.
2. Tujuan Khusus
Secara kelompok dan individu mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan dalam
hal manajemen keperawatan baik pengelolaan sarana maupun kegiatan
keperawatan dalam pelayanan keperawatan. Kemampuan managemen diantaranya
meliputi :
1) Melakukan pengkajian data yang terdiri dari profil umum ruang topaz, situasi
ruangan topaz RS Thamrin Cileungsi
2) Melakukan analisa dari aspek manajen di Ruang Topaz RS thamrin Cileungsi
3) Mengidenifikasi dan menyusun perumusan masalah yang ada di Ruang Topaz
RS thamrin Cileungsi
4) Menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi permasalahan yang ada di Ruang
Topaz RS thamrin Cileungsi
5) mengevaluasi tindakan sesuai hasil rencana .yang telah diterapkan Ruang
Topaz RS thamrin Cileungsi

C. Waktu
Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan ini dilakukan di Ruang Topaz
berlangsung selama 2 minggu mulai tanggal 24 Mei 2018 - 9 Juni 2018

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan, sumber informasi
khususnya program ners dalam aplikasi konsep kepemimpinan dan manajemen
keperawatan secara langsung
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi perawat khususnya di Ruang Topaz RS Thamrin
Cileungsi untuk meningkat kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang mengacu
kepada model praktek keperawatan profesional (MAKP)
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Fungsi-Fungsi Manajemen Keperawatan


Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi

masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen (Suarli

dan Bahtiar, 2010). Fungsi yaitu perencaanaan, organisasi, perintah, koordinasi, dan

pengendalian. Fungsi manajemen fayol menjadi perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), personalia (staffing), pengarahan (directing), pengkoordinasian

(coordinating), pelaporan (reporting), dan pembiayaan (budgeting) yang disingkat menjadi

POSDCORB. Akhirnya, fungsi manajemen ini merujuk pada fungsi sebagai proses

manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan,

pengawasan (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi manajemen menurut G.R. Terry adalah

planning, organizing, actuating, dan controlling, sedangkan menurut S.P. Siagian fungsi

manajemen terdiri dari planning, organizing, motivating, dan controlling (Suarli dan

Bahtiar, 2010).

1. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap

Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan adalah koordinasi

dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk

mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan keperawatan. Perencanaan adalah

usaha sadar dan pengambilan keputusan yang diperhitungkan secara matang tentang

hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang oleh suatu organisasi untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan Suarli dan Bahtiar (2010) menyatakan bahwa

perencanaan adalah suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa,

kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan

memberikan informasi untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara akurat dan efektif.

Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong pengelolaan sumber yang ada

dimana kepala ruangan harus mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka

pendek serta melakukan perubahan (Marquis dan Huston, 2010). Suarli dan bahtiar

(2010) menyatakan bahwa perencanaan sangat penting karena mengurangi

ketidakpastian dimasa yang akan datang, memusatkan perhatian pada setiap unit yang

terlibat, membuat kegiatan yang lebih ekonomis, memungkinkan dilakukannya

pengawasan.

Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala

ruang. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan memberi petunjuk

dan mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan

asuhan keperawatan kepada klien. Perencanaan di ruang rawat inap melibatkan seluruh

personil mulai dari perawat pelaksana, ketua tim dan kepala ruang. Tanpa perencanaan

yang adekuat, proses manajemen pelayanan kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston,

2010).

2. Pengorganisasian keperawatan di ruang rawat inap

Pengorganisasian dilakukan setelah perencanaan. Pengorganisasian adalah langkah

untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan,

menetapkan tugas pokok dan wewenang serta pendelegasian wewenang oleh pimpinan

kepada staf dalam rangka mencapai tujuan pengorganisasian adalah memobilisasi

sumber daya manusia dan material dari lembaga untuk mencapai tujuan organisasi,

dapat juga untuk mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang lain.

Pengorganisasian dapat dilihat secara statis dan dinamis. Secara statis merupakan

wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan, sedangkan secara dinamis
merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan sistematis untuk

mencapai tujuan tertentu (Suarli dan Bahtiar, 2010).

Manfaat pengorganisasian untuk penjabaran secara terinci semua pekerjaan yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan

perorangan/kelompok, dan mengatur mekanisme kerja antar masing-masing anggota

kelompok untuk hubungan dan koordinasi.

Marquis dan Huston (2010) menyatakan bahwa pada pengorganisasian hubungan

ditetapkan, prosedur diuraikan, perlengkapan disiapkan, dan tugas diberikan. Prinsip-

prinsip organisasi saling ketergantungan dan dinamis. Kepala ruangan dapat

menciptakan lingkungan yang meransang dalam praktik keperawatan. Prinsip-prinsip

pengorganisasian adalah:

a. Prinsip rantai komando

Prinsip rantai komando menyatakan bahwa untuk memuaskan anggota efektif secara

ekonomi dan berhasil dalam mencapai tujuan. Komunikasi cenderung ke bawah dan

satu arah. Pada organisasi keperawatan, rantai komando ini datar, dengan garis

manajer dan staf teknis serta administrasi yang mendukung perawat pelaksana.

b. Prinsip kesatuan komando

Prinsip kesatuan komando menyatakan bahwa seorang perawat pelaksana mepunyai

satu pemimpin dan satu rencana. Keperawatan primer dan manajemen kasus

mendukung prinsip prinsip kesatuan komando ini.

c. Prinsip rentang Kontrol

Prinsip ini menyatakan bahwa setiap perawat harus dapat mengawasi secara efektif

dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi. Pada prinsip ini, makin kurang pengawasan

yang diperlukan untuk perawat. Perawat harus memiliki lebih banyak pengawasan
untuk menghindari terjadinya kesalahan. Kepala ruangan harus lebih banyak

mengkoordinasikan.

d. Prinsip spesialisasi
Prinsip spesialisasi menyatakan bahwa setiap orang harus menampilkan satu fungsi
kepemimpinan tunggal, sehingga ada devisi kerja atau pembagian tugas yang
membentuk departement.

3. Ketenagaan keperawatan di ruang rawap inap


Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen keperawatan.
Pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional
diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan
untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan sebelumnya.
Manajer bertanggung jawab dalam mengatur sistem kepegawaian secara keseluruhan.
Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut, memimpin,
memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan
organisasi (Marquis dan Huston, 2010).

Manager harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan


asupan pasien. Upaya harus dilakukan untuk menghindari kekurangan dan kelebihan
personalia saat ada fluktuasi jumlah dan akuitas pasien. Kebijakan prosedur ketenagaan
dan penjadwalan harus tertulis dan dikomunikasikan kepada semua staf. Kebijakan dan
penjadwalan tidak boleh melanggar undang-undang ketenagakerjaan atau kontrak pekerja.
Kebijakan ketenagaan harus yang ada harus diteliti secara berkala untuk menentukan
apakah memenuhi kebutuhan staf dan organisasi. Upaya harus terus dilakukan agar dapat
menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif dan kreatif (Marquis dan Huston,
2010).

4. Pengarahan keperawatan di ruang rawat inap


Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi, membina
komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi (Marquis dan Huston, 2010).
Pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau dan menyesuaikan perencanaan,
proses, dan sumber yang efektif dan efisien mencapai tujuan. Pengarahan yang efektif
akan meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan
dan tujuan asuhan keperawatan. Motivasi sering disertakan dengan kegiatan orang lain
mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan kepemimpinan.

5. Pengendalian keperawatan di ruang rawat inap


Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan yang terjadi
selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan. Pengendalian adalah
pemantauan dan penyesuaian rencana, proses, dan sumber daya yang secara efektif
mencapai tujuan yang telah ditetapkan . Selama fase pengendalian, kinerja diukur
menggunakan standar yang telah ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi
ketidakcocokan antara standar dan kinerja (Marquis dan Huston, 2010)
B. Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional
Sistem model asuhan keperawatan professional (MAKP) adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan empat unsur yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan,
sistem MAKP. Perawat profesional dalam memberikan pelayanan keperawatan di masa
depan adalah harus dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat dan cepat (Nursalam,
2012).
1. Tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional
a. Meningkatkan mutu askep melalui penataan sistem pemberian asuhan keperawatan.
b. Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar melaksanakan praktik
keperawatan profesional.
c. Menyediakan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan penelitian
keperawatan (Murwani & Herlambang, 2012).
2. Macam metode penugasan
a. Metode fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan
prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk
dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini
digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi
keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misalnya
seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain
untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang
lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi
dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang
pasien. Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat senior
menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada
tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan kriteria
efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing
perawat dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih dahulu
mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat yang
akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini
merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh
perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua.
Kelebihan:
- Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat
dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik
- Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
- Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.
- Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman
untuk tugas sederhana.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu
Kelemahan :
- Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan dalam
penerapan proses keperawatan.
- Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan. -
Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan
saja
- Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya. - Menurunkan
tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
- Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk

b. Metode TIM
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
tim
yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat
yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya
(Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan
kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung jawab dalam mengarahkan
anggota group / tim. Selain itu ketua group bertugas memberi pengarahan dan
menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota
tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim
melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan
terhadap klien.
Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai pemimpin
keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan
katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang
timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama
memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah arahan/pimpinan
seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 20010).
Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam
mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu.
Potensi setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu kekuatan yang dapat
meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan
dalam setiap upaya dalam pemberian asuhan keperawatan. Perawat yang berperan
sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua
pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim
meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan
pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien.
Ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan:
- Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi
anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.
- Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau
partisipatif
- dalam berinteraksi dengan anggota tim.
- Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada
kelompok pasien.
- Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi
meliputi:
- penu!isan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan dari
pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan
balik informal di antara anggota tim.
Kelebihan :
- Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
- Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
- Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
- Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
- Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
secara
efektif.
- Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi
terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan akan menghasilkan kualitas
asuhan keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan
- Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
Kelemahan :
- Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota
tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat
pemimpin maupun perawat klinik
- Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak
diimplementasikan dengan total
- Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan,
sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
- Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf,
berlindung kepada anggota tim yang mampu.
- Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
- Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan
tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi. Tanggung jawab Kepala Ruang
- Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan
keperawatan.
- Mengorganisir pembagian tim dan pasien
- Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan.
- Menjadi nara sumber bagi ketua tim.
- Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode/model tim
dalam pemberian asuhan keperawatan.
- Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
- Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
- Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya,
- Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian
menindak lanjutinya,
- Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.
- Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf. Tanggung jawab
ketua tim :
- Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan,
- Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang didelegasikan
oleh kepala ruangan.
- Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan
bersama-sama anggota timnya,
- Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.
- Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan
melalui konferens.
- Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan
serta mendokumentasikannya.
- Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan,
- Menyelenggarakan konferensi
- Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan,
- Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya,
- Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan, Tanggung jawab anggota
tim - Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.
- Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan
berdasarkan respon klien.
- Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan asuhan
keperawatan
- Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.
- Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
- Memberikan laporan

c. Metode Primer.
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan beberapa
konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24
jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan
sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja,
perawat primer memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika
perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada
perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni oleh
perawat primer.

Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah :


- Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan pasien
selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan
- Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, kolaborasi
dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun rencana perawatan.
- Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer
kepada perawat sekunder selama shift lain.
- Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.
- Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer
Kelebihan :
- Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri.
- Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan
motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat
- Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer
dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.
- Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
operasional dan administrasi
- Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan keperawatan
secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer adalah
memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan.
- Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang kondisi
klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat diperoleh dari satu
perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya.
- Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
- -Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi dan
lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.
- Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi
kebutuhannya secara individu.
- Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
- Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang
mengetahui semua tentang kliennya.
- Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
- Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
- Metode ini mendukung pelayanan profesional.
- Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan
tetapi harus berkualitas tinggi
Kelemahan :
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
- Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki akontabilitas
dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan keperawatan untuk
klien.
- Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
- Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
- Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain. Ketenagaan metode
primer
- Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”
- Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
- Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
- Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non professional
sebagai perawat asisten
- Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer
- Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
- Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer
- Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
- Orientasi dan merencanakan karyawan baru
- Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff
Tanggung jawab perawat primer :
- Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
- Membuat tujuan dan rencana keperawatan
- Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
- Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain
- Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
- Menyipakan penyuluhan untuk pulang
- Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial
dimasyarakat
- Membuat jadwal perjanjian klinis
- Mengadakan kunjungan rumah

d. Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap pasien
tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian
perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus biasa diterapkan
untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan komunitas.
Kelebihan :
- Perawat lebih memahami kasus per kasus
- Sistem evaluasi
Kekurangan :
- Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab
- Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

e. Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan
modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan
beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, antara lain
adalah:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III Melalui pengembangan model PKP
III dapat berikan asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan
terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik
yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan
riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II Pada model ini akan mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat
tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk
cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi
tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya.
Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu
orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan
riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer (1:10)
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I. Pada model ini perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan
penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian
asuhan keperawatan yang digunakan. Pada model ini adalah kombinasi metode
keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula Model Praktek Keperawatan
Profesional Pemula (MPKP) merupakan tahap awal untuk menuju model PKP.
Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula.
Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan,
metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2011), bahwa penetapan sistem model MAKP ii
diasarkan pada beberapa alasan, yaitu :
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan SI keperawatan atau setara
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni , karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c. Melalui kombinasi kedua model ini diharapkan komunitas asuhan keperawatan
dan akountabilitasnya terdapat pada primer.

Disamping itu karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagaian besar adalah
lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer atau ketua tim
tentang asuhan keperawatan.
Nilai-nilai profesional dari penatalaksanaan kegiatan keperawatan diaplikasikan
dalam bentuk aktifitas pelayanan profesional yang dipaparkan dalam 4 pilar sebagai
berikut :
1. Pendekatan Manajemen (Management Approach )
2. Penghargaan karir ( compensatory rewards )
3. Hubungan Profesional ( professional relationship)
4. Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system ) Kegiatan yang
ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP yang dapat
dikembangkan jika tenaga keperawatan yang bekerja berkualitas.

C. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang
membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini
melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam
mencapai tujuan tersebut.
Menurut Daniel Start analisis SWOT adalah instrumen perencanaaan strategis yang klasik
dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan serta kesempatan ekternal
dan ancaman. Instrumen ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik
untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa
dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.

Hasil analisis biasanya adalah arahan/rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan


menambah keuntungan dari peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan
menghindari ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis SWOT akan membantu kita
untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini.
Analisis ini bersifat deskriptif dan terkadang akan sangat subjektif, karena bisa jadi dua
orang yang menganalisis sebuah organisasi akan memandang berbeda keempat bagian
tersebut. Hal ini wajar terjadi, karena analisis SWOT adalah sebuah analisis yang akan
memberikan output berupa arahan dan tidak memberikan solusi “ajaib” dalam sebuah
permasalahan. Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah
berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam
gambar matrik SWOT, di mana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu
mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara
mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi
ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan
sebuah ancaman baru.

a. Faktor-faktor Analisis SWOT


1. Strengths (kekuatan)
Faktor-faktor kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah kompetensi khusus atau
keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan komparatif
lembaga pendidikan tersebut. Hal ini bisa dilihat jika sebuah lembaga pendidikan harus
memiliki skill atau keterampilan yang bisa disalurkan bagi perserta didik, lulusan terbaik
atau hasil andalan, maupun kelebihan-kelebihan lain yang dapat membuat sekolah tersebut
unggul dari pesaing-pesaingnya serta dapat memuaskan steakholders maupun pelanggan
(peserta didik, orang tua, masyarakat dan bangsa).

Sebagai contoh dari bidang keunggulan, antara lain kekuatan pada sumber keuangan, citra
yang positif, keunggulan kedudukan di masyrakat, loyalitas pengguna dan kepercayaan
berbagai pihak yang berkepentingan. Sedangkan keunggulan lembaga pendidikan di era
otonomi pendidikan atara lain yaitu sumber daya manusia yang secara kuantitatif besar,
hanya saja perlu pembenahan dari kualitas. Selain itu antusiasme pelaksanaan pendidikan
yang sangat tinggi, didukung dengan sarana prasarana pendidikan yang cukup memadai.
Hal lain dari faktor keunggulan lembaga pendidikan adalah kebutuhan masyarakat
terhadap yang bersifat transendental sangat tinggi, dan itu sangat mungkin diharapkan dari
proses pendidikan lembaga pendidikan yang agamis. (Kuntoro, 2010)

2. Weakness (kelemahan)
Kelemahan adalah hal yang wajar dalam segala sesuatu tetapi yang terpenting adalah
bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan bisa meminimalisasi
kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan kelemahan tersebut menjadi satu sisi
kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain. Kelemahan ini dapat berupa
kelemahan dalam sarana dan prasarana, kualitas atau kemampuan tenaga pendidik,
lemahnya kepercayaan masyarakat, tidak sesuainya antara hasil lulusan dengan kebutuhan
masyarakat atau dunia usaha dan industri dan lain-lain.

Oleh karena itu, ada beberapa faktor kelemahan yang harus segera dibenahi oleh para
pengelola pendidikan, antara lain yaitu:
a. Lemahnya SDM dalam lembaga pendidikan
b. Sarana dan prasarana yang masih sebatas pada sarana wajib saja
c. Lembaga pendidikan swasta yang pada umumya kurang bisa menangkap peluang,
sehingga mereka hanya puas dengan keadaan yang dihadapi sekarang ini.
d. Output pada lembaga pendidikan yang belum sepenuhnya bersaing dengan output
lembaga pendidikan yang lain dan sebagainya.

3. Opportunities (peluang)
Peluang adalah suatu kondisi lingkungan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi
formulasi dalam lembaga pendidikan. Situasi lingkungan tersebut misalnya:
a. Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan peserta didik.
b. Identifikasi suatu layanan pendidikan yang belum mendapat perhatian.
c. Perubahan dalam keadaan persaingan.
d. Hubungan dengan pengguna atau pelanggan dan sebagainya.
Peluang pengembangan dalam lembaga pendidikan dapat dilakukan antara lain yaitu:
a. Di era yang sedang krisis moral dan krisis kejujuran seperti ini diperlukan peran serta
pendidikan agama yang lebih dominan.
b. Pada kehidupan masyarakat kota dan modern yang cenderung konsumtif dan hedonis,
membutuhkan petunjuk jiwa, sehingga kajian-kajian agama berdimensi sufistik kian
menjamur. Ini menjadi salah satu peluang bagi pengembangan lembaga pendidikan
ke depan.
c. Secara historis dan realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, bahkan
merupakan komunitas muslim terbesar di seluruh dunia. Ini adalah peluang yang
sangat strategi bagi pentingnya manajemen pengembangan lembaga pendidikan.
4. Threats (ancaman)
Ancaman merupakan kebalikan dari sebuah peluang, ancaman meliputi faktor-faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah lembaga pendidikan. Jika sebuah
ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi sebuah penghalang atau penghambat
bagi maju dan peranannya sebuah lembaga pendidikan itu sendiri. Contoh ancaman
tersebut adalah minat peserta didik baru yang menurun, motivasi belajar peserta didik
yang rendah, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut
dan lain-lain.

b. Kegunaan Analisis SWOT


Secara umum, analisis SWOT dipakai untuk:
1. Menganalisis kondisi diri dan lingkungan pribadi
2. Menganalisis kondisi internal lembaga dan lingkungan eksternal lembaga
3. Menganalisis kondisi internal perusahaan dan lingkungan eksternal Perusahaan
4. Mengetahui sejauh mana diri kita di dalam lingkungan kita
5. Mengetahui posisi sebuah lembaga diantara lembaga-lembaga lain
6. Mengetahui kemampuan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya
dihadapkan dengan para pesaingnya.

Menurut Ferrel dan Harline fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk mendapatkan
informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal
(kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman).
Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut berindikasi sesuatu
yang akan membantu perusahaan mencapai tujuannya atau memberikan indikasi bahwa
terdapat rintangan yang harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi pemasukan
yang diinginkan. Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk
meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang sering digunakan
adalah sebagai kerangka / panduan sistematis dalam diskusi untuk membahas kondisi
altenatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan perusahaan (Simamora, 2010)

c. Hubungan antara Strength, Weaknesses, Opportunities, danTreaths dalam Analisis


SWOT
Sebuah lembaga akan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan ketika kekuatan
lembaga pendidikan melebihi kelemahan yang dimiliki. Oleh karena itu lembaga
pendidikan harus mampu memperdayakan potensi yag dimiliki secara maksimal,
mengurangi resiko yang terjadi. Jadi, tercapai atau tidaknya tujuan lembaga pendidikan
yang telah ditetapkan merupakan tanggung jawab lingkungan manajemen lembaga
pendidikan. Jika analisis SWOT dilakukan dengan tepat, maka upaya untuk memilih dan
menentukan strategi yang efektif akan membuahkan hasil yang diinginkan.

Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan melakukan matrik
SWOT, matrik ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
dalam penyelenggaraan program sekolah, untuk memperoleh mutu sekolah dapat
dilakukan strategi SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang), strategi WO
(memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang), strategi ST
(menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman), strategi WT (mengatasi kelemahan
dan menghindari ancaman).

Menurut Afhie, 2012 dalam hubungan antara Strength, Weaknesses, Opportunities,dan


Treaths dalam analisis SWOT dapat digambarkan melalui bagan berikut ini
HUBUNGAN
S (KEKUATAN)
W (KELEMAHAN)
O (PELUANG)
Sebuah lembaga pendidikan harus dapat menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang dan sebaliknya memanfaatkan peluang dan menjadikannya sebagai sebuah
kekuatan (Strength).
T (ANCAMAN)
Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman. Suatu lembaga pendidikan,
sebelum datangnya sebuah ancaman lembaga pendidikan tersebut harus bisa menutupi
kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya dengan kekuatan dan peluang.
Sedangkan menurut menggambarkan hubungan antara Strength, Weaknesses,
Opportunities, dan Treaths dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut
1. Kekuatan dan Kelemahan.
Kekuatan adalah faktor internal yang ada di dalam institusi yang bisa digunakan untuk
menggerakkan institusi ke depan. Suatu kekuatan (strenghth) atau distinctive
competencehanya akan menjadi competitive advantage bagi suatu institusi apabila
kekuatan tersebut terkait dengan lingkungan sekitarnya, misalnya apakah kekuatan itu
dibutuhkan atau bisa mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Jika pada institusi lain
juga terdapat kekuatan yang memiliki core competence yang sama, maka kekuatan
harus diukur dari bagaimana kekuatan relatif suatu institusi tersebut dibandingkan
dengan institusi yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan
yang dimiliki institusi harus dipaksa untuk dikembangkan karena ada kalanya
kekuatan itu tidak terlalu penting jika dilihat dari lingkungan yang lebih luas.

Hal-hal yang menjadi opposite dari kekuatan adalah kelemahan. Sehingga sama
dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi harus dipaksa untuk diperbaiki
terutama untuk hal-hal yang tidak berpengaruh pada lingkungan sekitar.
2. Peluang dan Ancaman
Peluang adalah faktor yang didapatkan dengan membandingkan analisis internal yang
dilakukan di suatu institusi (strenghth dan weakness) dengan analisis internal dari
kompetitor lain. Sebagaimana kekuatan, peluang juga harus diranking berdasarkan
success probbility, sehingga tidak semua peluang harus dicapai dalam target dan
strategi institusi. Peluang dapat dikategorikan dalam tiga tingkatan yaitu:
a. Low, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang kecil dan peluang pencapaiannya
juga kecil.
b. Moderate, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang besar namun peluang
pencapaian kecil atau sebaliknya.
c. Best, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang tinggi serta peluang tercapaianya
besar
b. Sedangkan, ancaman adalah segala sesuatu yang terjadi akibat trend
perkembangan (persaingan) dan tidak bisa dihindari. Ancaman juga bisa dilihat
dari tingkat keparahan pengaruhnya (seriousness) dan kemungkinan terjadinya
(probability of occurance).
BAB III
ANALISA SITUASI

3.1 Analisa Situasi Ruangan


A. Profil RS Thamrin Cileungsi
Yayasan RS MH Thamrin didirikan pada 13 September 1979 oleh Dr. H. Abdul
Radjak, DSOG berkedudukan di Jl. Salemba Tengah 26-28 Jakarta Pusat. Dr. H.
Abdul Radjak, DSOG adalah pendiri sekaligus sebagai Ketua dari Yayasan RS. MH.
Thamrin. Yayasan RS MH Thamrin merupakan partisipasi masyarakat dalam
meneruskan cita-cita pahlawan nasional Mohammad Husni Thamrin dalam
pembangunan bidang kesehatan di Indonesia khususnya masyarakat Betawi yang
bergerak di bidang palayanan kesehatan dan pendidikan tenaga kesehatan. Sejak
berdiri sampai dengan sekarang yayasan telah memiliki/mengelola 3 rumah sakit dan
7 klinik bersalin/klinik 24 jam yang lokasinya tersebar diseluruh Jabotabek. Dibidang
tenaga kesehatan pada saat ini yayasan memiliki program pendidikan D-III sebanyak
6 untuk tenaga kesehatan, 1 Sekolah Tinggi tenaga kesehatan dan 2 Sekolah Tinggi
non Kesehatan. Dimana untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut yayasan
mempekerjakan secara penuh + karyawan dari berbagai bidang keahlian dan profesi
Rumah Sakit MH Thamrin Cileungsi adalah bagian dari badan usaha milik Yayasan
Rumah Sakit Muhamad Husni Thamrin Jakarta Sesuai dengan keputusan Badan
Pengurus Yayasan RS MH Thamrin Jakarta.

B. Gambaran Umum Ruang Topaz RS Thamrin Cileungsi


3.1.1 Program dan Fungsi Manajemen Diruangan Topaz
1. Perencanaan (Planning)
a) Jangka Pendek
Ruang topaz dalam perencanaan melakukan sebuah pre komference yang
dilakuakan oleh Pj shift setiap pergantian shift pagi, shft siang dan shift malam
yang didalam pre conference melaporkan jumah pasien diruangan keadaaan
umum pasien (keluhan yang dirasakan saat ini) , diagnosa dan perencanaan yang
akan dilakukan pada pasien yang masih dirawat maupun yang akan pulang ,
melaporkan tindakan yang sudah dilakukan perawat sebelumnya mapun yang
belum dilakukann maka perawat yang dinas selanjutnya akan melnajutkan
tindakan keperawatan yang belum sempat dilakukan oleh perawat yang dinas
sebelumnya dan PJ Shift dan dan perawat pelaksana melakuan ronde keliling
ruangan kamar kelolaan.
b) Jangka Panjang

2. Pengorganisasian (Organizing)
Diruang Topat meggunaan pengorganisasian dengan model keperawatan
fungsional yang terdapat PJ Shitt setiap pergantian dinas terdapat 1 penanggung
jawab. Setiap penanggung jawab pada shift tersebut bertanggung jawab dalam
melakuan observasi pada pasien yang dikategorikan toral care yang dibutuhkan
observasi pada pasien yang post op. Pj Shit bertugas mngatur dan menentkan
tugas-tugas yang akan dilakukan oleh perawat pelaksana salah satunya
menentukan pemegangan pasien sesuai dengan jumlah pasien yang tersedia.
Perawat pelaksana di ruang topaz tidak hanya melakukan asuhan keperawatan
pada pasien namun diantara juga menjadi penanggung jawab obat. Ruang Topaz
terdiri dari 8 ruangan dengan rincian kamar 1 sampai 7 kelas 3 Dewasa dan
kamar 8 kelas 3 Anak.

3. Penggerak (Actuating)
Kepala ruangan Topaz bersifat terbuka dan demokrasi kepada semua perawat di
ruang topaz sehingga semua perawat di ruang topaz terjalin hubungan baik satu
dan baik dan jika terjadi permasalahan di ruang topaz maka akan diakukan rapat
yang akan diarahkan oleh kepala ruangan.

4. Pengendalian dan pengawasan (ontroling)


a) jangka pendek
kepala ruangan Topaz selalu berdinas pagi dan selalu mengawasi kinerja para
perawat pelaksana dalam melakukan asuhan keperawatan dan mengetahui sejauh
mana jika ada masalah-masalah apa saja pada pasin dan melakukan pengecekan
ulang dokumentasi setiap kasus pasin untuk mngetahui tindakan keperawatan
yang sudah dilakukan mapun belum dilakukan.
b) jangka panjang
Kepala Ruangan Topaz selalu megevaluasi tenaga kerja selama melakukan
asuhan keperawatan kepada pasin yang masih belum maksimal maupun hal-ha
yang berhubungan dengan kepuasan klien dan fasilitas ruangan yang dilakukan 1
kali dalam sebulan.

5. Penilaian (Evaluasi)
Evaluasi di ruang Topaz dilakuakan oleh kepala ruangan pada saat post
conforence, saat pergantian shift, dimana PJ shift pagi melakukan operan dengan
PJ shift selanjutnya untuk dilakukan tindakan keperawatan selanjutnya.

3.1.2 Jenis Tipe kelas Ruang Topaz


Ruang topaz yaitu ruang bedah di rumah sakit thamrin cileungsi dengan tipe kelas 3
yang memberikan pelayanan kesehatan baik bagi masyarakat yang menggunakan
BPJS, Asuransi dll.
3.1.3 Struktur Organisasi Ruang Topaz

STRUKTUR ORGANISASI RUANG RAWAT INAP TOPAZ

RUMAH SAKIT MH. THAMRIN CILEUNGSI

Ka.Komite Keperawatan Ka. Divisi Keperawatan Ka. Instalasi Ruangan Rawat


Inap

Ka. Sub. Div

PJ Shift 1 PJ Shift 2 PJ Shift 3 PJ Shift 4

Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana


Keterangan :

NO Nama Jabatan Saat Ini

1 Zr. Wati Kepala ruangan


2 Zr. Mira Penanggung jawab
3 Zr. Revita S Penanggung Jawab
4 Zr. Murti D Penanggung Jawab
5 Zr. Ngalem S Penanggung Jawab
6 Zr. Indri S Penanggung Jawab
7 Zr. Siti H Penanggung Jawab
8 Zr. Windy L perawat pelaksana
9 Ns. Rosita. S.kep perawat pelaksana
10 Zr. Nita Perawat pelaksana
11 Br. Priyan perawat pelaksana
12 Zr. Yunia perawat pelaksana

3.15 Perhitungam Kebutuhan Tenaga Perawat dan pasien


a. Kebutuhan perawat dan Pasien
1. Pasien
Ruang Topaz Rs Thamrin Cileungsi adalah ruang rawat inap Dewasa untuk pasien
dengan kasus bedah yang terdiri dari kelas 3 dengan kapasitas 33 tempat tidur.

Perhitungan BOR Pasien Diruang Topaz

No Shift Ruangan Bor

1 P 33 bad 70% =
70/100 x 33 = 23,1
2 S 33 bad

3 M 33 bad
2. Klasifikasi Ketergantungan Pasien

Klasifikasi Jumlah Kebutuhan tenaga keperawatan Total


pasien pasien

Pagi sore malam

Total care -

Partial care -

Minimal 23 23 x 0,17 = 23 x 0,14 = 23 x 0,07= 8,74


care 3,91 3,22 1,61

Keterangan : total tenaga perawat ruang topaz


3,91 + 3,22 + 1,61 = 8,74 yaitu 9 orang
Jumalah tenga perawat yag lepas dinas perhari : 86x 9 /297 = 2,60 yaitu 3 orang
Total perawat ruangan di topaz terdapat 12 orang diantaranya 1 karu)

3. Klasifikasi Dan Kriteria Ruang Topaz


1. Minimal care
1) Klien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan
 Klien mampu berpakaian dengan sedikit bantuan
 Klien mampu ke kamar mandi untuk BAK dan BAB
 Klien mampu turun dan naik tempat tidur
 Klien mampu berjalan sendiri
 Klien mampu membersihkan mulut dan menggosok gigi
2) Status Psikologis stabil
3) Klien dirawat sesuai dengan diagnostik

2. Partial Care
1) Klien memerlukan bantuan perawat sebagian
 Membutuhkan bantuan untuk makan
 Membutuhkan bantuan menyiapkan makanan ditempat tidur
 Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK
 Membutuhkan bantuan untuk berpakaian
2) Observasi post op minor
3) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

3. Total Care
1) Klien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya
 Memandikan pasien
 Membersihkan mulut dan menggosok gigi
 Memakaikan pakaian
 Mengganti alat tenun tempat tidur pasien
 membersihkan BAB dan BAK ditempat tidur

b. Efisiensi Pelayanan di Ruang Topaz


1) Gambar 1 BOR Ruang Topaz Periode Bulan jan, feb, maret, april tahun 2018

70

60
51,8
50

40
persen
30

20

10

0
Topaz 1-5 Topaz 6-7 Topaz 1-5 Topaz 6-7 Topaz 1-5 Topaz 6-7 Topaz 1-5 Topaz 6-7 Total

Jan Feb Maret April


Berdasarkan gambar 1 di dapatkan bahwa rata-rata prsentase pemakaian tempat tidur
(BOR) ruang Topaz berada dibawah standar nasional (75-85%).

2) Gambar 2. LOS (Lenght Of Stay)

500
450
400 341
350
Hari
300
250
200
150
100
50
0
Topaz 1-5 Topaz 6-7 Topaz 1-5 Topaz 6-7 Topaz 1-5 Topaz 6-7 Topaz 1-5 Topaz 6-7 Total
Jan Feb Maret April

Berdasarkan gambar 2 diatas didapatkan bahwa rata rata lamanya perawatan seorang
pasien (Los) Ruang Topaz berada diatas standar nasional (6-9 hari).

3) Gambar 3 TOI (Turn Over Interval)


40

35

30

Hari 25

20
15
10
2,3
5

0
Topaz 1-5 Topaz 6-7 Topaz 1-5 Topaz 6-7 Topaz 1-5 Topaz 6-7 Topaz 1-5 Topaz 6-7 Total

Jan Feb Maret April

Berdasarkan gambar 3 diatas didapatkan bahwa rata-rata tempat tidur tidak ditepati
(TOI) di ruang Topaz telah sesuai dengan standar nasional (1-3 hari).

4) BTO (Bed Turn Over)


18
16
14
12
10
Hari 6,5
8
6
4
2
0
Topaz 1-5Topaz 6-7Topaz 1-5Topaz 6-7Topaz 1-5Topaz 6-7Topaz 1-5Topaz 6-7 Total

Jan Feb Maret April

Berdasarkan gamar 4 diatas dapat disampaikan bahwa rata-rata frekuensi pemakaian


tempat tidur (BTO) di ruang topaz telah sesuai dengan standar nasional (4-5 kali)
C. Intrumental Input
1) Ketenagaan
a) Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesifikasi pekerjaan di ruang rawat ianap
topar rs thamrin cileungsi
tabel 1 Distribusi ketenagaan Berdasarkan Spesifikai Pekerjaaan di Ruang
Topaz tahun 2018
No Spesifikasi Pekerjaan Jumlah
1. Perawat 12
2 Administrasi 0
3 Klining Service 1
Jumlah 13

Berdasarkan tabel 1 sebagian besar ketenagaan di ruang topaz adalah tenaga


keperawatan (perawat) karena administrasi tenaga yang bersifat gabungan setiap
ruang rawat inap

b) Karakteristik Ketenagaan berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tabel 2 Distribusi Ketenagaan berdasarkan tingkat pendidikan di ruang
Topaz Tahun 2018

No Pendidikan Jumlah
1. S1 Keperawatan + Ners 1 Orang
2 D3 Keperawatan 11 orang
Jumlah 12 Orang

Berdasarkan tabel 2 sebagian besar pendidikan diruang topaz adalah D3 Keperawatan

c) karakteristik ketenagaan kerja berdasarkan masa kerja

Tabel 3. distribusi Ketenangaan Berdasarkan tingkat masa kerja di Ruang Topaz


Tahun 2018

No Masa Kerja Jumlah


1. 1- 3 tahun 5 orang
2 >3-5 tahun 2 orang
3 >5 5 Orang
Jumlah 12 Orang

Berdasarkan tabel 3 sebagian besar masa kerja diruang topaz adalah 1-3 tahun dan >
5 tahun

d) Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan Diklat dan pelatihan yang diperoleh

Tabel 4 distribusi Ketenangaan Berdasarkan diklat dan pelatihan di Ruang


Topaz Tahun 2018

No Pelatihan dan Diklat Jumlah


1. BTCLS 6 Orang
2 PPGD 1 orang
3 Dikat perawatan luka 4 orang
4 Tidak ikut 1 orang
Jumlah 12 Orang

Berdasarkan tabel 4 sebagian besar perawat diruang topaz sudah pernah mengikuti
pelatihan Btcls dan hanya ada 1 orang yang belum mengikuti diklat atau pelatihan
2. Material

a. Kapasitas tempat tidur ruang Topaz


Ruang topaz memiliki kapasitas temoat tidur 33 tempat tidur untuk dewasa dan 9 bad
tempat tidur anak.

No Kamar Jumlah Bed


1 Kamar 1 4 Bed
2 Kamar 2 4 Bed
3 Kamar 3 4 Bed
4 Kamar 4 4 Bed
5 Kamar 5 4 Bed
6 Kamar 6 6 Bed
7 Kamar 7 7 Bed
8 Topaz Anak 9 Bed
JUMLAH TOTAL BED 42 Bed

2) Fasilitas Untuk Petugas di Ruang Topaz

No Fasilitas Petugas Topaz


1 Ruang nurse station
2 Ruang sholat perawat
3 Kamar mandi dan WC
4 Lemari menyimpan alat
5 Loker pribadi perawat
6 Komputer
7 Tempat sampah non medis dan medis

3) Fasilitas untuk pasien

No Fasilitas Pasien Ruang Topaz


1 Temoat tidur pasien
2 Kamar mandi
3 Meja makan
4 TV
5 Ac
6 Tiang infus
7 Wastafel
8 Meja dan Lemari

9 Kamar mandi pasien atau keluarga


10 Kasur busa, satu antal
11 Oksigen
12 Tmpat sampah non medis

4) Denah Ruang Topaz

Tpz
R.

1
Tpz
R.

2
Tpz
R.

3
Tpz
R.

4
Tpz
R.

5
Tpz
R.

R. R. Topaz R.
Nurse Station R.Topaz 7
Maternity 8 Anak

R.
R. Ok Intalasi R.Kasir R.dr ICU R.Icu Toilet
Farmasi

Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi lingkungan Ruang Topaz dapat disampaikan
bahwa :

 Pencahayaan : Terang disemua ruang bisa untuk membaca, cukup sinar matahari
 Lantai : Lantai keramik, bersih dan kering
 Atap : Rapat/tidak bocor, bagian dalam bersih
 Dinding : Kuat, tidak retak dan bersih
 Sasarana air bersih : Tersedia
 Pembuangan air limbah : Lancar
 Tempat sampah medis dan non medis terpisah

5) Fasilitas alat tenun


No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Sprai Baik
2 Stik laken Baik
3 Perlak Baik
4 Sarung bantal Baik
5 Kasur Baik
6 Bantal Baik

6) Fasilitas Alat Medis

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Kursi roda 2 Baik
2 Tonirquet 2 Baik
3 Tensi meter 2 Baik
4 Manometer O2 4 Baik
5 Stetoskop dewasa 3 Baik
6 Stetoskop anak 1 Baik
7 Pispot 4 Baik
8 Standar infuse 3 Baik
9 Brankar 2 Baik
10 Termometer digital 2 Baik
11 Timbangan 1 Baik
12 Bak spuit kecil 1
13 Dorongan instrumen 1
a. Mberdasarkan data wawancara yang dilakukan kelompok bahwa penyediaan
kebutuhan alat/bahan yang hais terpakai diruangan dapat langsung diperoleh dengan
melalui form permintaan barang ke bagian logistik dan penyediaan bahan medis
pasien dapat dilakukan dengan resep dokter langsung diresepkan ke apotik lalu
diambil perawat di taruh ke loker pasien kemudian dicatat di daftar obat

3. Methode

1) Kebijakan

Kajian data:

Kebijakan di ruang Topaz RS Thamrin Cileungsi

No Kegiatan
1. Pengangkatan Kepala Ruangan
2. Penentuan penanggung jawab shift oleh kepala ruangan
3. Memantau dan memastikan panduan identifikasi pasien dikelola dengan baik oleh
penangggung jawab shift dan staf pelaksana di ruangan
4. Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan identifikasi masalah

2) Visi dan Misi

a. visi
menjadi rumah sakit unggulan di wilayah bogor timur dan sekitarnya sebagai pusat trauma &
pelayanan intensif”

b. misi
 memenuhi kebutuhan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan akibat
 trauma/kecelakaan dan pelayanan intensif secara paripurna di kabupaten bogor timur
 umumnya, wilayah cileungsi khususnya.
 memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat umum secara pribadi,
 perusahaan dan asuransi.
 mengikuti perkembangan teknologi dan melengkapi alat-alat pelayanan dan
penunjang
 medis sesuai kebutuhan.
 mengupayakan sisa hasil usaha yang dapat memelihara tingkat pertumbuhan serta
 meningkatkan kesejahteraan karyawan.
 menciptakan lingkungan kerja yang mendorong kreatifitas setiap karyawan untuk
 berkarya maksimal dan professional.
 membangun kemitraan nasional maupun internasional.

Kajian data : berdasarkan pengkajian dan observasi kelompok dan wawancara kepala ruangan
bahwa di ruang topaz tidak ditemukan visi dan misi khusus untuk ruang topaz namun visi
dan misi rumah sakit mencakup semua instalasi rumah sakit baik itu rawat inap, dan ruang
lainnya
3) Penerapan MPKP
a. Ruang Topaz melaksanakan MPKP dengan metode fungsional dapat dijelaskan
sebagai berikut:
 Dalam daftar dinas di ruang topaz terbagi menjadi 3 Penanggung jawab. Penanggung
jawab 1 terdiri dari pananggung jawab shif pagi dengan perawat pelaksana 3 orang,
dan penanggung jawab 2 shif siang dan perawat pelaksana 2 orang, dan penanggung
jawab 3 shift malam dan perawat pelaksana 2 orang dan terdapat penanggung jawab
obat dimana salah satu perawat pelakana bertugas menjadi PJ obat.
 Tersedia buku hasil observasi pasien selama dirawat diruang topaz seperti buku
tanda-tanda vital yang dilakukan 1 kali dalam 1 shift
 Operan shift dan pengaturan shift tiap hari terbagi mnjadi 3 shift yaitu pagi dari jam
06.30-14.00, siang dari 13.30-21.00, malam dari jam 20.30- 07.00
 Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan metode fungsional dengan combine tim
sangat cocok pada ruang tpaz dikarenakan jumlah perawat tidak sebanding dengan
jumlah pasien sehingga pekerjaan yang dilakukan kurang optimal.
 Ruang topaz memiliki standar asuhan keperawatan didalam terdapat pengkajian,
diagnosa, intervemsi, dan pndokumentasian.
 kepala ruangan, penanggung jawab shif dan perawat pelaksana melakukan overan dan
ronde keliling ruangan sehingga tercapainya komunikasi yang cukup antar profesi
dalam melakukan asuhan keperawatan.
 Kepala ruangan, penanggung jawab tim dan perawat pelaksana ruang topaz
melaksanan metode SBAR yang digunakan pada saat melakukan timbang terima
pasien/pelaporan.

c. Sistem Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Ruang Topaz

Ruang Topaz

4. Money

Kajian Data:

RS Thamrin Cileungsi bukan merupakan RS milik pemerintah melainkan RS Swasta


yang berdiri sendiri dan sumber pendanaan berasal dari:

b. Tarif yang dikenakan kepada pasien baik dari rawat inap maupun rawat jalan
c. Sumbangan berasal dari Yayasan Mh Thamrin.

5 Marketing

Kajian Data:

a. Pelanggan Pesera di Ruang Topaz banyak menggunakan asuransi berupa BPJS


dan umum setiap tahunnya
b. Adanya institusi pendidikan kesehatan yaitu Universitas MH Thamrin dimana RS
Thamrin Cileungsi menjadi tempat lahan praktik salah satunya Ruang Topaz
menjadi bagian ruangan bedah yang sering menjadi tempat lahan praktik
mahasiswa baik dari mahasiswa s1 keperawaan, profesi maupun D keperawatan.
ANALISA SWOT

M1 BOBOT RATING TOTAL BxR


KETENAGAKERJAAN
IFAS
S:
a) Jenis Ketenagaan 0,25 2 0,5
S1 : 1 S-W:
D3 : 14 3 – 2,5
b) Adanya perawat yang menikuti seminar dan 0,5 2 1 = 0,5
workshop
c) Beban kerja perawat di ruangan tidak terlalu 0,5 1 0,5
tinggi
d) Jumlah perawat sebanding dengan jumlah 0,5 2 1
pasien

W:
a) Pembagian tugas masih belum jelas 0,5 2 1
b) 93% perawat masih berlatar pendidikan D3 0,75 2 1,5

EFAS
O:
a) RS memberi kebijakan untuk memberi beasiswa 0,5 2 1 0-T:
dan pelatihan bagi perawat ruangan 2–1
b) Perawat berkesempatan melanjutkan pendidikan 0,5 2 1 =1
ke jenjang yang lebih tinggi

T:
a) Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk 0,5 1 0,5
pelayanan yang lebih profesional
b) Makin tinggi kesadaran masyarakat akan 0,25 2 0,5
pentingnya kesehatan
M2 BOBOT RATING TOTAL BxR
SARANA & PRASARANA
IFAS
S:
a) Tersedianya nurse station 0,5 2 1 S–W:
b) Dekat dengan ruangan intensive care dan 0,25 2 0,5 2 – 2,5
perioperati 0,5 1 0,5 = - 0,5
c) Terdapat administrasi penunjang

W:
a) Tidak setiap bed didalam ruangan memiliki 0,5 1 0,5
oksigen
b) Tidak setiap bed memiliki tiang infus 0,25 2 0,5
c) Nurse station belum tertata secara optimal 0,5 1 0,5
d) Tidak ada jalur evakuasi 0,5 2 1

EFAS
O:
a) Adanya kesempatan memiliki alat-alat yang 0,75 2 1,5 O–T:
kurang 1,5 – 2
= - 0,5
T:
a) Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat 0,5 2 1
untuk melengkapi sarana dan prasarana
b) Adanya kesenjangan antara jumlah pasien dengan 0,5 2 1
peralatan di ruangan

M3 BOBOT RATING TOTAL BxR


METHOD
IFAS
S:
a) Sudah ada model asuhan keperawatan yaitu 0,75 2 1,5 S–W:
metode fungsional combine Tim 3–2
b) Memiliki standar asuhan keperawatan 0,5 2 1 =1
c) Terlaksananya komunikasi yang cukup antar 0,5 1 0,5
profesi

W: 0,5
a) Belum memiliki visi dan misi ruangan 0,25 2 1
b) Job desscription belum jelas karena asuhan 2 1
keperawatan yang di combine

EFAS
O: 0,5 1 0,5 O–T:
a) Kepercayaan dari pasien dan masyrakat cukup 0,5 2 1 1,5 – 2
baik = -0,5
b) Adanya kerjasama institusi klinik independen
0,25 2 0,5
T: 0,5 2 1
a) Persaingan dengan RS lain
b) Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang
maksimal 0,25 1 0,5
c) Kebebasan pres mengakibatkan mudahnya
penyebaran infromasi didalam ruangan ke
masyarakat

BOBOT RATING TOTAL BxR


DOKUMENTASI
IFAS
S:
a) Dokumentasi keperawatan dilakukan meliputi 0,5 2 1 S–W:
pengkajian menggunakan sistem head to toe serta 3–5
diagnosis keperawatan sampai dengan evaluasi = -2
dengan menggunakan SOAP
b) Format pengkajian sudah ada dan memudahkan 0,75 1 1,5
perawat dalam pengkajian dan pengisian
c) Perawat diruangan mengatakan mengerti dengan 0,25 2 0,5
pengisian format pengkajian pasien

W:
a) Sistem pendokumentasi masih dilakukan secara 0,75 2 1,5
manual
b) Belum semua tindakan mandiri perawat 0,75 2 1,5
didokumentasikan
c) Catatan keperawatan kurang berkesinambungan 0,5 2 1
dan kurang lengkap
d) Catatan perkembangan kurang berkesinambungan 0,5 2 1
dan kurang lengkap

EFAS
O:
a) Adanya kesempatan untuk mengikuti pelatihan 0,75 1 0,75 0–T:
tentang pendokumentasian keperawatan 2,25 –
b) Adanya peluang perawat untuk meningkatkan 0,5 2 1 1,75
pendidikan atau mengembangan SDM = 0,5
c) Adanya kerjasama yang baik anatara mahasiswa 0,5 1 0,5
dengan perawat ruangan

T:
a) Adanya kesadaran pasien dan keluarga akan 0,75 1 0,75
tanggung jawab dan tanggung gugat
b) Akreditasi RS tentang sistem dokumentasi 0,5 2 1

BOBOT RATING TOTAL BxR


SENTRALISASI OBAT
IFAS
S:
a) Kepemilikan antar obat pasien selalu dipisahkan 0,5 1 0,5 S–W:
b) Obat diberi etiket pada saat penyiapan obat 0,75 2 1,5 2 – 2,75
= - 0,75
W:
a) Tidak ada ruangan khusus sentralisasi obat 0,75 1 0,75
b) Format obat tidak dilengkapi dengan tanda 0,75 2 1,5
tangan perawat dan keluarga pasien
c) Sentralisasi obat belum dilakukan secara optimal 0,5 1 0,5

EFAS
O:
a) Kerjasama yang baik antar perawat dan O–T:
mahasiswa 0,5 2 1 2,5 – 2
b) Pengajuan penambahan ruangan untuk = 0,5
sentralisasi obat 0,75 2 1,5
T:
a) Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat yang
mulai sadar dengan jenis dan fungsi obat 0,5 2 1
b) Adanya tuntutan pelayanan yang profesional
0,5 2 1

BOBOT RATING TOTAL BxR


SUPER VISI
IFAS
S:
a) Kepala ruangan mendukung kegiatan supervisi 0,5 2 1 S–W:
demi peningkatan mutu pelayanan dan mutu 1,5 – 2,75
keperawatan = -0,85
b) Supervisi dilakukan 1 tahun sekali 0,5 1 0,5

W:
a) Belum ada format baku untuk supervisi setiap 0,75 1 0,75
tindakan
b) Super visi dilakukan tidak terjadwal 0,5 1 0,5
c) Alur supervisi diruangan belum jelas 0,5 2 1
d) Kurangnya program pelatihan dan sosialisasi 0,25 2 0,5
tentang supervisi

EFAS
O:
a) Terbukanya kesempatan untuk melanjutkan 0,5 2 1 O–T:
pendidikan 1,75 – 1
b) Adanya pengajuan program pelatihan supervisi 0,75 1 0,75 = 0,75
dan sosialisasi

T:
a) Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk 0,5 2 1
mendapatkan pelayanan yang profesional dan
bermutu sesuai dengan peningkatan biaya
perawatan
BOBOT RATING TOTAL BxR
OVERAN
IFAS
S:
a) Overan dilakukan 3 kali 0,5 1 0,5 S–W:
b) Diikuti semua perawat yang akan dinas 0,5 1 0,5 2,75 – 1,5
c) Overan menggunakan buku CPPT 0,5 2 1 = 1,25
d) Adanya interaksi dengan pasien saat overan 0,75 1 0,75
berlangsung

W:
a) Data hanya ditulis disecarik kertas 0,5 1 0,5
b) Dokumentasi masih terbatas sehingga rencana 0,5 2 1
tindakan belum spesifik

EFAS
O:
a) Sarana dan prasarana penunjang cukup tersedia 0,25 1 0,25 O–T:
b) Adanya kesempatan klarifikasi tanya jawab dan 0,5 1 0,5 0,75 – 0,5
validasi terhadap semua yang dioverkan =0,25

T:
a) Meningkatnya kesadaran masyrakat terhdap 0,5 1 0,5
tanggung jawab dan tanggung gugat

BOBOT RATING TOTAL BxR


RENCANA PULANG
IFAS
S:
a) Sudah ada pembagian tugas perencanaan pulang 0,5 1 0,5 S–W:
b) Bahasa yang digunakan dalam perencanaan 0,5 1–2
pulang bahasa indonesia 0,5 1 = -1

W:
a) Belum ada leaflet dan poster untuk edukasi pasien
pulang 0,75 2 1,5
b) Pelaksanaan perencanaan pulang belum optimal
0,5 1 0,5
EFAS
O:
a) Kemauan pasien atau keluarga terhadap anjuran
perawat 0,5 1 0,5 O–T:
b) Pengajuan anggaran untuk pembuatan leaflet dan 1,5 – 1
poster untuk pasien dan ruangan 0,75 2 1,5 = 0,5

T:
a) Makin tinggi kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan 0,5 1 0,5
b) Persaingan antar ruang semakin ketat
0,5 1 0,5

Anda mungkin juga menyukai