Pak Affandi PK
Pak Affandi PK
Affandi Ihsan
1 Juni 2015
Keseimbangan Air
Cairan badan terdiri atas air dan zat-zat yang larut di dalamnya, dibagi atas dua
golongan besar :
1. Cairan intraseluler
2. Cairan ekstraselluler
Pada orang dewasa cairan badan merupakan 45-50% dari berat badan normal, pada
pria lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Pada pria 55-60% berat badan, pada
wanita 50-55% berat badan. Di dalam air, lebih sedikit dibandingkan dalam otot
menjelang dewasa dimana ototnya bertambah maka persentase cairan akan bertambah
pula. Pada orang-orang dewasa tua, maka persentase cairan lebih bekurang lagi.
menurut penelitian cairan intraselluler 55% dari cairan otak, pada ekstraselluler kira-
kira 45% dari cairan tubuh dan cairan ektraselluler ini dibagi lagi :
a. Plasma 7,5%
b. Cairan interstisil 20%
c. Cairan jaringan ikat 15%
d. Cairan transeluler 2,5%
Cairan transeluler yaitu cairan yang terdapat karena hasil produksi kelenjar-kelenjar.
Cairan ekstrselluler diukur dengan zat warna efanspru, yang akan menjebak cairan
pada ekstraselluler namun tidak akan masuk kedalam sel dan cairan intraselluler yang
merupakan selisih dari cairan total tubuh dengan cairan ekstraselluler. Cara lain
mengukur cairan ekstraselluler yaitu dengan menggunakan eritrosit yang dilabel
dengan para-radioaktif, atau dengan menggunakan albumin yang dilabel dengan
iodium 131.
Cairan tubuh berada dalam keseimbangan dan untuk memelihara keseimbangan ini
maka input cairan harus sama dengan output cairan. Input cairan berasal dari makanan
sebanyak 800 ml, minuman sebanyak 1450 ml, proses oksidasi 350 ml sehingga total
jumlah 2600 ml. Output cairan melalui kulit, sebanyak 400 ml, 200 ml, paru-paru 400
ml, ginjal 1500 ml, usus (feses) 100 ml, jumlahnya 2600 ml. Pengeluaran cairan
melalui kulit, paru-paru selalu tetap ada walaupun kita tidak adainput sama sekali, dan
juga pengeluaran melalui ginjal selalu ada, dan minimal dikeluarkan 500 ml. Jadi
setiap hari minimal diekskresikan 1500 ml air, dan ini disebut inveitable.
Sebagian kita ketahui cairan tubuh terdiri atas air dan zat elektrolit, jadi gangguan
keseimbangan cairan tubuh dapat berupa :
1. Defisiensi air
2. Defisiensi kadar garam (elekrtolit)
3. Campuran antara keudanya
1. Input yang berkurang, misalnya pada orang tak sadar, post operasi, tidak mau makan
atau minum, gangguan pada jalur makanan seperti obtruksi.
2. Output yang berlebih-lebihan, misalnya keringat banyak, kelainan ginjal, diabetus
insipidus, pemberian obat-obat duretika.
Defisiensi darah
2. Gangguan endokrinologi
1. Pada kehilangan cairan dari gastrointerstinal, mula-mula caitan yang hilang hipotonis.
Bila keadaan ini hanya diberikan air maka kadar elektrolit relatif berkurang, jadi
seolah-olah terdapat defisiensi garam. Karena cairan ekstraseluler mengalami
defisiensi garam, maka cairan ekstraseluler hipertonis terhadap cairan intraseluler,
akibatnya cairan akan masuk kedalam sel, shingga terjadi oedem intraseluler. Gejala-
gejalanya penderita tidak merasa haus. Pemeriksaan laboratorium, kadar elektrolit
cairan ekstraseluler menurun, berat jenis urin rendah, bila kekurangan ini berat maka
volume plasma juga akhirnya berkurang, hingga terjadi syok. Terapinya pemberian
larutan garam.
Keseimbangan elektrolit
Eletrolit yang terutama pada cairan intra dan ektraseluler. Terdiri dari:
1. Pada cairan intraseluler maka kation utama adalah K+1, anion utama adalah fosfat,
protein dan HCO3-.
2. Pada cairan ektraseluler maka kation utama adalah Na+, anion utama adalah Cl-,
kecuali pada cairan asam lambung, yiutu memiliki cairan utama H+, dan pada
pankreas HCO-. Pada cairan ekstraseluler, kationnya sama dengan 155 mg ekuivalen
per ml, anion yang terdiri dari Na+ 142± per mg ekuivalen. Kation 4,5± 1 mg per
ekuvalen, anion 155 mg per ekuivalen per lt. Terdiri dari Cl- kurang lebih 100±
ekuivalen per ml, buffer basa kurang lebih 45 mg per lt, juga pada ekstraseluler ini
ada perbedaan antara plasma dan cairan intestisial yaitu dari hal proteinnya, dimana
protein plasma lebih banyak daripada protein cairan intrastisial.
Pada cairan intrasel, maka K+ terdapat lebih banyak dibandingkan cairan ektraseluler dan
juga jumlah protein cairan intrasel, lebih dibandingkan daripada intrasel.
NATRIUM
KALIUM
1. Kegagalan ginjal
2. Dehidrasi
3. Post operasi, pada post operasi pada stadium anurin, pada stadium ini infus kalium
tidak boleh diberikan. Bila fungsi ginjal sudah baik. Maka infus boleh diberikan.
4. Keadaan syok
5. Eddison diseases