Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

“Post Partum Induksi Misoprostol”

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Praktik Klinik Keperawatan IV (Keperawatan Maternitas)

Oleh
Ardika Sulisetiyani (1401460048)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN MALANG
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MALANG
September 2016
1. Definisi Masa Nifas (Puerperium)
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah partus selesai sampai
pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa
nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu. (Abidin, 2011).

2. Tahapan Masa Nifas


Tahapan masa nifas menurut Reva Rubin:
a. Periode Taking In (hari ke 1-2 setelah melahirkan)
- Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.
- Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
- Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan.
- Memerlukan ketenagaan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan
tubuh ke kondisi normal.
- Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan
peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses
pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.
b. Periode Taking On/Taking Hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)
- Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatan
tanggung jawab akan bayinya.
- Ibu menfokusdkan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK<
BAB, dan daya tahan tubuh.
- Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti
menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok.
- Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.
- Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak
mampu membesarkan bayinya.
c. Periode Letting Go
- Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan
serta perhatian keluarga.
- Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan
memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam
kebebasan dan hubungan sosial.
- Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini.

3. Masa Nifas (peurpenium) dibagi dalam 3 periode:


a. Puerpenium dini: kepullihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerpenium intermedial: kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerpenium: waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan atau tahunan.

4. Perubahan-Perubahan Yang Penting Pada Masa Nifas


Adaptasi Fisiologi
Adaptasi atau perubahan yang terjadi pada ibu post partum normal, yaitu:
1) Sistem reproduksi
a. Involusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Dalam waktu 12 jam,
tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilicus. Dalam
beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan
cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari
pascapartum keenam fundus normal akan berada dipertengahan antara
umbilicus dan simpisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada
abdomen pada hari ke-9 pascapartum.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respons terhadap penurunan
volume intrauterine yang sangat besar. Hemostasis pascapartum
dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium,
bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormone
oksigen yang dilepas kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah, dan membantu
hemostasis. Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas
kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena
penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa
ini, biasanya suntikan oksitosin (pitosin) secara intravena atau
intramuscular diberikan segera setelah plasenta lahir.
c. Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada
umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering
dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan
sepanjang masa awal puerperium.
d. Lokia
Pengeluaran darah dan jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus selama masa nifas disebut lokia. Lokia ini terdiri dari lokia
rubra (1-4 hari) jumlahnya sedang berwarna merah dan terutama darah,
lokia serosa (4- 8 hari) jumlahnya berkurang dan berwarna merah
muda (hemoserosa), lokia alba (8-14 hari) jumlahnya sedikit, berwarna
putih atau hampir tidak berwarna.
e. Servik
Servik mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan ,ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari
tangan; setelah 6 minggu postnatal, serviks menutup.
f. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari
pertama setelah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
g. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh karena tekanan kepala bayi yang bergerak
maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapat kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada
keadaan sebelum melahirkan.
h. Payudara
Payudara mencapai maturasi yang penuh selama masa nifas kecuali
jika laktasi disupresi, payudara akan menjadi lebih besar, lebih
kencang dan mula – mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap
perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
i. Traktus urinarius
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan
terdapat spasme (kontraksi otot yang mendadak diluar kemaluan)
sfingter dan edema leher buli – buli sesudah bagian ini mengalami
kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin
dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam
sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone
estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi
akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
2) Tanda – tanda vital
Suhu pada hari pertama (24 jam pertama) setelah melahirkan
meningkat menjadi 38oC sebagai akibat pemakaian tenaga saat
melahirkan dehidrasi maupun karena terjadinya perubahan hormonal, bila
diatas 380C dan selama dua hari dalam sepuluh dari pertama post partum
perlu dipikirkan adanya infeksi saluran kemih, endometriosis dan
sebagainya. Pembengkakan buah dada pada hari ke 2 atau 3 setelah
melahirkan dapat menyebabkan kenaikan suhu atau tidak.
3) Sistem kardiovaskuler
a. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tetap. Hipotensi ortostatik,
yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera
berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama.
b. Denyut nadi
Nadi umumnya 60 – 80 denyut permenit dan segera setelah partus
dapat terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas
mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung. Pada
masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu. Pada
minggu ke 8 sampai ke 10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke
frekuensi sebelum hamil.
c. Komponen darah
Hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan kembali kekeadaan
semula sebelum melahirkan.
4) Sistem endokrin
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan
hormone-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Kadar estrogen dan
progesterone menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar
terendahnya tercapai kira – kira satu minggu pascapartum. Pada wanita
yang tidak menyusui kadar estrogen mulai meningkat pada minggu kedua
setelah melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada
pascapartum hari ke 17.
Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil.
Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu
keenam setelah melahirkan. Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh
kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui, dan banyak makanan
tambahan yang diberikan.
5) Sistem perkemihan
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi)
turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar
steroid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan
fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal
dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira – kira
2 sampai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter
serta pelvis ginjal kembali kekeadaan sebelum hamil. Pada sebagian kecil
wanita, dilatasi traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan.
6) Sistem gastrointestinal
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga ia boleh
mengkonsumsi makan – makanan ringan. penurunan tonus dan mortilitas
otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebihan analgesia dan anestesi bisa memperlambat pengembalian tonus
dan motilitas keadaan normal. Buang air besar secara spontan bisa tertunda
selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa
disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga
nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat
episiotomy, laserasi atau hemoroid.
7) Sistem muskuloskletal
Adaptasi ini mencakup hal – hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran
rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke 8 setelah
wanita melahirkan.
8) Sistem integument
Kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya menghilang
saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi diareola dan linea nigra tidak
menghilang seluruhnya. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen,
paha dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya.

5. Patofisiologi Postpartum
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala.
Patofisiologi kelahiran induksi
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya
penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensidan diabetes,
kematian janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan terdapat penurunan
progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin otot
rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu
terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitive terhadap rangsangan, karena
ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam
menghadapi kehamilan lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan
kesakitan perinatal. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38
minggu dan kemudian mulai menurun setelah 42 minggu, ini dapat dibuktikan
dengan adanya penurunan kadar estriol dan plasental laktogen.

6. Pemeriksaan penunjang post partum menurut siswosudarmo, 2008:


1. Pemeriksaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya.
2. Keadaan umum: TTV, selera makan dll
3. Payudara: air susu, putting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih dan rectum.
5. Sekretyang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001:
1. Hemoglobin, hematokrit, leukosit dan ureum.
2. Ultrasonografi untuk melihat sisa plasenta.

7. Persalinan Dengan Induksi


Persalinan induksi merupakan tindakan yang banyak dilakukan untuk
mempercepat proses persalinan. Persalinan induksi dengan menambah
kekuatan dari luar tidak boleh merugikan ibu dan janinnya dalam usaha
menuju well born dan well health mother, sehingga diperlukan indikasi yang
tepat, waktu yang baik, dan disertai evaluasi yang cermat dan iduksi
persalinan harus dilakukan dirumah sakit yang memiliki fasilitas tindakan
operasi. (Ida Bagus, 2001)
Persalinan induksi adalah tindakan antara yang berkelanjutan yang
menuju:
- Seksio sesarea.
- Persalinan operatif pervaginam.
Indikasi persalinan induksi
a. Indikasi ibu:
 PROM-EROM
 Pre-eklampsia-eklampsia.
 Kemungkinan kesempitan panggul.
 Ibu dengan penyakit seperti jantung, diabetes mellitus, infeksi
amnionitis.
b. Indikasi janin:
 Post-term
 Insufisiensi plasenta.
 IUFD
 IUGR
 Oligohidramnion
c. Indikasi selektif
 Maturitas paru cukup
 Kontraksi uterus tak sempurna
 Atas permintaan yang bersangkutan
Kontra indikasi induksi persalinan
a. Overdistensi uteri:
 Hidramnion
 Hamil gemelli.
b. Sefalo pelvic disproporsi:
 Kepala masih melayang.
 Prasat Osborn positif, artinya penonjolan kepala dua jari di atas
simfisis pubis.
c. Fetal distress dengan berbagai sebab.
 USG oligohidramnion
 Amnioskopi cairan keruh dan kental
 Ketuban dipecah ternyata keruh, hijau dan kental.
Metode iduksi dengan oxytocin drip
a. Mulai dengan 8 tetes selama 15 menit.
b. Dinaikkan dengan interval 15 menit sebanyak 4 tetes sampai tercapai
kontraksi optimal.
c. Tetesan maksimal 40 tetes.
d. Jumlah cairan seluruhnya 1.000 cc glukosa 5%
e. Observasi:
 Detik jantung janin
 His kontraksi otot rahim
 Penurunan bagian terendah
 Lingkaran bandle-tanda ruptura imminen.
f. Kriteria gagal:
 Dengan 1.000 cc tidak terjadi kontraksi.
g. Diulangi dengan interval 24-48 jam.
h. Tindak lanjut:
 Memecahkan ketuban dan persalinan harus berakhir dalam waktu 6
jam (fraser).
 Langsung seksio sesarea
SYARAT
Sebelum melakukan induksi persalinan, hal-hal tersebut berikut
harus dievaluasi:
a) Indikasi untuk induksi persalinan / adanya kontra indikasi induksi.
b) Usia kehamilan.
c) Kematangan serviks (dinilai dengan skore Bishop).
d) Penilaian keadekuatan panggul dan ukuran janin atau presentasi janin.
e) Kondisi kulit ketuban (intak atau telah pecah).
f) Kesejahteraan janin/monitoring DJJ sebelum induksi persalinan.
g) Dokumentasi hasil diskusi dengan penderita tentang indikasi induksi
persalinan dan penjelasan faktor risiko.

Pertimbangan yang dapat dipakai evaluasi keberhasilan induksi:


 Multigravida lebih berhasil dari primigravida.
 Bagian terendah sudah masuk PAP lebih berhasil
 Faktor umur gravid makin aterm akan lebih berhasil.
 Faktor usia penderita makin muda, makin berhasil.
 Umur anak terkecil di atas 5 tahun makin kurang berhasil.
 Ketuban pecah lebih berhasil, dibandingkan belum pecah.

Tatalaksana Induksi Persalinan

Induksi Persalinan
Persiapan:
Indikasi Induksi: - Pemeriksaan fisik
 Ibu - Pemeriksaan laboratorium
 Janin - Pemeriksaan khusus:
 Selektif  USG
 Amnioskopi

Hasil Penilaian Bishop


Kecil < 4 Sedang 5-7 Tinggi 8

Tindakan Antara:
 IUFD: laminaria dan oestradiol
 Janin hidup:
- Vaginal prostaglandin
memecahkan ketuban

- Induksi dengan oksitoksin atau prostaglandin


- Observasi:
 His, durasi, interval, dan kekuatan.
 Kortonan.
 Penurunan kepala.
 Lingkaran Bandle.
Gagal:
 Fetal distress
 Prolapsus penikuli atau tangan
 Terjadi kelainanletak kepala bayi
 Ketuban telah dipecah lebih dari 6 jam.
Berhasil:
 Spontan
Seksio sesarea  Outletvakum
Menyelamatkan ibu dan bayinya  outletforceps

METODE INDUKSI
Terdapat dua cara untuk induksi persalinan / pematangan serviks, yaitu: secara
mekanis atau secara farmakologis (dengan obat-obatan).
a. Metode Mekanis: Mekanisme kerja metode mekanis adalah mendilatasi
serviks dengan memberikan tekanan secara mekanis dan meningkatkan
produksi prostaglandin. Keuntungan metode ini adalah: mudah digunakan,
reversibel, efek samping tertentu lebih rendah (misalnya aktivitas uterus yang
berlebihan), dan biaya lebih murah. Dapat mempergunakan dilatator
higroskopik (laminaria, lamicel), dengan balon kateter, dengan balon dan infus
salin ekstra amnion (EASI), stripping of the membrane, dan amniotomi.
b. Metode Farmakologis: Dapat dipergunakan prostglandins (PGE1,
misoprostol; PGE2, dinoprostone; dan PGF2 alfa), mifepriston, estrogen,
relaksin, dan oksitosin.

Penggunaan Misoprostol Untuk Induksi


Misoprostol adalah analog prostaglandin E1 sintetik yang tidak mahal
yang dijual dengan tujuan untuk mencegah terjadinya tukak lambung atau
duodenum akibat pemakaian NSAIDs. Banyak penelitian mendukung
pemakaian misoprostol pervaginam cukup efektif sebagai obat untuk
pematangan serviks dan induksi persalinan.
Misoprostol dapat diberikan secara oral, vaginal, atau sub lingual.
Pemberian pervaginal dengan menempatkan tablet pada forniks posterior
vagina. Misoprostol vaginal dengan dosis lebih dari 25 ug setiap 4 jam lebih
efektif, tetapi lebih sering menyebabkan hiperstimulasi uterus. Oleh karena itu
lebih dianjurkan pemberian dengan dosis 25 ug dengan interval pemberian
4 – 6 jam.

Pemakaian Oxytocin Untuk Induksi Persalinan


Oksitosin intravena telah lama dipergunakan sebagai obat untuk induksi
persalinan, kurang lebih sejak tahun 1950 an.
 Oksitosin memiliki waktu paro 5 – 12 menit, dan tetap mempunyai respon
terhadap uterus dalam 30 menit atau lebih.
 Dosis ideal oksitosin tidak diketahui. Pada penelitian didapatkan
peningkatan dosis tidak lebih sering dari 30 menit didapatkan: lebih jarang
menyebabkan aktivitas uterus yang berlebihan, lebih besar kemungkinan
untuk persalinan pervaginam, lebih jarang menyebabkan infeksi post
partum dan perdarahan post partum, lebih jarang berakhir dengan bedah
sesar.
 Dosis permulaan adalah 0,5 – 2,0 mUI/menit, ditingkatkan 1,0 mUI/menit
setiap 30 – 60 menit dengan dosis maksimum 16 – 40 mUI/menit.

8. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat ibu
1) Biodata ibu.
2) Penolong.
3) Jenis persalinan.
4) Masalah-masalah persalinan.
5) Nyeri.
6) Menyusui atau tidak.
7) Keluhan-keluhan saat ini, misalnya : kesedihan/depresi,
pengeluaran per vaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara.
8) Rencana masa datang : kontrasepsi yang akan digunakan.
b. Riwayat sosial ekonomi
1) Respon ibu dan keluarga terhadap bayi.
2) Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu di rumah.
3) Para pembuat keputusan di rumah.
4) Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat.
5) Kepercayaan dan adat istiadat.
c. Riwayat bayi
1) Menyusu.
2) Keadan tali pusat.
3) Vaksinasi.
4) Buang air kecil/besar.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Suhu tubuh.
b) Denyut nadi.
c) Tekanan darah.
d) Tanda-tanda anemia.
e) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.
f) Refleks.
g) Varises.
h) CVAT (Contical Vertebral Area Tenderness).
2) Pemeriksaan payudara
a) Putting susu : pecah, pendek, rata.
b) Nyeri tekan.
c) Abses.
d) Pembengkakan/ASI terhenti.
e) Pengeluaran ASI.
3) Pemeriksaan perut / uterus
a) Posisi uterus/tinggi fundus uteri.
b) Kontraksi uterus.
c) Ukuran kandung kemih.
4) Pemeriksaan vulva/perineum
a) Pengeluaran lokhia.
b) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
c) Pembengkakan.
d) Luka.
e) Henoroid.
5) Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
6) Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
7) Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (“post partum blues” sering
terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan).
8) Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima.
9) Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
10) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari
ketiga sampai kelima pasca partum.
11) Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran,
menurun kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.
Lokhia rubra berlanjut sampai hari kedua sampai ketiga,
berlanjut menjadi lokhia serosa dengan aliran tergantung pada
posisi (misal : rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas
(misal : menyusui).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut
pada suhu matur, biasanya pada hari ketiga; mungkin lebih dini,
tergantung kapan menyusui dimulai.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d luka episiotomi, involusi uteri, pembengkakan payudara.
b. Perubahan pola eliminasi BAB b.d kurangnya mobilisasi, diet yang
tidak seimbang, trauma persalinan.
c. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi;
kelemahan.
d. Defisit perawatan diri b.d penurunan kekuatan, kelemahan fisik.
e. Resiko kekurangan cairan/darah b.d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan, dieresis, keringat berlebihan.
f. Resiko infeksi b.d trauma jalan lahir.

3. Intervensi/Rencana Keperawatan
No Dx NOC NIC Rasional
Keperawatan
1. Nyeri b.d luka Pasien a. Kaji tingkat nyeri a. Menentukan
episiotomi, mendemonstrasikan pasien. intervensi
involusi uteri, tidak adanya nyeri. b. Kaji kontraksi keperawatan
pembengkakan Kriteria hasil: uterus, proses sesuai skala
payudara. vital sign dalam involusi uteri. nyeri.
batas normal, pasien c. Anjurkan pasien b. Mengidentifikasi
menunjukkan untuk membasahi penyimpangan
peningkatan perineum dengan dan kemajuan
aktifitas, keluhan air hangat sebelum berdasarkan
nyeri terkontrol, berkemih. involusi uteri.
payudara lembek, d. Anjurkan dan latih c. Mengurangi
tidak ada bendungan pasien cara ketegangan pada
ASI. merawat payudara luka perineum.
secara teratur. d. Melatih ibu
e. Jelaskan pada ibu mengurangi
tetang teknik bendungan ASI
merawat luka dan
perineum dan memperlancar
mengganti PAD pengeluaran ASI.
secara teratur e. Mencegah infeksi
setiap 3 kali sehari dan kontrol nyeri
atau setiap kali pada luka
lochea keluar perineum.
banyak. f. Mengurangi
f. Kolaborasi dokter intensitas nyeri
tentang pemberian denagn menekan
analgesik bial rangsnag nyeri
nyeri skala 7 ke pada nosiseptor.
atas.
2. Perubahan pola Pola eleminasi a. Kaji pola BAB, a. Mengidentifikasi
eliminasi BAB (BAB) teratur. kesulitan BAB, penyimpangan
b.d kurangnya Kriteria hasil: warna, bau, serta kemajuan
mobilisasi, diet Pola eleminasi konsistensi dan dalam pola
yang tidak teratur, feses lunak jumlah. eleminasi (BAB).
seimbang, dan warna khas b. Anjurkan b. Ambulasi dini
trauma feses, bau khas ambulasi dini. merangsang
persalinan. feses, tidak ada c. Anjurkan pasien pengosongan
kesulitan BAB, tidak untuk minum rektum secara lebih
ada feses bercampur banyak 2500-3000 cepat.
darah dan lendir, ml/24 jam. c. Cairan dalam
konstipasi tidak ada. d. Kaji bising usus jumlah cukup
setiap 8 jam. mencegah
e. Pantau berat terjadinya
badan setiap hari. penyerapan cairan
f. Anjurkan pasien dalam rektum yang
makan banyak dapat
serat seperti buah- menyebabkan feses
buahan dan sayur- menjadi keras.
sayuran hijau. d. Bising usus
mengidentifikasika
n pencernaan
dalam kondisi
baik.
e. Mengidentifiakis
adanya penurunan
BB secara dini.
f. Meningkatkan
pengosongan feses
dalam rektum.
3. Gangguan ADL dan kebutuhan a. Kaji toleransi a. Parameter
pemenuhan ADL beraktifitas pasien pasien terhadap menunjukkan
berhubungan terpenuhi secara aktifitas respon fisiologis
dengan adekuat. menggunakan pasien terhadap
immobilisasi, Kriteria hasil: parameter berikut: stres aktifitas dan
kelemahan. - - Menunjukkan nadi 20/mnt di indikator derajat
peningkatan dalam atas frek nadi penagruh
beraktifitas. istirahat, catat kelebihan kerja
- - Kelemahan dan peningaktan TD, jnatung.
kelelahan berkurang. dispnea, nyeri b. Menurunkan kerja
- - Kebutuhan ADL dada, kelelahan miokard/komsums
terpenuhi secara berat, kelemahan, i oksigen ,
mandiri atau dengan berkeringat, menurunkan
bantuan. pusing atau resiko komplikasi.
- - Frekuensi pinsan. c. Stabilitas
jantung/irama dan b. Tingkatkan fisiologis pada
TD dalam batas istirahat, batasi istirahat penting
normal. aktifitas pada untuk
- Kulit hangat, merah dasar nyeri/respon menunjukkan
muda dan kering hemodinamik, tingkat aktifitas
berikan aktifitas individu.
senggang yang d. Komsumsi
tidak berat. oksigen miokardia
c. Kaji kesiapan selama berbagai
untuk aktifitas dapat
meningkatkan meningkatkan
aktifitas contoh: jumlah oksigen
penurunan yang ada.
kelemahan/kelelah Kemajuan aktifitas
an, TD stabil/frek bertahap
nadi, peningaktan mencegah
perhatian pada peningkatan tiba-
aktifitas dan tiba pada kerja
perawatan diri. jantung.
d. Dorong e. Teknik
memajukan penghematan
aktifitas/toleransi energi
perawatan diri. menurunkan
e. Anjurkan keluarga penggunaan energi
untuk membantu dan membantu
pemenuhan keseimbangan
kebutuhan ADL suplai dan
pasien. kebutuhan
f. Jelaskan pola oksigen.
peningkatan f. Aktifitas yang
bertahap dari maju memberikan
aktifitas, contoh: kontrol jantung,
posisi duduk meningaktkan
ditempat tidur bila regangan dan
tidak pusing dan mencegah aktifitas
tidak ada nyeri, berlebihan.
bangun dari
tempat tidur,
belajar berdiri dst.
4. Defisit Klien mampu a. Berikan health a. Agar klien dan
perawatan diri melakukan education pada keluarga dapat
b.d penurunan perawatan (personal klien dan termotivasi untuk
kekuatan, hygiene secara keluarganya menjaga personal
kelemahan fisik. mandiri). tentang hygiene.
Kriteria hasil: pentingnya b. Agar klien merasa
- Pasien mampu kebersihan diri. tersanjung dan
membersihkan b. Berikan pujian lebih kooperatif
tubuh sendiri pada klien tentang dalam kebersihan.
secara mandiri kebersihannya. c. Agar keterampilan
dengan atau tanpa c. Bimbing keluarga dapat diterapkan.
alat bantu. klien d. Klien merasa
- Pasien mampu memandikan/men nyaman dengan
untuk yeka pasien. tenun yang bersih
mempertahankan d. Bersihkan atau serta mencegah
kebersihan dan atur posisi serta terjadiya infeksi.
penampilan yang tempat tidur klien.
rapi secara
mandiri dengan
atau tanpa alat
bantu.
- Pasien mampu
mempertahankan
mobilitas yang
diperlukan untuk
ke kamar mandi
dan menyediakan
perlengkapan
mandi.
5. Resiko Pasien dapat a. Pantau: a. Mengidentifikasi
kekurangan mendemostrasikan - Tanda-tanda vital penyimpangan
cairan/darah b.d status cairan setiap 4 jam. indikasi
pengeluaran membaik. - Warna urine. kemajuan atau
yang berlebihan; Kriteria evaluasi: - Berat badan setiap penyimpangan
perdarahan, Tidak ada hari. dari hasil yang
dieresis, keringat manifestasi - Status umum diharapkan.
berlebihan. dehidrasi, resolusi setiap 8 jam. b. Mengidentifikasi
oedema, haluaran b. Pantau: cairan keseimbangan
urine di atas 30 masuk dan cairan cairan pasien
ml/jam, kulit keluar setiap 8 secara adekuat
kenyal/turgor kulit jam. dan teratur.
baik. c. Beritahu dokter c. Temuan-temuan
bila: haluaran ini mennadakan
urine < 30 ml/jam, hipovolemia dan
haus, takikardia, perlunya
gelisah, TD di peningkatan
bawah rentang cairan.
normal, urine d. Mencegah pasien
gelap atau encer jatuh ke dalam
gelap. kondisi
d. Konsultasi dokter kelebihan cairan
bila manifestasi yang beresiko
kelebihan cairan terjadinya oedem
terjadi. paru.
6. Resiko infeksi Infeksi tidak terjadi. a. Pantau: vital sign, a. Mengidentifikasi
b.d trauma jalan Kriteria hasil: tanda infeksi. penyimpangan dan
lahir. Tanda infeksi tidak b. Kaji pengeluaran kemajuan sesuai
ada, luka episiotomi lochea, warna, bau intervensi yang
kering dan bersih, dan jumlah. dilakukan.
takut berkemih dan c. Kaji luka b. Mengidentifikasi
BAB tidak ada. perineum, keadaan kelainan
jahitan. pengeluaran
d. Anjurkan pasien lochea secara dini.
membasuh vulva c. Keadaan luka
setiap habis perineum
berkemih dengan berdekatan dengan
cara yang benar daerah basah
dan mengganti mengakibatkan
PAD setiap 3 kali kecenderunagn
perhari atau setiap luka untuk selalu
kali pengeluaran kotor dan mudah
lochea banyak. terkena infeksi.
e. Pertahankan d. Mencegah infeksi
teknik septik secara dini.
aseptik dalam e. Mencegah
merawat pasien kontaminasi silang
(merawat luka terhadap infeksi.
perineum,
merawat
payudara,
merawat bayi).

Daftar Pustaka
Pitriani, Risa & Andriyani, Rika. 2014. Panduan Lengkap Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Normal. Yogyakarta: Deepublish.
Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Leveno, Kenneth J. 2012. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas
(Postpartum). Jakarta: TIM.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta: Mediaction
Penilaian induksi menurut Bishop
Keadaan fisik Nilai dasar Total nilai
Pembukaan 0 cm 0
Perlunakan 0-30%
Konsistensi serviks kaku
Arah serviks ke belakang
Kedudukan bagian terendah 3
Pembukaan 1-2 cm 1
Perlunakan 40-50%
Konsistensi serviks sedang
Arah serviks tengah
Kedudukan bagian terendah 2
Pembukaan 3-4 cm 2
Perlunakan 60-70%
Konsistensi serviks lunak
Kedudukan bagian terendah 1-0
Pembukaan di atas 5 cm 3
Perlunakan 80% +

Anda mungkin juga menyukai