Oleh
Ardika Sulisetiyani (1401460048)
5. Patofisiologi Postpartum
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala.
Patofisiologi kelahiran induksi
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya
penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensidan diabetes,
kematian janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan terdapat penurunan
progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin otot
rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu
terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitive terhadap rangsangan, karena
ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam
menghadapi kehamilan lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan
kesakitan perinatal. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38
minggu dan kemudian mulai menurun setelah 42 minggu, ini dapat dibuktikan
dengan adanya penurunan kadar estriol dan plasental laktogen.
Induksi Persalinan
Persiapan:
Indikasi Induksi: - Pemeriksaan fisik
Ibu - Pemeriksaan laboratorium
Janin - Pemeriksaan khusus:
Selektif USG
Amnioskopi
Tindakan Antara:
IUFD: laminaria dan oestradiol
Janin hidup:
- Vaginal prostaglandin
memecahkan ketuban
METODE INDUKSI
Terdapat dua cara untuk induksi persalinan / pematangan serviks, yaitu: secara
mekanis atau secara farmakologis (dengan obat-obatan).
a. Metode Mekanis: Mekanisme kerja metode mekanis adalah mendilatasi
serviks dengan memberikan tekanan secara mekanis dan meningkatkan
produksi prostaglandin. Keuntungan metode ini adalah: mudah digunakan,
reversibel, efek samping tertentu lebih rendah (misalnya aktivitas uterus yang
berlebihan), dan biaya lebih murah. Dapat mempergunakan dilatator
higroskopik (laminaria, lamicel), dengan balon kateter, dengan balon dan infus
salin ekstra amnion (EASI), stripping of the membrane, dan amniotomi.
b. Metode Farmakologis: Dapat dipergunakan prostglandins (PGE1,
misoprostol; PGE2, dinoprostone; dan PGF2 alfa), mifepriston, estrogen,
relaksin, dan oksitosin.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d luka episiotomi, involusi uteri, pembengkakan payudara.
b. Perubahan pola eliminasi BAB b.d kurangnya mobilisasi, diet yang
tidak seimbang, trauma persalinan.
c. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi;
kelemahan.
d. Defisit perawatan diri b.d penurunan kekuatan, kelemahan fisik.
e. Resiko kekurangan cairan/darah b.d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan, dieresis, keringat berlebihan.
f. Resiko infeksi b.d trauma jalan lahir.
3. Intervensi/Rencana Keperawatan
No Dx NOC NIC Rasional
Keperawatan
1. Nyeri b.d luka Pasien a. Kaji tingkat nyeri a. Menentukan
episiotomi, mendemonstrasikan pasien. intervensi
involusi uteri, tidak adanya nyeri. b. Kaji kontraksi keperawatan
pembengkakan Kriteria hasil: uterus, proses sesuai skala
payudara. vital sign dalam involusi uteri. nyeri.
batas normal, pasien c. Anjurkan pasien b. Mengidentifikasi
menunjukkan untuk membasahi penyimpangan
peningkatan perineum dengan dan kemajuan
aktifitas, keluhan air hangat sebelum berdasarkan
nyeri terkontrol, berkemih. involusi uteri.
payudara lembek, d. Anjurkan dan latih c. Mengurangi
tidak ada bendungan pasien cara ketegangan pada
ASI. merawat payudara luka perineum.
secara teratur. d. Melatih ibu
e. Jelaskan pada ibu mengurangi
tetang teknik bendungan ASI
merawat luka dan
perineum dan memperlancar
mengganti PAD pengeluaran ASI.
secara teratur e. Mencegah infeksi
setiap 3 kali sehari dan kontrol nyeri
atau setiap kali pada luka
lochea keluar perineum.
banyak. f. Mengurangi
f. Kolaborasi dokter intensitas nyeri
tentang pemberian denagn menekan
analgesik bial rangsnag nyeri
nyeri skala 7 ke pada nosiseptor.
atas.
2. Perubahan pola Pola eleminasi a. Kaji pola BAB, a. Mengidentifikasi
eliminasi BAB (BAB) teratur. kesulitan BAB, penyimpangan
b.d kurangnya Kriteria hasil: warna, bau, serta kemajuan
mobilisasi, diet Pola eleminasi konsistensi dan dalam pola
yang tidak teratur, feses lunak jumlah. eleminasi (BAB).
seimbang, dan warna khas b. Anjurkan b. Ambulasi dini
trauma feses, bau khas ambulasi dini. merangsang
persalinan. feses, tidak ada c. Anjurkan pasien pengosongan
kesulitan BAB, tidak untuk minum rektum secara lebih
ada feses bercampur banyak 2500-3000 cepat.
darah dan lendir, ml/24 jam. c. Cairan dalam
konstipasi tidak ada. d. Kaji bising usus jumlah cukup
setiap 8 jam. mencegah
e. Pantau berat terjadinya
badan setiap hari. penyerapan cairan
f. Anjurkan pasien dalam rektum yang
makan banyak dapat
serat seperti buah- menyebabkan feses
buahan dan sayur- menjadi keras.
sayuran hijau. d. Bising usus
mengidentifikasika
n pencernaan
dalam kondisi
baik.
e. Mengidentifiakis
adanya penurunan
BB secara dini.
f. Meningkatkan
pengosongan feses
dalam rektum.
3. Gangguan ADL dan kebutuhan a. Kaji toleransi a. Parameter
pemenuhan ADL beraktifitas pasien pasien terhadap menunjukkan
berhubungan terpenuhi secara aktifitas respon fisiologis
dengan adekuat. menggunakan pasien terhadap
immobilisasi, Kriteria hasil: parameter berikut: stres aktifitas dan
kelemahan. - - Menunjukkan nadi 20/mnt di indikator derajat
peningkatan dalam atas frek nadi penagruh
beraktifitas. istirahat, catat kelebihan kerja
- - Kelemahan dan peningaktan TD, jnatung.
kelelahan berkurang. dispnea, nyeri b. Menurunkan kerja
- - Kebutuhan ADL dada, kelelahan miokard/komsums
terpenuhi secara berat, kelemahan, i oksigen ,
mandiri atau dengan berkeringat, menurunkan
bantuan. pusing atau resiko komplikasi.
- - Frekuensi pinsan. c. Stabilitas
jantung/irama dan b. Tingkatkan fisiologis pada
TD dalam batas istirahat, batasi istirahat penting
normal. aktifitas pada untuk
- Kulit hangat, merah dasar nyeri/respon menunjukkan
muda dan kering hemodinamik, tingkat aktifitas
berikan aktifitas individu.
senggang yang d. Komsumsi
tidak berat. oksigen miokardia
c. Kaji kesiapan selama berbagai
untuk aktifitas dapat
meningkatkan meningkatkan
aktifitas contoh: jumlah oksigen
penurunan yang ada.
kelemahan/kelelah Kemajuan aktifitas
an, TD stabil/frek bertahap
nadi, peningaktan mencegah
perhatian pada peningkatan tiba-
aktifitas dan tiba pada kerja
perawatan diri. jantung.
d. Dorong e. Teknik
memajukan penghematan
aktifitas/toleransi energi
perawatan diri. menurunkan
e. Anjurkan keluarga penggunaan energi
untuk membantu dan membantu
pemenuhan keseimbangan
kebutuhan ADL suplai dan
pasien. kebutuhan
f. Jelaskan pola oksigen.
peningkatan f. Aktifitas yang
bertahap dari maju memberikan
aktifitas, contoh: kontrol jantung,
posisi duduk meningaktkan
ditempat tidur bila regangan dan
tidak pusing dan mencegah aktifitas
tidak ada nyeri, berlebihan.
bangun dari
tempat tidur,
belajar berdiri dst.
4. Defisit Klien mampu a. Berikan health a. Agar klien dan
perawatan diri melakukan education pada keluarga dapat
b.d penurunan perawatan (personal klien dan termotivasi untuk
kekuatan, hygiene secara keluarganya menjaga personal
kelemahan fisik. mandiri). tentang hygiene.
Kriteria hasil: pentingnya b. Agar klien merasa
- Pasien mampu kebersihan diri. tersanjung dan
membersihkan b. Berikan pujian lebih kooperatif
tubuh sendiri pada klien tentang dalam kebersihan.
secara mandiri kebersihannya. c. Agar keterampilan
dengan atau tanpa c. Bimbing keluarga dapat diterapkan.
alat bantu. klien d. Klien merasa
- Pasien mampu memandikan/men nyaman dengan
untuk yeka pasien. tenun yang bersih
mempertahankan d. Bersihkan atau serta mencegah
kebersihan dan atur posisi serta terjadiya infeksi.
penampilan yang tempat tidur klien.
rapi secara
mandiri dengan
atau tanpa alat
bantu.
- Pasien mampu
mempertahankan
mobilitas yang
diperlukan untuk
ke kamar mandi
dan menyediakan
perlengkapan
mandi.
5. Resiko Pasien dapat a. Pantau: a. Mengidentifikasi
kekurangan mendemostrasikan - Tanda-tanda vital penyimpangan
cairan/darah b.d status cairan setiap 4 jam. indikasi
pengeluaran membaik. - Warna urine. kemajuan atau
yang berlebihan; Kriteria evaluasi: - Berat badan setiap penyimpangan
perdarahan, Tidak ada hari. dari hasil yang
dieresis, keringat manifestasi - Status umum diharapkan.
berlebihan. dehidrasi, resolusi setiap 8 jam. b. Mengidentifikasi
oedema, haluaran b. Pantau: cairan keseimbangan
urine di atas 30 masuk dan cairan cairan pasien
ml/jam, kulit keluar setiap 8 secara adekuat
kenyal/turgor kulit jam. dan teratur.
baik. c. Beritahu dokter c. Temuan-temuan
bila: haluaran ini mennadakan
urine < 30 ml/jam, hipovolemia dan
haus, takikardia, perlunya
gelisah, TD di peningkatan
bawah rentang cairan.
normal, urine d. Mencegah pasien
gelap atau encer jatuh ke dalam
gelap. kondisi
d. Konsultasi dokter kelebihan cairan
bila manifestasi yang beresiko
kelebihan cairan terjadinya oedem
terjadi. paru.
6. Resiko infeksi Infeksi tidak terjadi. a. Pantau: vital sign, a. Mengidentifikasi
b.d trauma jalan Kriteria hasil: tanda infeksi. penyimpangan dan
lahir. Tanda infeksi tidak b. Kaji pengeluaran kemajuan sesuai
ada, luka episiotomi lochea, warna, bau intervensi yang
kering dan bersih, dan jumlah. dilakukan.
takut berkemih dan c. Kaji luka b. Mengidentifikasi
BAB tidak ada. perineum, keadaan kelainan
jahitan. pengeluaran
d. Anjurkan pasien lochea secara dini.
membasuh vulva c. Keadaan luka
setiap habis perineum
berkemih dengan berdekatan dengan
cara yang benar daerah basah
dan mengganti mengakibatkan
PAD setiap 3 kali kecenderunagn
perhari atau setiap luka untuk selalu
kali pengeluaran kotor dan mudah
lochea banyak. terkena infeksi.
e. Pertahankan d. Mencegah infeksi
teknik septik secara dini.
aseptik dalam e. Mencegah
merawat pasien kontaminasi silang
(merawat luka terhadap infeksi.
perineum,
merawat
payudara,
merawat bayi).
Daftar Pustaka
Pitriani, Risa & Andriyani, Rika. 2014. Panduan Lengkap Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Normal. Yogyakarta: Deepublish.
Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Leveno, Kenneth J. 2012. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas
(Postpartum). Jakarta: TIM.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta: Mediaction
Penilaian induksi menurut Bishop
Keadaan fisik Nilai dasar Total nilai
Pembukaan 0 cm 0
Perlunakan 0-30%
Konsistensi serviks kaku
Arah serviks ke belakang
Kedudukan bagian terendah 3
Pembukaan 1-2 cm 1
Perlunakan 40-50%
Konsistensi serviks sedang
Arah serviks tengah
Kedudukan bagian terendah 2
Pembukaan 3-4 cm 2
Perlunakan 60-70%
Konsistensi serviks lunak
Kedudukan bagian terendah 1-0
Pembukaan di atas 5 cm 3
Perlunakan 80% +