BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi pada hakikataya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan
saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan
penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait (Supariasa, 2012).
Salah satu indikato kesehatan yang dinila keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs
adalah status gizi. Status gizi diukur berdasarkan umur
(U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dab TB ini disajikan
dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) (Dinkes Prov. Jateng, 2012).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik
bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap
kemampuan dalam proses pemulihan (Dinkes Prov. Jateng, 2012).
Dasar Indonesia (RISKESDAS) 2010 prevalensi gizi kurang pada tahun 2010 menurun
menjadi 17,9%, yaitu ada 900 ribu diantara 2,2 juta balita di Indonesia mengalami gizi kurang
atau gizi buruk. Riskesdas 2012, prevalensi status gizi menurut BB/U untuk bayi usia 0-6 bulan
yaitu 4,9% gizi buruk, 13% gizi kurang, 76,2% gizi baik, dan 5,8% gizi lebih. Sedangkan untuk
prevalensi provinsi Jawa Tengah terdiri dari 3,3% gizi buruk, 12,4% gizi kurang, 78,1% gizi
baik, dan 6,2% gizi lebih.
Indonesia termasuk di antara 36 negara di dunia yang memberi 90% kontribusi masalah
gizi dunia. Saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima dalam status gizi buruk. Status ini
merupakan akibat instabilitas pangan karena kurangnya nilai gizi dalam konsumsi bayinya.
Status gizi bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi penyakit infeksi, konsumsi
makanan, sanitasi lingkungan dan pengaruh budaya. Jumlah balita yang mengalami gizi buruk
tahun 2012 sebanyak 98 anak. Dibandingkan tahun 2011 di kabupaten Semarang sebanyak 112
anak, angka tersebut mengalami penurunan (Profil Dinkes Semarang, 2012).
Dari 9 Desa di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pringapus, Desa Wonorejo
merupakan daerah dengan status gizi tidak normal paling tinggi yaitu 14 bayi dengan gizi kurang
dan 5 bayi dengan gizi lebih
Berdasarkan uraian di atas, mengingat tingginya angka kejadian gizi yang tidak normal di
Desa Wonorejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, maka peneliti ingin meneliti dengan
mengambil judul,” Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada
Bayi Di Desa Wonorejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015”.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengetahuan (Knowlegde)
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab
pertanyaan “what “, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Sedangkan
ilmu (science) bukan sekedar menjawab “why “ dan “ how”, misalnya mengapa air mendidih bila
dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas,dan sebgainya (Notoatmodjo,
2012)
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior). Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar
untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalh yang dihadapi.
Pengetahuan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berperilaku
termasuk perilaku ibu hamil dalam keteraturan kunjungan antenatal. Menurut L.Green (1980)
perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh factorpredisposisi yang meliputi
pengetahuan,sikap, kepercayaan, nilai dan sebagainya. Hal yang sama juga disampaikan
oleh Nasution (2009) bahwa pengetahuan merupakan hal yang penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Selain itu jugaperilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan
sikap yang positif makaperilaku tersebut bersifat langgeng (long lasting).
Yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
2) Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang
3) Aplikasi (aplication)
Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah ipelajari pada situasi atau
kondisi real.
4) Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen,
tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan
5) Sintesis (synthesis)
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan,
dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dsb terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi terhadap suatu materi atau obyek
(Notoatmodjo,2012).
Pengetahuan adalah suatu kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca
inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan tahayul dan pengembangan keliru.
b. Penyakit infeksi
Menurut Scrimshaw (1959) dalam Supariasa (2012), terdapat hubungan yang sangat erat
antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan malnutrisisehingga dapat mempengaruhi status
gizi dan dapat mempercepat malnutrsi.
Oleh karena itu, pemberian makan setelah bayi berusia 6 bulanmemberikan perlindungan
besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan imunitas bayi >6 bulan sudah lebih sempurna
dibandingkan dengan usia bayi <6. Pemberian MP-ASI dini sama saja dengan membuka
gerbang masuknya berbagai jenis kuman penyakit (Gibney, 2009).
c. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit
antara lain infeksi saluran pencernaan dan pernafasan sehingga dapat menyebabkan kekurangan
zat gizi (Supariasa, 2012).
d. Pengaruh Budaya
Pengaruh budaya terhadap status gizi seperti masih banyaknya pantangan, tahayul, tabu
dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah. Konsumsi makanan
yang rendah dapat menyebabkan status gizi kurang (Supariasa, 2012).
Status gizi bayi yang baik akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. Status
gizi bayi kurang atau berlebih tidak langsung muncul dalam makna klinis. Makna klinis berupa
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan akan muncul setelah beberapa waktu. Oleh
karena itu, status gizi kurang atau berlebih dapat menjadi indikasi untuk mendapat perhatian dan
perbaikan status gizi bayi. Status gizi buruk sangat perlu untuk dilakukan perbaikan status gizi
karena pada keadaan tersebut, bayi rentan sekali terkena infeksi (Arisman, 2009).
e. Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi status gizi. Besarnya gaji
yang diperoleh terkadang tidak sesuai dengan banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan.
Pendapatan seseorang akan menentukan kemampuan orang tersebut dalam memenuhi kebutuhan
makanan sesuai dengan jumlah yang diperlukan oleh tubuh. Apabila makanan yang dikonsumsi
tidak memenuhi jumlah zat-zat gizi dibutuhkan oleh tubuh, maka dapat mengakibatkan
perubahan pada status gizi seseorang.
Pengetahuan
Status gizi bayi
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah (Sugiyono, 2009).
Desain penelitian merupakan suatu rancangan yang bisa digunakan oleh peneliti sebagai
petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau
menjawab suatu pertanyaan penelitian (Notoatmojo, 2012).
Desain penelitian yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian adalah
survey Analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena.
(Notoatmodjo,2012). Penelitian ini menggunakan pendekatan Crossecsional,
artinya semua variabel yang termasuk efek akan diteliti dan di kumpulkan pada waktu yang
bersamaan (Notoatmodjo, 2012).
Definisi
Variabel Alat ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
VariabelIndependen Hasil Kuesioner Kategori: Ordinal
Pengetahuan dari Tahu ibu a. Baik: 76-100%
tentang suatu b. Cukup: 56-75%
objek dalam c. Kurang: < 55%
hal inigizi ( Arikunto, 2002
pada bayi.
2. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah alat ukur yang
berupa kumpulan beberapa pertanyaan bisa digunakan bila jumlah responden besar dan dapat
mengungkapkan hal-hal yang rahasia (Sugiyono, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini
merupakan kuesioner tertutup, sehingga responden hanya diminta memilih atau menjawab
pertanyaan yang sudah ada.Kuesioner yang telah disusun secara terstruktur ini terdiri dari
kuesioner tentang Status Gizi yang dibuat sendiri oleh peneliti dan sebelum kuesioner tersebut
diberikan kepada responden, maka kuesioner tersebut dilakukan uji validitas expert dengan ahli
gizi terlebih dahulu agar instrument yang digunakan benar-benar telah memenuhi persyaratan
untuk digunakan sebagai alat ukur data (Notoatmodjo, 2012).
3. Cara Pengumpulan Data
Peneliti merencanakan pelaksanaan penelitian berdasarkan prosedur pengumpulan data
penelitian sebagai berikut :
a. Peneliti memberikan Surat Pengantar studi pendahuluam kepada BAPPEDA
Kabupaten Semarang. Setelah mendapatkan surat izin studi pendahuluan dari BAPPEDA, surat
tembusan diteruskan kepada Dinkes Kabupaten Semarang.
b. Peneliti memberikan surat izin studi pendahuluan ke Puskesmas Pringapus kemudian
memberikan surat penghantar ke polindes Wonorejo.
4. Pengolahan data
Langkah-langkah pengolahan data dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:
1. Editing (memeriksa data)
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner tersebut.
Dilakukan memeriksa kelengkapan, kejelasan, relevansi, konsistensi masing-masing jawaban
dari data kuesioner.
2. Coding (pemberian kode)
Pemberian kode yang diberikan dijabarkan sebagai berikut :
a. Pengetahuan Ibu
1) Baik : diberikan kode 1
2) Cukup : diberikan kode 2
3) Kurang : diberikan kode 3
b. Status gizi
1) Gizi buruk : diberikan kode 1
2) Gizi kurang : diberikan kode 2
3) Gizi baik : diberikan kode 3
4) Gizi lebih : diberikan kode 4
3. Entering
Proses memasukan data ke dalam computer untuk selanjutnya dilakukan analisis data
dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solition).
4. Cleaning (Pembersihan data)
Peneliti menghilangkan data-data yang tidak diperlukan dan mengecek kembali data-data
yang sudah di entering, apakah ada kesalahan atau tidak (Notoatmodjo, 2012).
5. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik setiap variabel penelitian.
Variabel bentuk analisis univariat ini yaitu kategorik yang menghasilkan presentase dari tiap
variabel (Notoatmodjo, 2012). Analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan distribusi
frekuensi yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik setiap variabel penelitian. Adapun
variabel yang di analisis adalah pengetahuan ibu dan status gizi bayi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat diperlukan untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu antara
variabel bebas dengan variabel terikat (Budiharto, 2008). Analisis bivariat pada penelitian ini
digunakan untuk melihat hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi bayi di Desa Wonorejo
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.Dalam penelitian ini menggunakan tabel 3x4, jenis
variabel kategorik-kategorik. Uji statistik yang digunakan adalah Chi square, jika tidak
memenuhi syarat maka menggunakan uji fisher.
Syarat dari penggunaan perangkat lunak (chi square) diatas adalah sampel harus lebih
besar (n > 30), sel – sel tidak boleh ada yang nol, expeted count sel – sel harus ≥ 5, bila ada sel
dengan expeted count < 5 maksimal 20 % dari jumlah sel.
Ketentuan menentukan hubungan antar variabel sebagai berikut : bila χ2 hitung > χ2 tabel
maka H0 ditolak dan bila nilai χ2 hitung < nilai χ2 tabel, maka H0 diterima. Taraf signifikan
yang digunakan adalah 0,05 (5%). Dikatakan ada hubungan apabila nilai p ≤ α, sebaliknya jika p
> α maka diputuskan tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen
dalam penelitian ini.
6. Etika Penelitian
Etika penelitian menurut Sugiyono (2013), terdiri dari 3 macam yaitu:
1. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan
dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi
responden. Informed consent juga mencantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
2. Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian,
baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
http://agustinaharianti.blogspot.com/2015/05/proposal-hubungan-pengetahuan-ibu.html