Referat DERMATITIS SEBOROIK
Referat DERMATITIS SEBOROIK
BAB I
PENDAHULUAN
Dermatitis seboroik adalah dermatosis papulo skuamos yang kronis, biasanya mudah di
kenali. Penyakit ini umumnya pada bayi dan orang dewasa, dan seringkali berhubungan dengan
peningkatan produksi sebum pada kulit kepala, wajah, maupun pada badan yang dapat
Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini sangat kompleks, sehingga belum ada
penjelasan pasti mengenai hal tersebut. Telah banyak teori yang mengungkapkan hal ini. Akan
tetapi, kemungkinan bisa di hubungkan dengan jamur pityrosporum (malassezia), maupun dapat
Predileksi dari lesi dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada kulit kepala, pelipis, dan
pada glabella. Juga dapat dijumpai pada lipatan nasolabial, lipatan retro auricular, meatus
acustikus externa, daerah dada yang berbentuk V, dan daerah punggung. Lesi kulit Nampak
dengan warna kuning sampai merah (eritema), sisik tebal dan berminyak, yang kadang juga
Sampai saat ini pemberian anti jamur seperti itraconazole, miconazole, fluconazole,
econazole, bifonazole, climbazole, dan ciclopyrox masih memberi respon yang baik sampai 90%
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Dermatitis seboroik adalah dermatosis papulo skuamos yang kronis, biasanya mudah
di kenali. Penyakit ini umumnya pada bayi dan orang dewasa, dan seringkali
berhubungan dengan peningkatan produksi sebum pada kulit kepala, wajah, maupun pada
Penyakit ini juga biasa dikenal dengan nama dermatitis eczema. Keadaan ini terjadi
pada sekitar 2-5 % kejadian populasi. Istilah dermatitis seboroik (D.S.) dipakai untuk
segolongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di
tempat-tempat seboroik. Kelainan ini pada kulit kepala umumnya dikenal sebagai
B. EPIDEMIOLOGI
Tidak ada data pasti yang tersedia pada insiden dan prevalensi, tetapi penyakit ini
5 % dari populasi. Dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada laki-laki usia 20an,
sedangkan pada bayi terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan, dan juga bisa terjadi pada
usia sekitar dekade keempat sampai ketujuh kehidupan. Prevalensinya 85 % pada pasien
C. ETIOPATOGENESIS
Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini sangat kompleks, sehingga belum ada
penjelasan pasti mengenai hal tersebut. Telah banyak teori yang mengungkapkan hal ini.
maupun dapat di hubungkan dengan peningkatan aktivitas dari kelenjar sebasea. Kelenjar
sebasea aktif pada saat lahir, namun ketika stimulasi androgen dari ibu berhenti, maka
kelenjar sebasea akan menjadi tidak aktif pada usia 9-12 tahun..1,2,3
peningkatan produksi sebum tidak selalu dapat di deteksi pada pasien ini. Seborrhea
dengan peningkatan aktivitas kelenjar sebasea pada produksi sebum, namun penyakit
Banyak pada orang dewasa yang memiliki kondisi wajah nampak kulit berminyak,
tetapi ketika tingkat ekskresi sebum dari kulit dahi diukur pada pasien dengan dermatitis
seboroik, maka justru normal pada laki-laki, dan berkurang signifikan pada pasien
wanita.3
seperti psoariasis. Hal ini menerangkan mengapa terapi dengan sitostatik dapat
dermatitis seboroik dapat disebabkan oleh faktor kelelahan, stress, emosional, infeksi,
atau defisiensi imun. Kondisi ini dapat diperburuk dengan meningkatnya keringat.1
Page |4
pada lipid dan beradaptasi pada kulit yang kaya akan sebum. Namun, kemungkin ada
korelasi antara metabolit malassezia dan tingkat infeksi, khususnya iritasi pada
Malassezia tidak hanya ada pada permukaan kulit semata, akan tetapi juga ada pada
stratum korneum. Malassezia yang paling sering dikaitkan dengan dermatitis seboroik
aktivitas lipase, pelapasan inflamatori asam lemak bebas, dan kemampuannya dalam
mengaktifkan jalur alternatif komplemen lipase. Pada pasien dermatitis seboroik juga
interleukin-4. Ekspresi dari sitotoksik mengaktifkan ligan dan natural killer sel (NK
Cell).5,6
D. GEJALA KLINIS
Predileksi dari lesi dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada kulit kepala, pelipis,
dan pada glabella. Juga dapat dijumpai pada lipatan nasolabial, lipatan retro auricular,
meatus acustikus externa, daerah dada yang berbentuk V, dan daerah punggung. Lesi
kulit Nampak dengan warna kuning sampai merah (eritema), sisik tebal dan berminyak,
yang kadang juga disebut dengan steatoides ptiriasis. Pada pasien juga akan didapati
keluhan gatal pada lesi, terutama pada bagian kulit kepala dan pada bagian telinga.1
Pada daerah kepala biasanya diawali dengan munculnya ketombe, Gambaran lesi
selanjutnya dengan folikular, dan perifolikular eritema secara bertahap meluas dan
membentuk patch dengan tepi yang tegas, dan lesi yang tampak pada kulit kepala
biasanya akan melampaui garis rambut frontal. Pada daerah retro auricular atau bagian
belakang telinga biasanya nampak eritema (kemerahan) dan skuama yang berminyak.
Lesi pada dermatitis seboroik dapat meluas ke daerah sekitarnya yang berdekatan, seperti
Bentuk skuama pada dermatitis seboroik yang ringan biasanya hanya nampak bercak
kecil dan berskuama halus dan terdapat ketombe pada daerah kepala. Rambut yang
memiliki lesi cenderung akan rontok, mulai dari bagian vertex dan frontal. Pada keadaan
yang telah memberat, seluruh kepala akan tertutup oleh krusta-krusta kotor dan berbau
tak sedap.1,2
Page |6
gambar 2: (kanan) tanda dermatitis seboroik pada dahi. (kiri) tanda dermatitis
Gambar 3: (kanan) tanda dermatitis seboroik pada daerah tengah dada. (kiri) tanda
dermatitis seboroik pada daerah ketiak.
Dikutip dari: Rook’s Text book of dermatology 8 edition.2
Page |7
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Histopatologi
dan akantosis. Pada korium, dijumpai pembuluh darah melebar dan sebukan
terdapat infiltrat limfosit dan histiosit dalam jumlah sedikit pada perivaskuler
F. DIAGNOSIS BANDING
1. Psoriasis
Predileksi didaerah eksentor ( lutut, siku dan punggung ) dan kulit kepala.
Dijumpai skuama yang lebih tebal, kasar, berlapis-lapis, putih seperti mutiara dan tak
berminyak disertai tanda tetesan lilin dan auspitz. Selain itu ada gejala yang khusus
untuk psoriasis.3,4,5,6
Page |8
2. Pitiriasis rosea
Distribusi kelainan kulit simetris dan terbatas pada tubuh dan bagian proksimal
anggota badan.skuamanya halus dan tidak berminyak. Sumbu panjang lesi sejajar
3. Tinea
kapitis dan tinea kruris, eritem lebih menonjol dipinggir dan pinggirnya lebih aktif
dibandingkan tengahnya.1,4,5,6,7
Dermatitis Atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal. Biasanya terjadi pada bayi atau anak-anak. Skuama kering dan difus, berbeda
dengan dermatitis seboroik yang skuamanya berminyak dan kekuningan. Selain itu,
disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans. Kandidosis kadang
sulit dibedakan dengan dermatitis seboroik jika mengenai lipatan paha dan perianal.
Lesi dapat berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik dan basah. Perbedaannya ialah
pada kandidiasis terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas tegas dengan satelit-
tetapi lebih sering pada daerah yang lembab. Selain itu, pada pemeriksaan dengan
G. PENATALAKSANAAN
- Ketoconazole 2%
- Asam salisilat
Pada wajah dan badan bisa diberikan kortikosteroid topikal dengan potensi rendah
seperti hidrokortison 1%. Untuk keluhan gatal pada pasien, bisa diberikan antihistamin 1
Untuk anti jamur, pada sebuah studi dijelaskan bahwa dilaporkan sekitar 64-90%
dengan respon yang baik setelah 4 minggu. Dimana pada uji tersebut diberikan imidazole
Pada Bayi:
1. Kulit kepala
Pengobatan terdiri dari 3-5% asam salisilat dalam minyak zaitun atau air,
beberapa hari, sampo bayi, perawatan kulit yang teratur dengan emollient, cream, dan
pasta.1,2,3
2. Area intertriginosa
Pengobatan meliputi lotion pengering, seperti 0,2-0,5 % clioquinol dalam zinc lotion
atau zinc oil. Pada kandidiasis lotion atau cream nistatin atau amphotericin B dapat
Pada dewasa
1. kulit kepala
benzoylperoxide, asam salisilat, tar atau deterjen. Keraknya dapat diperbaiki dengan
pemberian glucocorticosteroid pada malam hari, atau asam salisilat dalam larutan air.
Tinctura, larutan alkohol, tonik rambut, dan produk sejenis biasanya memicu terjadinya
Larutan alkohol, penggunaan lotion sebelum dan sesudah cukur tidak dianjurkan.
ini, penggunaan yang tidak terkontrol akan menyebabkan dermatitis steroid, rebound
Dermatitis seboroik adalah salah satu manifestasi klinis yang sering terjadi pada
pasien dengan AIDS. Sehingga merupakan salah satu lesi tanda dan harus lebih hati-hati
3. Antifungal
Biasanya digunakan 2 % dalam sampo dan cream. Dalam pengujian yang berbeda
menunjukkan 75-95 % terdapat perbaikan. Dalam percobaan ini hanya ketokonazol dan
itakonazol yang diteliti, imidazole yang lain seperti econazole, clotrimazol, miconazol,
antifungal lainnya, memiliki spektrum yang luas, anti inflamasi dan menghambat sintesis
4. Metronidazol
dermatitis seboroik. Metronidazol telah berhasil digunakan pada pasien dengan rosacea.
Tidak ada studi yang formal, dan obat ini hanya terdaftar sebagai pengobatan untuk
Pengobatan sistemik
Kortikosteroid digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednisone 20-30 mg sehari.
Jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau disertai infeksi sekunder
diberi antibiotik. Isotretinoin dapat digunakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya
mengurangi aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai
90%, akibatnya terjadi pengurangan produksi sebum. Dosinya 0,1-0,3 mg per kg berat
badan per hari, perbaikan tampak setelah 4 minggu. Sesudah itu diberikan dosis
P a g e | 12
pemeliharaan 5-10 mg per hari selama beberapa tahun yang ternyata efektif untuk
mengontrol penyakitnya.1,6,8
Pada dermatitis seboroik yang parah juga dapat diobati dengan narrow band UVB
yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8 minggu,
Bila pada sediaan langsung terdapat P. ovale yang banyak dapat diberikan
Pengobatan topikal
Pada pitiriasis sika dan oleosa, seminggu 2 – 3 kali scalp dikeramasi selama 5 – 15
menit, misalnya dengan selenium sufida (selsun). Jika terdapat skuama dan krusta diberi
emolien, misalnya krim urea 10%. Obat lain yang dapat dipakai untuk dermatitis
- resorsin 1-3%
berat dapat dipakai kostikosteroid yang lebih kuat, misalnya betametason valerat,
- Krim ketokonasol 2% dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung terdapat banyak
H. PROGNOSIS
ini juga dapat kambuh kembali. Lesi dapat meluas sebagai akibat dari pengobatan topikal
BAB III
KESIMPULAN
Dermatitis seboroik merupakan dermatosis papulo squama yang kronis serta mudah dikenali.
Bisa terjadi pada bayi dan dewasa dan seringkali dihubungkan dengan peningkatan produksi
sebum (seborrhea) dari kulit kepala serta folikel yang banyak mengandung kelenjar subasea dari
wajah.
Dermatitis seboroik dapat di jumpai pada 2 keadaan usia yang berbeda dalam kehidupan,
yang pertama adalah pada masa bayi, yakni pada 3 bulan pertama kehidupan, dan yang kedua
adalah sekitar dekade ketujuh kehidupan. Tidak ada data yang akurat pada data dari dermatitis
seboroik pada bayi. Pada orang dewasa diyakini lebih banyak dari kasus psoriasis. Pria
teridentifikasi lebih sering mengalami dermatitis seboroik dari pada perempuan di semua
kelompok umur. Tidak ada kecenderungan yang mengarah pada jenis ras. Dermatitis seboroik
sebasea yang hiperaktif sehingga sekresi sebumnya meningkat. Diagnosis dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada berbagai gejala dari gambaran klinis yang
ditemukan pada dermatitis seboroik juga dapat dijumpai pada dermatitis atopik atau psoriasis,
sehingga diagnosis sangat sulit untuk ditegakkan oleh karena baik gambaran klinis maupun
gambaran histologi dapat serupa. Oleh sebab itu, perlu ketelitian untuk membedakan dermatitis
seboroik dengan penyakit lain sebagai diferensial diagnosis. Psoriasis misalnya juga dapat
ditemukan pada kulit kepala, kadang disamakan dengan dermatitis seboroik, yang membedakan
Tujuan utama dari terapi dermatitis seboroik adalah mengontrol gejala yang ditimbulkan,
karena pada saat ini, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Berbagai terapi
yang digunakan untuk dermatitis seboroik adalah menggunakan kortikosteroid ringan, antijamur,
Meskipun kortikosteroid ringan lebih efektif dalam mengontrol gejala, namun penyakit ini
bisa kambuh dengan cepat bila terapi steroid dihentikan. Anti jamur bisa dipertimbangkan untuk
digunakan sebagai terapi utama. Karena dermatitis seboroik adalah suatu penyakit yang kronis
DAFTAR PUSTAKA
1. Wolf K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilcrhest BA, Paller AS, Leffel DJ..
Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. 7th. Vol 1& 2. New York; USA:
3. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s disease of the skin: clinical
11. Scwhartz JR, De angelis YM, Dawson TL. Dundruff and seborrheic
dermatitis.2007
P a g e | 17
12. Khondker L, Choudhury AM, Wahab MA, Khan MSI. Efficacy of Oral
13. Isa S, Sa’ad H, Umar MF, Maikudi MM. Isolation and identification of