PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tak dapat di pungkiri jika kemajuan teknologi masa kini berkembang sangat
pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya inovasi-inovasi yang telah dibuat di
dunia ini. Dari yang sederhana, hingga yang menghebohkan dunia.
Kalkulator adalah alat portable, kecil, dan umumnya tidak mahal. untuk
melakukan operasi aritmatik sederhana maupun kompleks. Kalkulator modern jaman
sekarang lebih portable atau mudah dibawa dibandingkan komputer. Namun, PDA dan
telepon genggam setara dengan ukuran kalkulator dan kemungkinan akan menggantikan
mereka.
Kalkulator yang kita gunakan sekarang ini tidak serta merta muncul begitu saja,
melainkan melalui proses yang panjang dalam pembuatannya. munculnya komputer
mungkin dapat dilihat dalam kilas balik sejarah sejak digunakannya Abacus – ditemukan
di Babilonia (Irak) sekitar 5000 tahun yang lalu – sebagai alat perhitungan manual yang
pertama. Aplikasi kalkulator sederhana ini dari dulu hingga sekarang tetap digunakan.
Dalam peradaban zaman kalkulator terus berkembang mulai dari kalkulator kuno yang
dibuat dari kayu dengan sederatan manik manik hingga kalkulator modern dengan
software software populer.
Namun Ini hanya alat sederhana semoga bisa digunakna dan bagi siapapun yang
membutuhkan informasi tentang kalkulator, semoga makalah sederhana ini bermanfaat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini, adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan kalkulator?
2. Bagaimana sejarah perkembangan kalkulator dari masa ke masa?
3. Apa fungsi kalkulator dalam ilmu falak?
4. Bagaimana menghitung arah kiblat menggunakan kalkulator?
5. Bagaimana menghitung waktu awal shalat menggunakan kalkulator?
A. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai tugas Ilmu Falak, serta agar bisa menguji
kemampuan Kami, Sejauh mana Kami bisa menerapkan ilmu yang telah di pelajari.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalkulator
Pengertian kalkulator secara singkat ialah alat bantu untuk menghitung. Kalkulator
merupakan alat hitung elektronika yang jauh lebih sederhana dibandingkan dengan
komputer, dan dikalangan masyarakat sudah banyak yang menggunakannya sebagai alat
bantu hitung yang praktis dan cepat. Dan saat ini sudah banyak beredar kalkulator dengan
bermacam-macam merek dan tipe, yang biasanya mempunyai cara pengoperasian yang
berbeda-beda, tetapi pada dasarnya hampir sama.
B. Sejarah Kalkulator
1. Sejarah Kalkulator ke-1
Alat hitung tradisional dan kalkulator mekanika bacus, yang muncul sekitar
5000 tahun yang lalu di Asia kecil dan masih digunakan di beberapa tempat hingga
saat ini dapat dianggap sebagai awal mula mesin komputasi. Alat ini memungkinkan
penggunanya untuk melakukan perhitungan menggunakan biji-bijian geser yang
diatur pada sebuah rak.
Para pedagang di masa itu menggunakan abacus untuk menghitung transaksi
perdagangan. Seiring dengan munculnya pensil dan kertas, terutama di Eropa, abacus
kehilangan popularitasnya.
3
memproduksi alat pembaca kartu perforasi untuk usaha bisnis. Kartu perforasi
digunakan oleh kalangan bisnis dan pemerintahan untuk permrosesan data hingga
tahun 1960.
4
tulisan Fix atau LR, maka hasil hitungan “ Pasti di jamin salah”, karena Fix atau
LR tidak berfungsi Degree (derajat). Caranya dapat kembali pada posisi normal
dan standar, tekan tombol Mode lalu tombol angka 4.
c. Pastikan mengetahui, mengerti dan memahami untuk memasukkan data sudut
( derajat, menit, detik) atau data waktu (jam, menit, detik). Tekan pertama tombol
o'"dibaca derajat/jam, tekan kedua tombol o'" dibawa menit dan tekan ketiga
tombol o'" dibawa detik. Contoh 1 : data sudut 66 o 02' 05.99" caranya tekan
tombol secara berurutan 66 o'" 02 o'" 05.99 o'" . Contoh 2 : data jam 12 j 17m 19.99d
caranya tekan tombol secara berurutan 12 o'" 17 o'" 19.99 o'" . Keterangan : bila
ada angka dibelakang detik, caranya tekan tombol angka detik lalu tekan tombol
titik (.) lalu tekan tombol o'".
5
1. Jumlah 2 sudut bola selalu lebih besar dari sudut ke-3
2. Jumlah ketiga sudutnya selalu lebih besar dari 180° dan
3. Tiap sudut besarnya selalu kurang dari 180°
Segitiga bola yang berlaku di dalam menentukan arah kiblat adalah 3 buah lingkaran
besar yang berpotongan pada titik C (kutub utara), titik A (koordinat kabah) dan B
(koordinat tempat). Jika tiga buah titik dihubungkan maka akan membentuk tiga buah
busur yaitu: b = AC, a = BC dan c=AB. Segitiga bola tersebut dapat diilustrasikan
sebagai berikut:
Keterangan:
Contoh 1 :
Menentukan arah kiblat Mesjid Darul Ulum FKIP UHAMKA Jakarta.
Diketahui data-data koordinat tempatnya sebagai berikut :
Lintang Kabah : 21o 25’ 21.04” LU
Bujur Kabah : 39o 49’ 34.33” BT
Lintang Mesjid : -06° 18′ 11.72″ LS
6
Bujur Mesjid : 106° 52′ 16.61″ BT
o
a = 90 – (-06° 18′ 11.72″) = 96o 18’ 11.72”
o o
b = 90 – 21 25’ 20.04” = 68o 34’ 39.96”
o
c = 106° 52′ 16.61″ – 39 49’ 34.33” = 67o 02’ 42.28”
Penyelesaian:
sin a ×cotan b
cotanb= −cos a ×cotan c
sin c
0.9939547187 ×0.3923434244
cotanb= − (−0.1097907879 ) × 0.4235466136
0.9208119785
¿ 0.4700099059−1=2.127614732
−1
¿ tan 2.127614732=64.8260106
U−B=64 ° 49' 33.64 ' '
'' ' ''
B−U =90 ° 0 −64 ° 49 33.64 =25 ° 10' 26.36 ' '
Jadi arah Kiblat untuk Masjid Darul Ulum FKIP UHAKA Jakarta dihitung dari Utara ke
Barat adalah 64 ° 49' 33.64' ' dan 25 ° 10 ' 26.36 ' ' dihitung dari Barat ke Utara.
Contoh 2 :
Menentukan arah kiblat Mesjid A di Kota Bekasi.
Diketahui data-data koordinat tempatnya sebagai berikut:
Lintang Kabah : 21˚ 25’ 21.04” LU
Bujur Kabah : 39˚ 49’ 34.33” BT
Lintang Bekasi ( ϕ ) : 06˚ 14’ 06” LS
Bujur Bekasi ( λ ) : 106˚ 59’ 23” BT
Penyelesaian :
sin ( λ tempat− λ kabah )
tan Q=
cos ϕ tempat × tan ϕ kabah−sin ϕ tempat ×cos ( λ tempat− λ kabah )
sin ( 106 ˚ 59’ 23 ”−21˚ 25 ’ 21.04 ” )
¿
cos 06 ˚ 14 ’ 06 ”× tan 21 ˚ 25 ’ 21.04 ”−sin 06 ˚ 14 ’ 06 ”× cos ( 106 ˚ 59’ 23 ”−21˚ 25 ’ 21.04 ” )
0.9970086847
¿
0.9940848054× 0.3923490189−0.1086066278 ×0.07728960297
0.9970086847
¿
0.9940848054× 0.3923490189−0.1086066278 ×0.07728960297
0.9970086847
¿
0.381634035
¿ 2.61247319
¿ tan −1 2.61247319=69.05420112
'
U−B=69° 03 15.12' '
B−U =90 ° 0 ' ' −69 ° 03' 15.12 ' ' =20 ° 56' .88' '
Jadi arah Kiblat untuk Masjid A di Kota Bekasi dihitung dari Utara ke Barat adalah
' '
69 ° 03 15.12' ' dan 20 ° 56 .88 ' ' dihitung dari Barat ke Utara.
7
Contoh 3 :
Menentukan arah kiblat Mesjid B di Kota Banjarmasin.
Diketahui data-data koordinat tempatnya sebagai berikut:
Lintang Kabah (lk) : 21˚ 25’ 21.04” LU
Bujur Kabah (Bk) : 39˚ 49’ 34.33” BT
Lintang Banjarmasin (Lt) : 3˚ 19’ 42” LS
Bujur Banjarmasin (Bt) : 114˚ 36’ 51.97” BT
Penyelesaian :
cos <× tan lk+sin< ×cos (Bt −Bk)
cotanQ=
sin (Bt −Bk)
cos(3 ˚ 19’ 42 ”)× tan21 ˚ 25’ 21.04 ”+sin(3 ˚ 19’ 42 ”) ×cos (114 ˚ 36 ’ 51.97 ”−39˚ 49 ’ 34.33 ”)
¿
sin (B 114 ˚ 36 ’ 51.97”−39˚ 49’ 34.33”)
(0.9983132286 ×0.3923490189)+(0.05805770987 × 0.2623873557)
¿
0.9649626291
0.4069208248
¿
0.9649626291
¿ 0.4216959419
−1
¿ tan 0.4216959419=22.86495541
B−U =22° 51' 53.84 ' '
'' ' '' '
U−B=90 ° 0 −22 ° 51 53.84 =67 ° 8 6.16 ' '
Jadi arah Kiblat untuk Masjid B di Kota Banjarmasin dihitung dari Utara ke Barat adalah
67 ° 8' 6.16 ' ' dan 22° 51' 53.84 ' ' dihitung dari Barat ke Utara.
atau
Shift tan (( cos 3° 19′ 42″ tan 21° 25′ 21.04″ + sin 3° 19′ 42″ cos 74° 47′ 17.64″) : (sin
74° 47′ 17.64″) ) = 22.86495541
Hasil yang ditemukan adalah:
B-U : 22o 51’ 53.84”
U-B : 67o 08’ 6.16” (caranya 90°- 22o 51’ 53.84”)
UTSB : 292o 51’ 53.8” (azimuth, caranya 360° – 67o 08’ 6.16”)
8
secara rutin akan terjadi karena apa yang dikenal dengan rotasi Bumi dan revolusi Bumi
yang relatif tetap, kemudian ilmu falak menerjemahkan posisi Matahari pada saat-saat
terjadi kejadian-kejadian yang merupakan pertanda bagi awal atau akhir waktu salat
dalam ayat dan hadis kedalam bentuk rumus dengan menggunakan ilmu ukur bola
(trigonometri bola).
Awal waktu salat menurut ilmu falak adalah:
1. Awal waktu salat Zuhur dimulai sesaat Matahari terlepas dari titik garis meridian
langit setelah mencapai titik kulminasi dalam peredaran hariannya.
2. Awal waktu salat Asar dimulai saat Matahari berada pada posisi yang menghasilkan
bayang-bayang suatu benda tegak lurus di permukaan Bumi dua kali panjangnya.
Posisi Matahari seperti ini diketahui dengan cara menentukan nilai jarak zenit
Matahari (zm), tinggi Matahari (hₒ) dan nilai sudut waktu Matahari (tₒ).
3. Awal waktu salat Magrib dimulai saat Matahari sempurna terbenam (sunset) di suatu
tempat, dalam artian seluruh piringan Matahari sempurna melawati garis ufuk mar’i
(horizon kodrat).
4. Awal waktu salat Isya dimulai saat gelap malam sudah sempurna (astronomical
twilight), hal ini terjadi di saat posisi Matahari berada sekitar 18 derajat di bawah
ufuk Barat.
5. Awal waktu salat Subuh dimulai saat Matahari berada pada posisi yang
menghasilkan cahaya fajar, cahaya ini terjadi saat Matahari berada sekitar 20 derajat
di bawah ufuk Timur.
Untuk meghitung kapan awal waktu salat di suatu daerah, ilmu falak berperan
penting dalam menjawab problematika perhitungan penentuan awal waktu salat di
daerah dan daratan yang berbeda-beda. Dalam hal ini penulis mencoba mengutip sebuah
format baru rumus perhitungan awal waktu salat yang menurut analisa penulis, rumus ini
merupakan terobosan baru dan sangat bagus dalam penyempurnaan perhitungan awal
waktu salat dan sangat pantas untuk diikuti serta direalisasikan oleh segenap pencinta
dan pakar dalam ilmu falak. Apalagi rumus ini dikeluarkan langsung oleh pihak
Kementerian Agama RI13. Yang sudah semestinya seluruh Badan Hisab Rukyah
Provinsi, Kabupaten atau Kota, kabit penyelenggara syariah di setiap Kabupaten atau
Kota yang ada di seluruh Indonesia untuk memahami dan mensosialisasikan format baru
perhitungan rumus awal waktu salat ini.
Untuk menyelesaikan perhitungan awal waktu salat, ada beberapa data yang
harus dipersiapkan:
a. Lintang tempat (φ).
b. Bujur tempat (λ)
c. Tinggi tempat dari permukaan laut.
d. Deklinasi matahari (δₒ).
e. Sudut waktu matahari (tₒ).
f. Perata waktu (equation of time) (e).
g. Ikhtiyat.
h. Tinggi matahari (high of sun) (hₒ).
9
DAFTAR DEKLINASI MATAHARI DAN EQUATION OF TIME
2 -03o 41’ 32” +10m 40d -14o 50’ 31” +16m 28d -21o 59’ 49” +10m 32d
3 -04o 04’ 44” +10m 59d -15o 09’ 18” +16m 28d -22o 08’ 23” +10m 09d
4 -04o 27’ 52” +11m 17d -15o 27’ 50” +16m 27d -22o 16’ 32” +09m 45d
5 -04o 50’ 57” +11m 36d -15o 46’ 06” +16m 25d -22o 24’ 15” +09m 20d
6 -05o 13’ 59” +11m 53d -16o 04’ 08” +16m 23d -22o 31’ 31” +08m 55d
7 -05o 36’ 32” +12m 11d -16o 21’ 53” +16m 21d -22o 38’ 22” +08m 29d
8 -06o 00’ 48” +12m 29d -16o 39’ 22” +16m 17d -22o 44’ 45” +08m 03d
9 -06o 22’ 40” +12m 45d -16o 56’ 34” +16m 12d -22o 50’ 42” +07m 36d
10 -06o 45’ 24” +13m 01d -17o 13’ 29” +16m 06d -22o 56’ 12” +07m 09d
11 -07o 08’ 03” +13m 17d -17o 30’ 06” +16m 00d -23o 01’ 15” +06m 41d
12 -07o 30’ 36” +13m 32d -17o 46’ 26” +15m 52d -23o 05’ 51” +06m 13d
13 -07o 53’ 03” +13m 47d -18o 02’ 27” +15m 44d -23o 09’ 59” +05m 45d
14 -08o 15’ 25” +14m 01d -18o 18’ 09” +15m 35d -23o 13’ 39” +05m 17d
15 -08o 37’ 38” +14m 15d -18o 33’ 32” +15m 25d -23o 16’ 52” +04m 47d
16 -08o 59’ 44” +14m 28d -18o 48’ 35” +15m 14d -23o 19’ 37” +04m 19d
17 -09o 21’ 43” +14m 40d -19o 03’ 18” +15m 02d -23o 21’ 54” +03m 50d
18 -09o 43’ 34” +14m 52d -19o 17’ 41” +14m 50d -23o 23’ 42” +03m 20d
19 -10o 05’ 16” +15m 04d -19o 31’ 43” +14m 36d -23o 25’ 03” +02m 51d
20 -10o 26’ 50” +15m 14d -19o 45’ 24” +14m 22d -23o 25’ 55” +02m 21d
21 -10o 48’ 14” +15m 24d -19o 58’ 43” +14m 07d -23o 26’ 19” +01m 51d
22 -11o 09’ 28” +15m 34d -20o 11’ 40” +13m 51d -23o 26’ 15” +01m 22d
23 -11o 30’ 33” +15m 42d -20o 24’ 15” +13m 35d -23o 25’ 42” +00m 52d
24 -11o 51’ 26” +15m 50d -20o 36’ 27” +13m 17d -23o 24’ 42” +00m 22d
25 -12o 12’ 09” +15m 57d -20o 48’ 16” +12m 59d -23o 23’ 13” -00m 08d
26 -12o 32’ 41” +16m 04d -20o 59’ 42” +12m 40d -23o 21’ 15” -00m 37d
27 -12o 53’ 01” +16m 10d -21o 10’ 44” +12m 21d -23o 18’ 50” -01m 07d
28 -13o 13’ 08” +16m 15d -21o 21’ 22” +12m 00d -23o 15’ 56” -01m 36d
29 -13o 33’ 03” +16m 19d -21o 31’ 36” +11m 39d -23o 12’ 35” -02m 06d
30 -13o 52’ 45” +16m 22d -21o 41’ 25” +11m 18d -23o 08’ 46” -02m 34d
31 -14o 12’ 14” +16m 25d - - -23o 04’ 29” -03m 03d
Contoh
Hitung dan tentukan awal waktu shalat untuk FKIP UHAMKA pada tanggal 1
Oktober 2018 M, dengan ketinggian tempat kurang lebih 50 Meter di atas permukaan
laut.
Jawab:
Data yang diperlukan:
a. Lintang tempat (φ) = -6°18’12.9” LS.
10
b. Bujur tempat (λ) = 106°52’16.7” BT.
c. Tinggi tempat dari permukaan laut = 50 meter.
d. Deklinasi matahari (δₒ) = tanggal 1 Oktober 2018 pukul 12 WIB = - 3°18’18”.
e. Perata waktu (equation of time) (e) = tanggal 1 Oktober 2018 = 0°10’20”
f. Ikhtiyat (i) = 2 menit.= 0°2’0”
g. Waktu daerah (λʷ) = 105° WIB
h. Koreksi waktu daerah (kwd) = (λʷ - λ) : 15 = (105° - 106°52’16.7”) : 15 =
-1°52’16.7’’ : 15 = -0°7’29.11”
11
Sd = 0°16’0”
Ref = 0°34’0”
hₒ = - (0°34’0” + 0°16’0” + 0°12’26.7”)
= -1°2’26.7”
b. Sudut waktu Matahari (tₒ)
tₒ = (Shift cos (sin hₒ : cos φ : cos δₒ – tan φ x tan δₒ)) : 15
= (Shift cos (sin (-1°2’26.7”) : cos (-6°18’12.9”) : cos (- 3°18’18”) – tan (-
6°18’12.9”) x tan (- 3°18’18”)) : 15
= 91°24’57.55” :15
= 6°5’39.84”
c. Awal waktu Magrib
Rumus = WH – e + tₒ + kwd + i
= 12°0’0” - 0°10’20” + 6°5’39.84” + (-0°7’29.11”) + 0°2’0”
= 17°49’58.73”
= 17.49 WIB
12
= (Shift cos (sin (-20°2’26.7”) : cos (-6°18’12.9”) : cos (- 3°18’18”) – tan (-
6°18’12.9”) x tan (- 3°18’18”)) : 15
= 110°35’34.57” : 15
= 7°22’22.3”
c. Awal waktu Subuh
Rumus = WH – e + tₒ + kwd + i
= 12°0’0” - 0°10’20” + 6°5’39.84” + (-0°7’29.11”) + 0°2’0”
= 4°21’48.59”
= 4.21 WIB
Dari penyelesaian rumus awal waktu salat di atas dapat diambil kesimpulan
terhadap beberapa hal:
1. Tinggi Matahari (hₒ) untuk FKIP UHAMKA adalah:
a. Awal waktu Zuhur = 0°
b. Awal waktu Asar = +43°32’16.6”
c. Awal waktu Magrib = -1°2’26.7”
d. Awal waktu Isya = -18°2’26.7”
e. Awal waktu Subuh = -20°2’26.7”
2. Data ketinggian tempat digunakan dalam mencari nilai ketinggian Matahari untuk
waktu salat Magrib, Isya dan Subuh, dalam hal ini bisa dipastikan bahwa nilai tinggi
Matahari untuk waktu Magrib, Isya dan Subuh akan berpariasi seiring tinggi rendah
suatu tempat, tidak terpaku pada -01° untuk waktu Magrib, -81° untuk waktu Isya,
dan -20° untuk waktu Subuh.
3. Data deklinasi Matahari dan nilai Equation of Time diambil satu kali untuk sehari
perhitungan waktu salat, yaitu data pukul 12.00 Wib.
4. Nilai ikhtiyat rata-rata 2 menit.
5. Perbedaan awal waktu salat masih berpijak pada perbedaan nilai Bujur saja, belum
memperhatikan selisih nilai Lintang.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalkulator dalam ilmu falak sangatlah diperlukan, apalagi dalam ilmu hisabnya yang
identik dengan perhitungan-perhitungan yang tertuju pada rumus-rumus tertentu. Tidak
sembarang kalkulator yang dapat digunakan untuk perhitungan penentuan arah kiblat,
awal waktu shalat, awal bulan dan gerhana, karena proses perhitungan tempat, sudut dan
waktu ibadah tersebut menggunakan kaidah ilmu ukur bola. Oleh karena itu, harus
menggunakan kalkulator spesifik yaitu Scientific Calculator.
B. Saran
Diperlukan ketelitian dalam penggunaan kalkulator, apalagi dalam menentukan
perhitungan yang berhubungan dengan ilmu falak, seperti penentuan arah kiblat, awal
waktu shalat, awal bulan dan gerhana. Karena apabila terjadi kesalahan yang sangat fatal
tentu akan dapat merubah perhitungan dan akan menimbulkan kesalahan dalam
beribadah.
14
DAFTAR PUSTAKA
15