PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Haji adalah rukun Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa.
Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslimin
sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan
melaksanakan beberapa kegiatan dibeberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang
dikenal sebagai musim haji pada bulan Dzulhijjah. Hal ini berbeda dengan ibadah umrah
yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu. Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8
Dzulhijjah ketika umat Islam bermalam di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah
pada tanggal 9 Dzulhijjah dan berakhir setelah melempar jumrah pada tanggal 10
Dzulhijjah.
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Menurut
etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan
menyengaja.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
3. Mengetahui rukun dan wajib haji
2
BAB II
PEMBAHASAN
memiliki kesamaan arti dengan qashdu yaitu berarti sengaja beermaksud menuju
Ka’bah adalah rumah yag pertama didirikan untuk manusia beribadah kepada
Allah di dunia. Nabi Ibrahim As. Diperintahkan Allah mendirikannya dengan dibantu
oleh putranya Ismail. Dipelihara kesucian rumah pertama itu dan dijadikan daerah
terlarang untuk membuat huru-hara dan keonaran, supaya tetaplaj menjadi tempat
beribadah, dan Allah berikan pula syi’ar-syi’ar agung di dalamnya, yaitu seperti
maqam tempat Ibrahim shalat dan sumur Zamzam yang tiada pernah kering.
haji adalah wajib sebagaimana shalat, puasa dan zakat. Allah SWT berfirman : “
Untuk Allah, atas segenap manusia mengunjungi Baitullah, yakni yang mempunyai
“Islam didirikan diatas lima perkara yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan
yang berhak disembah secara benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan
dianggap murtad bagi siapa yang mengingkarinya. Haji hanyalah diwajibkan sekali
dalam seumur hidup manusia. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah Saw yang
1
Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih, Jakarta : 1996
3
diriwayatkan dari Abu Hurairah : “Rasulullah Saw berkhotbah kepada kami. Katanya
: Wahai manusia! Allah telah memfardhukan haji bagi kamu, maka laksanakanlah!
pertanyaan itu tiga kali. Kemudian Rasulullah SAW bersabda : Kalau saya katakan
benar, pasti akan wajib setiap tahun, tetapi kalian tidak akan mampu”. (HR. Ahmad
Dalam hadits lain Rasulullah Saw bersabda : “Ikutilah amalan haji dengan
umrah karena kedua amalan itu meniadakan sifat kikir dan dosa sebagaimana ahli
logam membuang karat dari besi, perak dan emas. Tiada lain pahala yang diterima
haji yang mabrur, kecuali surga”. (HR. al-Tirmidzy, al-Nasai dan Ibnu Majah dan
Ibnu Mas’ud).
Dari hadits tersebut di atas maka dalam setiap pembahasan haji, seringkali
disinggung pula tentang umrah, yang secara etimologis bermakna “ziarah”. Ada
kemiripan diantara kedua ibadah tersebut, yakni dalam praktek kedua-duanya sama-
sama mengunjungi Baitullah, sehingga ibadah umrah mendapat julukan “haji kecil”.
Namun, secara signifikan terdapat perbedaan mendasar antara indaha haji dengan
umrah. Ibadah haji dilakukan hanya pada waktu-waktu yang tertentu, yaitu di bulan-
bulan haji. Bulan-bulan haji itu waktunya sejak awal bulan syawal sampai dengan
bulan-bulan haji, yiatu dilakukan secara berbarengan dengan ibadah haji, atau dapat
pula dilakukan diluar bulan haji (kapan saja). Perbedaannya lagi adalah bahwa dalam
ibadah haji diwajibkan melakukan wuquf di Arafah, sedangkan umrah tidak perlu
melakukannya. Selain itu, setiap melakukan ibadah haji selalu diiringi dengan
2
Ma’rifat Iman KH. Dan Nandi Rahman, Ibadah Akhlak Tinjauan Eksoteris Dan Esoteris, Jakarta : UHAMKA
Press, 1998, h.153.
4
melakukan ibadah umrah, sedangkan tidak setipa umrah dapat melakukan ibadah haji
seklaigus.
Sejak itulah orang-orang Arab melakukan haji ke Baitullah dan hal itu dilakukan terus
dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa) : Ya Tuhan kami terimalah daripada
kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”.
ibadah haji sebagaimana dilakukan pada Nabi Musa As. Dengan perubahan itu,
menyembelih hewan qurban untuk berhala dan menyebut nama-nama berhala ketika
menyembelih. Mereka melakukan thawaf dengan telanjang dan sebagian mereka tidak
melakukan wuquf di Arafah bersama yang lain, karena mereka merasa derajatnya di
5
atas derajat manusia yang lain, sebab mereka mempunyai kewenangan mengurus
Baitullah.3
bahwa sebelum negeri Mekkah ditaklukan oleh Rasulullah dan kaum Muslimin pada
tahun ke 8 hijriah, maka pada tahun ke 7 hijriah sudah berlaku juga umratul qadha,
pengganti umrah yang tidak jadi pada tahun ke 6 hijriah, padahal di Mekkah masih
orang Islam yang datang untuk melakukan ritual Sa’i (berjalan cepat antara Shafa dan
Marwah). Maka ada sahabat Rasulullah yang ragu-ragu tentang Sa’i di antara Shafa
dan Marwah itu karena melihat masih ada berhala lata berdiri di sana. Lalu datanglah
ayat, bahwa Sa’i di antara Shafa dan Marwah itu tidak ada halangan diteruskan sebab
kita melakukan Sa’i itu semata-mata ibadah karena Allah. Dan Shafa dan Marwah
adalah satu syiar antara berbagai syiar Allah dan kita, tidak ada sangkut-paut dengan
berhala itu.
membangkitkan kembali ajaran asli Nabi Ibrahim, ajaran Hanif dan Muslim. Lurus
menuju Allah dan berserah diri kepada-Nya. Maka kedatangan Nabi Muhammad
adalah memperkuat kemabli ajaran Nabi Ibrahim itu, menghidupkan kembali sendi
pokok ajaran beliau. Oleh sebab itu, Ka’bah bukanlah semata-mata sebuah rumah
kuno yang antikdan menjadi sekedar tujuan wisata rohani bagi wisatawan. Oleh sebab
3
Ma’rifat Iman KH. Dan Nandi Rahman, Ibadah Akhlak Tinjauan Eksoteris Dan Esoteris, Jakarta : UHAMKA
Press, 1998, h.154.
6
itu Nabi Muhammad Saw meneruskan perintah Allah atas Nabi Ibrahim, agar semua
Ada sesuatu yang unik dalam pelaksanaan ibadah haji disbanding dengan
ibadah-ibadah yang lain, di mana rukun dan wajib biasanya menyatu, tidak dibedakan
antara yang satu dengan yang lain. Namun, dalam ibadah haji terdapat perbedaan
Rukun haji adalah perbuatan yang harus dikerjakan yang tidak boleh
tidak sah hajinya. Sedangkan wajib haji ialah sesuatu yang harus dikerjakan namun
bila tertinggal salah satunya karena sesuatu hal, boleh diganti dengan membayar dam
tetepkan).5
1. Ihram
memakai pakaian ihran (warna putih). Pakaian ihram laki-laki tidak berjahit,
2. Wuquf di Arafah
4
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta : Pustaka Panji Mas, 1983, Juz III-IV, h.18-19
5
Ma’rifat Iman KH. Dan Nandi Rahman, Ibadah Akhlak Tinjauan Eksoteris Dan Esoteris, Jakarta : UHAMKA
Press, 1998, h.154-156.
6
Ma’rifat Iman KH. Dan Nandi Rahman, Ibadah Akhlak Tinjauan Eksoteris Dan Esoteris, Jakarta : UHAMKA
Press, 1998, h.154-156.
7
sedang mengerjakan haji itu wajib berada di padang arafah pada waktu
haji iaslah hadir di Arafah. Barangsiapa yang datang pada malam sepuluh
sebelum terbit fajar, sesungguhnya ia telah mendapat waktu yang sah” (HR.
waktu-waktu yang telah ditentukan itu penting, karena inti haji adalah
Arafah. Dan Wuquf inilah yang menjadi pokok perbedaan haji dengan umrah,
di Arafah.
3. Thawaf
Cara melakukan thawaf ialah : Pertama, harus suci dari hadats dan najis.
Kedua, menutup aurat. Ketiga, Ka’bah berada di sebelah kiri orang yang
thawaf. Keempat, memulai thawaf dari Hajar al-Aswad (batu hitam) yang ada
di salah satu sudut Ka’bah yang dinamakan Rukun Yamani, dengan cara
dapat cukup dengan melambaikan tangan sewaktu berada di arah Hajar al-
Aswad tersebut). Kelima, thawaf itu dilakukan tujuh kali (dari Hajar al-
8
hendaknya berada berada di dalam Masjid al-Haram. Sewaktu Thawaf
Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah”.
4. Sa’i
Sa’i ialah berlari-lari kecil di antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak
tujuh kali, dimulai dari Shafa dan diakhiri di Marwah. Dimana pada saat ini,
jarak di antara dua bukit ini telah dibuatkan penghubung berupa atap dan
5. Tahallul
dengan cara menggunting rambut minimal tiga helai. Tahallul ada dua
haji telah selesai, namun wajib hajinya belum selesai. Tahallul kedua adalah
akad nikah.
6. Tertib
7
Hasbi al-Shiddeqy, Kuliah Ibadah, Jakarta : Bulan Bintang, 1968, cet.IV, h.68,
9
Miqat ada dua macam, yaitu miqat zamani dan miqat makani. Miqat
zamani, adalah waktu berniat haji, yakni sejak awal bulan Syawal sampai
Juhfah, Qarn al-Manazil, Dzatu Irqin, Birr Ali, Jeddah dan lain-lain.
rumah masing-masing.
c) Juhfah adalah miqat bagi orang-orang yang datang dari Mesir, Maghribi
kampong di antara Mekkah dan Madinah yang kini telah lenyap. Oleh
kampong Rabig.
d) Yalamlam adalah suatu bukit, miqat bagi orang yang datang dari arah
e) Qarnul Manazil adalah miqat bagi orang yang datang dari arah Najd serta
f) Dzatu Irqin adalah miqat bagi orang yang datang dari arah Iraq dan
10
g) Bagi orang yang tinggal di daerah antara Mekah dan miqat-miqat tersebut
2. Bermalam di Muzdalifah
Melontar jumrah adalah melempar suatu jumroh yang dinamai Jumrah al-
situasi dan kondisi dan demi kenyamanan jama’ah haji, maka ketentuan
Jumrah ada tiga, berbentuk tiga buah tugu sebagai pelambang syaitan
(yang dulu menggoda Nabi Ibrahim, Ismail dan Siti Hajar. Yaitu sewaktu
oleh syaitan agar tidak melakukannya, namun ketiga orang tersebut tidak
8
Majelis Tarjih PP. Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih, Jakarta : 1996, h.197-198
9
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1998, h.260-262.
11
4. Melontar Tiga Jumrah
yang dilakukan pada hari Tasyrik, yakni tanggal 11,12, dan 13 Dzulhijjah.
Pelontaran terhadap ketiga jumrah itu hendaknya berurutan, mulai Jumrah al-
5. Bermalam di Mina
Yaitu bermalam di Mina selama tiga hari, yaitu dihari-hari tasyriq, tempat
dimana terletak ketiga jumrah. Jarak Mina dengan Mekkah sekitar 5km.
dalam sebuah hadits yang yang diriwayatkan oleh Aisyah Ummul Mukminin,
tiap-tiap jumrah dilontar dengan tujuh batu kerikil” (HR. Ahmad dan Abu
Daud).
6. Thawaf Wada’
sebagai symbol perpisahan melakukan ibadah haji. Setelah itu para jama’ah
larangan haji.
12
D. Larangan dan Sunnah Ibadah Haji
sebagai berikut:10
6. Memotong kuku.
Terhadap pelanggaran atas keenam larangan haji di atas dikenakan denda masing-
masing dengan memilih alternative di antara tiga hal, yaitu menyembelih seekor
kambing yang sah untuk qurban, atau puasa tiga hari, atau bersedekah tiga gantang
(9,3 liter) makanan kepada enam orang miskin. Hal ini didasarkan atas firman Allah
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Jika kamu terkepung
(terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sebelihlah) korban yang mudah
didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat
penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya
(lalu ia bercukur), maka wajiblah tas berfidyah, yaitu berpuasa atau bersedekah atau
berkorban. Apabila kamu telah merasa aman, maka bagi siapa yang ingin
mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih),
korban yang mudah didapat tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau
tidak mampu). Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi)
10
Majelis Tarjih PP. Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih, Jakarta : 1996, h.189-190
13
apabila kamu telah berpulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna.
Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak
berada di (sekitar) Majidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekkah).
Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-
Nya.”
Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa suatu ketika seseorang mengadu kepada
Rasulullah Saw bahwa kepalanya sakit sewaktu beribadah. Kemudian Rasulullah Saw
bersabda: “Cukurlah rambutmu itu dan sembelihlah seekor kambing, kalau tidak
puasalah tiga hari ataubersedekah tiga gantang korma kepada enam orang miskin”
7. Mengadakan akad nikah (nikah, menikahkan atau menjadi wakil dalam akad
nikah). Bagi orang yang melanggar, maka hajinya tidak sah dan harus mengulang
tahun depan.
8. Bersetubuh
Hal tersebut berarti melanggar haji, maka tidak sah hajinya dan harus
9. Berburu dan membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan. Bagi
pelanggar larangan haji ini wajib menggantikan hewan yang senilai dengan
makanan untuk orang-orang miskin atau berpuasa sebanyak harga binatang tadi,
14
Adapun beberapa kesunatan dalam haji adalah sebagai berikut:11
1. Melakukan Haji Ifrad, yaitu melakukan haji saja tanpa disertai/dibarengi dengan
umrah.
2. Membaca doa talbiyah (bagi laki-laki dengan suara keras, bagi perempuan sekedar
didengar oleh dirinya sendiri) selama dalam ihram sampai melontar jumrah al-
aqabah pada hari raya haji. Bacaannya sebagai berikut: “Ya Allah, aku memenuhi
3. Berdoa setelah membaca talbiyah, yakni dengan meminta keridhaan Allah, supaya
diberi surga dan meminta perlindungan kepada-Nya dari siksa api neraka.
4. Membaca dzikir sewaktu thafaf (sewaktu di antara Rukun Yamani dan Hajar
Aswad), sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, yaitu membaca doa
sapujagat: “Ya Allah berilah kebaikan kepada kami di dunia dan kebaikan di
Ibnu Abbas bahwasannya Nabi Saw telah bersabda: “Barang siapa yang masuk ke
ibadah umrah. Cara pelaksanaan ibadah haji ini lebih baik daripada cara ibadah
11
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1998, h. 262-264
15
haji yang lain. Pelaksanaan cara ini dihukumkan sunnah, dan tidak terkena
ibadah umrah.
2. Haji Qiran, yaitu mengerjakan ibadah haji dan umrah secara berbarengan
yang sah untuk qurban, atau berpuasa sepuluh hari (tiga hari sewaktu masih
melakukan ihram sampai hari raya haji, tujuh hari dilakukan bila telah sampai di
negeri masing-masing).
haji (di waktu musim haji). Cara pelaksanaan ibadah haji inipun dikenakan denda.
Hikmah yang terkandung dalam ibadah haji sangatlah banyak. Hal ini dapat
dimengerti mengingat ibadah haji merupakan ibadah yang paling komperhensif dan
maliyah sekaligus. Oleh karena itu, hikmah haji dapat ditinjau dari beberapa aspek,
yaitu:13
1. Aspek historis-geografis
Ditinjau dari segi ini, ibadah haji mengandung pelajaran untuk menghargai
jasa-jasa para pendahulu, yaitu para Nabi terdahulu. Bahwa diutusnya Rasulullah
dan salah satu syariatnya adalah ibadah haji menunjukkan penghargaan dan
pelanjut kebrlangsungan ajaran dan jasa-jasa perjuangan Nabi Ibrahim dan Nabi
12
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1998, h. 274
13
Ma’rifat Iman KH. Dan Nandi Rahman, Ibadah Akhlak Tinjauan Eksoteris Dan Esoteris, Jakarta : UHAMKA
Press, 1998, h.160.
16
Ismail serta Siti Hajar, yang telah mendirikan rumah ibadah pertama di muka
ibadah, sehingga orang yang menunaikan ibadah haji dapat meraskan langsung
melihat dan merasakan medan perjuangan Nabi Saw dan para sahabat dalam
menegakkan agama Allah. Menaklukan medan yang berat, yang terdiri dari
luasnya padang pasir yang kering dan tandus. Dengan demikian, akan dapat
dengan tabah dan penuh kesabaran, serta selalu penuh harap mendapat
pertolongan Tuhan.
2. Aspek sosiologis
Ibadah haji diperuntukkan bagi seluruh umat Islam sedunia dari berbagai
kultur dan ras. Sehingga akan dapat dirasakan keragaman budaya umat Islam yang
diikat dalam satu kesatuan aqidah Islam. Akan terlihat pula betapa Islam
Dengan demikian orang yang telah berhaji adalah orang yang telah memiliki
pengalaman tingkat dunia, telah memiliki wawasan yang luas, karena telah
melihat berbagai macam corak kebudayaan dunia luar. Maka wajar pula jika para
17
haji setelah pulang ke negerinya masing-masing menjadi orang yang dihormati
dan mendapat tempat yang tinggi dalam masyarakat namun tetap menjadi orang
yang tawadhu karena menghayati pakaian yang dikenakan sewaktu ibadah haji
adalah warna pakaian yang akan dikenakan sewaktu berakhir hidupnya. Kafan
3. Aspek pedagogis
menjadi lebih baik. Dengan melakukan ibadah haji, manusia dapat mengambil
melakukan introspeksi dan evaluasi diri, sehingga dirinya tidak merasa sebagai
orang terbaik, karena ternyata kebaikan yang ada pada dirinya juga didapatkan
pada orang lain, bahkan mungkin orang lain itu lebih baik dari dirinya.
Dengan ibadah haji akan memunculkan suatu sifat utama dengan selalu
dirinya sendiri. Pada dirinya akan tertanam suatu sikap menghargai, yang pada
akhirnya akan tercipta suasana penuh kedamaian dalam kebersamaan. Ibadah haji
yang dilaksanakan dengan penuh ikhlas karena Allah SWT akan memberikan
4. Aspek ekonomis
Ibadah haji merupakan ibadah maliah, karena umtuk melaksanakan ibadah haji
dibutuhkannya biaya yang cukup besar. Maka secara langsung maupun tidak
langsung, jumlah calon haji yang berangkat dapat dijadikan sebagai indikasi
18
maka cukup banyak sector ekonomi masyarakat tergerak dinamis sehingga dapat
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-hajj secara etimologi berarti tujuan, maksud dan menyengaja. Dalam arti
Allah semata. Hukum melaksanakan ibadah haji hanyalah diwajibkan sekali dalam
Rukun haji adalah perbuatan yang harus dikerjakan yang tidak boleh
tidak sah hajinya. Sedangkan wajib haji ialah sesuatu yang harus dikerjakan namun
bila tertinggal salah satunya karena sesuatu hal, boleh diganti dengan membayar dam.
Tata cara pelaksanaan haji harus sesuai dengan syarat, rukun dan wajib haji.
B. Saran
mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental atau spiritual sebab ibadah haji
merupakan ibadah yang sangat menuras tenaga di samping mental dan batin.
20
DAFTAR PUSTAKA
Iman KH, Ma’rifat.,dkk. 2012. Ibadah Akhlak untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Uhamka
Press.
Ash-Shiddieqy, Prof. Dr. Teungku Muhammad. 2010. Kuliah Ibadah. Semarang : PT.
21