Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Dalam rangka pembangunan bangsa dan Negara Indonesia secara


menyeluruh, maka pembangunan dilakukan secara menyeluruh disegala lini, tidak
terkecuali bidang kemaritiman, karena menyangkut sarana transportasi laut guna
menunjang kelancaran arus barang, penumpang, ekspor/ impor, serta peningkatan
keterpaduan antara sarana – sarana yang tersedia.
Indonesia adalah bangsa maritim yang memiliki gugusan pulau – pulau
yang tersebar dan dipisahkan oleh selat dan lautan yang berjumlah ± 13.667 pulau
besar dan pulau kecil yang terbesar pada kawasan 7.665.000km2, terhampar
diantara dua Benua dan dua Samudra yang merupakan Negara Kepulauan yang
terbesar di dunia.
Berbagai lautan dan selat yang terbentang diantara gugusan pulau – pulau
itu bukanlah sebuah pemisah, melainkan merupakan sara penghubung yang dapat
dimanfaatkan bagi kepentingan serta kesejahteraan rakyat indonesia.
Sebagai Negara yang berpenduduk lebih dari 167 juta jiwa, dimana
penyebrangnya yang tidak merata serta kondisi geografi yang merupakan negara
kepulauan (archipelagic state) sering kali menjadi kendala dalam rangka dalam
pelaksanaan pembangunan nasional. Salah satu kendala yang paling dominan
adalah kendala transportasi yang bisa menghambat mobilitas dan distribusi barang
yang mengakibatkan terganggunya pembangunan nasional yang merata diseluruh
pelosok tanah air Indonesia.
Untuk mengeruk bagian dasar perairain dan memindahkan ke tempat lain
diperlukan sebuah alat transportasi laut. Kapal Keruk merupakan alat transportasi
yang dispesifikasikan untuk mengeruk bagian dasar perairain agar kapal-kapal
yang akan berlayar bisa melewati perairan tersebut dan distribusi barang dan
mobilitas tidak terganggu
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa kekhusuan dari Kapal Keruk (Dredger) ?
2. Apa saja jenis Kapal Keruk (Dredger) ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui defenisi dari kapal Keruk (Dredger)
2. Mengetahui Kekhusuan Kapal Keruk (Dredger)
3. Mengetahui apa saja jenis – jenis kapal Keruk (Dredger)
1.4 Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui lebih dalam tentang kekhususan Kapal Keruk
(Dredger), dan untuk menambah ilmu pengetahuan pembaca khususnya
mahasiswa di bidang Teknik Perkapalan mengenai Kapal Keruk (Dredger).
1.5. Metode Penulisan
Metode adalah dengan metode pustaka atau pengambilan data melalui teori
dalam buku – buku yang ada, dalam jurnal, dan lain – lain. Kami juga mendapat
referensi data yang kami dapatkan dari internet.
1.6 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan,
pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan
Berisikan definisi kapal keruk (Dredger), dan jenis-jenis kapal keruk
(Dredger).
Bab III Penutup
Berisikan kesimpulan yang didapat setelah belajar mata kuliah kapal-kapal
khusus serta saran agar makalah kapal-kapal khusus kedepannya semakin baik
dan mengalami kemajuan dengan beberapa perbaikan dari saran yang
diberikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kekhusuan Kapal Keruk (Dredger)
Fungsi dari kapal keruk adalah mengeruk bagian dasar suatu perairan
dan memindahkan ketempat lain. Dilihat dari macam peralatan yang
digunakan untuk mengeruk maka kapal keruk dapat dibagi dalam beberapa
jenis, antara lain kapal keruk timba, kapal keruk isap dan kapal keruk cekam.

Pada kapal keruk timba dan kapal keruk isap, karena adanya rantaian
timba dan tabung isap memnyebabkan bagian belakang kapal harus dibelah
dua sehingga kapal ini mempunyai dua kemudi. Dalam hal ini maka ukuran
tinggi buritan ditentukan seperti pada kapal biasa yang berbaling – baling dua.

Bila kecepatan kapal tidak lebih dari 9 knot, diameter tongkat kemudi
dapat 5% lebih kecil dibandingkan dengan kapal biasa. Kecepatan minimum
untuk menghitung tongkat kemudi bagi kapal yang mempunyai tenaga
penggerak bantu (auxilliary propulsion) dengan kecepatan kapal tidak lebih
dari 5 knot adalah V0 min = 7 knot.

Perhitungan konstruksi kapal keruk sama seperti pada kapal barang


biasa dengan beberapa persyaratan permuatan khusus pada daerah – daerah
tertentu. Pada kapal keruk timba, bila konstruksi penyangga “tumbler” tidak
diteruskan sampai kepelat wrang, maka dibawah konstruksi penyangga ini
harus dipasang sekat – sekat atau gading besar (Web Frame). Bila dirasakan
perlu maka pelat wrang diperkuat, penumpu tengah harus dibuat menerus
pada seluruh bagian konstruksi. Penumpu harus dihubungkan kedinding
tekukan buritan atau ruang lumpur, atau berpapasan dengan baik dan
penumpu ini tidak boleh langsung berhenti pada sekat melintang tetapi harus
diteruskan dan berakhir pada tiga jarak gading dari sekat melintang tersebut.

Pada lunas rata pada kapal keruk sedapat mungkin menerus, termasuk
untuk daerah ruang lumpur. Pada daerah yang berbatasan dengan tekukan
buritan atau ruang lumpur, harus dipasang satu jalur pelat dengan tebal 10%
lebih besar dari yang dipersyaratkan untuk pelat kulit dasar.

3
Penguatan pelat alas bagian depan seperti yang disyaratkan untuk
kapal barang biasa tidak diperlihatkan bagian kapal keruk. Kapal keruk
dengan panjang lebih dari 50 meter, bilga harus dibulatkan (round of bilge),
dibawah panjang kapal tersebut dapat dipakai bilga bersudut, kecuali untuk
kapal keruk yang beroperasi hanya pada air tenang.

Perhitungan tebal pelat sama dengan perhitungan untuk kapal barang


biasa. Untuk kapal keruk dengan bak lumpur dalam penentuan luas
penampang dari pelat geladakm dapat disyaratkan adanya perhitungan
kekuatan membujur.

Pelat sudut yang tebal dan dibulatkan dengan baik harus dipasang
pada ujung ruang lumpur untuk mendapatkan penerusan kekuatan yang dapat
dipertanggung jawabkan.

Ukuran balok geladak juga ditentukan seperti pada perhitungan pada


kapal barang biasa. Bukaan (Opening) pada daerah ruang lumpur dapat
dipersamakan dengan bukaan pada ruang lubang palkah. Dibawah mesin –
mesin bantu geladak dan peralatan lainnya yang menimbulkan beban yang
cukup besar, balok geladak harus diperkuat. Pada ruang lumpur, ukuran
konstruksi bagian – bagiannya ditentukan sebagai berikut :

- Tebal pelat tidak boleh kurang dari : s = 4.a √𝛾. ℎ + 1,5 : mm


Dimana :
h = jarak dalam meter dari pinggir bawah pelat ke pinggir atas pelimpahan.
𝛄 = berat jenis dari benda, ukuran dalam ton/m3 ( 𝛾min = 1,2 ton/m3)
- Modulus penampang dari penegar melintang yang dipasang pada dinding
bujur dan penegar sekat lintang tidak boleh kurang dari : W = 5,5.a x √𝛾. 𝑙 :
cm3
- Modulus penampang penegar bujur tidak boleh kurang dari : W = m.a x √𝛾. 𝑙
: cm3
Dimana :
l = panjang tidak ditumpu dari penegar ; m
a = jarak penegar : m
m = koefisien seperti pada kapal barang biasa

4
Dalam ruang lumpur dengan pintu alas harus dipasang penumpu
lintang diantara pintu – pintu itu. Pada jarak – jarak ini, tinggi penumpu
lintang harus kira – kira 2,5 kali tinggi wrang pelat. Tebal pelat bilahnya sama
dengan tebal yang diisyaratkan untuk pelat sisi.

Pada pinggir atas dan bawah pelat bilah harus dipasangkan pelat
hadap. Bila tinggi penumpu ini lebih dari 700 mm, maka harus dipasang
penegar vertikal dengan jarak 900 mm antara satu sama lain. Wrang pelat
dalam penerusan penumpu lintang disamping ruang lumpur dihubungkan
dengan dinding samping melalui pelat lutut kira – kira sama kaki, pelat lutut
ini harus diteruskan sampai kepinggir atas penumpu lintang.

Sekat melintang pada ujung – ujung dari ruang membujur diteruskan


dari sisi kesisi. Bagian dari sekat tersebut diatas yang berada antara dinding –
dinding samping ruang lumpur dan yang membatasi lekuk buritan harus
mempunyai kekuatan yang sama seperti diisyaratkan untuk pelat kulit sisi,
sedangkan bagian lainna dihitung seperti sekat kapal barang biasa.

Daerah penembusan tabung isap pada sekat lintang dari lekuk buritan
harus dilapisi atau diperkuat. Dinding - dinding ruang lumpur dan lekuk
buritan harus berpapasan secara efektif. Lajur atas dan bawah dari dinding –
dinding harus diteruskan menembus sekat – sekat atau ada cara lain yaitu
dengan memasang pelat lutut yang sebanding dengan dinding dalam
hubungannya dengan penguatan untuk konstruksi penyangga “tumbler”.

2.2 Jenis – Jenis Kapal Keruk

Kapal Keruk atau dalam bahasa Inggris sering


disebut dredger merupakan kapal yang memiliki peralatan khusus untuk
melakukan pengerukan. Kapal ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan, baik
dari suatu pelabuhan, alur pelayaran, ataupun industri lepas pantai, agar dapat
bekerja sebagaimana halnya alat-alat levelling yang ada di darat
seperti excavator dan Buldoser.

5
Ada beberapa jenis kapal keruk di antaranya adalah:

2.2.1 Kapal keruk pengisap (Suction Dredger)


Salah satu jenis kapal keruk yang mempunyai alat dan mulut
menghisap yang dapat diturunkan kedasar perairan yang akan dikeruk.
Dipergunakan untuk dasar perairan yang tidak keras dan liat,
misalnya pasir, lumpur dan lain – lainnya. Suction Dredger with Shore
Delivery adalah kapal keruk hisap yang mana hasil kerukannya
disalurkan kedaratan dengan menggunakan pipa – pipa.
Dalam pengoperasiannya kapal keruk ini ialah pada perairan
pantai atau pada alur sungai ataupun muara sungai.
Barge unloading Dredger adalah tongkang yang diperlengkapi
dengan alat keruk hisap dan hasil kerukannya dimuatkan pada tongkang
lumpur lainnya yang selanjutnya dibawa kelaut yang lebih dalam dan
disitu lumpur dituangkan atau ditumpahkan. Kapal keruk tersebut diatas
tidak dilengkapi mesin penggerak, namun dengan bantuan sebuah tug
boat kapal tersebut dapat bergerak.
Beroperasi dengan mengisap material melalui pipa panjang
seperti vacuum cleaner. Jenis ini terdiri dari beberapa tipe :
2.2.2 Cutter – Sunction Dredger
Di sebuah cutter-suction dredger atau CSD, tabung pengisap
memiliki kepala pemotong di pintu masuk pengisap. Pemotong dapat
pula digunakan untuk material keras seperti kerikil atau batu. Material
yang dikeruk biasanya diisap oleh pompa pengisap sentrifugal dan
dikeluarkan melalui pipa atau ke tongkang. CSD dengan pemotong
yang lebih kuat telah dibangun beberapa tahun terakhir, digunakan
untuk memotong batu tapi peledakan. CSD memiliki dua buah spud
can di bagian belakang serta duajangkar di bagian depan kiri dan kanan.
Spud can berguna sebagai poros bergerak CSD, dua jangkar untuk
menarik ke kiri dan kanan.
Dua CSD terbesar di dunia adalah CSD milik Dredging
International CSD D'Artagnan (28.200 kW) dan Jan De Nul CSD J.F.J.
DeNul (27.240 kW).

6
2.2.3 Trailing suction hopper Dredger
Sebuah trailing suction hopper dredger atau TSHD menyeret
pipa pengisap ketika bekerja, dan mengisi material yang diisap tersebut
ke satu atau beberapa penampung (hopper) di dalam kapal. Ketika
penampung sudah penuh, TSHD akan berlayar ke lokasi pembuangan
dan membuang material tersebut melalui pintu yang ada di bawah kapal
atau dapat pula memompa material tersebut ke luar kapal. TSHD
terbesar di dunia adalah milik perusahaan Belgia yaitu Jan De
Nul TSHD. Vasco Da Gama (33.000 m3 penampung, 37,060 kW total
tenaga yang ada) dan perusahaan Belanda Boskalis TSHD. W.D.
Fairway (35.000 m3 penampung).
PT Pengerukan Indonesia memiliki pula kapal keruk jenis ini
seperti TSHD. Halmahera dan TSHD. Irian Jaya. Digunakan untuk
melakukan maintenance dredging di pelabuhan-pelabuhan
seluruh Indonesia.

7
2.2.4 Kapal keruk timba (Bucket Dredger)
Kapal keruk jenis ini adalah kapal yang mempergunakan timba
– timba pada suatu bak rantai yang berjalan dari dasar perairan sampai
keatas kapal dan sebaliknya sebagai alat keruk yang dipasang.
Lambung (Hull) dari kapal keruk timba ini dibagi dalam
beberapa sekat kedap air, umumnya berbentuk segi empat dengan sisi –
sisi vertikal dan sisi – sisi geladak berbentuk setengah bulatan.
Pada sisi kompartemen terdapat tangki – tangki trim (Trimming
Tanks), gudang (Store) dan ruang ABK yang didesain untuk dapat
bekerja (beroperasi) 24 jam secara bergiliran.
Pada bagian tengah kapal (Midship) dipasang gantry yang
kokoh untuk menunjang tangga timba (bucket ladder) dan
alat/perlengkapan mesin untuk menggerakkan tangga timba. Deck
House (rumah geladak) dipasang diatas ruang mesin dan kamar boiler
yang terdiri dari dua mess room dan galley.
Sebuah derek (crane) dipasang untuk menaik turunkan tangga
timba dan derek yang digerakkan oleh tenaga listrik untuk mengangkut
batu – batu berat yang terdapat pada timba – timba.

Bucket dredger adalah jenis tertua dari suatu kapal keruk.


Biasanya dilengkapi dengan beberapa alat seperti timba/bucket yang
bergerak secara simultan untuk mengangkat sedimen dari dasar air.
Varian dari Bucket dredger ini adalah Bucket Wheel Dredger.
Beberapa Bucket dredger dan Grab dredger cukup kuat untuk
mengeruk dan mengangkat karang agar dapat membuat alur pelayaran.
Bucket dredger masih dipergunakan untuk penambangan bijih
timah di Provinsi Bangka Belitung dan Kepulauan Riau yang
dioperasikan oleh PT Timah Tbk.

2.2.5 Backhoe/Dipper Dredger


Backhoe/dipper dredger memiliki sebuah backhoe seperti excavator.
Backhoe dredger dapat pula menggunakan excavator untuk darat,
diletakkan di atas tongkang. Biasanya backhoe dredger ini memiliki tiga
buah spudcan, yaitu tiang yang berguna sebagai pengganti jangkar agar
kapal tidak bergerak, dan pada backhoe dredger yang high-tech, hanya
memerlukan satu orang untuk mengoperasikannya.

8
Dua backhoe dredger terbesar di dunia adalah milik dari Bean
L.L.C. yaitu TAURACAVOR dan milik dari Great Lakes Dredge &
Dock Co. yaitu NEW YORK. Keduanya dilengkapi dengan Excavator
Liebherr 996.

2.2.6 Water Injection Dredger


Water injection dredger menembakkan air di dalam sebuah jet
kecil bertekanan rendah (tekanan rendah karena material seharusnya
tidak bertebaran ke mana pun, karena harus secara hati-hati agar
material dapat dipindah) ke sedimen di dasar air agar air dapat mengikat
sedimen sehingga melayang di air, selanjutnya didorong oleh arus dan
gaya berat keluar dari lokasi pengerukan. Biasanya digunakan
untuk maintenance dredging di pelabuhan. Beberapa pihak menyatakan
bahwa WID adalah bukan pengerukan sementara pihak lain menyatakan
sebaliknya.
Hal ini terjadi karena pengukuran yang seksama harus dibuat
untuk mengukur kedalaman air, sedangkan beberapa alat ukur untuk itu
(seperti singlebeam echosounder) kesulitan untuk mendapat hasil yang
akurat dan harus menggunakan alat ukur yang lebih mahal (multibeam
echosounder) untuk mendapat hasil ukuran yang lebih baik.

9
2.2.7 Tin Dredger and Gold Dredger

Kedua jenis kapal keruk tersebut adalah sama tipenya, yaitu


sebagai kapal keruk timba yang dipergunakan untuk mengeruk pada
dasar perairan yang mengandung butir – butir timah atau butir – butir
emas

10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Setelah melakukan kajian tentang kekhususan kapal keruk (Dredger),
dapat disimpulkan bahwa makalah ini mempelajari tentang beberapa hal
penting yang ada di dalamnya, yaitu:
a. Mahasiswa/i dapat menguasai secara pasti kekhususan kapal keruk
(dredger).
b. Mengetahui macam-macam jenis kapal keruk (dredger) dan
karakteristiknya masing-masing.
c. Memupuk disiplin, tanggung jawab, kerjasama yang baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Marasabessy, Amir. 2009. Kapal-Kapal Khusus, Jurusan Teknik Perkapalan,


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. Jakarta

Soekarsini, NA. 1995. Sistem dan Perlengkapan Kapal (Ship Outfitting), Fakultas
Teknologi Kelautan Universitas Darma Persada. Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai