Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Puskesmas Leksono II, Wonosobo September 2018 – Januari 2019
PENYULUHAN TATALAKSANA AWAL DIARE DAN TANDA DEHIDRASI PADA
ANAK
dr. Talitha Nurrachma
Latar Belakang Diare akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari (Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare tahun 2007). Diare menyebar dan menginfeksi anak melalui empat faktor, yaitu food(makanan), feces(tinja), fly (udara), dan finger(tangan). Oleh karena itu, untuk mencegah agar penyakit ini tidak menyebar dan menular, cara yang paling praktis adalah memutuskan rantai penularan tersebut. Faktor kebersihan menjadi faktor yang penting untuk menghindari anak dari penyakit diare (Fida, 2012). Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare mengikuti manajemen utama diare yang disosialisasikan oleh DepKes dan IDAI, yaitu “Lima Langkah Tuntaskan Diare” (LINTAS DIARE) yang mencakup: (1) Oralit formula baru (2) Pemberian zink selama 10 hari (3) Melanjutkan pemberian ASI dan makanan (4) Pemberian antibiotik selektif sesuai indikasi dan (5) Konseling ibu. Untuk diare yang disebabkan oleh rotavirus (tinja tanpa darah, muntah dan dehidrasi berat, diare berat, demam), tentu saja antibiotik tidak diberikan. Tatalaksana tersebut berhasil menurunkan angka kematian, namun belum bisa menurunkan angka kejadian diare. Karena diare rotavirus tidak dapat diatasi dengan upaya preventif standar saja. Maka menuntut adanya terobosan baru dalam mengatasi masalah kesehatan akibat rotavirus, yaitu dengan vaksin. Tahun 2006 Vaksin Rotavirus mulai diedarkan setelah penelitian- penelitian yang membuktikan efikasi dan keamanannya di negara- negara menengah ke atas dan negara Asia Afrika. Pada bulan April 2009, WHO merekomendasikan semua lembaga kesehatan di dunia untuk memberikan vaksinasi rotaviruspada program imunisasi nasional. WHO menyatakan bahwa pengembangan vaksin rotavirus yang aman dan terjangkau harusmenjadi prioritas internasional dan WHO mendukung penuh kolaborasi Australia dan Indonesia dalam pengembangan vaksin RV3 (Depkes, RI 2011:37). Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit diare 301 / 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 / 1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 / 1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411 / 1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR (Case Fatality Rate) yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah 7kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %). Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes RI, 2011). Tahun 2014 di Kabupaten Wonosobo terjadi KLB sebanyak 6 kali, yaitu Rubella, Diare, Chingungunya, Varicella, Malaria dan Keracunan Ikan Tongkol. Perkiraan penemuan diare di Kabupaten Wonosobo tahun 2014 sebesar 32.067, dengan 13.384 kasus ditangani, mengalami peningkatan dibanding dengan tahun 2009 yang sebesar 6.814 kasus dengan kematian sebanyak 2 kasus (Profil Kesehatan Kabupaten Wonosobo, 2014). Permasalahan Secara umum ada beberapa permasalahan yang ditemui berkaitan dengan penyuluhan mengenai diare yaitu : 1. Tingkat pengetahuan masyarakat yang masih kurang mengenai tatalaksana awal diare pada anak 2. Semakin banyaknya kasus diare pada anak dan dewasa di kabupaten Wonosobo 3. Tingkat kesadaran para orangtua terhadap kebersihan masih kurang sehingga anak rentan terkena diare Perencanaan dan Diperlukan adanya suatu kegiatan penyuluhan tentang tatalaksana Pemilihan Intervensi awal diare pada anak serta tanda-tanda dehidrasi akibat diare. Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan penyuluhan penyakit diare: Hari / tanggal : Selasa, 6 November 2018 Lokasi : Posyandu Lipursari Metode : Penyuluhan dan tanya jawab Peserta : Kader dan peserta Posyandu Lipursari
Hari / tanggal : Kamis, 8 November 2018
Lokasi : Posyandu Sawangan Metode : Penyuluhan dan tanya jawab Peserta : Kader dan peserta Posyandu Sawangan Pelaksanaan Pemberian penyuluhan penyakit diare pada anak dilakukan di masing-masing Posyandu Puskesmas Leksono II tanggal 6 November 2018 dan 8 November 2018. Peserta yang hadir merupakan kader-kader Puskesmas Leksono II, dan peserta posyandu Puskesmas Leksono II. Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 11.30 WIB hingga pukul 13.00 WIB. Materi yang diberikan berupa informasi tentang penyakit diare, tatalaksana awal penanganan diare pada anak, hingga tanda-tanda dehidrasi pada diare Monitoring dan Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan baik, kemudian dilanjutkan Evaluasi tanya jawab. Peserta aktif bertanya sehingga diskusi berjalan lancar. Adanya penyuluhan ini disambut dengan baik oleh para peserta. Komentar /saran pendamping :