F2 Talitha

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

F.2.

Usaha Kesehatan Masyarakat


Upaya Kesehatan dan Lingkungan
Puskesmas Leksono II, Wonosobo
September 2018 – Januari 2019

PENYULUHAN 5 LANGKAH CUCI TANGAN PAKAI SABUN


DI SEKOLAH
dr. Talitha Nurrachma
Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang perlu
dijaga, ditingkatkan, dan dilindungi kesehatannya. Jumlah usia
sekolah yang cukup besar yaitu 30% dari jumlah penduduk Indonesia
merupakan masa keemasan untuk menanamkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) sehingga anak sekolah berpotensi sebagai agen
perubahan untuk mempromosikan PHBS, baik di lingkungan sekolah,
keluarga, atau masyarakat (Proverawati, 2012).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sekolah terdiri dari
beberapa indikator yaitu mencuci tangan dengan air yang mengalir dan
memakai sabun, mengkonsumsi jajanan di warung atau kantin
sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olah raga yang
teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok,
menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, dan
membuang sampah pada tempatnya.
Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) adalah
sebuah kampanye global yang dicanangkan oleh PBB bekerja sama
dengan organisasi-organisasi lainnya baik pihak pemerintah maupun
swasta untuk menggalakkan perilaku mencuci tangan dengan sabun
oleh masyarakat sebagai upaya untuk menurunkan tingkat kematian
balita dan pencegahan terhadap penyakit yang dapat berdampak pada
penurunan kualitas hidup manusia.
Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) diharapkan
akan memperbaiki praktik-praktik kesehatan pada umumnya dan
perilaku sehat khususnya. PBB telah mencanangkan tanggal 15
Oktober sebagai Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS).
Ada 20 negara di dunia yang berpartisipasi aktif dalam hal ini, salah
satunya adalah Indonesia.
Salah satu tujuan dari kampanye ini adalah penurunan angka
kematian untuk anak-anak dimana lebih dari 5000 balita penderita
diare meninggal setiap harinya di seluruh dunia sebagai akibat dari
kurangnya akses pada air bersih dan fasilitas sanitasi dan pendidikan
kesehatan. Penderitaan dan biaya-biaya yang harus ditanggung karena
sakit dapat dikurangi dengan melakukan perubahan perilaku sederhana
seperti mencuci tangan pakai sabun, yang menurut penelitian dapat
mengurangi angka kematian terkait dengan diare hingga hampir 50
persen (Pusat Data Kemenkes RI, 2014).
Di samping itu, kampanye juga dimaksudkan sebagai upaya
peningkatan pembangunan fasilitas sanitasi di sekolah. Menurut
United Nations Children’s Fund (UNICEF) kurangnya akses untuk air
bersih mengakibatkan penurunan tingkat kehadiran anak perempuan di
sekolah saat mereka memasuki masa puber, karena tidak adanya
fasilitas sanitasi yang memadai. Akses air bersih dan sanitasi
ditengarai merupakan dasar penting untuk kehidupan anak-anak di
seluruh dunia dilihat dari segi kesehatan, kelangsungan hidup, dan rasa
penghargaan terhadap diri mereka. Penyeiaan air bersih dan perilaku
sanitasi yang baik di sekolah juga menjadi salah satu cara untuk
mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development
Goals).
Perilaku mencuci tangan yang benar adalah bila penduduk
mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan,
setiapkali tangan kotor (antara lain setelah memegang uang, binatang,
berkebun), setelah buang air besar, setelah menceboki bayi/anak,
setelah menggunakan pestisida/insektisida, dan sebelum menyusui
bayi (Promkes, 2011).
Pada sebuah penelitian yang dipublikasikan Jurnal Kedokteran
Inggris (British Medical Journal) pada November 2007 menyatakan
bahwa mencuci tangan dengan sabun secara teratur dan menggunakan
masker, sarung tangan, dan pelindung, bisa jadi lebih efektif untuk
menahan penyebaran virus ISPA seperti flu dan SARS.
Berdasarkan analisis kecenderungan secara rerata nasional,
terdapat peningkatan proporsi penduduk berperilaku cuci tangan
secara benar pada tahun 2013 (47,0%) dibandingkan tahun 2007
(23,2%). Lima provinsi terendah adalah Sumatera Barat (29,0%),
Papua (29,5%), Kalimantan Selatan (32,3%), Sumatera Utara (32,9%)
dan Aceh (33,6%). (Riskesdas, 2013).
Permasalahan Dampak dari pengetahuan, pemahaman dan perilaku yang kurang
mengenai cuci tangan dengan sabun yang baik dan benar diduga
menjadi salah satu faktor penyebab tingginya kasus penyebaran
penyakit menular seperti diare, ISPA, Thyfoid dan lain-lain. Oleh
karena itu diperlukan upaya pendidikan kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan siswa pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya.
Perencanaan dan Diperlukan pengenalan Cuci Tangan Pakai Sbun kepada siswa-siswi
Pemilihan Intervensi di sekolah dasar. Berikut adalah ringkasan rencana pelaksanaan
penyuluhan:
Hari / tanggal : Kamis, 20 September 2018
Lokasi : SDN 01 Selokromo Wonosobo
Metode : Penyuluhan verbal menggunakan media poster dan
lagu
Peserta : Siswa-siswi kelas 1 SDN 01 Selokromo

Hari / tanggal : Kamis, 27 September 2018


Lokasi : SDN 01 Wonokerto Wonosobo
Metode : Penyuluhan verbal menggunakan media poster dan
lagu
Peserta : Siswa-siswi kelas 1 SDN 01 Wonokerto
Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS) secara lisan, kemudian siswa diajari lagu langkah cuci
tangan yang baik dan benar agar mudah dihafal dan diingat.
Kemudian pemateri memberikan poster kepada tenaga pengajar untuk
ditempel di dinding kelas, sehingga menambah kesadaran siswa untuk
membiasakan diri mempraktikkan cuci tangan pakai sabun di
lingkungan sekolah khususnya dan dalam kehidupan sehari-hari pada
umumnya. Kegiatan ini dilaksanakan di kelas dan halaman sekolah
pada tanggal 20 September 2018 pada SDN 01 Selokromo dan pada
tanggan 27 September 2018 pada SDN 01 Wonokerto. Peserta yang
hadir merupakan seluruh siswa-siswi kelas 1 beserta guru
pembimbingnya di wilayah kerja Puskesmas Leksono 2. Kegiatan ini
dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB.
Monitoring dan Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan baik, kemudian dilanjutkan
Evaluasi tanya jawab. Peserta aktif bertanya sehingga diskusi berjalan lancar.
Adanya penyuluhan ini disambut dengan baik oleh para peserta.
Komentar /saran pendamping :

Wonosobo, Oktober 2018


Peserta, Pendamping,

dr. Talitha Nurrachma dr. Dewanti Retnaningtyas

Anda mungkin juga menyukai