A. Definisi Logging
Logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran fisik batuan
reservoir terhadap kedalaman lubang bor. Loging sumur (well logging) juga dikenal
dengan borehole logging adalah cara untuk mendapatkan rekaman log yang detail
mengenai formasi geologi yang terpenetrasi dalam lubang bor. Log dapat berupa
pengamatan visual sampel yang diambil dari lubang bor (geological log), atau
dalam pengukuran fisika yang dieroleh dari respon piranti instrumen yang di pasang
didalam sumur (geohysical log). Well loging dapat digunakan dalam bidang
eksplorasi minyak dan gas, batubara, air bawah tanah dan geoteknik. Log
merupakan data yang merepresentasikan karakteristik batuan (sifat fisika batuan)
sesuai dengan fungsi kedalaman. Sifat fisika yang terdapat pada data log
diantaranya porositas, permeabilitas, resistivitas, cepat rambat gelombang, sifat
radioaktif, temperature dan tekanan formasi, tekanan jenis fluida dalam formasi,
lithologi, dan sebagainya. Tujuan utama well logging adalah mencari kandungan
migas yang bisa diproduksikan secara ekonomis di dalam batuan. Dari hasil well
logging dapat dilakukan :
1. Evaluasi formasi
2. Korelasi antar sumur
3. Deteksi daerah dengan tekanan
4. Analisa Kualitas semen
5. Pemeriksaan dan pemantauan reservoir
6. Analisa Mekanika berlebihan
7. Pemetaan Reservoir
Data log digunakan dalam evaluasi formasi yang mengandung
reservoir hidrokarbon sehingga untuk mendapatkannya ada beberapa
metode, diantaranya :
1. Metode kualitatif
Didasarkan pada bentuk/defleksi kurva dari log yang tergambar/terekam
pada slip log yang dipengaruhi oleh faktor litologi dan kandungan.
Merupakan pengamatan secara cepat pada lapisan formasi yang
diperkirakan produktif. Pengamatan dapat berupa identitas lapisan
permeable, ketebalan dan batas lapisan, adanya shalines, adanya gas /
batubara dan perbedaan antara minyak dengan air, serta sebagai dasar
dalam melakukan interpretasi kuantitatif.
2. Metode kuantitatif
Dengan menggunakan persamaan/chart menghitung parameter-
parameter reservoar dari data-data logging (Rw, Rt, ρb, ρf, ρm , dan lain-
lain). Metode ini meliputi analisa porositas, tahanan jenis formasi,
saturasi air, dan cadangan hidrokarbon mula mula secara simetris.
Well Logging dapat dilakukan dengan dua cara dan bertahap yaitu:
1. Openhole Logging
Openhole logging ini merupakan kegiatan logging yang dilakukan pada
sumur/lubang bor yang belum dilakukan pemasangan casing. Pada umumnya
pada tahap ini semua jenis log dapat dilakukan.
2. Casedhole Logging
Casedhole logging merupakan kegiatan logging yang dilakukan pada
sumur/ lubang bor yang sudah dilakukan pemasangan casing. Pada tahapan
ini hanya log tertentu yang dapat dilakukan antara lain adalah log Gamma
ray, Caliper, NMR, dan CBL.
B. Konsep Dasar Logging
Logging sumur adalah pengukuran dalam lubang sumur menggunakan
instrumen yang ditempatkan pada ujung kabel wireline dalam lubang bor. Sensor
yang terletak diujung kabel wireline akan mendeteksi keadaan dalm sumur. Loging
sumur dilakukan setelah drill string dikeluarkan dari sumur. Terdapat dua kabel
yang terkoneksi dengan permukaan, kedalaman sumur direkam ketika sensor turun
dan diangkat kembali untuk memulai pendeteksian. Subset kecil dari data
pengukuran dapat ditransmisikan ke permukaan real time menggunakan pressure
pulses dalam wells mud fluid colomn. Data telemetri dari dalam tanah mempunyai
bandwidth yang kecil kurang dari 100 bit per detik, sehingga informasi dapat
didapat real time dengan bandwidth yang kecil.
Dalam pelaksanaan well logging truk logging diatur segaris dengan kepala
sumur, kabel logging dimasukkan melalui dua buah roda-katrol. Roda katrol atas
diikat pada sebuah alat pengukur tegangan kabel. Di dalam kabin logging atau truk
logging terdapat alat penunjuk beban yang menunjukkan tegangan kabel atau berat
total alat.
Roda katrol bawah diikat pada struktur menara bor dekat dengan mulut sumur.
Setelah alat-alat logging disambungkan menjadi satu diadakan serangkaian
pemeriksaan ulang dan kalibrasi sekali lagi dilakukan supaya yakin bahwa alat
berfungsi dengan baik dan tidak terpengaruh oleh suhu tinggi atau lumpur. Alat
logging kemudian ditarik dengan kecepatan tetap, maka dimulailah proses
perekaman data. Untuk mengumpulkan semua data yang diperlukan, seringkali
diadakan beberapa kali perekaman dengan kombinasi alat yang berbeda (Harsono,
1997).
Sistem pengiriman data di lapangan dapat menggunakan jasa satelit atau
telepon, sehingga data log dari lapangan dapat langsung dikirim ke pusat komputer
untuk diolah lebih lanjut.
1997).
C. Jenis Log
3. Log Densitas
4. Log Resistivity
Tabel 1
Karakteristik Respon Sinar Gamma
Radioaktif
sangat Radioaktif Radioaktif
rendah menengah sangat
Radioaktif rendah tinggi
(0 – 32,5 (60 – 100
API) (32,5 – 60 API) API) (>100 API)
ArkoseBatuan
granit
Lempungan
Batuan
Pasiran serpihAbu
AnhidritSalt BatupasirBatugamping vulkanik
Batubara Dolomit gamping bentonit
Cara membaca repon gamma untuk mendapatkan batas litologi adalah dengan
cara mengambil sepertiga antara respon maksimal dan respon minimal. Cara ini
merupakan aturan yang ditara-ratakan untuk mendapat ketelitian batas litologi.
Biasanya aturan demikian cukup teliti untuk lapisan batubara yang tidak banyak
mengandung lapisan pemisah (parting) di dalamnya.
Suatu hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mengkorelasi respon gamma dari
beberapa lubang bor adalah panjang probe selama pengukuran harus tetap dan
kecepatan penaikan probe ari dalam lubang harus tetap. Selain itu perlu pula
ditinjau pengarh chasing walaupun kecil akan tetap ada.
Sebelum bekerja dengan alat pngukur radiasi gamma harus diadakan kalibrasi
alat tersebut terhadap sumber radiasi sinar gamma yang telah diketahui dan
pembacaannya disesuaikan dengan selang waktu ynag sesuai. Apabila selang waktu
tersebut terlalu cepat respon cenderung menjadi rata dan kurang peka terhadap
perubahan litologi yang kecil. Sebaliknya apabila selang waktu tersebut terlalu
lambat perbedaan yang kecil terekam pada respon sehingga perbedaan besar sukar
terlihat.
2. Log Densitas
Awalnya penggunaan log ini dipakai dalam industri explorasi minyak sebagai
alat bantu interpretasi porositas. Kemudian dalam explorasi batubara malah
dikembangkan menjadi unsur utama dalam identifikasi ketebalan bahkan qualitas
seam batubara. Dimana rapat masa batubara sangat khas yang hampir hanya
setengah kali rapat masa batuan lain pada umumnya. Lebih extrem lagi dalam
aplikasinya pada idustri batubara karena sifat fisik ini (rapat masa) hampir linier
dengan kandungan abu sehingga pemakaian log ini akan memberikan gambaran
khas bagi tiap daerah dengan karakteristik lingkungan pengendapannya.
Dalam operasinya logging rapat masa dilakukan dengan mengukur sinar g yang
ditembakan dari sumber melewati dan dipantulkan formasi batuan kemudian
direkam kembali oleh dua detector yang ditempatkan dalam satu ‘probe’ dengan
jarak satu sama lain diatur sedemikan rupa. Kedua detector ’short’ dan ‘long space’
diamankan dari pengaruh sinar g yang datang langsung dari sumber radiasi.
Sehingga yang terekam oleh kedua detector hanya sinar yang telah melewati
formasi saja. Dalam hal ini efek pemendaran sinar radiasi seperti ditentukan dalam
efek pemendaran Compton.
Sinar gamma dari sumber radioaktif dipancar oleh tumbukan dengan elektron
di dalam lapisan tanah dan energi sinar gamma akan hilang kepada elektron untuk
setiap tumbukan (efek compton). Densitas elektron di dalam material sebanding
dengan densitas curahan atau massa (bulk or mass density) material.
Logging densitas dilakukan untuk mengukur densitas batuan disepanjang
lubang bor. Densitas yang diukur adalah densitas keseluruhan dari matriks batuan
dan fluida yang terdapat pada pori. Prinsip kerja alatnya adalah dengan emisi
sumber radioaktif. Semakin padat batuan semakin sulit sinar radioaktif tersebut ter-
emisi dan semakin sedikit emisi radioaktif yang terhitung oleh penerima (counter).
Gambar 3 Log Grafik Chart
Density Log menunjukkan besarnya densitas lapisan yang ditembus oleh lubang
bor sehingga berhubungan dengan porositas batuan. Besar kecilnya density juga
dipengaruhi oleh kekompakan batuan dengan derajat kekompakan yang variatif,
dimana semakin kompak batuan maka porositas batuan tersebut akan semakin kecil.
Pada batuan yang sangat kompak, harga porositasnya mendekati harga nol sehingga
densitasnya mendekati densitas matrik. Log density adalah kurva yang
menunjukkan besarnya densitas “bulk density (rb)” dari batuan yang ditembus oleh
lubang bor. Log densitas digunakan untuk mengukur densitas semu formasi
menggunakan sumber radioaktif yang ditembakkan ke formasi dengan
sinargamma yang tinggi dan mengukur jumlah sinar gamma rendah yang kembali
ke detektor.
Karakteristik masing-masing batuan pada log densitas adalah sebagai berikut:
Batubara mempunyai densitas yang rendah (1,20 – 1,80 gr/cc)
Konglomerat mempunyai densitas menegah (2,25 gr/cc)
Mudstone, batupasir, batugamping mempunyai densitas menengah sampai
tinggi (2,65 – 2,71 gr/cc)
Batuan vulkanik basa dan batuan vulkanik non basa mempunyai densitas tinggi
(2,7 – 2,85 gr/cc)
Tabel 2. Nilai Rapat Massa Batuan