Anda di halaman 1dari 6

ORLI Vol. 45 No.

2 Tahun 2015 Tuli sensorineural pada leukemia mielositik

Laporan Kasus

Tuli sensorineural pada penderita leukemia mielositik kronik

Dyah Indrasworo, Hengky Wijaya Harto


Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya/Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar
Malang

ABSTRAK
Latar belakang: Leukemia adalah salah satu penyakit yang dapat menimbulkan gangguan
pendengaran. Gangguan pendengaran pada penderita leukemia adalah kasus yang jarang terjadi, terutama
bila gangguan pendengaran tersebut merupakan tanda awal dari proses penyakit leukemia. Tujuan:
Pelaporan kasus jarang yaitu tuli sensorineural akibat leukemia mielositik kronik (LMK). Kasus:
Dilaporkan laki-laki usia 26 tahun dengan tuli sensorineural bilateral yang diduga berhubungan dengan
LMK. Hiperviskositas dapat merupakan penyebab terjadinya gangguan pada fungsi pendengaran telinga
dalam. Hiperviskositas dan leukostasis pada arteri labirintin dan kapiler koklea merupakan patogenesis
terjadinya tuli sensorineural pada LMK. Penatalaksanaan: Diagnosis tulisensorineural bilateral
ditegakkan dengan audiometri dan timpanometri sesudah pasien menjalani terapi leukapheresis. Penurunan
pendengaran yang terjadi secara perlahan-lahan merupakan gejala yang terjadi akibat LMK pada kasus
ini. Kesimpulan: Terjadinya tuli sensorineural harus diwaspadai pada penderita LMK sebagai tanda
awal dari penyakit yang mendasari. Hilangnya fungsi pendengaran bersifat permanen, sehingga dapat
disarankan pemasangan alat bantu dengar pada kasus tuli sensorineural akibat LMK.

Kata kunci : leukemia mielositik kronik, tuli sensorineural, hiperviskositas

ABSTRACT
Background: Leukemia is one of the etiologic causes of hearing loss. Hearing loss in leukemia
patients is rare, especially when the hearing loss presents as early sign of leukemia. Purpose: Reporting
a rare case of sensorineural hearing loss in a chronic myelocytic leukemia (CML) patient. Case Report:
We present a case of a 26-year-old man suffering from bilateral sensorineural hearing loss allegedly
associated with CML. Hiperviscosity might be the cause of hearing dysfunction of the inner ear. The
pathogenesis of sensorineural hearing loss in CML patients involves hyperviscosity and leucostasis of
labyrinthine arteries and capillaries of the cochlea. Management: Bilateral sensorineural deafness
diagnosis was confirmed by audiometry and tympanometry after patient underwent leucapheresis therapy.
Gradual hearing loss was a symptom that occurred as a result of CML in this case. Conclusion: The
occurrence of sensorineural hearing loss in patients with CML should be considered as an early sign
of an underlying disease. Since the hearing loss is permanent, hearing aids are required in cases of
sensorineural hearing loss as a result of CML.

Keywords : chronic myelocytic leukemia, sensorineural hearing loss, hyperviscosity

Alamat korespondensi : Dyah Indrasworo, e-mail: dyahindr@gmail.com. Telepon : 0811364706

160
ORLI Vol. 45 No. 2 Tahun 2015 Tuli sensorineural pada leukemia mielositik

PENDAHULUAN Hiperviskositas diakibatkan oleh


terbentuknya agregasi leukosit dan trombosit,
Kejadian tuli sensorineural berhubungan
yang selanjutnya akan menyebabkan
dengan leukemia mielositik kronik (LMK)
leukostasis dan iskemia pada lokasi tersebut.
sangat jarang terjadi. Terapi LMK meliputi
Pada kasus dengan gangguan pendengaran,
terapi definitif leukapheresis untuk
leukostasis terjadi pada arteri labirin
mengatasi hiperviskositas dan terapi kausatif
dan kapiler lain yang terdapat di daerah
menggunakan imatinib. Selain mengatasi
vertebrobasiler.3,7
gejala klinis yang lain, juga diharapkan
mengubah koagulabilitas mikrosirkulasi dan Diagnosis sindroma hiperviskositas
memperbaiki gangguan fungsi pendengaran. dapat ditentukan dari peningkatan viskositas
LMK dapat mengakibatkan gangguan serum pada pasien dengan manifestasi klinis;
pendengaran mendadak atau dapat juga namun tidak ada nilai cut-off yang menentukan
penurunan pendengaran yang progresif. kapan viskositas serum dapat menimbulkan
Selain itu, terapi imatinib bersifat ototoksik.1 gejala, karena munculnya gejala pada tiap
Jika tidak terjadi perbaikan pendengaran pasien memiliki nilai yang berbeda. Pada
setelah terapi, penyebabnya adalah adanya pasien dengan leukemia, jumlah leukosit yang
infark di telinga dalam dan tengah.2 diperkirakan dapat menimbulkan sindroma
hiperviskositas adalah lebih dari 100.000/
Selain gejala klinis yang umum terjadi
mm3. Pada suatu keadaan krisis blastik pada
pada pasien dengan leukemia, pada 16%
leukemia, jumlah leukosit mungkin kurang
hingga 48% kasus terdapat keluhan atau
dari nilai tersebut.6
gejala neurotologi. Gejala tersebut lebih
umum dijumpai pada pasien dengan leukemia Adanya sumbatan pada area yang
akut dibandingkan leukemia kronis. Sindroma mengalami sindroma hiperviskositas dapat
hiperviskositas pada pembuluh darah kapiler dideteksi dengan pemeriksaan Magnetic
di lokasi tertentu, akan menyebabkan terjadi Resonance Imaging (MRI) ataupun Computed
obstruksi aliran. Apabila terjadi pada arteri Tomography (CT Scan). Pada MRI atau CT
yang mensuplai koklea dan selanjutnya scan akan tampak sumbatan pada area yang
terjadi iskemia, dapat mengakibatkan terlibat.3,4
penurunan pendengaran (ketulian). Pemeriksaan fungsi pendengaran untuk
Hiperviskositas ini berhubungan dengan mengetahui adanya gangguan pendengaran
keadaan hiperleukositosis (jumlah leukosit pada penderita LMK dapat ditegakkan dengan
lebih dari 100.000/mm3). Hiperleukositosis pemeriksaan audiometri.3,4
jarang sekali terjadi pada fase kronis tetapi
dapat terjadi pada fase krisis blastik, dengan Prinsip penatalaksanaan suatu sindroma
peningkatan jumlah sel blast.3-5 hiperviskositas adalah mengurangi viskositas
serum. Pada penderita leukemia, jumlah
Hiperviskositas adalah suatu keadaan leukosit dapat diturunkan dengan hidrasi,
terjadinya peningkatan viskositas darah. alopurinol, dan leukapheresis yang dapat
Sindroma hiperviskositas dapat diakibatkan disertai dengan kemoterapi. Pada kebanyakan
oleh peningkatan jumlah komponen sel darah, kasus LMK yang diawali dengan gejala
baik leukosit maupun eritrosit, pada keadaan gangguan pendengaran atau vestibuler,
hiperproliferatif seperti leukemia, polisitemia, leukapheresis dapat diberikan setiap 12 jam
dan gangguan mieloproliferatif. Selain sampai jumlah leukosit menurun. Terapi
itu, dapat pula disebabkan oleh keadaan tersebut dapat dihentikan bila jumlah leukosit
hiperproliferatif sumsum tulang.6 kurang dari 100.000/mm3. 4,6,8,9

161
ORLI Vol. 45 No. 2 Tahun 2015 Tuli sensorineural pada leukemia mielositik

Pada penanganan kasus gangguan didapatkan sakit menelan, makan dan minum
pendengaran sensorineural sebaiknya lancar. Riwayat alergi makanan atau obat
dilakukan penilaian secara menyeluruh disangkal. Riwayat hipertensi dan kencing
terhadap pasien untuk menyingkirkan patologi manis disangkal. Riwayat trauma kepala
sistemik sebelum terapi diberikan, karena disangkal. Pasien tidak pernah menggunakan
pemberian kortikosteroid pada kelainan obat ototoksik (seperti obat TB paru) atau
hematologi dapat memicu reaksi leukemoid.8 obat-obatan lainnya yang digunakan dalam
Tujuan penulisan makalah ini, untuk jangka waktu lama. Pekerjaan buruh tani,
mempresentasikan suatu kasus yang jarang menggunakan mesin traktor selama 2 tahun.
terjadi, yaitu gangguan pendengaran Pada pemeriksaan fisik didapatkan
sensorineural yang diakibatkan oleh leukemia konjungtiva anemis, dinding abdomen
mielositik kronik. yang distended, hepar sulit dievaluasi, dan
pembesaran lien. Didapatkan daftar masalah
bidang IPD hepatosplenomegali dan keadaan
LAPORAN KASUS umum lemah. Pada pemeriksaan laboratorium
Seorang laki-laki berusia 26 tahun tanggal 1 Juli 2014 didapatkan: Hb 7,8,
dikonsulkan ke bagian IK THT-KL oleh hitung leukosit 820.460, hematokrit 18,5%,
sejawat Ilmu Penyakit Dalam (IPD) karena trombosit 620.000, hitung jenis leukosit:
didapatkan keluhan pendengaran telinga 4/13/20/0/0, mieloblast 3%, promielosit
kanan dan kiri menurun. Pasien dirawat oleh 12%, mielosit 24%, metamielosit 24%,
sejawat IPD sejak 1 Juli 2014 dengan keluhan retikulosit 5,99%. Pada hapusan darah tepi
utama benjolan pada perut sejak 2 bulan yang didapati kesan leukemia mielositik kronik
lalu. Kulit tubuh menguning dalam 1 bulan (LMK) dan hiperviskositas. Pada tanggal
ini disertai warna air seni seperti teh dan 2 Juli 2014 dilakukan pemeriksaan pungsi
buang air besar kecoklatan. Pada pemeriksaan sumsum tulang dan didapatkan kesimpulan:
USG abdomen di RSUD Kanjuruhan pemeriksaan darah tepi dan sumsum tulang
tanggal 25 Juni 2014 didapatkan kesimpulan sesuai dengan leukemia mielositik kronik
hepatosplenomegali. Pasien mengeluhkan (LMK). Untuk mengatasi hiperviskositas,
pendengaran telinga kiri menurun dalam 2 pasien mendapat terapi leukapheresis
bulan dan semakin menurun dalam 2 hari menggunakan hidroksiurea.
terakhir. Telinga kanan saat ini sudah tidak Tanggal 8 Juli 2014 pasien dikonsulkan
dapat mendengar. Awalnya pendengaran ke bagian IK THT-KL. Hasil pemeriksaan
dirasakan menurun secara perlahan sejak 1 audiometri: tuli sensorineural berat kanan
tahun yang lalu, kemudian semakin lama (>90 dB) dan sedang berat kiri (57,5 dB),
semakin menurun. Pasien tidak pernah timpanometri tipe A/A. Tanggal 15 Juli pasien
berobat untuk keluhan pendengarannya. dipulangkan dari rumah sakit oleh sejawat
Saat ini tidak ada keluar cairan dari kedua Penyakit Dalam.
telinga, tidak ada nyeri, dan tidak berdenging.
Riwayat keluar cairan dari telinga sebelumnya Di poli rawat jalan Penyakit Dalam,
disangkal. Pasien tidak mengeluhkan pusing pasien mendapat kemoterapi per oral Tasigna
berputar. Terdapat riwayat mimisan pada hari 400 mg - 0 - 200 mg dan diharapkan kontrol
ke-7 perawatan, sebanyak setengah sendok 1 bulan sekali. Tetapi pasien berobat tidak
makan dan berhenti sendiri. Riwayat mimisan teratur dan terakhir kontrol bulan Februari
sebelumnya disangkal. Tidak didapatkan 2015.
keluhan pilek, hidung tersumbat. Bersin saat
udara dingin atau kena debu tidak ada. Tidak

162
ORLI Vol. 45 No. 2 Tahun 2015 Tuli sensorineural pada leukemia mielositik

DISKUSI menguning dalam 1 bulan, dan air seni seperti


Kasus ini melaporkan gangguan teh. Setelah perawatan 1 minggu di ruangan,
pendengaran pada pasien dengan diagnosis pasien baru menyatakan keluhan penurunan
leukemia mielositik kronis (LMK). pendengaran telinga kanan dan kiri. Telinga
Berdasarkan literatur, pada 16-48% kasus kanan pendengaran menurun perlahan-lahan
leukemia didapatkan gejala neurotologik.3 sejak 1 tahun yang lalu dan 2 bulan terakhir
Gejala tersebut meliputi gangguan pendengaran sudah tidak bisa mendengar, sedangkan telinga
maupun keseimbangan. Beberapa literatur kiri dirasa pendengaran menurun 1 bulan dan
menyebutkan bahwa leukemia akut lebih makin menurun setelah dalam perawatan.
sering menyebabkan gangguan pendengaran Kelainan neurologi yang lain tidak didapatkan
dibandingkan leukemia kronis.4,9 pada kasus ini. Berdasarkan literatur, gejala
gangguan pendengaran maupun gangguan
Dari kepustakaan, terjadinya tuli keseimbangan dapat merupakan gejala dari
sensorineural dapat terjadi secara mendadak, leukemia. 8 Hal ini terjadi karena proses
perlahan-lahan atau pun ketika sedang perjalanan penyakitnya, di mana pada kasus
mendapatkan terapi. Attili dkk1 melaporkan ini disebabkan oleh fase blastik dari LMK,
satu kasus remaja usia 19 tahun yang sehingga menyebabkan hiperviskositas pada
mengalami tuli saraf setelah mendapat pembuluh darah di daerah koklea.
terapi imatinib selama 3 bulan. Tsai dkk,3
melaporkan satu kasus, anak usia 12 tahun Pada pasien ini, dari pemeriksaan
mengalami tuli saraf mendadak telinga kanan laboratorium didapatkan hiperleukositosis
sebagai gejala awal dari manifestasi LMK, 820.460 dengan hitung jumlah didapatkan
diikuti tuli saraf telinga kiri dan kebutaan sel muda (mieloblast, promielosit). Pada
mata kiri setelah beberapa hari terapi awal. pemeriksaan pungsi sumsum tulang
Genden dkk10 juga melaporkan satu kasus didapatkan peningkatan granulopoisis dan
tuli saraf bilateral mendadak pada leukemia megakariopoisis. Hasil pemeriksaan tersebut
mielogonus kronik, 2 hari sebelum datang ke menunjukkan suatu keadaan leukemia
rumah sakit, dan evaluasi 6 bulan kemudian dengan jenis leukemia mielositik kronik.12
walaupun telah diterapi hidroksiurea tidak Berdasarkan literatur, jumlah leukosit lebih
mengalami perbaikan pendengaran. Silva dari 100.000/mm 3 dapat menyebabkan
dkk2 melaporkan satu kasus tuli saraf bilateral hiperviskositas, kemudian akan menyebabkan
mendadak pada saat pasien menjalani terapi sumbatan pada aliran darah. Bila hal ini
leukapheresis seri kedua. Cherchi dkk 11 terjadi pada suplai darah ke koklea, maka
melaporkan satu kasus, seorang perempuan akan terjadi gangguan pendengaran. 3,7-9
usia 55 tahun mengeluh telinga kiri terjadi Selain itu, proses tersebut dapat terjadi di
penurunan pendengaran secara progresif lebih pembuluh darah lainnya, seperti retina, otak,
dari 4 hari dan diikuti penurunan pendengaran dan lain-lain.13 Pada beberapa penelitian
telinga kanan secara progresif. Pasien didapatkan perubahan histopatologi pada
diterapi leukapheresis dengan menggunakan tulang temporal. Perubahan histopatologi
hidroksiurea dan imatinib tetapi tidak terjadi yang terjadi dapat diklasifikasikan menjadi
perbaikan pendengaran. 4 golongan, yaitu infiltrasi sel leukemia,
perdarahan, infeksi dan hiperviskositas.3
Pada kasus ini, awalnya pasien tidak
menyatakan keluhan gangguan pendengaran. Terapi definitif untuk kasus ini adalah
Gejala yang dikeluhkan adalah benjolan leukapheresis dengan menggunakan
pada perut sejak 2 bulan yang dirasakan hidroksiurea yang mempunyai efek
semakin membesar, mual dan muntah setiap antimetabolit, yaitu sebagai inhibitor sintesis
kali makan dan minum, kulit tubuh yang DNA dengan bekerja sebagai inhibitor

163
ORLI Vol. 45 No. 2 Tahun 2015 Tuli sensorineural pada leukemia mielositik

reduktase ribonukleotida, tanpa mengganggu terapi kausatif, penderita disarankan untuk


sintesis RNA atau protein. Selain itu, menggunakan alat bantu dengar pada sisi kiri
hidroksiurea mempunyai efek reduksi pada dengan tuli sensorineural 57,5 desibel.
oklusi yang terjadi di pembuluh darah
Pemberian terapi reduksi secara dini akan
dengan menurunkan jumlah leukosit dalam
meningkatkan prognosis perbaikan dari gejala
darah.7 Hidroksiurea dapat diberikan secara
gangguan pendengaran yang timbul.15 Pada
per oral. Kadar puncaknya dalam plasma
kasus tuli sensorineural yang tidak membaik
dapat dicapai 1-4 jam setelah obat diminum.
setelah pemberian terapi reduksi leukosit,
Sebanyak 60% dari dosis yang diminum akan
kemungkinan disebabkan oleh leukostasis
dimetabolisme. Sisa metabolismenya akan
disertai oklusi pada arteri labirintin.8,14
dieksresikan melalui urin.1 Dengan pemberian
hidroksiurea jumlah leukosit akan menurun Pada kasus ini dari anamnesis tidak
secara bertahap, terutama sel muda. Oleh didapatkan faktor-faktor lain sebagai
karena jumlah leukosit menurun, maka terjadi penyebab kemungkinan gangguan
perbaikan pada fungsi pendengaran.3,14 Hal pendengaran sensorineural, maka dapat
ini menunjukkan bahwa penurunan jumlah disimpulkan leukemia sebagai etiologi
leukosit akan mengakibatkan leukostasis gangguan pendengaran sensorineural. Selain
menurun, sehingga aliran darah pembuluh terapi kausatif, monitoring kemungkinan
kapiler akan membaik. hiperviskositas berulang harus dilakukan.
Alat bantu dengar dapat digunakan jika terjadi
Pada kasus ini penderita mengalami
penurunan pendengaran yang tidak membaik
tulisensorineural kanan sangat berat dan
setelah terapi kausatif. Selain itu, agar fungsi
tuli sensorineural kiri sedang-berat yang
pendengaran tidak menurun perlu dilakukan
diduga kuat diakibatkan oleh LMK. Pada
monitor ketat hiperviskositas.
penelitian yang dilakukan oleh Sanyaolu dkk,9
didapatkan 65,5% penderita LMK menderita Gejala awal gangguan pendengaran pada
gangguan pendengaran dan terbanyak adalah leukemia harus diwaspadai dan dideteksi oleh
derajat ringan. Pemeriksaan audiometri hanya dokter spesialis THT agar terapi yang sesuai
dikerjakan satu kali saat pasien dikonsulkan dapat diberikan dan gangguan pendengaran
oleh sejawat IPD setelah mendapat yang lebih berat dapat dicegah.
terapi hidroksiurea. Keluhan penurunan
pendengaran yang sudah berlangsung lama
tidak pernah diperiksakan. Pada kasus ini
pendengaran telinga kiri dirasakan membaik
DAFTAR PUSTAKA
setelah mendapat terapi. Karena pada
pasien ini pemeriksaan pendengaran hanya 1. Attili VS, Bapsy PP, Anupana G, Lokanatha
dilakukan satu kali setelah pasien merasa D. Irreversible sensorineural hearing loss
due to imatinib. Leukemia Research. 2008;
mengalami perbaikan, maka tidak dapat 32(6): 991-2.
dilakukan perbandingan hasil audiometri
sebelum dan sesudah menjalani terapi. Selain 2. Silva M, Bareford D. Sudden onset bilateral
penatalaksanaan kausatif, penatalaksanaan deafness during therapeutic leukapheresis.
terhadap kelainan atau gangguan yang Journal of Clinical Apheresis. 1993; 8: 153.
ditimbulkan sindroma hiperviskositas juga 3. Tsai CC, Huang CB, Sheen JM, Wei HH,
harus diperhatikan, terutama kelainan yang Hsiao CC. Sudden hearing loss as the initial
tidak membaik setelah terapi kausatif, antara manifestation of chronic myeloid leukemia
lain sumbatan pembuluh darah otak dan in a child. Chang Gung Medical Journal.
gangguan pendengaran. Pada gangguan 2004; 27(8):629-33.
pendengaran yang menetap setelah pemberian

164
ORLI Vol. 45 No. 2 Tahun 2015 Tuli sensorineural pada leukemia mielositik

4. Kapur S, Wax M, Miles L, Hussain A. 10. Genden EM, Bahadori RS. Bilateral
Permanent sensorineural deafness in a sensorineural hearing loss as a first
patient with chronic myelogenous leukemia symptom of chronic myelogenous leukemia.
secondary to intracranial hemorrhage. Case Otolaryngol Head and Neck Surg. 1995;
Report in Hematology. 2013; 2013:8. 113(4):449-501.

5. Erikci AA, Özturk A, Sayan O. An 11. Cherchi M, Huo E, Nelson N, Frankfurt O,


uncommon presentation of chronic Russel E, Raiser J. Gradual hearing loss with
lymphocytic leukemia: Bilateral Hearing bilateral labyrinthine hemorrhage in chronic
Loss. Firat Tip Dergisi. 2007; 12(1):76-78. myelogenous leukemia. Neurology. 2006;
67(1): 177-8.
6. Hemingway TJ. Hyperviscosity syndrome.
Medscape; 2014 [updated Aug 2014; cited. 12. Rabinowitz I, Larson RS. Chronic myeloid
Available from: http://emedicine.medscape. leukemia. In: Greer JP, Forester J, Lukens
com/article/780258. JN, Rodgers GM, Paraskevas F, Glader B,
editors. Wintrobe’s Clinical Hematology.
7. Chae SW, Cho JH, Lee JH, Kang HJ, 11th ed. Lippincott Williams and Wilkins;
Hwang SJ. Sudden hearing loss in chronic 2004. p. 2235-2258.
myelogenous leukaemia implicating the
hyperviscosity syndrome. The journal of 13. Ejele OA, Omunakwe HE, Iyalla C, Lilly-
laryngology and otology. 2002; 116(4):291- Tariah OB, Pedro-Egbe CN. Visual and
3. auditory complications of chronic myeloid
leukemia : A case report. British Journal
8. Martín-Hernández R, Macías-Rodríguez of Medicine & Medical Research. 2013;
DH, Martín-Sánchez V, Cordero-Civantos 3(4):566-72.
C, Cruz-Ruiz SS, Batuecas-Caletrio Á.
Vertigo as the first sign of chronic Myeloid 14. Kayhan FT, Kaya H, Yazici ZM, Goksoy
Leukemia: A case report and literature H, Biskin S, Erdur O. Bilateral sudden
review. Case Reports in Otolaryngology. sensorineural hearing loss as a first sign of
2013; 2013:4. chronic myeloid. J Int Advanced Otol. 2010;
6(2):288-90.
9. Sanyaolu AA, Yemisi BA, Muheez AD,
Akeem OL. Otological disease in patients 15. Yarbro JW. Mechanism of action of
with chronic Myeloid Leukemia. Journal of hydroxyurea. 1992 [updated. Available
Leukemia. 2014; 2:3. from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pubmed/1641648.

165

Anda mungkin juga menyukai