Terapi Musik Vs Gcs PDF
Terapi Musik Vs Gcs PDF
SKRIPSI
“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh :
SRI DEWI
NIM S10042
i
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
2.1.1. Stroke........................................................................................... 8
vi
vii
vii
viii
BAB V. PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
ix
DAFTAR TABEL
ix
x
DAFTAR GRAFIK
x
xi
DAFTAR GAMBAR
2.3 Emboli 11
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 14. Daftar lagu yang bisa dipilih responden untuk terapi musik
xii
xiii
Sri Dewi
Abstrak
xiii
xiv
Sri Dewi
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Insiden global stroke
semakin meningkat, karena jumlah penduduk berusia lebih dari 65 tahun juga
mengalami peningkatan dari 390 juta pada saat sekarang menjadi 800 juta pada
tahun 2025, dimana perhitungan ini mencapai 10% dari populasi total. Stroke
sering dengan peningkatan usia, terutama pasien berumur lebih dari 64 tahun,
yang mencapai 75% dari seluruh kejadian stroke. Menurut Ratnasari dkk (2011)
sekitar 2-3 juta jiwa. Kasus stroke di Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 sebesar
Laporan data ICU RSUD Dr Moewardi pada tahun 2010, jumlah kasus
stroke sebanyak 164 kasus, tahun 2011 sebanyak 134 kasus, pada tahun 2012
1
2
jumlahnya meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 301 kasus. Data
tersebut dapat dilihat bahwa RSUD Dr Moewardi ini terdapat jumlah penyakit
Sedangkan pada stroke hemoragik biasanya sering disertai nyeri kepala akut
dan penurunan kesadaran yang berkembang cepat sampai keadaan koma. Pada
tanda-tanda vital ukuran dan reaksi pupil, dan kekuatan ektremitas. Pada
respon mata, respon verbal maupun respon motorik dengan nilai terendah 3
pada berbagai bagian di rumah sakit untuk mengatasi berbagai jenis penyakit,
merupakan kekuatan yang luar biasa dalam memberikan efek emosional dan
mampu menjangkau jauh kedalam dan menyentuh inti setiap pribadi. Lebih jauh
3
musik dapat menyentuh tingkat kesadaran fisik, psikologi, spiritual, dan sosial
Charing Cross Hospital di London terapi musik digunakan selama proses proses
dalam bidang rehabilitasi fisik, unit perawatan intensif untuk pernafasan, Saint
Terapi musik di Indonesia belum banyak ditekuni oleh para psikologi dan
dengan negara-negara lain yang sudah menerapkan terapi ini sebagai salah satu
instrumental.
instrumental
salah satu terapi pelengkap untuk penyembuhan pasien yang telah banyak
medical bedah.
Nama Judul
Metode penelitian Hasil penelitian
peneliti penelitian
Asrin, Pemanfaatan Penelitian ini Hasil penelitian
Mardiyono, Terapi Musik memanfaatkan metode menunjukkan bahwa
Saryono Untuk kuasi - eksperimen terapi musik berguna
Juli 2007 Meningkatkan dengan non acak pretest untuk meningkatkan
Status – posttest control group kesadaran tingkat pasien
Kesadaran design. Responden cedera otak traumatik
Pasien adalah pasien cedera yang parah ( nilai uji t =
Trauma otak traumatik yang 11,781 > nilai t tabel; CI
Kepala Berat parah di Cempaka dan = 95 % , dan nilai p =
ICU bangsal Prof Dr 0,000 ). Dari data
Margono Soekarjo deskriptif dapat
Purwokerto Rumah disimpulkan bahwa
Sakit yang dipilih respon psikologi dan
berdasarkan kriteria pasien psikososial
inklusi dan eksklusi. cedera otak traumatik
Jumlah responden yang parah pada
adalah 20 responden kelompok perlakuan
yang dibagi menjadi 10 adalah positif signifikan
responden sebagai untuk membangkitkan
kelompok perlakuan dan meningkatkan
dan 10 responden rangsangan kinerja
sebagai kelompok gerakan. Hasil penelitian
kontrol. menunjukkan bahwa
terapi musik berguna
untuk meningkatkan
tingkat kesadaran pasien
cedera otak traumatik
yang parah dan musik
akrab juga dapat
meningkatkan positif
respon psikologi dan
respon pasien
psikososial
Dian Pengaruh Desain penelitian Hasilnya ada pengaruh
Novita terapi musik menggunakan quasy yang signifikan terapi
Mei sampai terhadap nyeri experiment dengan non musik terhadap
Juni 2012 post operasi equivalent pretest- penurunan tingkat nyeri
Open postest with control pasien post operasi
Reduction and group, pengambilan ORIF (P value = 0,000;
Internal sampel menggunakan α=0,05). Tidak ada
7
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Stroke
iskemik dan stroke hemoragik. Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak
normal dan darah yang merembes masuk kedalam suatu daerah di otak dan
merusaknya.
8
9
menjadi berat
10
a. Ateroma
b. Emboli
juga tersumbat karena adanya bekuan darah berasal dari tempat lain,
Gambar 2.3 : Emboli (Endapan lemak terlepas dari dinding arteri dan
mengalir di dalam darah)
(Sumber : //4.bp.blogspot.com/embolus.bmp )
c. Infeksi
d. Obat-obatan
iskemik berupa :
timbul mendadak
hemisensorik)
bersentuhan langsung dengan darah dan zat dalam darah. Permukaan sel
endotel yang semula licin akan menjadi tidak licin karena plak.
endotel akan robek. Plak yang terbentuk akan menjadi matang dan dapat
cepat tertumpuk pada permukaan lapisan arteri yang robek dan semakin
Apabila ini terjadi pada arteri otak maka terjadi serangan stroke
6. Komplikasi
7. Penatalaksanaan
sebagai berikut
faktor koagulasi
fasilitas angioplasti
g. Terapi obat
1) Memperbaiki perfusi
2) Neuroprotektan
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
misalnya hipertensi yang mendadak tinggi dan atau stres psikis berat.
darah atau darah masuk ke selaput otak atau ruang subarakhnoid yang
macam yaitu primer, bila pembuluh darah yang pecah berasal dari arteri
17
yang ada di subarakhnoid dan sekunder bila sumber darah berasal dari
a. Faktor resiko internal, yang tidak dapat dikontrol atau diubah atau
dimodifikasi :
1) Umur
Bangsa Afrika atau Negro, Jepang dan Cina lebih sering terkena
3) Jenis kelamin
terkena stroke
dimodifikasi
1) Hipertensi
5) Pasca stroke
8) Perokok
9) Peminum alkohol
12) Obesitas
2) Homosistein tinggi
3) Plasma fibrinogen
arteri kecil atau arteriol), angioma atau tumor, dan trauma kepala karena
dan jaringan otak biasanya dipisahkan oleh sawar darah otak dan sawar
berakibat gangguan fungsi sel yang berat bahkan nekrosis sel saraf.
20
a. Perdarahan intraserebral
kesadaran
a) Hemiparase kontralateral
b) Hemiplagia
disastri.
deserebrasi
d) Hipertensi (reaktif)
e) Panas
6) Perdarahan di talamus
a) Defisit hemisensorik
homonim
7) Perdarahan di lobus
hemiparesis ringan
22
hemianopsia
radiasio optika.
b. Perdarahan subaraknoid
funduskopi
darah serebral, dan luasnya area cedera antara lain (Brunner dan
Suddarth, 2002):
jaringan.
c. Tindakan bedah
aferen. Keseluruhan impuls aferen dapat disebut input susunan saraf pusat
dan keseluruhan dari impuls aferen dapat disebut output susunan saraf
(Muttaqin, 2008).
dua yaitu penilaian kulitatif dan kuantitatif. Penilaian secara kualitatif antara
yang lebih rendah, ditandai denagn pasien tampak mengantuk, selalu ingin
tidur dan tidak responsif terhadap rangsangan yang ringan, tetapi masih
respons sedikit pada rangsangan yang kuat dengan adanya refleks pupil
terhadap cahaya yang yang masih positif, Koma pasien tidak dapat bereaksi
status neurologik seperti respon mata (E), respon verbal (V) dan respon
Scale (GCS) meliputi respon mata (E), respon verbal (V) dan respon
motorik (M).
(4) : spontan
“aduh…, bapak…”)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas
rangsang nyeri).
Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks masalah fisik atau mental.
berbagai terapi dalam lingkup psikologi yang justru mendorong klien untuk
dan sosial pada anak-anak serta orang dewasa yang mengalami gangguan
28
Scale (GCS)
Gambar 2.6 Musik yang diterima oleh telinga disalurkan ke otak sebagai
data digital sehingga otak merespon sesuai dengan "isi data digital"
timbre dan dinamika tertuang dalam berbagai jenis musik dan lagu.
Seorang terapis musik perlu memahami keempat elemen ini, karena setiap
30
dalam setiap ketukan musik hampir sama dengan rata-rata detak jantung
manusia yaitu antara 72 sampai 80 ketukan per menit. Maka musik yang
simulatif, yaitu yang biasanya dimainkan dengan tempo lebih cepat, dapat
menimbulkan relaksasi.
memiliki pola getar dasar. Kemudian vibrasi musik yang terkait erat
dengan frekuensi dasar tubuh atau pola getar dasar memiliki efek
penyembuhan yang sangat hebat pada seluruh tubuh, pikiran, dan jiwa
atom.
fisik. Dikatakan High Frequencies jika lebih dari 100 Hz, dan low
(tempo atau durasi). Misalnya pitch yang tinggi, dengan rhytm cepat dan
perasaan tidak nyaman. Sebaliknya, pada pitch yang rendah dengan rhytm
yang lambat dan volume yang rendah akan menimbulkan efek rileks.
nadi memiliki kesesuaian dengan rhytm dari musik. Pitch dan rhytm akan
bisa diawali dengan frekuensi 40 Hz, dengan asumsi dasar bahwa ini
frekuensi yang sama memulai efek kognitif untuk terapi. Pada pasien
20-60 menit dalam sekali sesi. Bisa juga dilakukan saat menjelang tidur,
Dengan sesi terapi dilakukan minimal dua kali sehari. Walaupun tempo,
frekuensi, kunci nada dan volume, dari jenis musik yang bisa digunakan
sebagai terapi musik sudah diteliti dengan seksama, tetapi jenis musik atau
sangat berguna dalam terapi musik, tetapi tidak sedikit yang menyatakan
tidak biasa.
musik tidak harus musik klasik. Musik yang berdasarkan kesukaan atau
minat dari pasien merupakan faktor yang sangat penting dalam pemberian
terapi musik. Faktor yang mempengaruhi minat terhadap jenis musik ini
biasanya merupakan pilihan, yang paling baik. Musik klasik, pop, dan
modern (dengan catatan musik tanpa vokal, priode tenang) digunakan pada
musik klasik, bisa juga slow jazz, pop, yang populer dan hits, folk, western
33
country, easy listening, bisa juga disertai dengan unsur suara natural alam
2.2 KerangkaTeori
Kerusakan Otak
Faktor yang
mempengaruhi nilai
Penurunan kesadaran atau
GCS
penurunan nilai GCS 1. Letak
perdarahan
2. Riwayat stroke
intervensi
perdarahan
sebelumnya
farmakologi Non farmakologi
Keterangan :
: tidak diteliti
: di teliti
Peningkatan
Terapi musik Glasgow Coma
Scale (GCS)
METODOLOGI PENELITIAN
sebagai berikut :
Keterangan :
K- A : Subjek perlakuan
K- B : Subjek kontrol
36
37
dan inervensi)
3.2.1. Populasi
dalam penelitian ini adalah pasien stroke iskemik dan stroke hemoragik
Unit (ICU) dan High Care Unit (HCU) Stroke RSUD Dr Moewardi
3.2.2. Sampel
seleksi terhadap pasien stroke di Intensive Care Unit (ICU) dan High Care
dan ekslusi
Kreteria inklusi :
38
consent)
dilakukan selama 64 hari yaitu dari tanggal 7 Februari-12 April 2014 dengan
Scale (GCS)
39
3. 4 Definisi Operasional
Independen
Terapi *Pemberiaan Cara ukur : - -
musik intervensi terapi SOP
musik melalui
earphone kepada Alat ukur :
pasien stroke MP3 dengan
iskemik dan stroke earphone
hemoragik dengan
gangguan
kesadaran berat
(GCS<8) di ruang
Intensive Care
Unit (ICU) dan
High Care Unit
(HCU) Stroke
dengan
memperdengarkan
musik instrumental
yang telah dipilih
oleh keluarga
responden
berdasarkan
kesukaan
responden sebagai
musik untuk
terapi, yang ada
didalam MP3
peneliti. Waktu
untuk
mendengarkan
musik selama 20
menit
Dependen
Peningk Glasgow Coma 1. Eye (respon Penilain GCS interval
atan Scale adalah skala membuka 1. GCS 13-
GCS pengukuran mata) 15 :
40
bapak…”)
(2) : suara tak
dapat
dimengerti(
mengerang)
(1) : tidak ada
respon
3. Motor
(respon
motorik) :
(6) : mengikuti
perintah
(5):melokalisir
nyeri
(menjangka
u&
menjauhkan
stimulus
saat diberi
rangsang
nyeri)
(4) :menarik
(menghinda
r atau
menarik
extremitas
atau tubuh
menjauhi
stimulus
saat diberi
rangsang
nyeri)
(3) : flexi
abnormal
(tangan satu
atau
keduanya
posisi kaku
diatas dada
& kaki
extensi saat
diberi
rangsang
nyeri).
(2) : extensi
42
abnormal
(tangan satu
atau
keduanya
extensi di
sisi tubuh,
dengan jari
mengepal &
kaki extensi
saat diberi
rangsang
nyeri).
(1) : tidak ada
respon
3. Terapi musik dilakukan diruang Intensive Care Unit (ICU) dan High
stopwatch)
43
perkembangan pasien.
dari respon mata, respon verbal dan respon motorik pada pasien stroke
mengevaluasi status neurologik seperti respon mata (E), respon verbal (V)
kesesuaian data. Mulai dari penilaian pre test dan post test yang telah
dilakukan.
data mentah kedalam bentuk yang mudah dibaca untuk pengolahan data.
intervensi kode ’1’ dan kelompok kontrol ’2’. Pada tindakan sebelum kode
’3’ dan sesudah kode ’4’. Pada jenis kelamin laki-laki kode ’5’ dan
perempuan ’6’. Sedangkan untuk umur Middle Age kode ’7’, Elderly ’8’
penelitian yaitu usia, jenis kelamin dan nilai GCS perhari. Pada analisis
ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel dan
dinarasikan.
Scale (GCS) pada pasien stroke iskemik dan stroke hemoragik dengan
(GCS)
3. 7 Etika Penelitian
berikut:
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
BAB IV
HASIL
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi musik
hari yaitu dari tanggal 7 Februari-12 April 2014, pasien stroke yang memenuhi
kriteria inklusi adalah 8 orang. Dari 8 orang pasien, dipilih 4 menjadi kelompok
intervensi yaitu kelompok yang diberikan terapi musik dan 4 orang sebagai
Pada penelitian ini data yang diperoleh terlebih dahulu dilakukan uji
α=0,05). Pvalue lebih dari 0,05 maka hasil uji normalitas berdistribusi normal, uji
hipotesis menggunakan uji t-test. Terapi musik diberikan selama 20 menit sebanyak
melakukan pre test dan post test kemudian hasil dibandingkan. Analisis data
48
49
kontrol. Hasil analisis ini juga menggambarkan mean, median, standar deviasi,
nilai terendah dan nilai tertinggi pada nilai Glasgow Coma Scale kelompok
responden pada kelompok usia yang sedikit baik pada kelompok kontrol
maupun intervensi adalah kelompok usia old (Usia lanjut tua). Masing-masing
hanya 1 orang (25%) dan 1 orang (25%) kelompok kontrol. Jumlah responden
pada kelompok intervensi paling banyak berada pada kelompok usia elderly
paling banyak pada kelompok kontrol berada pada usia middle age (Usia
sebanyak 3 orang (75%) dan berjenis laki-laki (25 %). Sedangkan pada
4.1.2. Skala Glasgow Coma Scale Sebelum dan Sesudah Setelah Intervensi Pada
Table 4.2 Distribusi frekuensi rerata skala Glasgow Coma Scale responden
kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi di hari pertama sampai hari ketiga di RSUD Dr Moewardi
tahun 2014 (N=8)
Kelompok Hari 1 Hari 2 Hari 3
Kontrol
Sebelum 7,50 8,25 10,0
Sesudah 7,00 8,50 10,0
Intervensi
Sebelum 6,75 7,75 6,75
Sesudah 8,00 9,50 7,25
Berdasarkan tabel 4.2 dapat digambarkan bahwa rerata skala Glasgow
musik pada hari pertama sampai hari ketiga di RSUD Dr Moewardi tahun
2014 setiap hari mengalami sedikit peningkatan. Tetapi pada hari pertama
rerata skala Glasgow Coma Scale sebelum sebesar 7,50 dan menurun
sebanyak 0,5 sesudah menjadi 7,00. Sementara pada hari kedua rerata skala
Glasgow Coma Scale sebelumnya 8,25 dan meningkat sebanyak 0,25 men jadi
8,50. Pada hati ketiga dimana rerata skala Glasgow Coma Scale tidak
Coma Scale sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik mulai hari pertama
sampai hari ketiga di RSUD Dr Moewardi tahun 2014 setiap hari mengalami
51
peningkatan. Pada hari pertama intervensi rerata skala Glasgow Coma Scale
sebanyak 1,25 setelah dilakukan terapi musik sebanyak 8,00. Di hari kedua
sebanyak 1,75. Kemudian pada hari ketiga sebelum terapi musik sebesar 6.75
sesudah prosedur pada kedua kelompok setiap harinya sejak hari pertama
sampai hari ketiga dapat dilihat hari grafik 5.1 dibawah ini :
selama 3 hari pada kelompok intervensi pasien A saat pagi hari didengarkan
musik respon dari pasien dengan nilai GCS 8 tangan dan kaki bergerak, pada
siang harinya respon pasien tangan bergerak, berbicara kacau dan membuka
mata sekali. Hari kedua saat pagi hari respon pasien membuka mata dua kali,
52
bicara kacau, dan mengeluarkan air mata, sedangkan siangnya respon pasien
berbicara kacau/ mengerang dan membuka mata. Hari ketiga pada pagi hari
membuka mata satu kali, bicara kacau serta pada sore hari membuka mata.
Pada pasien B pada hari pertama pagi hari selama didengarkan terapi
musik respon dari pasien membuka mata sekali dan tangan bergerak, siang
harinya respon pasien kaki dan tangan bergerak. Hari selanjutnya saat
didengarkan musik respon pasien masih sama tangan dan kaki bergerak tapi
saat siang hari saat didengarkan musik pasien tidur dengan mendengkur dan
Pasien C hari pertama saat pagi didengankan musik diam tidak ada
respon tapi saat siang hari tangan dan kaki pasien bergerak mengikuti irama
musik. Hari kedua tangan dan kaki bergerak mengikuti irama musik,
membuka mata sekali dan ketika ditanyakan namanya pasien dapat menjawab
pasien D hari pertama pagi maupun siang saat didengarkan musik tidak
memberikan respon. Hari kedua pagi hari pasien tangan mulai bergerak sesuai
irama musik, untuk siangnya pasien tidur dan sambil mengerang. Hari ketiga
4.1.4. Rerata Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Pada
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi rerata nilai Glasgow Coma Scale responden
sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi di RSUD Dr Moewardi tahun 2014 (N=8)
Kelompok Mean Median SD Min-Max
Kontrol
Sebelum 7,50 8,00 1,00 6-8
Sesudah 10,0 10,0 1.82 8-12
Intervensi
Sebelum 6,50 6,50 1,29 5-8
Sesudah 10,0 10,0 2,58 7-13
sementara standar deviasi sebesar 1,00, dan untuk skala Glasgow Coma Scale
terendah dan tertinggi adalah 6 dan 8. Sedangkan tabel diatas juga dapat
diketahui rerata Glasgow Coma Scale pada kelompok kontrol sesudah sebesar
10,0 dengan median sebesar 10,0. Untuk standar deviasi sebesar 1,82 dan skor
nilai terendah dan tertinggi adalah 8 dan 12. Pada kelompok intervensi rerata
Glasgow Coma Scale saat sebelum pemberian terapi musik sebesar 6,50 dan
median sebesar 6,50. Nilai standar deviasi sebesar 1,29 dengan nilai terendah
5 dan tertinggi 8. Hasil sesudah diberikan terapi musik rerata sebesar 10.0
dengan median 10,0. Standar deviasi sebesar 2,58 dengan nilai terendah
kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada saat sebelum dan sesudah
Tabel 4.4 Perbedaan rerata nilai Glasgow Coma Scale responden sebelum
diberikan intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi di RSUD
Dr Moewardi tahun 2014(N=8)
Variable Mean SD SE N P value
Kelompok control 10,0 1,82 0,91 4 0,468*
Kelompok intervensi 10,0 2,58 1,29 4
*Signifikan/bermakna pada α = 0,05
Scale pada kelompok kontrol adalah 7,50. Sementara rerata skala Glasgow
Coma Scale pada kelompok intervensi adalah 6,50. Hasil uji T sample
independen didapatkan P value 0,537, yang artinya P value lebih dari 0,05.
Interpretasi hasil uji ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan rerata
tahun 2014.
55
Scale pada kelompok control dan intervensi sama sebesar 10,.0. Hasil uji T
sample independen didapatkan P value 0,468, yang artinya P value lebih dari
0,05. Interpretasi hasil uji ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan rerata
tahun 2014.
Tabel 4.6 Perbedaan rerata Glasgow Coma Scale responden sebelum dan
sesudah diberikan intervensi pada kelompok control dan kelompok intervensi
di RSUD Dr Moewardi tahun 2014 (N=8)
Variable N Mean SD SE P Value
Kelompok Kontrol 4
Sebelum 7,50 1,00 0,50 0,097*
Sesudah 10,0 1,82 0,91
Kelompok Intervensi 4
Sebelum 6,50 1,29 0,64 0,172*
Sesudah 10,0 2,58 1,29
*Signifikan/bermakna pada α = 0,05
sebelum pada kelompok kontrol adalah 7,50 dan rerata setelah adalah 10,0.
56
Berdasarkan hasil uji Hasil uji T sample independen didapatkan P value 0,097,
yang artinya Pvalue lebih dari 0,05. Interpretasi hasil uji ini adalah tidak ada
sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol di ruang HCU stroke di RSUD
Dapat juga diketahui data rerata Glasgow Coma Scale sebelum pada
kelompok intervensi adalah 6,50 dan rerata setelah adalah 10,0. Berdasarkan
hasil uji Hasil uji T sample independen didapatkan P value 0,172, yang artinya
P value lebih dari 0,05. Interpretasi hasil uji ini adalah tidak ada perbedaan
yang signifikan rerata skala Glasgow Coma Scale responden sebelum dan
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang meliputi
5.1.1.1 Usia
dikategorikan menjadi usia pertengahan (middle age), usia lanjut (ederly) dan
berada pada rentang usia lansia. Sebagaimana dalam refrensi artikel maupun
ilmiah, bahwa rentang usia lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses
57
58
iskemik terbanyak terjadi pada umur dewasa tua dan usia lanjut, hal ini sangat
beralasan karena pada usia tersebut terjadi penurunan fungsi struktur organ
.Dua pertiga dari kasus stroke diidap mereka yang berusia 65 tahun. Menurut
sama banyak yairu 1 orang (25%). Jumlah responden perempuan pada kedua
perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini tidak sesuai dengan
teori yang ada bahwa stroke lebih banyak dijumpai pada laki-laki. Beberapa
terserang stroke pada usia yang lebih tua. Penyebabnya masih belum jelas
menopouse.
5.2.1 Perbedaan skala Glasgow Coma Scale sebelum dan sesudah pada
signifikan antara skala Glasgow Coma Scale sebelum dan sesudah prosedur
terapi standar pada pasien stroke di HCU stroke RSUD Dr Moewardi tahun
2014.
Jennet dkk melaporkan 82% dari penderita dengan skor GCS 11 atau lebih,
moderately disabled dan hanya 12% yang meninggal atau mendapat severe
disability. Outcome secara progresif akan menurun kalau skor awal GCS
menurun. Kehilangan kesadaran yang lama, dalam banyak hal tidak prediktif
terhadap outcome yang buruk. Biasanya penderita yang sembuh adalah pada
kelompok kontrol yang tidak mendapakan terapi musik pada hari pertama
sampai hari ketiga di RSUD Dr Moewardi tahun 2014 setiap hari mengalami
sedikit peningkatan. Pada hari pertama rerata skala GCS sebelum sebesar
7,50 dan menurun sebanyak 0,5 sesudah menjadi 7,00. Sementara pada hari
kedua rerata skala Glasgow Coma Scale sebelumnya 8,25 dan meningkat
sebanyak 0,25 menjadi 8,50. pada hati ketiga dimana rerata skala Glasgow
Pada Dua pertiga dari kasus stroke diidap mereka yang berusia 65
merespon baik dari gerakan, mengecilnya saraf panca indra serta menjadi
kurang sensitif terhadap sentuhan. Hal itu tentu saja sangat tergantung kondisi
Scale sebelum pada kelompok intervensi adalah 6,50 dan rerata setelah
adalah 10,0. Berdasarkan hasil uji Hasil uji T sample independen didapatkan
P value 0,172, yang artinya P value lebih dari 0,05. Interpretasi hasil uji ini
adalah tidak ada perbedaan yang signifikan rerata skala Glasgow Coma Scale
61
Pada penelitian ini responden yang dipilih adalah pasien stroke yang
dua yaitu stroke hemoragik dan stroke iskemik, dimana pada penanganan dan
kurang lebih 7-10 hari. Pasien dengan stroke hemoragik biasanya dirawat
lebih lama, yaitu antara 14-21 hari. Hal ini tentu saja sangat tergantung pada
dengan terapi konserpatif yaitu terapi obat dan bedah tindakan konservatif
memberikan obat sedative dan penghilang nyeri, bedrest, terapi udema otak,
Makhfudli, 2009).
62
rentang skor skala Glasgow Coma Scale menjadi 8-12. Terdapat perubahan
skor rentang Glasgow Coma Scale sebelum dan sesudah pada kelompok
kontrol.
Namun bias juga dilihat pada hasil penelitian bahwa penurunan skor
Glasgow Coma Scale terjadi pada kelompok intervensi. Rerata rentang skor
diberikan terapi musik rentang skor Glasgow Coma Scale menjadi 7-13.
lebih kurang sekitar 80%, sedangkan pada stroke perdarahan harapan hidup
sekitar 50%. Masa kritis dalam perawatan stroke adalah hari-hari pertama.
Pada umumnya masa kritis adalah 48-72 jam setelah serangan stroke.
Perburukan kondisi klinis dijumpai pada 26-43% pasien stroke iskemik dan
sangat tinggi serta komplikasi lainya. Proses penulihan ini dapat berbeda-
pada saat memberikan terapi musik pada pasien terdapat respon-respon fisik
63
karena selama sesi terapi dilakukan terdapat respon berupa membuka mata,
berbicara kacau, tangan dan kaki bergerak, mengeluarkan air mata serta
mengerang.
meningkatkan pasien stroke keadaan fisik dan psikologis mulai dari fase akut
(sarkamo teppo, dkk 2008; Kim Dong Soo, 2011; Eun‐Mi Jun,Young Hwa
lainya seperti berdoa, membacakan ayat Al Qur’an yang dilakukan oleh anggota
dalam penelitian yang sudah dilakukan selama 64 hari hanya memperoleh pasien
8 orang. Perlunya jangka waktu yang lama dalam proses penilitian ini untuk
mendapatkan responden yang lebih banyak. Pada saat proses penelitian ada
buruk yang hanya mampu bertahan 1 hari atau 2 hari kemudian meninggal.
pasien stroke hemoragik dan 1 stroke iskemik sehingga dalam pengobatan dan
perawatan tiap pasien berbedaa tergantung kondisi pasien. Hal ini juga bisa
signifikan terapi musik terhadap peningkatan Glasgow Coma Scale pada pasien
stroke. Namun terapi musik sudah banyak dikembangkan disakit rumah Luar
dalam bidang rehabilitasi fisik, unit perawatan intensif untuk pernafasan, Saint
didengarkan pada seluruh kamar pasien. Selain itu pada penelitian yang
dalam meningkatkan kesadaran pasien stroke iskemik. Jadi terapi musik dapat
BAB VI
PENUTUP
6.1. Simpulan
2. Tidak ada perbedaan yang signifikan (Pvalue= 0,537 α=0,05) rerata skala
2014.
2014
6.2. Saran
peningkatan Glasgow Coma Scale pada pasien stroke tetapi terapi musik dapat
ketenangan emosional, relaksasi, denyut nadi dan tekana darah sistol yang
65
66
pengetahuan peserta didik yang lebih luas tentang terapi komplementer musik
perawatan
67
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz 2008, Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan, Edisi 2, Salemba
Medika, Jakarta.
Putra Erwin Eka Febriana, 2011, Mengenal terapi musik, holistic solution
center, Jepara, diakses 4 November 2013<
http://www.terapimusik.com >
Hendrati Tia Nahara, 2012, Sistem saraf parasimpatis(saraf tak sadar), diakses 4
November 2013 <http;//11074tianahara.blogspot.com/2012/04/
behaviorurldefaultvml.html
Kim Dong Soo, Yoon Ghil Park,Jung Hwa Choi, Sang-Hee Im, Kang Jae
Jung, Young A Cha, Chul Oh Jung&Yeo Hoon Yoon, 2011, ‘Effects of
music therapy on mood in stroke patients’ Yonsei Med J, Volume 52
Number 6, Hal 977-981
Mahendra, Brury dan Evi Rahmawati N.H. 2005. Atasi stroke dengan tanaman obat.
Penebar Swadaya: Jakarta.
Muttaqin, Arif, 2008, Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan, Salemba Medika, Jakarta.
Novita Dian, 2012, “Pengaruh Terapi Musik Terhadap Nyeri Post Operasi Open
Reduction Internal Fixation(ORIF) di RSUD DR.H Abdul Moeloek Provinsi
Lampung”, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta diakses 07 September 2013
< http://lontar.ui.ac.id/opac/ui/ >
Nulife Anugerah Mandiri 2007, Penyebab, dan akibat stroke, diakses 14 April 2014,
<http://medicastore.co/gejala_sebab_stroke>
69
Sunardi, Nelly Yardes, Pramita Iriana, 2011, ‘Pengaruh perbedaan posisi kepala
terhadap tekanan intra kranial pasien stroke iskemik DI RSCM JAKARTA’,
Jurnal Madya.volume No.1
Upoyo Arif Setyo, 2012, “Pengaruh stimulasi murotal Al Quran terhadap nilai
Glasgow Coma Scale pada pasien stroke iskemik Di Rsud Dr. R. Goeteng
Aroenadibrata Purbalingga”, Tesis, Universitas Padjadjaran, Bandung
Diakses 30 Mei 2014 < http://pustaka.unpad.ac.id/archives/110181/>
Wahyu Genis ginanjar. 2009. Stroke hanya menyerang orang tua?. B first
.Yogyakarta