Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah
jelas diketahui berapa besar cadangan mineral (mineral reserves) yang ditemukan.
Cadangan mineral ini merupakan hasil kajian kelayakan dari sumber daya mineral
(mineral resources) yang didasarkan pada sejumlah faktor yaitu ekonomi, teknologi,
lingkungan, perundang-undangan, dsb.
Perencanaan tambang (mine planning) dapat mencakup kegiatan-kegiatan
prospeksi, eksplorasi, studi kelayakan (feasibility study) yang dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), persiapan penambangan dan
konstruksi prasarana (infrastructure) serta sarana (facilities) penambangan, kesehatan
dan keselamatan kerja (K3), pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Rancangan (design) adalah penentuan persyaratan, spesifikasi dan kriteria
teknik yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan serta urutan
teknis pelaksanaannya. Di industri pertambangan juga dikenal rancangan
tambang (mine design) yang mencakup pula kegiatan-kegiatan seperti yang ada
pada perencanaan tambang, tetapi semua data dan informasinya sudah rinci.
Perhitungan cadangan merupakan sebuah langkah kuantifikasi formal terhadap
suatu meterial yang keterdapatannyasecara alamiah. Perhitungan dilakukan dengan
berbagai metode/prosedur yang didasarkan padapertimbangan empiris maupun teoritis.
Volume, tonase, kadar dan kuantitas mineral merupakan atribut – atribut (
variabel/parameter ) umum yang diperhitungkan. Perhitungan atribut tersebut harus
optimal dalam arti tak bias dan kesalahan acak tidak melebihi kriteria yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pada dasarnya, perhitungan cadangan merupakan
pengetahuan mengenai distribusi spesial kadar dan penentuan lokasi batuan mineral
yang bernilai diatas cut off grade ( cog ). Adapun tujuan dari perhitungan cadangan,
proses ini harus dilakukan berdasarkan aturan – aturan yang berstruktur.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui cara melakukan posting lubang bor
2. Mengetahui cara membuat peta topografi
3. Menganalisis statistik univariate dan statistik bivariate
4. Menyusun komposit data horizon laterit
5. Menghitung sumber daya dengan metode poligon
6. Menghitung sumber daya dengan metode penampang
7. Mengetahui tabulasi hasil perhitungan sumber daya

C. Metodologi

Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Metode poligon adalah metode pengukuran dengan rangkaian segi banyak


dalam menentukan suatu posisi atau titik yang dapat diketahui koordinatnya
dengan menghitung dari pengukuran arah, sudut dan jarak.
b. Metode penampang adalah metode yang menggambarkan kondisi endapan,
bijih, tanah penutup (overburden) pada penampang-penampang vertikal.
Perhitungan luas masing-masing elemen tersebut dilakukan pada masing-masing
penampang. Perhitungan tonase dan volume dilakukan dengan rumus-rumus
yang sesuai.

D. Deskripsi Umum Tentang Endapan Laterit

Endapan laterit nikel Indonesia telah diketahui sejak tahun


1937.Informasi mengenai endapan laterit nikel yang tertera pertama kali
dalam literatur adalah Pomalaa pada tahun 1916 oleh pemerintah Belanda.
Pomalaa adalah sebuah distrik yang terletak di Sulawesi Tenggara. Sejak itu,
endapan-endapan laterit nikel lainnya baru disebut-sebut, seperti Gunung Cycloops
(1949) dan Pulau Waigeo (1956) di Irian Jaya (Papua Barat), Sorowako di Sulawesi
(1968), Pulau Gebe (1969), Maluku (Tanjung Buli) dan Obi di Pulau
Halmahera (1969) serta Pulau Gag (1982). Pada pertengahan kedua abad
ini, melalui prospeksi yang sistematis telah ditemukan beberapa endapan lain.
Proses terbentuknya nikel laterit dimulai dari peridotit sebagai batuan induk.
Batuan induk ini akan berubah menjadi serpentin akibat pengaruh larutan hidrotermal
atau larutan residual pada waktu proses pembentukkan magma ( proses serpentinisasi )
dan akan merubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit atau batuan sepentinit
peridotit. Selanjutnya terjadi proses pelapukan dan laterit yang menghasilkan serpentin
dan peridotit lapuk. Adanya proses kimia dan fisika dari udara, air, serta pergantian
panas dan dingin yang kontinu, akan menyebabkan disentegrasi dan komposisi pada
batuan induk. Batuan asal yang mengandung unsur – unsur Ca, Mg, Si, Cr, Mn, Ni dan
Co akan mengalami dekomposisi.
Endapan laterit biasanya terbentuk melalui proses pelapukan kimia yang
intensif, yaitu di daerah dengan iklim tropis - subtropis. Proses pelindian batuan lapuk
merupakan proses yang terjadi pada pembentukan endapan laterit, dimana proses ini
memiliki penyebaran unsur-unsur yang tidak merata dan menghasilkan konsentrasi
bijih yang sangat bergantung pada migrasi air tanah. Endapan nikel laterit yang
terbentuk dari hasil pelapukan batuan ultrabasa secara umum terdiri dari 4 (empat)
lapisan, yaitu lapisan tanah penutup atau top soil, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan
bedrock.
1. Lapisan tanah penutup
Lapisan tanah penutup biasa disebut iron capping. Material lapisan
berukuran lempung, berwarna coklat kemerahan, dan biasanya terdapat juga
sisa-sisa tumbuhan. Pengkayaan Fe terjadi pada zona ini karena terdiri dari
konkresi Fe-Oksida (mineral Hematite dan Goethite), dan Chromiferous dengan
kandungan nikel relatif rendah. Tebal lapisan bervariasi antara 0 – 2 m. Tekstur
batuan asal sudah tidak dapat dikenali lagi.
2. Lapisan Limonit
Merupakan lapisan berwarna coklat muda, ukuran butir lempung sampai
pasir, tekstur batuan asal mulai dapat diamati walaupun masih sangat sulit,
dengan tebal lapisan berkisar antara 1 – 10 m. Lapisan ini tipis pada daerah yang
terjal, dan sempat hilang karena erosi. Pada zone limonit hampir seluruh unsur
yang mudah larut hilang terlindi, kadar MgO hanya tinggal kurang dari 2% berat
dan kadar SiO2 berkisar 2 – 5% berat. Sebaliknya kadar Fe2O3 menjadi sekitar
60 – 80% berat dan kadar Al2O3 maksimum 7% berat. Zone ini didominasi oleh
mineral Goethit, disamping juga terdapat Magnetit, Hematit, Kromit, serta
Kuarsa sekunder. Pada Goethit terikat Nikel, Chrom, Cobalt, Vanadium, dan
Aluminium.
3. Lapisan Saprolit
Merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk, berupa
bongkah-bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan. Struktur
dan tekstur batuan asal masih terlihat. Perubahan geokimia zone saprolit yang
terletak di atas batuan asal ini tidak banyak, H2O dan Nikel bertambah, dengan
kadar Ni keseluruhan lapisan antara 2 – 4%, sedangkan Magnesium dan Silikon
hanya sedikit yang hilang terlindi. Zona ini terdiri dari vein-vein Garnierite,
Mangan, Serpentin, Kuarsa sekunder bertekstur boxwork, Ni-Kalsedon, dan di
beberapa tempat sudah terbentuk limonit yang mengandung Fe-hidroksida.
4. Bedrock (Batuan Dasar)
Merupakan bagian terbawah dari profil nikel laterit, berwarna hitam
kehijauan, terdiri dari bongkah – bongkah batuan dasar dengan ukuran > 75 cm,
dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis. Kadar mineral
mendekati atau sama dengan batuan asal, yaitu dengan kadar Fe ± 5% serta Ni
dan Co antara 0.01 – 0.30%.
Variasi sumber nikel dan produk serta ketersediaan teknologi proses
pengolahan menghasilkan beberapa alternatif proses pengolahan yang berbeda
tergantung pada bahan baku dan produk yang ingin dihasilkan. Umumnya
produk nikel dapat dibagi menjadi tiga (3) kelompok:
1. Nikel murni (kelas I), mengandung 99% atau lebih nikel, seperti
nikelelektrolitik, pelet, briket, granul, rondel dan serbuk.
2. Charge nickel (kelas II), mengandung nikel lebih kecil dari 99%,
seperti ferronickel,nickel matte, sinter nikel oksida.
3. Bahan kimia, seperti nikel oksida, sulfat, klorid, karbonat, asetat
hidroksid, danlain-lain.
BAB II

PENGOLAHAN DATA

A. Proses pengerjaan

Dalam tugas kali ini di berikan data-data bor berupa hasil eksplorasi nikel
laterit yang terdiri dari : data Assay, Colar, Survey dan Litologi. Dari data tersebut di
buatkan data untuk litologinya dimana penentuan litologi ini mengikuti format file
assay yang telah di ketahui kemudian di buatkan kolom baru dngan judul litologi.
Dalam kolom litologi tersebut pengisiannya menurut kadar persen (%) Ni yang di
ketahui, dimana bila kadar Ni 0,5-1,5 maka jenis litologi tersebut termasuk kedalam
waste, bila kadar Ni > 1,5 maka jenis litologi tersebut termasuk ke dalam ore,
sedangkan bila kadar Ni < 0,5 maka jenis litologi nya masuk ke dalam bedrock. Setelah
file litologi selesai di buat maka langkah selanjutnya adalah membuat file excel baru
dengan nama survey, dimana file survey ini mengikuti format file colar yang telah di
ketahui yang kemudian di tambahkan kolom baru dengan judul dip. Untuk isian kolom
dip ini kita mengambil asumsi dip = vertikal sehingga di tulis - 90o.
Langkah selanjutnya yang di lakukan dalam pengerjaan tugas ini adalah
melakukan posting seluruh lubang bor pengerjaannya di lakukan dengan aplikasi
Surpac dan Arcgis. Langkah pertama yaitu data seluruh lubang bor di input ke dalam
aplikasi surpac kemudian di lakukan ploting agar gambar yang di hasilkan membentuk
format 2 dimensi. Selanjutnya gambar yang telah jadi akan di ubah formatnya ke dalam
bentuk PNG, selanjutnya gambar yang telah di simpan di input ke dalam aplikasi
Arcgis untuk pembuatan legendanya. Untuk hasil posting lubang bor dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :

(Gambar 1. Peta Posting Titik Bor)


B. Peta Topografi dan Analisis Morfologi
Dalam pembuatan peta topografi ini menggunakan data elevasi pemboran
sebagai data dasarnya. Peta topografi di buat dengan menggunakan interval kontur 1
meter dengan interval kontur major 5 meter. Pembuatan topografi ini mengggunnakan
aplikasi Arcgis. Langkah awal data colar di input ke dalam aplikasi Arcgis yang
selanjutnya dapat di bentuk kontur dan letak titik lubang bor pada peta tentunya
berdasarkan data colar tersebut. Selanjutnya di buattkan legenda peta nya.

(Gambar 2. Peta Topografi)


Berdasarkan peta topografi dapat kita deskripsikan bahwa daerah di peta memiliki
morfologi landai atau perbukitan, hal tersebut dapat di ketahui dari garis kontur pada
peta dimana garis kontur tersebut menunjukkan adanya jarak yang tidak terlalu rapat
antara satu dengan yang lainnya.
C. Analisis univariate dan bivariate

a. Analisis univariate
Pada bagian ini di lakukan analisis statistik univariate dengan menggunakan
keseluruhan data. Dalam analisis statistik ini dilakukan untuk kadar Ni data kadar
Fe.
 Analisis statistic univariate Ni
TabelAnalisis statistik univariate Ni

Variable Ni

Numberof samples 980

Minimumvalue 0.000000

Maximumvalue 5.480000

Mean 1.169551

Median 1.120000

GeometricMean N
o
Variance 0.465775 t
C
a
StandardDeviation 0.682477
l
c
Coefficientof variation 0.583538 u
l
a
t
Moment1AboutArithmeticMean 0.000000 e
d
Moment2AboutArithmeticMean 0.465775

Moment3AboutArithmeticMean 0.272759

Moment4AboutArithmeticMean 1.126858

Sum 1146,16

Skewness 0.858056
Berikut gambar histogram dari analisis kandungan Ni
HISTOGRAM KANDUNGAN Ni

 Analisis statistik univariate Fe


TabelAnalisis statistik univariate Ni

Variable Fe

Numberof samples 980

Minimumvalue 0.040000

Maximumvalue 63.720000

Mean 18.209929

Median 15.615000

GeometricMean 15.724561

Variance 98.275357

StandardDeviation 9.913393

Coefficientof variation 0.544395


Moment1AboutArithmeticMean 0.000000

Moment2AboutArithmeticMean 98.275357

Moment3AboutArithmeticMean 1081.372353

Moment4AboutArithmeticMean 38998.77931
1

Sum
17845,3

Skewness 1.109963

Berikut gambar histogram dari analisis kandungan Fe


HISTOGRAM KANDUNGAN Fe

Berdasarkan kedua histogram di atas maka dapat di ketahui penyebaran data dari
tiap titik bor melalui nilai kadar dari kedua variabel yaitu Ni dan Fe,
D. Rekapitulasi Data
Rekapitulasi data adalah proses pengumpulan dan pengelompokkan data
berdasarkan dari nilai kadar atau COG yang telah di tentukan sehinggga di
dapatkan pengelompokkan dimana yang termasuk dari ore, waste, dan bedrock.
Berdasarkan kadar yang telah ditentukan untuk kadar 0,5 - 1,5 termasuk waste >
1,5 termasuk ore dan < 0,5 termasuk bedrock. Setelah dikelompokkan data-data
tersebut maka selanjutnya di rata-rata kan dari tiap pengelompokkan Ni, waste
dan bedrock dari tiap lubang bor, setelah itu ditentukan ketebalan dari tiap
kelompok nya. Contoh hasil rekapitulasi data assay dapat dilihat dari table
berikut :

Komposit
Hole_ID depth_from depth_to ni fe Horizon
Ni Fe
S11237 0 1 1,86 31,03 ore
S11237 1 2 1,84 32,27 ore
S11237 2 3 3,21 22,28 ore
S11237 3 4 3,19 18,73 ore
S11237 4 5 3,28 21,54 ore
2,52 19,80
S11237 5 6 2,93 19,17 ore
S11237 6 7 2,62 15,64 ore
S11237 7 8 2,31 13,85 ore
S11237 8 9 2,21 11,2 ore
S11237 9 10 1,73 12,26 ore
S11237 10 11 1,03 9,87 waste 1,03 9,87
S11237 11 12 0 6,61 bedrock
S11237 12 13 0 5,34 bedrock
S11237 13 14 0 5,72 bedrock 0,00 5,61
S11237 14 15 0 5,21 bedrock
S11237 15 16 0 5,17 bedrock

 Profil laterit pada daerah kajian


BAB III
PERHITUNGAN SUMBERDAYA DENGAN METODA POLIGON

A. Kontruksi Poligon

Metode poligon ini merupakan metode yang sederhana dibandingkan dengan


metode lainnya, karena pada perhitungan sumberdaya endapannya tidak memperhatikan
struktur parsial daerah yang akan diobservasi dan tidak memperhatikan data-data dari
titik-titik bor disekitarnya. Sebelum melakukan perhitungan dengan metode poligon
terlebih dahulu diketahui variabel yang mempengaruhi perhitungan, diantaranya:
 Luas blok/poligon yang akan dihitung.
 Ketebalan endapan bahan galian pada lubang bor yang terletak pada blok yang akan
dihitung cadangan endapannya.
 SG (Spesific Gravity) bahan galian yang terletak pada blok yang akan dihitung
Metode penaksiran ini menggunakan titik data sebagai sentral data yang
mewakili suatu areal tertentu. Metode poligon pada umumnya digunakan dalam
perhitungan cadangan endapan yang relatif homogen dan geometri sederhana. Kadar
pada suatu luasan tertentu ditaksir dengan nilai data yang berada di tengah-tengah
poligon.

B. Prosedur Perhitungan
Prosedur pengerjaan dalam menentukan sumberdaya cadangan Ni sebagai
berikut :
1. Lakukan verifikasi data sekunder berupa data easting, northing dan elevasi titik
persebaran lubang bor dapat digunakan Microsoft Excel
2. Lakukan proses grid data dari Microsoft Excel, data lalu di import ke surpac
10.3 software dalam bentuk dxf
3. Untuk setiap lubang bor ditentukan suatu daerah pengaruh ( stengah spasi bor )
sehingga membentuk poligon persegi
4. Masing-masing daerah atau blok diperlukan sebagai polygon yang memiliki
kadar dengan ketebalan yang konstan yaitu sama dengan kadar dan lubang titik
bor dalam poligon tersebut.
5. Hitung luasan tiap polygon dengan cara mengalikan kedua sisinya
6. Tentukan ketebalan ore setiap lubang bor
7. Hitung volume ore tiap lubang bor dengan cara mengalikan luas polygon dengan
ketebalan ore
8. Hitung tonase ore tiap polygon dengan cara mengalikan volume ore dengan SG
ore (1.2)
9. Jumlahkan tonase ore dari setiap polygon sehingga diperoleh tonase dari
cadangan tersebut

C. Hasil Perhitungan
Adapun hasil perhitungan dalam menentukan cadangan ore Ni dengan metode
polygon diperoleh total tonase 211500 ton (table perhitungan terlampir).
BAB IV
PERHITUNGAN SUMBERDAYA DENGAN METODA PENAMPANG

A. Konstruksi Penampang

Pada prinsipnya, perhitungan sumberdaya dengan menggunakan metoda


penampang ini adalah mengkuantifikasikan sumberdaya dan cadangan pada suatu areal
dengan membuat penampang-penampang yang representatif dan dapat mewakili model
endapan pada daerah tersebut.
Pada masing-masing penampang akan diperoleh luas (m2) dan luas
overburden (m2). Volume dan overburden dapat diketahui dengan mengalikan
luas terhadap jarak pengaruh penampang tersebut. Perhitungan volume tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan 1 (satu) penampang, atau 2 (dua)
penampang, atau 3 (tiga) penampang, atau juga dengan rangkaian banyak
penampang.
a. Dengan menggunakan 1 (satu) penampang.
Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa 1 penampang mempunyai
daerah pengaruh hanya terhadap penampang yang dihitung saja

Gambar 3 Perhitungan Volume Menggunakan Satu Penampang

Volume = (A x d1) + (A x d2)


dimana :
A = luas overburden/ endapan bauksit laterit
d1 = jarak pengaruh penampang ke arah 1
d2 = jarak pengaruh penampang ke arah 2
Volume yang dihitung merupakan volume pada areal pengaruh
penampang tersebut. Jika penampang tunggal tersebut merupakan penampang
korelasi lubang bor, maka akan merefleksikan suatu bentuk poligon dengan
jarak pengaruh penampang sesuai dengan daerah pengaruh titik bor (poligon)
tersebut.
b. Dengan menggunakan 2 (dua) penampang
Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa volume dihitung pada areal
di antara 2 penampang tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah variasi
(perbedaan) dimensi antara kedua penampang tersebut. Jika tidak terlalu
berbeda, maka dapat digunakan rumus mean area & rumus kerucut terpancung,
tetapi jika perbedaannya terlalu besar maka digunakan rumus obelisk.

Gambar 5 Perhitungan Volume Menggunakan Dua Penampang

Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :


Rumus mean area :
Rumus kerucut terpancung :

Rumus obelisk :

c. Dengan menggunakan 3 (tiga) penampang


Metoda 3 (tiga) penampang ini digunakan jika diketahui adanya variasi
(kontras) pada areal di antara 2 (dua) penampang, maka perlu ditambahkan
penampang antara untuk mereduksi kesalahan. Untuk menghitungnya digunakan
rumus prismoida.

Gambar 5 Perhitungan Volume Menggunakan Tiga Penampang


Rumus prismoida :

B. ProsedurPerhitungan

Prosedur pengerjaan menentukan luas hingga mendapatkan tonnage (ton)


sumberdaya Ni dan dengan metode penampang, yakni:
1. Melakukan ploting lubang bor pada surpac sehingga diketahui bentuk sebaran
titik bor
2. Membuat penampang dari setiap baris lubang bor dengan arah timur barat
3. Membagi daerah yang termasuk ore, waste, dan badrock pada tiap-tiap
penampang
4. Menghitung luasan daerah ore, waste dan badrock pada tiap-tiap penampang
secara otomatis pada surpac
5. Melakukan ploting pada penampang dan memasukkan nilai luasannya pada
legenda
6. Gambar penampang hasil plot dilakukan pewarnaan pada ore, waste dan
badrock
7. Menghitung volume dan tonase ore, waste dan badrock dengan menggunakan
metode 2 penampang
8. Menghitung volume dan tonase penampang 1 dan 2, 2 dan 3, 3 dan 4, 4 dan 5, 5
dan 6,6 dan 7 dengan metode 2 penampang
9. Menjumlahkan tonase yang diperoleh dari penampang 1 dan 2, 2 dan 3, 3 dan
4, 4 dan 5, 5 dan 6,6 dan 7 sehingga diperoleh jumlah tonase keseluruhan
sumberdaya

C. Hasil Perhitungan
1. Jumlah ore
Jumlah ore adalah 170062.5 (tabel perhitungan terlampir).
2. Jumlah waste
Jumlah waste adalah 334522.5 (tabel perhitungan terlampir).
3. Jumlah badrock
Jumlah badrock adalah 868125.5 (tabel perhitungan terlampir).
BAB V
PENUTUP

A. Analisis terhadap metode polygon dan metode penampang

Metoda poligon merupakan metoda perhitungan yang konvensional. Metoda


ini umum diterapkan pada endapan-endapan yang relatif homogen dan mempunyai
geometri yang sederhana. Kadar pada suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan
nilai titik bor yang berada di tengah-tengah poligon sehingga metoda ini sering
disebut dengan metoda poligon daerah pengaruh (area of influence). Daerah
pengaruh dibuat dengan membagi dua jarak antara dua titik bor dengan satu garis
sumbu.Dilihat dari aspek-aspek lain, metode estimasi sumberdaya dengan poligon
dikenal untuk kriteria endapan yang relatif homogen dan geometri yang sederhana..
Proses estimasi dari luasan (daerah pengaruh) memiliki pengaruh ke segala arah dan
faktor terpenting yakni ketebalan dari endapan yang berada ditengah dengan
menyesuaikan panjang radius. Metode poligon dianggap kondisi topografi pada
daerah pengujian diasumsikan datar.
Metode penampang menggambarkan kondisi endapan, bijih, tanah penutup
(overburden) pada penampang-penampang vertikal. Perhitungan luas masing-
masing elemen tersebut dilakukan pada masing-masing penampang. Perhitungan
tonase dan volume dilakukan dengan rumus-rumus yang sesuai pada keadaan dan
jumlah penampang.

B. Analisis terhadap perbedaan hasil perhitungan dari metoda polygon dan metode
penampang

Berdasarkan hasil analisis yang telah kami lakukan pada perhitungan


sumberdaya Ni dengan menggunakan dua metode estimasi berupa metode polygon
dan metode penampang diperoleh hasil yang tidak terlalu signifikan perbedaan
angka. Total ore dengan menggunakan metode polygon diperoleh 211.500 ton
sedangkan hasil estimasi dengan metode penampang diperoleh ore 170.062,5 ton.
Perbedaan perbandingan data tonnage ore menunjukkan aplikasi estimasi
sumberdaya dengan metode poligon kurang dari hasil estimasi dengan metode
penampang. Selisih dari estimasi ore Ni dengan menggunakan poligon dan
penampang sebesar ±95625ton. Artinya terdapat galat dari hubungan kedua metode
estimasi tersebut. Metode poligon dan metode penampang memiliki kelebihan dan
kekurangan. Perbedaan mendasar dari hubungan tersebut dikarenakan pada metodee
poligon dianggap kondisi topografi pada daerah pengujian diasumsikan datar,
sedangkan pada metode penampang yang kondisi topografi sesuai dengan dari
litologi dari endapan di lapangan. Selain itu juga, pada metode polygon digunakan
daerah pengaruh pada keempat sisi bagian terluar dari deretan titik bor sejauh
setengah spasi bor, sedangkan pada metode penampang tidak menerapkan hal
tersebut. Sehingga metode polygon akan memiliki nilai estimasi yang lebih tinggi di
bandingkan metode penampang.
Sementara itu, pengerjaan estimasi sumberdaya dengan metode penampang
ini merupakan hasil representatif yang mewakili model endapan pada daerah
pengujian. Metode ini cenderung sederhana apabila dilihat dari proses pengerjaan
dibandingkan dengan metode poligon. Proses estimasi penampang berdasarkan dari
rekonstruksi hubungan penampakan permukaan, geometri endapan dan faktor-faktor
pembatas lainnya. Berbeda dengan metode poligon, ketebalan horison diasumsikan
bersifat kontinu

C. Kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai