kemampuan pelayanan dan aksesibilitas Ngasem ditoleransi adalah 0,90 jika kurang maka
sebagai pusat kegiatan di Kabupaten Kediri. hasilnya tidak mendekati skala yang
Dengan demikian, diperlukan kajian tentang sebenarnya.
kemampuan pelayanan ekonomi dan jangkauan
distribusi (aksesibilitas) pusat kegiatan agar 2. Mengukur aksesibilitas Ngasem
peningkatan pelayaan dalam pengembangan Dalam mengukur aksesibilitas Ngasem dari
wilayah dapat dilakukan dengan dasar yang kuat hinterland, dibutuhkan hasil analisis skalogram
dan jelas. yang berupa jumlah jenis infrastruktur. Dalam
hal ini, jumlah jenis dapat diartikan sebagai
daya tarik antar wilayah yang menggunakan
rumus/model gravitas. Model gravitasi disajikan
II. METODE PENELITIAN
ke dalam rumus sebagai berikut;
A. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam identifikasi
kemampuan pelayanan ekonomi merupakan data
sekunder berupa jumlah sarana pelayanan ekonomi
yang meliputi; toko, industri, pasar, pasar hewan, Keterangan :
hotel, restoran, bank, terminal, dan stasiun. Data = Tingkat aksesibilitas dari wilayah i ke
tersebut diperoleh dari publikasi online tahun 2014 kota j
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kediri = Penduduk wilayah i
(http://kedirikab.bps.go.id/). Sedangkan untuk = Penduduk wilayah j
mengukur aksesibilitas Ngasem, digunakan data = Jarak/waktu tempuh dari wilayah i ke
jarak tempuh (km) dari wilayah hinterland menuju j
Ngasem. Data tersebut diperoleh dari pengukuran = pangkat dari d (umumnya adalah 2)
menggunakan aplikasi google map. = Fungsi (Zi), dengan (Zi) adalah
ukuran daya tarik wilayah dengan
B. Metode Analisis menggunakan ketersediaan fasilitas
1. Identifikasi Kemampuan Pelayanan Ekonomi pelayanan ekonomi dari hasil analisis
Untuk mengetahui kemampuan pelayanan skalogram.
ekonomi Ngasem, digunakan teknik analisis
Untuk mendapatkan nilai aksesibilitas relatif
skalogram dengan indikator infrastruktur
Ngasem, maka perlu dibandingkan dengan
pelayanan ekonomi yang terdiri dari sembilan
kecamatan lain yang memiliki kemampuan
variabel yaitu (1) Toko, (2) Industri (3)
pelayanan yang sama atau lebih baik daripada
Restoran/rumah makan, (4) Bank, (5) Pasar, (6)
Ngsaem.
Pasar Hewan, (7) Hotel, (8) Stasiun, dan (9)
Terminal, dimana unit analisisnya per
kecamatan di Kabupaten Kediri. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis skalogram dilakukan dengan A. Hasil Analisis Kemampuan Pelayanan Ekonomi
menghitung jumlah unit (jumlah infrastruktur) Kemampuan pelayanan ekonomi di Ngasem
dan jumlah jenis infrastruktur pada setiap dinilai relatif baik dengan menempati urutan ke 3
kecamatan. Dengan demikian akan diperoleh dari perbandingan dengan kecamatan lain yang ada
hasil kecamatan dengan kelengkapan di Kabupaten Kediri (Pare ke 1 dan Ngadiluwih ke
infrastruktur baik serta orde perkotaan menurut 2). Dari sembilan infrastruktur yang diteliti,
kemampuan pelayanan ekonominya. Ngasem memiliki 7 (tujuh) jenis infrastruktur
Setelah dilakukan penghitungan skalogram, diantaranya adalah toko, industri, restoran, bank,
keabsahan analisis perlu diukur dengan pasar, pasar hewan, dan terminal. Hasil
penghitungan kesalahan atau coefficient of penghitungan pada analisis skalogram dapat dilihat
reproducibility (CR) dengan persamaan sebagai pada tabel 1.
berikut; Hal ini menandakan bahwa dalam pemenuhan
pelayanan ekonomi, Ngasem berada pada
kelas/orde tertinggi di Kabupaten kediri bersama
Dengan adalah jumlah kesalahan, n adalah Kecamatan Pare, Ngadiluwih dan Wates.
jumlah kecamatan dan k adalah jumlah variabel.
Guttman mengatakan bahwa batas CR yang
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-19
Keterangan :
* : coefficient of reproducibility (CR) B. Hasil Analisis Aksesibilitas Ngasem
Penghitungan aksesibilitas menggunakan beberapa
A : Toko/Kios F : Pasar Hewan variabel diantaranya jumlah penduduk, jarak antara
B : Industri G : Hotel pusat – hinterland, serta daya tarik wilayah yang
C : Restoran/warung H : Terminal dipengaruhi oleh ketersediaan infrastruktur
D : Bank I : Stasiun ekonominya. Berikut contoh penghitungan model
E : Pasar
gravitasi antara Ngasem dengan hinterland Kras;
Hasil penghitungan terhadap keabsahan analisis
skalogram diperoleh angka 0,9 yang artinya analisis
skalogram ini menunjukkan keadaan yang
sebenarnya. Penghitungan CR adalah sebagai berikut;
Aksesibilitas Ngasem relatif baik jika dari segi ketersediaan infrastruktur. Untuk lebih
dibandingkan dengan Pare yang menempati urutan jelasnya aksesibilitas Ngasem dibandingkan Pare
pertama dalam pelayanan ekonomi yang ditinjau disajikan dalam radar chart seperti pada gambar 1.
Mojo
Tarokan 50% Semen
Grogol 45% Ngadiluwih
Banyakan 40% Kras
35%
Ngasem 30% Ringinrejo
25%
Gampengrejo 20% Kandat
15%
10%
Kayen Kidul 5% Wates
NGASEM
0%
PARE
Pagu Ngancar
Papar Plosoklaten
Purwoasri Gurah
Plemahan Puncu
Kunjang Kepung
Badas Kandangan
Pare
Dari grafik tersebut dapat dilihat kesenjangan diukur dari ketersediaan infrstruktur sudah
antara kecamatan hinterland yang diukur dengan memenuhi dan relatif baik dengan aksesibilitas
orientasi terhadap Ngasem dan Pare. Dari Ngasem yang tinggi. Sehingga Ngasem memiliki dasar
didapatkan nilai yang lebih merata di setiap yang kuat untuk dikembangkan menjadi CBD
wilayah hinterland. Artinya kesenjangan di Kabupaten Kediri
aksesibilitas antara wilayah dengan gaya tarik kecil
dan tinggi tidak terlampau jauh. Berbeda dengan
DAFTAR PUSTAKA
orientasi pada kecamatan pare dimana nilai yang
tinggi hanya diperoleh dari aksesibilitas Pare [1] Susanto, A. B. Reinvensi Pembangunan
terhadap Badas, namun jenjang nilai yang jauh Daerah. Jakarta: Esensi (2010)
[2] Wibowo, Rudi dkk. Teori, Konsep, dan
terhadap kecamatan dengan gaya tarik rendah
Landasan Analisis Wilayah. Malang :
seperti Tarokan. Sehingga dapat disimpulkan
Bayumedia Publishing (2004)
aksesibilitas Ngasem relatif baik dalam fungsinya [3] Rustiadi, Ernan dkk. Perencanaan dan
sebagai pusat pelayanan. Pengembangan Wilayah. Jakarta:
Crestpent Press dan Yayasan Obor
IV. KESIMPULAN Indonesia. (2009)
[4] Tambunan, Tulus T. H. Perekonomian
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, Indonesia: Teori dan Temuan Empiris.
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Jakarta: Gralia Indonesia (2001)
[5] Haris, Abdul. Pengaruh Penatagunaan
1. Kemampuan pelayanan ekonomi Ngasem yang
Tanah Terhadap Keberhasilan
ditinjau dari ketersediaan infrastruktur ekonomi Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi.
dinilai relatif baik. Dari penghitungan terhadap Jakarta: Direktorat Tata Ruang dan
26 kecamatan yang ada di Kabupaten Kediri, Pertanahan, Bappenas (2009)
Ngasem menempati urutan ke 3 dengan jumlah [6] Dikun, Suryono. Infrastruktur Indonesia:
unit dan jumlah jenis yang dimiliki masing – Sebelum, Selama, dan Pasca Krisis. Jakarta:
masing (1.247 dan 7). Kemampuan pelayanan Kementerian Negara PPN/Bappenas (2003)
ekonomi Ngasem ditinjau dari ketersediaan [7] Jayadinata, Johara T. Tata Guna Tanah
infrastrukturnya masih dibawah Pare dan Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan &
Ngadiluwih. Wilayah. Bandung: ITB Bandung (1999)
2. Ngasem termasuk pusat kegiatan yang memiliki
aksesibilitas tinggi ditunjukkan relatif kecilnya
kesenjangan antara nilai tertinggi dengan
terendah yang dibandingkan Kecamatan Pare.
3. Secara keseluruhan, kemampuan pelayanan
Ngasem sebagai Pusat Kegiatan Lokal yang