Anda di halaman 1dari 8

APLIKASI RAGAM HIAS JAWA TRADISONAL PADA RUMAH TINGGAL BARU

APLIKASI RAGAM HIAS JAWA TRADISONAL


PADA RUMAH TINGGAL BARU

Danoe Iswanto

ABSTRAKSI Rumah rumah tersebut didesain dengan


Pada masyarakat jawa, susunan konsep modern, tetapi tetap mengaplikasikan
rumah dalam suatu keluarga terdiri dari beberapa bagian dari rumah tradisional joglo.
beberapa bangunan. Di dalam strukturnya Namun pada pelaksanaan pembangunannya
terdiri dari dua yaitu rumah induk dan rumah seringkali nilai atau falsafah dari rumah joglo
tambahan. , rumah joglo tetap harus itu hilang atau sebagai ornamen penghias saja.
dilestarikan dengan pengaplikasian rumah Oleh karena itu, sebagai suatu budaya yang
joglo maupun bagian bagiannya baik dalam merupakan warisan nenek moyang , rumah
bentuk yang utuh maupun dalam skala yang joglo tetap harus dilestarikan dengan
lebih kecil, agar warisan budaya terdisional pengaplikasian rumah joglo maupun bagian
berupa joglo tidak hilang bagiannya baik dalam bentuk yang utuh
Era yang semakin modern membuat maupun dalam skala yang lebih kecil, agar
bangunan jenis ini kurang diminati, selain itu warisan budaya terdisional berupa joglo tidak
dalam pembuatan rumah joglo juga hilang.
memerlukan biaya yang cukup mahal, karena
dalam pengaplikasiannya membutuhkan A. Rumah Tradisional Jawa
banyak kayu berkualitas tinggi, dimana Pada masyarakat jawa, susunan rumah dalam
persediaan kayu semakin menipis dan harga suatu keluarga terdiri dari beberapa bangunan.
kayu yang semakin mahal. Hal demikian yang Di dalam strukturnya terdiri dari dua yaitu
membuat, hanya kalangan tertentu yang dapat rumah induk dan rumah tambahan. Rumah
membangun rumah joglo dengan material induk terdiri dari ruang-ruang :
baru
Rumah Induk
PENDAHULUAN
Rumah tradisional merupakan warisan nenek Pendopo
moyang yang perlu dijaga dan dilestarikan Terletak didepan, bersifat terbuka sebagai
keberadaannya. Dari segi Arsitektural, rumah tempat berkumpulorang banyak atau
tradisional jawa, yaitu rumah joglo merupakan menerima tamu. Bentuk serta ukuran
tempat atau rumah tinggal yang memiliki nilai bangunan pendopo dapat mencerminkan
budaya dan historis yang sangat tinggi kedudukan, pangkat dan derajat pemiliknya.
Dalam perkembagannya, Rumah tradisional Peringgitan
joglo sekarang ini jumlahnya semakin sedikit. Dari kataringgit artinya wayang bangunan ini
Era yang semakin modern membuat bangunan biasanya untuk mengadakan pertunjukan
jenis ini kurang diminati, selain itu dalam wayang. Sedangkan pada penonton laki-laki
pembuatan rumah joglo juga memerlukan duduk di pendopo. Penonton wanita dan anak-
biaya yang cukup mahal, karena dalam anak duduk di dalem.
pengaplikasiannya membutuhkan banyak kayu Dalem
berkualitas tinggi, dimana persediaan kayu Merupakan susunan ruang di dalam rumah
semakin menipis dan harga kayu yang jawa. Fungsi utamanya sebagai ruang
semakin mahal. Hal demikian yang membuat, keluarga. Suasananya tenang dan wibawa.
hanya kalangan tertentu yang dapat Sentong
membangun rumah joglo dengan material Merupakan tiga buah ruang yang berjajar.
baru. Sentong kiwo dan sentong tengen sebagai
Hal yang tersebut diataslah yang menjadi ide ruang tidur dan menyimpan harta benda,
pemikiran dari beberapa bentuk rumah yang sedangkan sentong tengah merupakan tempat
mengambil sebagian kecil rumah joglo, seperti untukpemujaan terhadap Dewi Sri agar
saka guru, blandar tumpang sari, kendhit, dsb. keluarga selalu sejahtera.

90
ENCLOSURE Volume 7 No. 2 Juni 2008
Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman

Bale Roto/kuncung hias yaitu : Flora, Fauna, Alam, Agama dan


Adalah tempat pemberhentian kendaraan atau Anyam anyaman.
kereta untuk menurunkan tamu ke pendopo
Pagongan
Merupakan tempat emperan tempat tamu
sebelum masuk ke dalam pendopo. 1. Flora
Tratag a) Lung-Lungan
Adalah ruang diantara pendopo dan Berasal dari kata Lung yang berarti batang
peringgitan, merupakan tempat kendaraan tumbuhan yang melata dan masih muda
menurunkan penghuni dalem sehingga berbentuk lengkung. Peletakan
Rumah Tambahan Berada pada Balok rumah, pemidangan,
tebeng pintu,jendela,daun pintu, patang aring.
Gandok
Merupakan bangunan di samping kiri dan \
kanan dalem. Gandok wetan ( timur), untuk
tidur anak laki-laki dan Gandok kulon (barat)
untuk tidur anak perempuan.
Diantara dalem dan gandok terdapat taman
pribadi keluarga
Gandri
Adalah ruang makan yang terletak di belakang
sentong, berbentuk seperti emper yang
terbuka, santai dan nyaman b) Saton
Pawon (dapur) dan Pakiwan Berasal dari kata Satu ialah nama jenis
Merupakan ruang pelayanan ( service) terletak makanan berbentuk kotak dengan hiasan
di belakang dekat sumur. daun/bunga. Memiliki Warna dasar: merah
tua, hijau tua; warna lung-lungan: kuning
Bagi masyarakat jawa yang kaya dan emas,sunggingan. Peletakan berada pada
terpandang masih ada beberapa jenis bangunan Tiang bag. Bawah, balok blandar, sunduk,
kecil lainya, yaitu Lumbung tempat padi dan pengeret, tumpang, ander,pengisipada ujung
hasil sawah ladang lainya yang terletak dan pangkal.
disamping kanan atau kiri peringgitan,
Gedongan ( kandang kuda ), kandang
ternak, dan Peranginan yaitu tempat istirahat
orang yang beronda atau jaga malam, terletak
dimuka samping kanan jauh dari pendopo.
Selain itu masih ada Pranji yaitu kandang
hewan piaraan.

B. Ragam hias c) Wajikan


Ragam Hias merupakan suatu bentuk Seperti irisan wajik yang berbentuk belah
tambahan pada suatu bengunan dengan lebih ketupat sama sisi, isinya berupa daun yang
mementingkan estetika dan tanpa memusat/bunga. Memiliki Warna dasar: merah
mempengaruhi fungsi, Namun kepercayaan tua, Warna:
jaman dulu ragam hias memiliki fungsi kuning
filosofis, seperti sebagai penunjuk derajat dari
sang pemilik. Ragam hias pada bangunan
tradisional jawa pun memiliki jenis yang
cukup beragam, peletakannya pun berbeda-
beda. Untuk ragam hias pada pendopo ataupun emas.Peletakan pada Tiang tengah/ titik
bangunan yang lain pada rumah tradisional persilangan kayu/sudut.
jawa, terdapat 5 bentuk ragam hias d) Nanasan
berdasarkan motif yang terdapat pada ragam Wujudnya mirip buah nanas,sering disebut
omah tawon/tawonan. Memiliki warna yang

91
APLIKASI RAGAM HIAS JAWA TRADISONAL PADA RUMAH TINGGAL BARU

cnderung polos. Diaplikasikan pada Kunci Berasal dari bentuk profil singgasana budha
blandar, ditengah dadha peksi. yang berbenyuk bunga padma. Memiliki
Warna polos/ sunggingan, terletak pada Upak,
sebagai alas tiang.

e) Tlacapan
Berasal dari kata tlacap, brupa deretan segi
tiga. Memiliki warna dasar: merah tua, hijau
tua; warna lung-lungan: kuning 2. Fauna
emas,sunggingan. Terletak pada pangkal dan a) Kemamang
ujung balok kerangka bangunan Arti menelan segala sesuatu yang bersifat jahat
yang hendak masuk, memiliki warna polos
atau sunggingan, terletak pada pintu regol.

f) Kebenan
Dari kata keben yaitu tuah berbentuk empat b) Peksi garuda
meruncing bagaimahkota. Memiliki Warna Sebagai lambang pemberantas kejahatan,
dasar: merah tua Warna: kuning emas, terletak memiliki Warna polos/ sunggingan, kuning
pada Kancing blandar tumpang ujung bawah. emas, terletak pada Bubungan, tebeng, pintu
gerbang

c) Ular naga
g) Patron
Dari kata patra yang berarti daun, memiliki
warna polos atau sunggingan, terletak pada
Balok-balok kerangka bangunan, blandar.

Muncul
karena
pengaruh
budaya
india. Memiliki
warna polos/
sunggingan. Terletak pada Bubungan rumah.

h) Padma

92
ENCLOSURE Volume 7 No. 2 Juni 2008
Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman

d) Kepetan
d) Jago Berasal dari kata kepet berarti kipas, agar
Melambangkan kejantanan, keberanian. mendapat penerangan dalam hidup. Memiliki
Memiliki Warna polos/ sunggingan terletak warna polos, terletak pada Diatas pintu utama(
Bubungan rumah. tebeng).

e) Mirong e) Panah
Melambangkan putri mungkur, Maksud agar rumah mendapat keamanan, arah
menggambarkan putri dari belakang. Memiliki panah menuju 1 titik. Memiliki Warna polos,
Warna: merah tua, kuning emas, terletak pada terletak pada Diatas pintu utama( tebeng).
Tiang-tiang bangunan.

3. Alam f) Mega Mendhung


a) Gunungan Berarti awan putih dan hitam, dunia ada yang
Sering disebut kayon yang artinyamirip baik dan buruk. Memiliki Warna: polos,
gunungan, memiliki warna natural, terletak kuning emas, gelap terang. Terletak pada
pada Tengah bubungan rumah. Hiasan tebeng pintu, jendela.

b) Makutha
Dimaksudkan agar raja sebagai wakil tuhan
memberkahi seisi rumah. memiliki warna
natural, terletak pada Bubungan bag. Tengah
atau tepi kanan dan kiri.
g) Banyu Tetes
Menggambarkan tetesan air hujan yang
melambangkan tiada kehidupan tanpa air.
Memiliki Warna: polos, kuning emas, gelap
terang. Terletak pada Blandar, selalu
didampingi dengan patran.

c) Praba
Berasal dari kata praba yang berarti sinar,
memiliki warna emas, terletak pada Tiang
bangunan utama, pada bagian bawah.

4. Anyaman
Tidak memiliki arti tertentu, hanya unutk
keindahan. Memiliki Warna polos, terletak
pada Dinding atau sekat, daun pintu.

93
APLIKASI RAGAM HIAS JAWA TRADISONAL PADA RUMAH TINGGAL BARU

5. Agama
a) Mustaka
Berarti kepala, biasa digunakan untul masjid
dan makam. Memiliki warna polos, terletak
pada Pucak bangunan.

b) Kaligrafi
Berupa tulisan kaligrafi yang bertujuan
mengagungkan nama Tuhan. Memiliki Warna
: merah tua, coklat, kuning. Terletak pada
tiang bangunan, umpak.

94
ENCLOSURE Volume 7 No. 2 Juni 2008
Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman

Analisis Bentuk Dan Ragam Hias


No Jenis ragam hias Ragam Hias Rumah JL. Hasil Analisis
DURIAN RAYA 73A,
BANYUMANIK
1. Pada bagian gerbang utama
rumah ini menggunakan ragam
hias makutha, dengan maksud
agar penghuni rumah selalu
diberkahi tuhan, selain gerbang
utama, ragam hias ini juga
Ragam makutha diletakan pada bubungan dalem
digunakan pada bubungan agung dan rumah utama.
bag. tengah /tepi

Pagar bangunan

Pada bangunan dalem agung dan


rumah utama

2. Pada balok blandar rumah ini


memakai ragam hias saton,
sudah sesuai dengan
penempatan ragam hias saton

ditambahi ukiran/g usah

3. Pintu memiliki ragam hias Ragam Hias pada pintu berupa Tidak sesuai dengan pakem
pada daun pintu dan ragam hias Lung- lungan atau kebiasaan pada rumah
tebeng pintu, yaitu: tradisional jawa, penggunaan
Mega Mendhung ragam hias alam pada pintu
diganti dengan ragam hias flora

Kepetan
Diganti/ditambahi ukiran/g usah

95
APLIKASI RAGAM HIAS JAWA TRADISONAL PADA RUMAH TINGGAL BARU

4. Penggunaan ragam hias Penggunaan ragam hias


makutha pada tepi kanan makutha pada rumah ini tepat
atau kiri atap . sesuai dengan peletakannya

5. Penggunaan mustaka pada Pada bagian pendopo Pada pendopo di puncak atap/
puncak bangunan bangunan terdapat ragam hias
ibadah. mustaka , peletakkan dan
penggunaannya Kurang Tepat,
karena mustaka diletakan pada
bangunan ibadah seperti
mushola

6. Blandar tumpangsari Blandar tumpangsari dihias Pada blandar tumpangsari


dihias dengan cara dipipil, dengan cara dipipil, dan sudah dilakukan penerapan
dan memiliki pipilan memiliki pipilan ragam hias ragam hias yang sesuai, seperti
ragam hias joglo, baik dari joglo, hanya memiliki ragam patran yang dikombinasikan
jenis flora, fauna, alam, hias flora dan anyaman. dengan banyu tetes, dan
dll. anyaman.

Patran

Banyu tetes

7. Umpak pada bangunan joglo Umpak juga menggunakan batu, Pada umpak seharusnya
berupa batu yang tetapi kemudian ditutup dengan dibuat ragam hias, misal
disambungkan dengan soko papan kayu. dengan ragam hias
guru, batu tersebut biasanya kaligrafi untuk menambah
diukir dengan aplikasi ragam unsur estetika
hias joglo.

Ragam hias kaligrafi

96
ENCLOSURE Volume 7 No. 2 Juni 2008
Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman

Kesimpulan yang dapat diambil setelah


menganalisa rumah yang berada di
JL. DURIAN RAYA 73A, BANYUMANIK
adalah:
Beberapa aplikasi ragam hias
digunakan dalam rumah ini, sebagian
besar peletakannya sudah tepat hanya
beberapa yang tidak tepat.
Tidak semua jenis ragam hias
diaplikasikan pada bangunan ini,
karena ada beberapa ragam hias yang
langka
Secara umum penggunaan aplikasi
ragam hias dan penerapan tradisional
jawa pada rumah ini dapat dinilai baik,
sebagai salah satu upaya melestarikan
bangunan tradisional jawa.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzuri (tt): Rumah Tradisional


Jawa;Proyek Pengembangan
Permuseuman DKI Jakarta-
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan;Jakarta
Ismamundar K., R. (1997): Joglo: Arsitektur
Rumah Tradisional Jawa; cet. 5;
Dahara Prize; Semarang
Ronald, Arya (1997); Ciri-ciri karya Budaya
di balik Keagungan Rumah Jawa;
cet.-2; penerbit Univ. atma Jaya;
Yogyakarta
Santosa, Revianto Budi (2000): Omah:
Makna Rumah Jawa; Bentang;
Yogyakarta

97

Anda mungkin juga menyukai