Anda di halaman 1dari 10

1.

Joglo Rumah Adat Jawa Tengah

Sejarah Rumah Joglo


Sebenarnya, nama rumah adat Jawa Tengah tidak hanya Rumah Joglo. Ada 4 bentuk
tempat tinggal tradisional yang ada di Jawa Tengah yaitu bentuk Panggangpe, bentuk
Kampung, bentuk Limasan, dan bentuk Joglo. Bentuk Joglo memang lebih dikenal
dibandingkan dengan bentuk lainnya.
Rumah Joglo, dahulu, merupakan simbol status sosial dan hanya dimiliki oleh orang-
orang yang mampu. Bahan-bahan untuk membuat Joglo memang lebih mahal dan lebih
banyak. Selain membutuhkan biaya, waktu yang diperlukan juga cukup banyak.
Akhirnya, anggapan rumah Joglo hanya boleh digunakan oleh bangsawan, raja, dan
pangeran pun berkembang. Sehingga masyarakat dengan penghasilan rendah tidak berani
untuk membuatnya. Masyarakat dengan penghasilan rendah biasanya akan membuat rumah
Panggangpe, Limasan, atau Kampung yang lebih hemat biaya dan waktu.
Sekarang, rumah Joglo dapat dimiliki oleh berbagai kalangan. Bahan-bahan yang
lebih variatif dengan harga terjangkau sudah banyak dipasarkan. Hal tersebut membuat
pembuatannya menjadi lebih murah dibandingkan dahulu kala.

Bagian dan Fungsi Ruangan


Joglo memiliki bagian-bagian ruangan sesuai dengan fungsinya. Masing-masing
ruang memiliki nama serta pakem posisi yang sejak zaman dahulu hingga sekarang tak
pernah berubah, yaitu :
a. Pendapa
Merupakan bagian paling depan Joglo yang mempunyai ruangan luas tanpa sekat. Ruang
ini sering digunakan sebagai tempat pertemuan untuk acara besar bagi penghuninya.
Pendopo biasanya terdapat soko guru, soko pengerek dan tumpang sari.
b. Pringgitan
Bagian ini merupakan penghubung antara Pendopo dan rumah Dalem. Fungsi Pringgitan
biasanya dijadikan sebagai ruang tamu. Bagian ini dengan Pendopo biasanya dibatasi
Sekat dan dengan Dalem dibatasi gebyok.
c. Dalem
Tempat ini sering digunakan sebagai ruang santai keluarga. Karena fungsinya bagi
keluarga, maka Dalem bersifat privasi serta tak setiap tamu diperbolehkan memasukinya.
d. Sentong
Merupakan tempat istirahan alias kamar bagi pemilik rumah dan keluarga. Besar dan
jumlah Sentong tergantung banyaknya anggota keluarga penghuni Joglo tersebut.
e. Gandok
Gandok memiliki dua bagian, yakni Gandok Kiwo (kiri) dan Gandong Tengen (kanan).
Terletak di samping kanan dan kiri atau terletak dibagian belakang rumah. Tempat ini
dalam bahasa modern bisa disebut sebagai gudang dimana dijadikan tempat menyimpan
barang-barang pemilik rumah maupun dijadikan sebagai lumbung tempat menyimpan
bahan makanan.
2. Kasepuhan Rumah Adat Jawa Barat

Sejarah Rumah Adat Kasepuhan


Rumah Adat Jawa Barat Kasepuhan adalah keraton atau istana yang didirikan oleh
Pangeran Cakrabuana pada 1527. Pembangunan dari keraton ini adalah untuk perluasan dari
keraton Pakungwati. Sedangkan Pangeran Cakrabuana adalah putra dari Pabu Siliwangi yang
merupakan raja dari Kerajaan Padjajaran.

Bagian dan Fungsi Ruangan


1. Pintu gerbang utama
Gerbang utama dari pintu keraton terdapat dua bagian, yaitu bagian utara dan selatan.
Pintu gerbang utama bagian selatan disebut dengan kreteg pangwarit. Gerbang ini
hanyalah berupa suatu jembatan. Sedangkan gerbang utama bagian selatan disebut
dengan lawangsanga yang berarti pintu sembilan
2. Bangunan pancaratna
Bangunan ini terdapatdi bagian barat keraton. Fungsi dari bangunan pancaratna adalah
sebagai ruang atau gedung serba guna. Bangunan ini mengharap ke arah pembesar desa
yang akan diterima oleh wedana atau demang
3. Bangunan pangrawit
Bangunan kasepuhan ini disebut juga dengan pancaniti. Arti dari panca adalah lima mata
atau lima atasan. Bangunan ini terletal di komples bagian depan kiri dan menghadap ke
arah utara .
Bangunan ini memiliki 3 macam fungsi. Fungsi yang pertama adalah sebagai tempat
pelatihan para prajurit kerajaan. Fungsi kedua adalah tempat berteduh atau hanya sekedar
beristirahat. Untuk fungsi yang ketiga adalah sebagai tempat pengadilan.
3. Jooglo Rumah Adat Jawa Timur

Sejarah Rumah Adat Joglo Jawa Timur


Rumah Joglo, dahulu, merupakan simbol status sosial dan hanya dimiliki oleh orang-
orang yang mampu. Bahan-bahan untuk membuat Joglo memang lebih mahal dan lebih
banyak. Selain membutuhkan biaya, waktu yang diperlukan juga cukup banyak.
Akhirnya, anggapan rumah Joglo hanya boleh digunakan oleh bangsawan, raja, dan
pangeran pun berkembang. Sehingga masyarakat dengan penghasilan rendah tidak berani
untuk membuatnya. Masyarakat dengan penghasilan rendah biasanya akan membuat rumah
Panggangpe, Limasan, atau Kampung yang lebih hemat biaya dan waktu.
Sekarang, rumah Joglo dapat dimiliki oleh berbagai kalangan. Bahan-bahan yang
lebih variatif dengan harga terjangkau sudah banyak dipasarkan. Hal tersebut membuat
pembuatannya menjadi lebih murah dibandingkan dahulu kala

Bagian dan Fungsi Ruangan


Bagian-bagian ruangan dari Rumah Joglo banyak mencirikan keunikan khas sebagai
rumah adat Jawa Timur. Diantara keunikannya tersebut yakni sebagai berikut :
1. Pendopo
Pendopo adalah bagian khas depan dari rumah adat Jawa Timur dengan halaman yang
sangat luas. Pada bagian pendopo ini sering dilakukan pertemuan dengan warga dalam
rangka musyawarah dan berdiskusi.
Pendopo juga digunakan untuk membahas acara adat atau hajatan-hajatan tertentu.
Dengan ini, pendopo memiliki banyak fungsi sebagai wujud terdepan rumah adat Jawa
Timur.
Ciri khas dari pendopo ini adalah bangunannya yang sangat megah dengan ruangan yang
sangat luas tanpa sekat. Terdapat pilar-pilar penyangga di setiap sisi dan sudutnya.
Empat pilar utama penyangga yang ada di tengah dinamakan saka guru dan mewakili
keempat arah mata angin. Bentuk pendopo ini adalah bujur sangkar dengan bahan-bahan
berkualitas tinggi yang digunakan pada bagian atap.
2. Pringgitan Sebagai Lorong Masuk
Pringgitan terletak di antara pendopo dan omah jero (rumah dalam) dan difungsikan
sebagai jalan masuk pada rumah bagian dalam. Wujud pringgitan terlihat seperti serambi
berbentuk tiga persegi.
Serambi-serambi tersebut menghadap ke arah pendopo dan menjadi komponen tersendiri
yang dapat menarik tamu yang sedang berkunjung. Lorong ini juga kerap digunakan
sebagai tempat pertunjukan wayang kulit.
3. Emperan Sebagai Teras Untuk Bersantai
Emperan merupakan sebuah teras di depan pendopo yang digunakan untuk bersantai-
santai. Selain itu, emperan juga difungsikan sebagai tempat untuk menerima tamu dan
kegiatannya lainnya. Biasanya dalam emperan terdapat sepasang kursi kayu dan meja.
Lebar emperan hanya sekitar 2 meter saja.
4. Omah Njero Yang Privatif
Omah njero atau dikatakan sebagai “rumah dalam” adalah bagian ruangan khusus di
bagian dalam sebagai tempat untuk bersantai bagi keluarga. Sebutan selain omah njero
adalah omah mburi, dalam ageng, atau omah saja. Karena sifatnya yang privatif, tidak
semua tamu dibolehkan masuk pada ruangan ini.
Omah njero juga dilengkapi dengan penyekat atau pembatas antar ruangan berupa papan
kayu, dan bukan terbuat dari dinding. Penampilannya sangat unik karena ada banyak
kursi dan atribut-atribut lain yang menghiasi pada ruangan ini. Omah njero juga
merupakan akses jalan masuk menuju senthong (kamar khusus).
5. Senthong Kiwa Sebagai Wilayah Ruangan Sebelah Kiri
Nama senthong dapat diartikan lain sebagai kamar. Sehingga demikian, senthong kiwa
merupakan sebutan lain dari wilayah beberapa ruangan yang berada di sebelah kiwa
(kiri).
Senthong kiwa terdiri dari berbagai macam ruangan yang dapat difungsikan sebagai
kamar tidur, gudang, atau tempat menyimpan persediaan makanan. Desain ruangan-
ruangan senthong kiwa lebih menarik, karena kebanyakan dibuat sebagai kamar pribadi.
6. Senthong Tengah Sebagai Wilayah Sakral
Senthong tengah merupakan wilayah ruangan yang terletak di tengah bagian dalam.
Sebutan senthong tengah juga dapat diartikan lain sebagai pedaringan, krobongan, atau
boma.
Letak ruangan ini berada jauh di dalam rumah dan berjarak sangat jauh dari pringgitan.
Senthong tengah digunakan untuk menyimpan benda-benda berharga seperti keris, emas,
dan harta-harta berharga lainnya
Banyak orang yang menyebut senthong sebagai wilayah sakral karena erat digunakan
sebagai tempat menyimpan barang-barang pusaka. Ruangan yang dianggap sakral ini
biasanya diberi penerangan yang baik di siang hari maupun malam hari. Selain itu, juga
diberi bantal, kasur, cermin, serta sisir rambut yang dibuat dari bahan berupa tanduk.
7. Senthong Tengen Sebagai Wilayah Ruangan Sebelah Kanan
Sama halnya dengan senthong kiri, senthong kanan juga merupakan wilayah ruangan
yang terdiri atas berbagai ruangan, namun terletak di sebelah kanan. Kamar-kamar di
senthong kanan juga dapat difungsikan sebagai kamar tidur, gudang, atau tempat
menyimpan persediaan makanan.
Selayaknya dengan senthong kiri, senthong kanan juga didesain dengan sangat indah,
karena juga banyak difungsikan sebagai tempat istirahat.
8. Gandhok Sebagai Gudang
Gandhok dalam bahasa modernnya adalah gudang. Ruangan ini terdiri dari dua bagian,
yakni Gandok kiwo (kiri) dan Gandok tengen (kanan) yang tersebar di belakang rumah.
Gudang ini juga didesain dengan unsur Jawa yang sangat melekat pada tiang dan
atapnya. Gandhok pada umumnya difungsikan sebagai gudang tempat menyimpan
barang atau lumbung tempat menyimpan bahan makanan.
4. Betang Rumah Adat Kalimantan

Sejarah Rumah Adat Betang


Rumah Panjang/Rumah Betang bagi masyarakat Dayak tidak saja sekadar ungkapan
legendaris kehidupan nenek moyang, melainkan juga suatu pernyataan secara utuh dan
konkret tentang tata pamong desa, organisasi sosial serta sistem kemasyarakatan, sehingga
tak pelak menjadi titik sentral kehidupan warganya. Sistem nilai budaya yang dihasilkan dari
proses kehidupan rumah panjang, menyangkut soal makna dari hidup manusia; makna dari
pekerjaan; karya dan amal perbuatan; persepsi mengenai waktu; hubungan manusia dengan
alam sekitar; soal hubungan dengan sesama. Dapat dikatakan bahwa rumah betang
memberikan makna tersendiri bagi masyarakat Dayak. Rumah betang adalah pusat
kebudayaan mereka karena disanalah seluruh kegiatan dan segala proses kehidupan berjalan
dari waktu ke waktu.
Rumah betang memang bukan sebuah hunian mewah dengan aneka perabotan
canggih seperti yang diidamkan oleh masyarakat modern saat ini. Rumah betang cukuplah
dilukiskan sebagai sebuah hunian yang sederhana dengan perabotan seadanya. Namun,
dibalik kesederhanaan itu, rumah betang menyimpan sekian banyak makna dan sarat akan
nilai-nilai kehidupan yang unggul. Tak dapat dimungkiri bahwa rumah telah menjadi simbol
yang kukuh dari kehidupan komunal masyarakat Dayak. Dengan mendiami rumah betang
dan menjalani segala proses kehidupan di tempat tersebut, masyarakat Dayak menunjukkan
bahwa mereka juga memiliki naluri untuk selalu hidup bersama dan berdampingan dengan
warga masyarakat lainnya. Mereka mencintai kedamaian dalam komunitas yang harmonis
sehingga mereka berusaha keras untuk mempertahankan tradisi rumah betang ini. Harapan ini
didukung oleh kesadaran setiap individu untuk menyelaraskan setiap kepentingannya dengan
kepentingan bersama. Kesadaran tersebut dilandasi oleh alam pikiran religio-magis, yang
menganggap bahwa setiap warga mempunyai nilai dan kedudukan serta hak hidup yang sama
dalam lingkungan masyarakatnya.
Rumah betang selain sebagai tempat kediaman juga merupakan pusat segala kegiatan
tradisional warga masyarakat. Apabila diamati secara lebih saksama, kegiatan di rumah
panjang menyerupai suatu proses pendidikan tradisional yang bersifat non-formal. Rumah
betang menjadi tempat dan sekaligus menjadi sarana yang efektif bagi masyarakat Dayak
untuk membina keakraban satu sama lain. Di tempat inilah mereka mulai berbincang-bincang
untuk saling bertukar pikiran mengenai berbagai pengalaman, pengetahuan dan keterampilan
satu sama lain. Hal seperti itu bukanlah sesuatu yang sukar untuk dilakukan, meskipun pada
malam hari atau bahkan pada saat cuaca buruk sekalipun, sebab mereka berada di bawah satu
atap. Demikianlah pengalaman, pengetahuan dan keterampilan diwariskan secara lisan
kepada generasi penerus. Dalam suasana kehidupan rumah panjang, setiap warga selalu
dengan sukarela dan terbuka terhadap warga lainnya dalam memberikan petunjuk dan
bimbingan dalam mengerjakan sesuatu. Kesempatan seperti itu juga terbuka bagi kelompok
dari luar rumah panjang

Bagian dan Fungsi Ruangan

1. Pusat atau poros bangunan di mana tempat orang berkumpul melakukan berbagai macam
kegiatan baik itu kegiatan keagaman, sosial masyarakat dan lain-lain maka ruang los,
harus berada ditengah bangunan.
2. Ruang tidur, harus disusun berjajar sepanjang bangunan Betang. Peletakan ruang tidur
anak dan orang tua ada ketentuan tertentu di mana ruang tidur orang tua harus berada
paling ujung dari aliran sungai dan ruang tidur anak bungsu harus berada pada paling
ujung hilir aliran sungai, jadi ruang tidur orang tua dan anak bungsu tidak boleh diapit
dan apabila itu dilanggar akan mendapat petaka bagi seisi rumah.
3. Bagian dapur harus menghadap aliran sungai, menurut mitos supaya mendapat rezeki.
4. Tangga. Tangga dalam ruangan rumah adat Betang harus berjumlah ganjil, tetapi
umumnya berjumlah 3 yaitu berada di ujung kiri dan kanan, satu lagi di depan sebagai
penanda atau ungkapan rasa solidaritas menurut mitos tergantung ukuran rumah,
semakin besar ukuran rumah maka semakin banyak tangga.
5. Pante adalah lantai tempat menjemur padi, pakaian, untuk mengadakan upacara adat
lainnya. Posisinya berada didepan bagian luar atap yeng menjorok ke luar. Lantai pante
terbuat dari bahan bambu, belahan batang pinang, kayu bulatan sebesar pergelangan
tangan atau dari batang papan.
6. Serambi adalah pintu masuk rumah setelah melewati pante yang jumlahnya sesuai
dengan jumlah kepala keluarga. Di depan serambi ini apabila ada upacara adat kampung
dipasang tanda khusus seperti sebatang bambu yang kulitnya diarit halus menyerupai
jumbai-jumbai ruas demi ruas.
7. Sami berfungsi ruang tamu sebagai tempat menyelenggarakan kegiatan warga yang
memerlukan.
8. Jungkar. Tidak seperti raungan yang pada umumnya harus ada. Sementara Jungkar
sebagai ruan tambahan di bagian belakang bilik keluarga masing-masing yang atapnya
menyambung atap rumah panjang atau adakalanya bumbung atap berdiri sendiri tapi
masih merupakan bagian dari rumah panjang. Jungkar ditempatkan di tangga masuk atau
keluar bagi satu keluarga, agar tidak mengganggu tamu yang sedang bertandang. Jungkar
yang atapnya menyambung pada atap rumah panjang dibuatkan ventilasi pada atap yang
terbuka dengan ditopang/disanggah kayu yang sewaktu hujan atau malam hari dapat
ditutup kembali

Anda mungkin juga menyukai