Anda di halaman 1dari 4

Susunan kabinet Wilopo

Masa bakti : 3 April 1952-30 Juli 1953 (didemisionerkan pada tanggal 3 Juni 1953)

No Jabatan Nama Menteri Partai Politik

Perdana Menteri Wilopo PNI


1
Wakil Perdana Menteri Prawoto Mangkusasmito Masyumi

Wilopo
(sampai dengan 29 April 1952)[3]

2 Menteri Luar Negeri PNI


Mukarto
(sampai dengan 29 April 1952)

3 Menteri Dalam Negeri Mohammad Roem Masyumi

Hamengkubuwono IX Independen
(sampai dengan 2 Juni 1953)[4]

4 Menteri Pertahanan
Wilopo PNI
(sejak 2 Juni 1953)

5 Menteri Kehakiman Lukman Wiriadinata PSI

6 Menteri Penerangan Arnold Mononutu PNI

7 Menteri Keuangan Sumitro Djojohadikusumo PSI

8 Menteri Pertanian Mohammad Sardjan Masyumi

9 Menteri Perdagangan Sumanang PNI

10 Menteri Perhubungan Djuanda Independen


11 Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Suwarto PKRI

12 Menteri Perburuhan Iskandar Tedjasukmana Partai Buruh

Anwar Tjokroaminoto PSII


(sampai dengan 11 Mei 1953)[5]

13 Menteri Sosial
Pandji Suroso Parindra
(sejak 19 Mei 1953)[6]

14 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bahder Djohan Independen

15 Menteri Agama Fakih Usman Masyumi

16 Menteri Kesehatan J. Leimena Parkindo

17 Menteri Negara Urusan Pegawai [7] Pandji Suroso Parindra


(sampai dengan 11 Mei 1953)[6]

Runtuhnya Kabinet Wilopo


Kesulitan yang dihadapi Kabinet Wilopo adalah adanya gerakan separatisme di sejumlah daerah, adanya
peristiwa 17 Oktober 1952 mengenai gerakan sejumlah perwira Angkatan Darat yang menekan Presiden
Soekarno agar membubarkan parlemen, dan peristiwa Tanjung Morawa di Sumatra Utara.

Peristiwa Tanjung Morawa terjadi karena pemerintah sesuai dengan persetujuan KMB mengizinkan
pengusaha asing untuk kembali mengusahakan tanah-tanah perkebunan. Pada masa Kabinet Sukiman, Mr.
Iskaq Cokroadisuryo (menteri dalam negeri) menyetujui dikembalikan tanah Deli Planters Vereenging
(DPV) yang sudah bertahun-tahun ditinggalkan pemiliknya. Namun, selama ditinggalkan oleh pemiliknya,
tanah tersebut digarap oleh para petani.

Penyerahan kembali tanah tersebut dilaksanakan pada masa Kabinet Wilopo. Polisi pada tanggal 16 Maret
1953 mengusir para penggarap tanah yang tidak memiliki izin. Akibatnya terjadilah bentrokan senjata dan
lima orang petani terbunuh. Peristiwa-peristiwa tersebut mendapatkan sorotan yang tajam dari pers
maupun dari parlemen. Sidik Kertapati dari Serikat Tani Indonesia (Sakti) mengajukan mosi tidak percaya
terhadap Kabinet Wilopo. Akhirnya pada tanggal 2 Juni 1953 Wilopo mengembalikan mandat kepada
presiden.
Latar Belakang Terbentuknya Kabinet Wilopo

Pada tanggal 1 Maret 1952 Presiden Soekarno menunjuk Sidik Djojosukarto (PNI) dan
Prawoto Mangkusasmito (Masyumi) menjadi formatur untuk membentuk. sebuah kabinet
yang kuat dan mendapat dukungan cukup dari parlemen. Usaha kedua formatur tersebut
untuk membentuk kabinet yang kuat menemui kagagalan, sebab tidak memperoleh
persesuaian pendapat. Menurut Sidik, usaha-usaha membentuk kabinet terhalang oleh usul
Prawoto yang menunjuk calon menteri dari Masjumi hanya dari kelompok Natsir. Sidik lebih
suka bila semua kelompok dalam Masjumi diwakili. Tetapi Prawoto berpendapat bahwa
kegagalan itu disebabkan oleh perbedaan pendapat antara ia dan Sidik mengenai
interpretasi apa yang dimaksud dengan “kabinet yang kuat”. Pada tanggal 18 November
kedua formatur itu mengembalikan mandatnya dan Presiden Soekarno tanggal 19
November menunjuk Mr. Wilopo (PNI) sebagai formatur baru. Akhirnya setelah berusaha
selama 2 minggu, pada tanggal 30 Maret Mr. Wilopo mengajukan susunan kabinetnya yang
terdiri atas : PNI, dan Masyumi masing-masing jatah 4 orang, PSI 2 orang, PKRI (Partai
Katholik Republik Indonesia), Parkindo (Partai Kristen Indonesia), Parindra (Partai Indonesia
Raya), Partai Buruh, dan PSII masing–masing 1 orang dan golongan tak berpartai 3 orang.
Kabinet ini resmi dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 85 Tahun 1952 tanggal
1 April 1952.

Program Kerja[sunting | sunting sumber]


Organisasi Negara[sunting | sunting sumber]

1. Melaksanakan pemilihan umum untuk dewan konstituante dan dewan-dewan daerah


2. Menyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi daerah
3. Menyederhanakan organisasi pemerintah pusat

Kemakmuran[sunting | sunting sumber]

1. Memajukan tingkat penghidupan rakyat dengan meningkatkan produksi nasional,


termasuk bahan makanan rakyat
2. Melanjutkan usaha perubahan agraria
Keamanan[sunting | sunting sumber]
Menjalankan berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah keamanan dengan kebijaksanaan
sebagai negara hukum dan menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan negara serta
mengembangkan tenaga masyarakat untuk menjamin keamanan dan ketenteraman

Perburuhan[sunting | sunting sumber]


Memperlengkapkan perundang-undangan perburuhan untuk meninggikan derajat kaum buruh
guna menjamin proses perekonomian nasional

Pendidikan[sunting | sunting sumber]


Mempercepat usaha-usaha perbaikan untuk pembaharuan pendidikan dan pengajaran

Luar Negeri[sunting | sunting sumber]

1. Mengisi politik luar negeri yang bebas dan aktif dengan aktifitas yang sesuai dengan
kewajiban bangsa Indonesia dalam kekeluargaan bangsa-bangsa dan sesuai dengan
kepentingan nasional menuju perdamaian dunia
2. Menyelenggarakan hubungan antara Indonesia dengan Belanda yang sebelumnya
berdasarkan asas unie-statuut menjadi hubungan berdasarkan perjanjian internasional
biasa, mempercepat peninjauan kembali persetujuan hasil Konferensi Meja Bundar,
serta meniadakan perjanjian-perjanjian yang pada kenyataannya merugikan rakyat dan
negara
3. Memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia dalam waktu
sesingkat-singkatnya

Anda mungkin juga menyukai