Anda di halaman 1dari 8

Kabinet Natsir [1] [2] adalah kabinet pertama yang dibentuk setelah pembubaran negara Republik

Indonesia Serikat, dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kabinet ini
bertugas sejak tanggal 6 September 1950 hingga 20 Maret 1951.
Pada masa kabinet ini, terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah Indonesia dan masalah
keamanan di dalam negeri, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, dan
Gerakan RMS. Perundingan masalah Irian Barat juga mulai dirintis, tetapi mengalami jalan
buntu. Pada tanggal 22 Januari 1951, parlemen menyampaikan mosi tidak percaya dan
mendapat kemenangan sehingga pada tanggal 21 Maret 1951, Perdana Menteri Natsir
mengembalikan mandatnya kepada Presiden. Penyebab lainnya adalah diterimanya
mosi Hadikusumo yang mengusulkan dibubarkannya seluruh DPRDyang telah terbentuk.
Menurut pemerintah, mosi tersebut tidak mungkin dilaksanakan karena alasan yuridis formil.

Daftar isi

 1Susunan kabinet

 2Catatan Kaki

 3Program Kabinet

 4Lihat pula

 5Referensi

 6Pranala luar

Susunan kabinet[sunting | sunting sumber]


Masa bakti : 6 September 1950-27 April 1951 (didemisionerkan pada tanggal 20 Maret 1951

No Jabatan Nama Menteri Partai Politik

Perdana Menteri Mohammad Natsir Masyumi


1
Wakil Perdana Menteri Hamengku Buwono IX Non partai

2 Menteri Dalam Negeri Assaat Non partai

3 Menteri Luar Negeri Mohammad Roem Masyumi

4 Menteri Keamanan Rakyat Abdul Halim


(sampai dengan 17 Desember 1950) Non partai
[3]

Mohammad Natsir Masyumi


(ad-interim, sejak 17
Desember 1950)

5 Menteri Kehakiman Wongsonegoro PIR

Faksi
6 Menteri Penerangan M. A. Pellaupessy
Demokratik

7 Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara Masyumi

8 Menteri Perindustrian dan Perdagangan Sumitro Joyohadikusumo PSI

9 Menteri Pertanian Tandiono Manu PSI

Menteri Pekerjaan Umum dan


10 Herman Johannes PIR
Rekonstruksi

11 Menteri Sosial F. S. Haryadi Partai Katolik

12 Menteri Perhubungan Djuanda Kartawidjaja Non partai

13 Menteri Kesehatan Johannes Leimena Parkindo

14 Menteri Agama Wahid Hasyim Masyumi

15 Menteri Tenaga Kerja Panji Suroso Parindra

16 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bahder Djohan Non partai

Harsono Tjokroaminoto
17 Menteri Negara [4] (sampai dengan 31 Desember 1950) PSII
[5]

Catatan Kaki[sunting | sunting sumber]


1. ^ Kabinet Natsir dibentuk dengan Keputusan Presiden RI Nomor 9 Tahun 1950 tanggal 6
September 1950.
2. ^ Dengan Keputusan Presiden RI Nomor 43 Tahun 1951 tanggal 21 Maret 1951, Kabinet
Natsir demisioner sejak 21 Maret 1951.

3. ^ Dengan Keputusan Presiden RI Nomor 2A Tahun 1951 tertanggal 9 Januari 1951, Abdul
Halim berhenti menjabat sebagai Menteri Pertahanan mulai tanggal 17 Desember1950 karena
alasan kesehatan.

4. ^ Jabatan ini ditiadakan bersama-sama pemberhentian Harsono Tjokroaminoto.

5. ^ Dengan Keputusan Presiden RI Nomor 65 Tahun 1950 tertanggal 20


Desember 1950, Harsono Tjokroaminoto berhenti menjabat sebagai Menteri Negara mulai
tanggal 31 Desember 1950 karena partainya (PSII) keluar dari kabinet.

Program Kabinet[sunting | sunting sumber]


 Mempersiapkan dan menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk Dewan Konstituante
dalam waktu yang singkat.

 Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan Pemerintahan serta membentuk


peralatan Negara yang bulat berdasarkan Pasal 146 di dalam Undang-Undang Dasar
Sementara 1950.

 Menggiatkan berbagai usaha untuk mencapai keamanan dan ketenteraman.

 Mengembangkan dan memperkokoh kekuatan perekonomian rakyat sebagai dasar bagi


pelaksanaan kegiatan perekonomian nasional yang sehat serta melaksanakan keragaman
dan kesamarataan hak antara buruh dan majikan.

 Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas berbagai usaha untuk


meningkatkan kualitas manusia dalam hal kesehatan dan kecerdasan.

 Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang dan pemulihan mantan anggota-anggota


tentara dan gerilya ke dalam masyarakat.

 Memperjuangkan dan mengusahakan penyelesaian masalah perebutan wilayah Irian


Barat dalam waktu yang singkat.

 Kabinet Natsir
 A. Terbentuknya Pemerintah berdasarkan UUDS 1950
 Dalam kurun waktu 9 tahun tepatnya pada tahun 1950-1959 setelah negara Indonesia
menjadi sebuah negara kesatuan banyak hal yang terjadi di tubuh pemerintahan
Indonesia. Pada tahun 1950 UUDS (undang-undang sementara) mulai di berlakukan
sebagai pengganti Undang-undang yang sebebulmnya yaitu Undang-undang
berdasarkan konstitusi RIS. Selama 9 tahun telah terjadi pergantian kabinet, sehingga
dapat dikatakan kabinet itu belum bisa untuk melakukan progaram kerjanya karena
waktu yang dimiliki sangat relatif pendek. Dalam pemerintahan berdasarkan UUDS
tahun 1950 adalah pemerintahan dengan bentuk parlementer yang dalam menjalankan
kabinetnya di pemerintahan posisinya tergantung parlemen sehingga jatuh bangunnya
kabinet tergantung oleh Parlemen.[1]
 Pada tabggal 27 Desember 1949, negeri Belanda secara resmi menyerahkan
kedaulatan atas Indonesia, tidak termasuk Papua, kepada RIS, sebuah negara federal
yang hanya bertahan secara utuh selama beberapa minggu saja. Ada beberapa
sentimen pro-republik di negara-negara federal yang didirikan oleh Belanda.[2]
 Tanggal 23 Januari 1950 Westerling dan sekitar 800 orang serdadunya merebut
tempat-tempat penting di Bandung, tetapi komisaris tingginya mendesak agar mundur
pada hari itu juga.[3] Hari berikutnya, Westerling merencanakan untuk menyerang
kabinet RIS. Serdadu-serdadu Westerling memasuki Jakarta, namun dapat dipukul
mundur. Pada bulan Februari, Westerling meninggalkan Indonesia.
 Setelah ditangkapnya beberapa pemimpin Pasundan yang dicurigai sebagai bagian
dari komplotan Westerling mendorong parlemen negara bagian meminta pada tanggal
27 Januari 1950 agar Pasundan dibubarkan. Sampai akhir bulan Maret sebagian besar
negara federal yang kecil telah memutuskan untuk membubarkan diri dan bergabung
dengan republik. Kabinet Hatta merasa dibawa oleh suatu gelombang persatuan dan
dipaksa melakukan persiapan-persiapan legislatif.
 Pada bulan Mei dibentuklah suatu kabinet baru Indonesia Timur dengan tujuan
membubarkan negara itu dan melebur diri kedalam sebuah negara kesatuan Indonesia.
Akhirnya pada saat peringatan ulang tahun proklamasi kemerdekaan yang kelima
pada tanggal 17 Agustus 1950 semua struktur konstitusional semasa tahun-tahun
revolusi secara resmi dihapuskan. Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi Republik
Indonesia, serta di dalamnya terdapat negara-negara Sumatra Timur serta Indonesia
Timur digantikan oleh suatu Republik Indonesia yang baru, yang memiliki konstitusi
kesatuan (namun bersifat sementara).
 Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi
parlementer yang bersifat Liberal. Demokrasi liberal yang dilakasanakan oleh bangsa
Indonesia menganut sistem parlementer barat. Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi
yang mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang - Undang Dasar Sementara
(UUDS) tahun 1950. Pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan mentri ( kabinet )
yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen
( DPR ). Perdana Mentri merupakan kepala negara, serta kebinet bertanggung jawab
kepada perdana mentri.
 Sistem politik pada masa demokrasi liberal yang bebas telah mendorong lahirnya
partai-partai politik, karena dalam sistem kepartaian menganut sistem multi partai.
Konsekuensi logis dari pelaksanaan sistem politik demokrasi liberal parlementer barat
dengan sistem multi partai yang dianut, maka partai-partai inilah yang menjalankan
pemerintahan melalui perimbangan kekuasaan dalam parlemen dalam tahun 1950 –
1959, PNI dan Masyumi merupakan partai yang terkuat dalam DPR, dan dalam waktu
lima tahun ( 1950 -1955 ) PNI dan Masyumi silih berganti memegang kekuasaan
dalam empat kabinet.
 B. Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Kabinet Natsir
 1. Pembentukan Kabinet Natsir
 Dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 1950 sampai 1955 terdapat empat kabinet
yang bergantian memerintah pemerintahan Indonesia. Mulai dari kabinet Natsir, lalu
berturut-turut kabinet Sukiman, kabinet Wilopo, dan kabinet Ali Sastroamidjojo. Dan
dari kabinet-kabinet tersebut tidak ada kabinet yang dapat melaksakan progamnya
karena adanya kelompok oposisi yang saling menjatuhkan. Dalam setiap kabinet,
kebanyakan menterinya merupakan orang yang ahli dalam bidangnya, dan didukung
dengan koalisi partai.
 Kabinet Natsir memerintah dari tanggal 6 September 1950 sampai tanggal 21 Maret
1951 adalah kabinet koalisi dengan berintikan partai Masyumi. Akan tetapi PNI tidak
mendapat kedudukan dalam kabinet ini, kebanyakan dari kabinet ini adalah orang-
orang dari partai Masyumi, walaupun didalam menterinya terdapat orang-orang non
partai.
 Impian dari Natsir sendiri adalah kabinet yang dipimpinnya bersifat nasionalisme
dengan koalisi dari berbegai partai. Namun hal ini tidak dapat terlaksanakan karena
adanaya perebutan kursi didalam susunan menteri didalam kabinet antana PNI dan
Masyumi. Sehingga terjadi ketidak senangan dari pihak PNI sehingga adanya
kesulitan untuk mengajak PNI masuk kedalam kabinetnya.
 Dalam hal ini Natsir berpendapat bahwa partainya mempunyai lebih banyak hak
dibanding partai lainnya. Namun PNI tidak setuju dengan hal tersebut karena baginya
semua partai juga berhak atas kedudukan didalam pemerintah. Tuntutan dari pihak
PNI yaitu agar orang-orang yang menduduki jabatan sebagai menteri dalam negeri,
menteri luar negeri dan menteri pendidikan. Dalam hasil dari perundingan PNI
bersetia melepas menteri luar negri diisi oleh orang Masyumi dan menteri pendidikan
untuk partai lain. Namun keinginan PNI untuk mendapat kursi jabatan dalam negri
harus pupus setelah ditentukkan menteri dalam negri harus diserahkan kepada partai
Masyumi. Hal ini dianggap dari pihak PNI tidak adil, karna perdana menteri sendiri
sudah dipegang oleh partai Masyumi.
 Selain mendapat kecaman dari pihak partai lain, kabinet Natsir juga mendapat
kencaman dari partai sendiri yaitu Masyumi. Kencaman itu ditujukan untuk keputusan
konggres Desember 1949 yang melarang ketua umum partai untuk menjadi menteri.
Sebenarnya maksud dari isi konggres ini adalah adanya pengkonsolodasi partai,
namun diubah oleh Dewan Partai di Bogor tanggal 3 sampai 6 Juni 1950 banha sistem
federal tidak dapat dipertahankan lagi. Supaya keputusan konggres ini tidak terlalu
dilanggar, maka Natsir dinonaktifkan dari ketua umum partai Masyumi.dan
digantikan oleh Jusuf Wibisono.
 2. Pelaksanaan Kabinet Natsir
 Progam-progam kerja dari kabinet Natsir yang penting ialah :
 1. menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman;
 2. mencapai konsolidasi dan menyempurnakan sususnan pemerintahan;
 3. menyempurnakan organisasi Angkatan Perang dan pemulihan bekas anggota-
anggota tentara dan gerilya kedalam masyarakat;
 4. memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat secepatnya;
 5. mengembangkan dan memperkuat kekuatan ekonomi rakyat sebagai dasar untuk
melaksanakan ekonomi nasional yang sehat. [4]
 6. Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk Konstituante
dalam waktu yang singkat,
 7. Mebantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas usaha-usaha
meninggikan derajat kesehatan dan kecerdasan rakyat.
 Adapun susunan menteri dalam kabinet Natsir yaitu :
No. Jabatan Nama Menteri Partai Politik

1. Perdana Menteri Mohammad Natsir Masyumi


2. Wakil Perdana Menteri Hamengkubuwono IX -
3. Menteri Luar Negri Mr. Mohammad Roem Masyumi
4. Menteri Dalam Negeri Mr. Assaat -
5. Menteri Pertahanan Dr. Abdul Halim -
6. Menteri Kehakiman Wongsonegoro PIR
7. Menteri Penerangan Pellaupessy Demokrat
8. Menteri Keuangan Syifruddin Masyumi
Prawiranegara -
9. Menteri Pertanian Tandiono Manu PSI
10. Menteri Perdagangan dan Dr. Sumitro PSI
Perindustrian Djojohadikusumo -
12. Menteri Perhubungan Ir. Djuanda -
12. Menteri Pekerjaan Umum dan Ir. H. Johannes PIR
Perindustrian
13. Menteri Perburuhan R. P. Suroso Parindra
14. Menteri Sosial F. S. Harjadi Katholik
15. Menteri Pendidikan, Pengjaran dan Dr. Bahser Djohan -
Kebudayaan
16. Menteri Agama K.K. A. Wahis Hasyim Masyumi
17. Menteri Kesehatan Dr. Johannes Leimena Parkindo
18. Menteri Negara Harsono PSII
Tjokroaminoto
 Catatan:
 1. Pada tanggal 8 Desember 1950 Abdul Halim mundur karena alasan kesehatan,
perannya digantikan oleh Hamengku Buwono IX
 2. Pada tanggal 18 Desember 1950 mundur karena partainya (PSII) keluar dari
kabinet

 Kebijakan luar negeri dari kabinet Natsir ini adalah bebas dan netral, walaupun dalam
kenyataanya masih bisa dibilang condong ke negara-negara Barat. Pada bulan
September 1950, Indonesia diterima sebagai anggota PBB. Pemerintahan Natsir
mengalami keuntungan ekonomi yang terjadi karena perang Korea,yaitu naiknya
harga komoditi. Hal ini membuat adanya pendapat tentang ekspor dan bea ekspor dari
para politisi yang berkuasa dipemerintahan. Namun menteri perekonomian pada saat
itu yaitu Syaffrudin Prawinegara menolak menggunakan hal-hal semacam itu untuk
mendapatkan keuntungan. Kabinet Natsir lebih berkonsentrasi pada pemulihan
kembali perekonomian dan pemuliahan keamanan negara.[5]
 Kabinet Natsir sering disebut dengan Kabinet “dagang sapi” dengan sifat tawar
menawar. Dalam hal ini yang dimaksud politik “dagang sapi” ini mencari yang ideal
dalam membentuk kabinet koalisi. Natsir mendapat kesulitan dari partai-partai yang
mempunyai wakil didalam kabinetnya karena ada pula kencaman dari dalam parlemen
terhadap kabinet. Diantara beberapa tuntutan dari partai itu sendiri seperti
diadakannya tindak lanjut terhadap kabinet dan bahkan ada yang meminta untuk
membubahkan kabinet Natsir ini.[6]
 Sifat tawar-menawar dari pembentukan kabinet Natsir ini hanya akan memperpanjang
waktu dan memperlambat pembentukan kabinet. Sehingga terkadang banyak parti
yang belum siap dengan calon menterinya. Selain itu pemilihan menteri juga
didasarkan pada sifat suka tidak suka yang lebih bersifat keindividualan. Sehinggal
hal ini membuat banyak diantara menteri yang menjadi menteri dulu baru
memperdalam bidang yang bersangkutan yang diberikan kepada menteri ini.
 Sukiman berpendapat terhadap kabinet Natsir merupakan zaken kabinet, karena
bukan kabinet yang terdiri dari berbagai partai politik. Sehingga membuat sifat koalisi
yang diminta oleh Presiden dalam kabinet tidak terlaksana dengan baik, dan sistem
koalisi juga tidak dapat dipertahankan.
 Adanya campur tangan Presiden dan Tentara dalam kabinet Natsir. Walaupun peran
Presiden tidak terlalu menonjol, namun beliau sering melakukan pembicaraan dengan
waki-wakil partai didalam forum. Sedangkan keikut sertaan tentara dalam kabinet ini,
seperti tuntutan dari tentara yang menginginkan adanya pergantian menteri pertahanan
yang diganti oleh otrang nonpartai. Sehingga Natsir tidak mampu untuk menolak
masalah itu.
 Permasalahan yang sangat penting didalam kabinet Natsir yaitu tentang Irian Barat.
Perundingan yang dilakuakan antara Indonesia dan Belanda pada tanggal 4 Desember
1950 tidak berjalan dengan baik. Dan hal ini membuat opsi tidak percaya dari pihak
lain. Krisis ditambah lagi ketika Hadikusumo dari partai PNI sekitar pencabutan PP
No. 39/1950 tentang pemilihan anggota perwakilan daerah supaya lebih demokratis.

 C. Penyebab Runtuhnya Kabinet Natsir
 Dalam sebuah negeri yang masih menunjukkan adanya kemiskinan, rendahnya tingkat
pendidikan, dan tradisi- tradisi otoriter, maka banyak hal bergantung pada kearifan
dan nasib baik kepemimpinan negeri itu. Akan tetapi, sebagian sejarah bangsa
Indonesia sejak tahun 1950 merupakan kisah tentang kegagalan rentetan pimpinan
untuk memenuhi harapan- harapan tinggi yang ditimbulkan oleh keberhasilan
mencapai kemerdekaan. Akan tetapi, pada tahun 1957, percobaan demokrasi pertama
ini telah mengalami kegagalan, korupsi tersebar luas, kesatuan wilayah negara
terancam, keadilan sosial belum tercapai, masalah- masalah ekonomi belum
terpecahkan, dan banyak harapan yang ditimbulkan oleh Revolusi tidak terwujud.[7]
 Suatu ketidakefisienan dalam suatu pemerintahan pastilah terjadi. Program- program
yang telah direncanakan oleh pemerintah dan disusun dengan sebaik- baiknya, bisa
saja dalam pelaksanaannya terjadi suatu ketimpangan. Atau bisa juga semua
persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan sudah sangat demikian baiknya, namun
masih adanya ketidakpuasan yang dialami oleh masyarakat.
 Sistem pemerintahan yang pernah ada di Indonesia tentunya pernah mengalami suatu
masa kejayaan. Akan tetapi, setelah kejayaan tersebut diraih sesuai dengan siklus
sejarah maka suatu pemerintahan akan mengalami suatu penurunan hingga tibalah
saat- saat keruntuhannya. Begitu pula dengan kabinet Natsir, setelah berhasil
memimpin dan menata Indonesia, ada beberapa hal yang menjadi penyebab runtuhnya
kabinet Natsir.
 Penyebab jatuhnya kabinet Natsir dikarenakan kegagalan kabinet ini dalam
menyelesaikan masalah Irian Barat dan adanya mosi tidak percaya dari PNI
menyangkut pencabutan peraturan pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS.
 Kabinet natsir didimisioner sejak 21 Maret 1951 dan mengundurkan diri setelah DPR
menerima mosi S. Hadikusumo tentang pencabutan PP Nomor 39/1950 tentang
pembekuan DPRD. Menteri Asaat ( Menteri Dalam Negeri) tidak menyetujui mosi
tersebut dan kabinet sependapat dengan Asaat, maka kemudian mengundurkan diri.
Kabinet Natsir mengundurkan diri karena tidak mau menerima mosi DPR, walaupun
Kabinet belum di jatuhi Mosi Tidak Percaya dari DPR ini menjadi sifat dari Kabinet-
kabinet pada masa UUDS 1950, walaupun sistem yang dianut oleh UUDS 1950
adalah perlementer, dimana parlemen dapat menggulingkan Kabinet, tetapi sepanjang
1950-1959 kabinet tidak hanya mosi tidak percaya , tetapi suara-suara luar kabinet
sudah menyebabkan Kabinet mengundurkan diri.

Anda mungkin juga menyukai