7 KABINET
NAMA KELOMPOK :
1. KABINET NATSIR
● Periode Menjabat
Kabinet Natsir adalah kabinet pertama yang dibentuk setelah bubarnya Republik
Indonesia Serikat dan kembali menjadi NKRI.
Kabinet ini berjalan selama periode 6 September 1950 sampai 27 April 1951 dipimpin
oleh Mohammad Natsir.
● Susunan Kabinet
Masa bakti : 6 September 1950-27 April 1951 (didemisionerkan pada tanggal 20 Maret 1951)
No Jabatan Nama Mentri Partai Politik
● Program Kerja
1. Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk
Dewan Konstituante dalam waktu yang singkat.
2. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan serta
membentuk peralatan negara yang bulat berdasarkan Pasal 146 dalam
UUD Sementara 1950.
3. Menggiatkan berbagai usaha untuk mencapai keamanan dan ketentraman
Mengembangkan dan memperkokoh kekuatan perekonomian rakyat
sebagai dasar bagi pelaksanaan.
4. Kegiatan perekonomian nasional yang sehat serta melaksanakan keragaman dan
kesamarataan hak antara buruh dan majikan Membantu pembangunan
perumahan rakyat.
5. Serta memperluas berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas dalam bidang
Kesehatan dan kecerdasan Menyempurnakan organisasi Angkatan perang
dan pemulihan.
6. Mantan anggota-anggota tentara dan gerilya ke dalam masyarakat.
7. Memperjuangkan dan mengusahakan penyelesaian masalah perebutan
wilayah Irian Barat dalam waktu yang singkat.
2. KABINET SUKIMAN
● Periode Menjabat
Kabinet Sukiman-Suwirjo merupakan kabinet kedua setelah pembubaran negara
Republik Indonesia Serikat. Kabinet ini diumumkan pada 26 April 1951 dan bertugas
pada masa bakti 27 April 1951 hingga 23 Februari 1952.
● Susunan Kabinet
● Program Kerja
Kabinet Sukiman memiliki tujuh program kerja utama yang disampaikan kepada
parlemen pada tanggal 28 April 1951. Program kerja tersebut adalah:
1. Menjalankan tindakan-tindakan tegas sebagai negara hukum untuk
menjamin keamanan dan ketentraman, serta menyempurnakan organisasi
alat-alat kekuasaan negara.
2. Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangka
pendek untuk mempertinggi sosial ekonomi rakyat, membaharui hukum agraria
sesuai kepentingan petani, dan mempercepat usaha penempatan bekas pejuang
dalam lapangan pembangunan.
3. Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentuk konstituante
dan menyelenggarakan pemilu dalam waktu singkat.
4. Mempercepat otonomi daerah.
5. Menyiapkan undang-undang tentang Pengakuan Serikat Buruh dan Perjanjian
Kerja Sama (collectieve arbeidsovereenkomst).
6. Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk perdamaian,
menyelenggarakan hubungan Indonesia-Belanda atas dasar Unite Statuut
menjadi hubungan berdasarkan perjanjian internasional, mempercepat
peninjauan kembali persetujuan KMB dan meniadakan perjanjian yang
merugikan negara dan rakyat, serta memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah
Republik Indonesia secepatnya.
7. Meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan rakyat.
3. KABINET WILOPO
● Periode Menjabat
Mr. Wilopo (21 Oktober 1909 – 20 Januari 1981) adalah Perdana Menteri Indonesia ke-
7 yang menjabat pada 3 April 1952 - 30 April 1953 dan memimpin kabinet yang
dikenal dengan nama Kabinet Wilopo.
● Susunan Kabinet
Masa bakti : 3 April 1952-30 Juli 1953 (didemisionerkan pada tanggal 3 Juni 1953)
● Program Kerja
1. Organisasi Negara
● Melaksanakan pemilihan umum untuk dewan konstituante
dan dewan-dewan daerah
● Menyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi daerah
● Menyederhanakan organisasi pemerintah pusat
2. Kemakmuran
● Memajukan tingkat penghidupan rakyat dengan meningkatkan
produksi nasional, termasuk bahan makanan rakyat
● Melanjutkan usaha perubahan agrarian
3. Keamanan
Menjalankan berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah keamanan dengan
kebijaksanaan sebagai negara hukum dan menyempurnakan organisasi alat-alat
kekuasaan negara serta mengembangkan tenaga masyarakat untuk menjamin
keamanan dan ketenteraman
4. Perburuhan
Memperlengkapkan perundang-undangan perburuhan untuk meninggikan
derajat kaum buruh guna menjamin proses perekonomian nasional
5. Pendidikan
Mempercepat usaha-usaha perbaikan untuk pembaharuan pendidikan dan
pengajaran
6. Luar Negeri
A. Mengisi politik luar negeri yang bebas dan aktif dengan aktifitas
yang sesuai dengan kewajiban bangsa Indonesia dalam
kekeluargaan bangsa-bangsa dan sesuai dengan kepentingan
nasional menuju perdamaian dunia
B. Menyelenggarakan hubungan antara Indonesia dengan Belanda yang
sebelumnya berdasarkan asas unie-statuut menjadi hubungan
berdasarkan perjanjian internasional biasa, mempercepat peninjauan
kembali persetujuan hasil Konferensi Meja Bundar, serta
meniadakan perjanjian-perjanjian yang pada kenyataannya
merugikan rakyat dan negara
C. Memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam wilayah Republik
Indonesia dalam waktu sesingkat-singkatnya
6. Menteri Kesehatan FL Tobing & Dr. Lei Kiat Teng S.K.I & PSI
11. Menteri Pekerjaan Umum Prof. Ir. Rooseno & PIR &
dan Tenaga Mohammad Hasan Independet
17. Menteri Perekonomian Dr. Iskak Tjokroadisurjo & PNI & PIR
Prof. Ir. Rooseno
18. Menteri Dalam Negeri Prof. Dr. Mr. Hazairin, PIR, NU &
Zainul Arifin, Soenarjo Independen
● Program Kerja
Kabinet Ali Sastroamidjojo 1 memiliki beberapa program kerja yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat, memperkuat kedaulatan negara, dan menjalin
kerjasama internasional. Berikut ini adalah beberapa program kerja kabinet ini:
1. Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif serta menuju perdamaian
dunia. Kabinet ini berhasil mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung
pada April 1955 yang menghasilkan Dasasila Bandung sebagai pedoman
hubungan antara negara-negara baru merdeka. Kabinet ini juga berhasil
menandatangani
Perjanjian Persahabatan dengan Jepang pada Januari 1955 yang mengakhiri
perang antara kedua negara dan membuka kerjasama ekonomi.
2. Mengubah hubungan Indonesia-Belanda atas dasar Unie-Statuut menjadi
hubungan internasional biasa. Kabinet ini menuntut agar Belanda menyerahkan
Irian Barat kepada Indonesia sesuai dengan hasil Konferensi Meja Bundar pada
tahun 1949. Kabinet ini juga menolak rencana Belanda untuk membentuk
Negara Papua Barat yang dianggap sebagai bentuk neo-kolonialisme.
3. Mengatur hubungan antara pusat dan daerah dengan memberikan otonomi yang
luas kepada daerah-daerah. Kabinet ini mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I dan Daerah-Daerah
Tingkat II yang membagi Indonesia menjadi 10 provinsi dan 91 kabupaten/kota.
Kabinet ini juga mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1954 tentang
Pembentukan Daerah Istimewa Aceh yang memberikan hak-hak khusus kepada
Aceh dalam bidang agama, adat, pendidikan, dan perekonomian.
4. Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan melaksanakan program-program
pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya. Kabinet ini mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1953 tentang Pokok-Pokok Perpajakan
yang mengatur sistem perpajakan nasional yang adil dan efisien. Kabinet ini
juga mengeluarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954 tentang Pokok-
Pokok Pertanian yang mengatur pengelolaan tanah, irigasi, koperasi, dan
kredit
pertanian. Selain itu, kabinet ini juga berusaha untuk meningkatkan pendidikan,
kesehatan, kebudayaan, dan olahraga rakyat.
4. Menteri Luar Negeri Ide Anak Agung Gde Agung Partai Nasional
Indonesia
Sosialis
● Program Kerja
Kabinet Burhanuddin Harahap memiliki beberapa program kerja utama, antara lain:
1. Menyelenggarakan pemilihan umum pertama di Indonesia pada 29 September
1955. Pemilu ini diikuti oleh 28 partai politik dan 2 organisasi perjuangan.
Hasil pemilu menunjukkan bahwa tidak ada satu partai pun yang
mendapatkan mayoritas suara. Partai Masyumi mendapat suara terbanyak
untuk DPR, sedangkan PNI mendapat suara terbanyak untuk Konstituante.
2. Menyelesaikan masalah Irian Barat, yang masih dikuasai oleh Belanda.
Kabinet ini mengirim delegasi ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk
memperjuangkan hak Indonesia atas wilayah tersebut. Kabinet ini juga
mengadakan konferensi dengan Belanda di Jenewa pada November 1955,
tetapi tidak menghasilkan kesepakatan.
3. Menanggulangi pemberontakan DI/TII, yang dipimpin oleh Kartosuwiryo.
Kabinet ini mengambil langkah-langkah militer dan politik untuk menumpas
gerakan separatis ini. Kabinet ini juga mengeluarkan Undang-Undang
Darurat No. 12 Tahun 1955, yang memberikan wewenang kepada pemerintah
untuk menetapkan daerah-daerah tertentu sebagai daerah darurat militer.
4. Melaksanakan program pembangunan ekonomi dan sosial, seperti memperbaiki
sistem perpajakan, mengembangkan industri nasional, meningkatkan produksi
pertanian, dan menyediakan fasilitas kesehatan dan pendidikan bagi rakyat.
● Program Kerja
Kabinet Ali Sastroamidjojo 2 memiliki beberapa program kerja utama, antara lain :
1. Menyelenggarakan Konstituante untuk menyusun konstitusi baru
yang menggantikan UUDS 1950.
2. Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan cara diplomasi melalui Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB).
3. Melanjutkan pembangunan ekonomi nasional dengan mengembangkan
sektor pertanian dan industri.
4. Menjaga stabilitas politik dan keamanan nasional dengan
mengatasi pemberontakan regional dan gerakan separatis.
5. Meningkatkan hubungan luar negeri dengan negara-negara sahabat, terutama
negara-negara Asia-Afrika.
● Program Kerja
Program kerja Kabinet Djuanda adalah sebagai berikut :
1. Membentuk Dewan Nasional sebagai lembaga perwakilan rakyat sementara
yang bertugas untuk menyusun konstitusi baru.
2. Melaksanakan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menetapkan kembali UUD
1945 sebagai dasar negara dan mengakhiri demokrasi liberal.
3. Menyelenggarakan pemilihan umum sesuai dengan UUD 1945 setelah
konstitusi baru disahkan oleh Dewan Nasional.
4. Menumpas pemberontakan regional di Sumatera dan Sulawesi dengan cara
politik dan militer.
5. Melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan asing, terutama
Belanda, yang menguasai sektor ekonomi strategis, seperti minyak, perkebunan,
perbankan, dan perdagangan.
6. Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan mengembangkan sektor pertanian,
industri, koperasi, dan transmigrasi.
7. Mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah Indonesia dengan
menyelesaikan masalah Irian Barat, yang masih dikuasai oleh Belanda,
melalui jalur diplomasi atau konfrontasi.
8. Meningkatkan hubungan luar negeri dengan negara-negara sahabat, terutama
negara-negara Asia-Afrika yang baru merdeka, serta menjaga sikap nonblok
dalam Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.