Anda di halaman 1dari 7

A.

    Pengertian Kabinet Ali Sastroamidjojo 1


Kabinet pertama Ali Sastroamidjojo, sering disebut juga sebagai Kabinet Ali
Sastroamidjojo-Wongsonegoro atauKabinet Ali Sastroamidjojo-Wongsonegoro-Zainul
Arifin, adalah kabinet keempat setelah pembubaran negara Republik Indonesia Serikat yang
memerintah pada masa bakti 30 Juli 1953 - 12 Agustus 1955, sesuai dengan Keputusan Presiden
RI Nomor 132 Tahun 1953 tertanggal 30 Juli 1953.
B.     Kronologis Pembentukan Kabinet Ali Sastroamijoyo I
Karena krisis Pemerintahan yang berkepanjangan di Indonesia, tentu saja hal ini berimplikasi
kepada tidak adanya kestabilan Pemerintahan. Indonesia mengalami dinamika kabinet yang
turun naik dan bahkan mengalami jatuh bangun. Kemudian pada tanggal 3 Juni 1953, Perdana
Menteri Wilopo kemudian mengembalikan mandatnya kepada Presiden sebagai akibat dari
peristiwa Tanjung Morowa, sehingga kabinet saat itu dinyatakan demisioner. Kabinet Ali
Sastroamijoyo I inilah yang kemudian menjadi pengganti dari Kabinet Wilopo. Kabinet Ali
Sastroamijoyo I ini yang mengisi kekosongan yang terjadi selama 58 hari setelah ditinggal oleh
Kabinet Wilopo.
Pada saat itu, untuk mengisi jabatan Perdana Menteri ditunjuklah Ali Sastroamijoyo yang
kala itu menjabat sebagai Duta Besar Indoensia untuk Amerika Serikat. Sebenarnya pada saat itu
Ali sendiri juga masih merasa ragu dengan penunjukan tersebut. Hal ini karena Ali
Sastroamijoyo merasa belum diajak berbicara secara langsung oleh partainya terkait
pembentukan Kabinet, terlebih Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Namun pada akhirnya Ali
Sastroamijoyo bersedia menduduki jabatan perdana menteri setelah didesak oleh Ketua Umum
PNI pada masa itu yaitu Sidik Joyosukarto. 
Dari situ kemudian Presiden pada tanggal 30 Juli 1953 mengumumkan pembentukan Kabinet
Ali Sastroamijoyo I yang kemudian disahkan keberadaannya dengan Keputusan Presiden RI No.
132 Tahun 1953 tertanggal 30 Juli 1953. Setelah keadminitrasian negara dicukupkan kemudian
Kabinet Ali Sastroamijoyo I segera diresmikan dan Ali Sastroamijoyo dilantik sebagai Perdana
Menteri pada tanggal 12 Agustus 1953 di Istana Negara. Dalam susunan Kabinet Ali
Sastroamijoyo I ini, Masyumi sebagai partai terbesar ke dua tidak masuk dalam struktur,
kemudian dalam hal ini, NU atau Nahdlatul Ulama mengambil alih sebagai kekuatan politik baru
di Indonesia. Selain itu, ada juga tokoh yang memiliki simpati kepada PKI juga dimasukkan ke
dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Kemudian ditambah lagi dengan adanya Muh Yamin yang
dianggap sayap kiri dijadikan sebagai Menteri Pendidikan.
C.    Susunan Kabinet
Masa bakti : 30 Juli 1953-12 Agustus 1955
N Partai
Jabatan Nama Menteri
o Politik
Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo[2] PNI
Wongsonegoro
1 PIR
Wakil Perdana Menteri (sampai dengan 23 Oktober 1954)[3]
Zainul Arifin NU
2 Menteri Luar Negeri R. Sunarjo PNI
Prof. Dr. Mr. Hazairin
PIR
(sampai dengan 23 Oktober 1954)[4]
Zainul Arifin
3 Menteri Dalam Negeri (sejak 23 Oktober 1954-19 NU
November 1954)[5]
Soenarjo
Independen
(sejak 19 November 1954)[6]
Dr. Iskak Tjokroadisurjo
PNI
(sampai dengan 8 November 1954)[7]
4 Menteri Perekonomian
Prof. Ir. Rooseno
PIR
(sejak 8 November 1954)
5 Menteri Keuangan Dr. Ong Eng Die PNI
[8]
6 Menteri Pertahanan Iwa Kusumasumantri  Progresif
7 Menteri Kehakiman Djody Gondokusumo PRN
8 Menteri Penerangan FL Tobing S.K.I.
9 Menteri Perhubungan Abikusno Tjokrosujoso
PSII
(sampai dengan 14 September 1953)[9]
Prof. Ir. Rooseno
(sejak 29 September 1953-23 PIR
Oktober 1954)[10][11]
Ali Sastroamidjojo PNI
(sejak 23 Oktober-19 November 1954)
Dr. A.K. Gani
Independen
(sejak 19 November 1954)[12]
Prof. Ir. Rooseno
PIR
Menteri Pekerjaan Umum (sampai dengan 12 Oktober 1953)[13]
10
dan Tenaga Mohammad Hasan
Independen
(sejak 12 Oktober 1953)[13]
11 Menteri P.P. dan K. Mohammad Yamin Independen
12 Menteri Perburuhan Sutan Muchtar Abidin Partai Buruh
13 Menteri Pertanian Sadjarwo BTI
14 Menteri Agama K.H. Masjkur NU
FL Tobing
(ad interim sejak 1 Agustus 1953-12 S.K.I.
15 Menteri Kesehatan Oktober 1953)[14]
dr. Lie Kiat Teng
PSI
(sejak 12 Oktober 1953)
16 Menteri Sosial Pandji Suroso Parindra
Sudibjo
PSII
(sampai dengan 14 September 1953)[9]
Wongsonegoro
Menteri Urusan
17 (sejak 29 September 1953-23 PIR
Kesejahteraan Negara
Oktober 1954)[3]
Zainul Arifin
NU
(sejak 23 Oktober 1954)[5]
Mohammad Hanafiah
NU
(sampai dengan 19 November 1954)[15]
18 Menteri Urusan Agraria
I Gusti Gde Rake
PRN
(sejak 19 November 1954)

D.    Program Kabinet


1.      Dalam Negeri
a.       Keuangan
1)      Memperbaharui tatanan politik untuk mengembalikan keamanan dan ketenteraman, sehingga
memungkinkan tindakan-tindakan yang tegas serta membangkitkan tenaga rakyat
2)      Menyempurnakan hubungan antar alat-alat kekuasaan Negara
b.      Pemilihan Umum
Segera melaksanakan pemilihan umum untuk dewan konstituante dan Dewan Perwakilan
Rakyat
c.       Kemakmuran dan Keuangan
1)      Menitikberatkan politik pembangunan dengan berbagai usaha untuk kepentingan rakyat jelata
2)      Memperbaharui perundang-undangan agraria sesuai dengan kepentingan petani dan rakyat
kota
3)      Mempercepat usaha penempatan bekas pejuang dan kaum pengangguran terlantar untuk
terlibat dalam lapangan pembangunan
4)      Memperbaiki pengawasan penggunaan uang negara
d.      Organisasi Negara
1)      Memperbaharui politik desentralisasi dengan cara menyempurnakan perundang-undangan dan
mengusahakan pembentukan daerah otonomi menuju tingkatan terbawah
2)      Menyusun aparatur pemerintahan yang efisien serta pembagian tenaga yang rasionil dengan
mengusahakan perbaikan taraf penghidupan pegawai

3)      Memberantas korupsi dari birokrasi


e.       Perburuhan
Melengkapkan perundang-undangan perburuhan untuk mencapai kembali ketenagakerjaan
sebesar-besarnya
f.       Perundang-Undangan
Mempercepat terbentuknya perundang-undangan nasional terutama dalam bidang keamanan,
kemakmuran, keuangan dan kewarganegaraan
2.      Politik Luar Negeri
1)      Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk menuju perdamaian dunia
2)      Menyelenggarakan hubungan antara Indonesia dengan Belanda yang sebelumnya berdasarkan
asas unie-statuut menjadi hubungan berdasarkan perjanjian internasional biasa, mempercepat
peninjauan kembali persetujuan hasil Konferensi Meja Bundar, serta meniadakan perjanjian-
perjanjian yang pada kenyataannya merugikan rakyat dan negara
3)      Memperjuangkan dan mengusahakan kembali integrasi Irian Barat ke dalam kekuasaan
wilayah Republik Indonesia dalam waktu sesingkat-singkatnya
3.      Kebijaksanaan Pemerintah
Mengusahakan penyelesaian terhadap berbagai perselisihan politik yang tidak dapat
diselesaikan dalam kabinet dengan menyerahkan keputusannya kepada parlemen
E.     Kemunduran Kabinet Ali Sastroamijoyo I
Sama seperti nasib dari kabinet-kabinet sebelumnya, pada akhirnya Kabinet Ali
Satroamijoyo I pun kemudian berakhir dengan mengundurkan diri. Alasan pengunduran ini
adalah karena banyak sekali masalah yang tidak bisa diatasi dengan baik. Memang pada saat itu
banyak sekali terutama masalah seperti pemberontakan yang terjadi di daerah-daerah. Selain itu,
masalah korupsi yang semakin meningkat dan kemunduran ekonomi sehingga menurunkan
tingkat kepercayaan dari masyarakat juga semakin memperkeruh keadaan. Berbagai masalah
lainnya juga menjadi alasan utama, seperti masalah Irian Barat, Pemilu bahkan juga skandal
korupsi di tubuh PNI sendiri juga menjadi alasan utama.
NU, tidak puas terhadap kinerja kabinet di segala lini, baik secara personel, di bidang
ekonomi dan keamanan yang didalamnya terdapat konflik antara NU dan PNI. Sehingga pada
puncaknya pada tanggal 20 Juli NU mengutus para menteri yang ada di dalam kabinet untuk
mengundurkan diri dan keluar dari Kabinet. Tindakan NU ini kemudian diikuti oleh parta-partai
lainnya. Keadaan lemahnya Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini kemudian mendorong Masyumi
untuk menggulirkan mosi tidak percaya pada bulan Desember mengenai ketidakpercayaan pada
kebijakan Pemerintah. Melihat keadaan kabinet yang tak kondusif ini, PKI kemudian meredam
kecaman-kecaman terhadap korupsi dan masalah ekonomi sebagai imbalan atas perlindungan
PNI. Ali Sastroamijoyo sendiri kemudian mengembalikan mandatnya pada tanggal 18 Juni.
Kemudian karena dukungan dari DPR tidak mencukupi, empat hari kemudian Ali pun
mengunfurkan diri dan Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini mengembalikan mandatnya pada tanggal
24 Juli 1955.

Anda mungkin juga menyukai