Disusun Oleh :
Dinayatin Umaroh 041611433028
Ekonomi Islam
Universitas Airlangga
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
2018
1
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT. Karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya Saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tapat waktu. Saya memohon maaf apabila kepenulisan
dalam paper Saya masih jauh dari kata sempurna. Saya mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Noven selaku dosen Mata Kuliah Lembaga Keuangan Syariah yang memberi arahan
dalam mengerjakan tugas paper tentang “Akad Istishna Pada Pembiayaan Pembangunan
Rumah Di Bank Syariah Mandiri”. Saya berharap paper ini dapat menambah wawasan Saya
mengenai materi yang diangkat menjadi topik utama dalam paper ini, serta dapat menjadi
referensi yang bermanfaat bagi para pembaca.
Dengan ini Saya mempersembahkan paper ini dengan penuh rasa terima kasih dan
harapan semoga makalah Saya bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Dinayatin Umaroh
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
sesuai dengan syariah.
Produk pembiayaan ini diantaranya adalah pembiayaan jual-beli istishna yaitu
transaksi jual-beli dengan pesanan, dimana pihak pembeli memesan suatu barang
kepada pihak penjual untuk dibuatkan baginya, dan mengenai pembayarannya dapat
dilakukan dimuka sekaligus, bertahap sesuai dengan progress pengerjaan, atau dicicil
dalam jangka panjang, semua dapat diatur sesuai dengan perjanjian.
Pembiayaan atas dasar pesanan, seperti pembiayaan konstruksi/manufaktur
merupakan salah satu skim pembiayaan bank syariah yang dipergunakan untuk objek
atau barang yang diperjual-belikan belum ada. Kasus ini sering kali ditemui pada proses
pembangunan rumah, atau gedung, usaha konveksi, dan lain-lain.
Pada pembiayaan istishna, nasabah selaku pembeli memesan terlebih dahulu
kepada bank selaku penjual atas pengadaan atau manufaktur obyek tertentu. Setelah
pesanan selesai, bank akan menjualnya kepada pemesan senilai harga awal ditambah
margin keuntungan bank.
Akad istishna yang digunakan pada KPR adalah istishna paralel. Maksudnya,
konsumen yang membutuhkan rumah datang ke Bank dan memesan sebuah rumah
dengan spesifikasi tertentu. Konsumen dan Bank membuat kesepakatan serah-terima
rumah, harga jual, dan mekanisme pembayarannya. Oleh karena bank bukan merupakan
perusahaan pembuat rumah, maka bank memesan lagi ke pangembang agar dibuatkan
rumah yang sama yang dipesan oleh konsumen. Inilah yang dimaksud dengan istishna
paralel, yaitu konsumen memesan rumah pada bank, dan bank memesan lagi ke pembuat
rumah untuk dibuatkan rumah. Dengan akad tersebut jual-beli dapat dilaksanakan
walaupun objeknya belum ada.
Walaupun masih terbatas, sebenarnya sudah ada pembiayaan perumahan dari
bank syariah. Memang belum banyak yang mengetahuinya, namun sudah banyak bank
syariah yang gencar memasarkan produk tersebut, tetapi masih banyak masyarakat yang
belum mengetahui apakah ada dalam bank syariah yang menyediakan Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) yang menggunakan akad istishna.
Di samping masalah tidak mengetahui nasabah akan produk menggunakan akad
istishna. Nasabah yang sudah menggunakan ditemukan adanya pembiayaan bermasalah,
sebagai contoh ditemukannya ada sedikitnya 5 nasabah yang kredit macet yaitu: 1.
Kelemahan Financing initiation, 2. Pemalsuan data, 3. Terkait hukum, 4. PHK, 5. Hilang
ingatan/gila (Indra,2010).
Hampir setiap bank mengalami nasabah yang tidak mampu lagi untuk melunasi
2
pembiayaannya. Pembiayaan bermasalah suatu fasilitas pembiayaan disebababkan
faktor-faktor tertentu, untuk mengatasi pembiayaan bermasalah pihak bank perlu
melakukan penyelamatan, sehinnga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan
dapat dilakukan dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu pembayaran atau
jumlah angsuran terutama bagi pembiayaan terkena musibah atau dengan melakukan
penyitaan bagi pembiayaan yang sengaja tidak membayar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme akad istishna pada pembiayaan rumah pada Bank Syariah
Mandiri?
2. Faktor apa saja yang menjadi penyebab pembiayaan bermasalah pada akad
istishna?
3. Bagaimana penyelesaian pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh Bank Syariah
Mandiri?
1.3 Tujuan Rumusan Masalah
1. Mengetahui mekanisme akad istishna pada pembiayaan rumah.
2. Mengetahui faktor penyebab pembiayaan bermasalah pada akad istishna.
3. Mengetahui penyelesaian pembiayaan bermasalah di Bank Syariah Mandiri.
3
BAB 2
LITERATUR REVIEW
2.1 Pembiayaan
4
Adapun pembiayaan yang biasa dipergunakan dalam pembiayaan pada
bank sayariah sebagai berikut:
1. Mudharabah
2. Musyarakah
3. Murabahah
4. Salam
5. Ijarah
2.2 Istishna
Dalam Ensiklopedi Hukum Islam istishna adalah akad yang mengandung
tuntunan agar shani membuatkan sesuatu pesanan dengan ciri-ciri khusus dan harga
tertentu (Dahlan,1996). istishna ialah kontrak/ transaksi yang ditandatangani bersama
antara pemesan dengan produsen untuk pembuatan suatu jenis barang tertentu atau suatu
perjanjian jual beli dimana barang yang akan diperjual-belikan belum ada (Rifai,2002).
Dalam fatwa DSN-MUI, istishna yaitu akad jual-beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati
antara pemesan (pembeli) dan penjual (Shani) (DSN MUI 2003). Akad istishna
merupakan akad yang hampir menyamai akad salam karena istishna juga menjual barang
yang tidak ada, dan barang yang dibuat itu menjadi tanggungan atas pembuat yang
menjual sejak akad disempurnakan. Dengan demikian, ketentuan istishna mengikuti
ketentuan dan aturan akad salam. Biasanya istishna dipergunakan di bidang manufaktur
dan kontruksi.
a. Rukun dan Syarat-syarat istishna
Adapun rukun istihna adalah (Arcarya,2007):
a. Produsen/pembuat (Shani)
b. Pemesan/pembeli (mustashni)
c. Proyek/Usaha/Barang/Jasa (mashnu’)
d. Harga (tsaman)
e. Sighat
Adapun syarat istishna (Sofyan,2005) adalah:
a. Pihak yang berakad
1. Ridha/kerelaan dua belah pihak dan tidak ingkar janji
2. Punya kekuasaan untuk melakukan jual-beli
3. Pihak yang membuat barang (produsen) menyatakan kesanggupan untuk
mengadakan/membuat barang itu
5
b. Produsen/pembuat
1. Produsen adalah orang atau badan hukum yang ahli di dalam bidangnya
dan bertanggung jawab penuh terhadap hasil produksinya
2. Produsen bisa ditunjuk langsung oleh bank (pihak pertama) atau bisa juga
pilihan dari nasabah (pilihan nasabah)
c. Pemesan/pembeli
1. Pesanan yang sudah selesai wajib dibeli oleh nasabah/pemesan
2. Jika ada perubahan kriteria pesanan dari pihak nasabah, maka harus segera
dilaporkan ke bank dan bank akan menyampailannya kepada produsen
3. Perubahan bisa dilakukan apabila pihak produsen dan bank menyetujui
d. Barang/objek pesanan
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 06/DSN-MUI/IV/2000,
tentang Jual-beli istishna khususnya pada ketetapan kedua mengenai “Ketentuan
Tentang Barang”, maka telah ditetapkan:
1. Harus jelas ciri-cirinya dapat diakui sebagai hutang
2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya
3. Penyerahannya dilakukan kemudian
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan
5. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan sejenis sesuai kesepakatan
7. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan,
pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau
membatalkan akad.
e. Harga Jual
1. Harga jual kepada nasabah adalah harga beli ditambah keuntugan yang
disepkati oleh penjual dan pembeli.
2. Dilakukan pada awal akad sebelum penyerahan barang.
3. Dilakukan setelah penyerahan barang baik secara keseluruhan atau
diangsur.
4. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama janka waktu
akad.
5. Sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama.
6
BAB 3
PEMBAHASAN
7
spesifikasi yang disetujui nasabah.
8
b. Sistem, dalam hal ini system prosedur penyaluran pembiayaan yang
adakalanya dilanggar sehingga memotong jalur prosedur yang telah dibuat,
serta monitoring yang kurang intensif dari account officer sehingga
pembiayaan yang kurang lancar tidak terdeteksi sejak dini.
c. Manajemen, dalam hal ini manajemen pembiayaan adakalanya tidak
bersinergi dengan baik sehingga pengawasan terhadap nasabah menjadi
lemah dan kadang terjadi koneksi yang tidak wajar dari pejabat bank
sehingga ketika terjadi permasalahan terhadap pembiayaan yang diberikan
maka yang terjadi adalah keengganan atau keragu-raguan dalam menindak
nasabah yang bermasalah tersebut (Setiawan,2010)
2. Faktor ekstern :
a. Nasabah beritikad kurang baik seperti :
1) Pemalsuan data
2) Kelemahan financing initiation/tidak mampu membayar
3) Berpura-pura tidak sanggup membayar tetapi nasabah sanggup
membayar
b. Developer
1) Pemasok/kontraktornya tidak benar
2) Pemalsuan data
c. Dari sisi surat tanah
1) Sertifikat/IMB rumah bersengketa
d. Nilai rumah atau harga jual rumahnya tidak realistis
e. Apabila akad atau pengikatan jaminan tidak dilakukan secara sempurna
f. Dalam monitor nasabah
1) Pejabat Bank tidak bisa mengawasi secara keseluruhan dalam masa
progress pekerjaan
2) Letak wilayahnya tidak terjangkau
g. Bangunan berubah fungsi seperti besar bangunan menjadi kecil, awalnya
rumah menjadi gudang dan bermasalah diasuransinya
h. Asuransi
i. Ketika nasabah tidak mempunyai kemampuan membayar
1) PHK
2) Terkait Hukum
3) Hilang ingatan/gila
9
j. Bencana Alam
1) Banjir
2) Kebakaran
3) Tanah Longsor
10
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Prosedur atau mekanisme pembiayaan akad istishna di Bank Syariah Mandiri
bagi calon nasabah/ mitra/ debitur adalah mengacu pada peraturan atau
persyaratan baku yang berlaku mengenai pembiayaan istishna di Bank Syariah
Mandiri.
2. Bank Syariah Mandiri mengalami pembiayaan bermasalah hal ini disebabkan
oleh karakter nasabah dalam situasi dan kondisi yang berubah-ubah (krisis
moneter). Terkadang muncul dari karakter buruk nasabah untuk menipu Bank
dengan jalan memberikan data dan informasi yang tidak sebenarnya, selain itu
juga kurangnya analisa pada saat memberikan permohonan pembiayaan
rumah. Penyebab faktor luar dari pihak nasabah dan pihak Bank adanya
bencana alam yang tidak terduga seperti banjir atau kebakaran.
3. Persaingan antara lembaga keuangan dimana Bank Syariah lainnya banyak
menawarkan produk pembiayaan yang sama. Tentunya hal ini memerlukan
penanganan dan penyelesaian yang baik.
4.2 Saran
1. Dalam memberikan pembiayaan rumah Bank Syariah Mandiri hendaknya
pihak manajemen pembiayaan Bank Syariah Mandiri lebih memperhatikan
analisa terhadap karakter calon nasabah, hal ini untuk menghindari moral
hazard nasabah. Selain itu untuk mengantisipasi terjadinya pembiayaan
bermasalah.
2. Berupaya untuk mensosialisasikan produk-produk yang sudah ada pada Bank
Syariah Mandiri dan terus melakukan inovasi-inovasi terhadap produknya
sehingga menarik, kompotutif, sesuai dengan kebutuhan masyarakat tetapi
tetap sesuai prinsip-prinsip syariah.
3. Bank Syariah Mandiri harus mempersiapkan Sumber Daya Insani (SDI) yang
handal dan berkualitas. Untuk bisa menggerakan bisnis islami dengan sukses
diperlukan SDI yang menguasai ilmu bisnis syariah secara baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
12