sebagai ilmu pengetahuan. Jadi secara harfiah, natural science adalah ilmu
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sains atau IPA. Bagi para ahli, IPA
seringkali dipandang sebagai proses dan produk. Pandangan ini diperkuat oleh
looking at the world (sains merupakan cara bagaimana memandang dunia). Dalam
hal ini sains dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk mempelajari dunia
atau alam. Metode untuk mempelajari fenomena alam adalah melalui observasi
dan eksperimen, sehingga dalam mempelajari sains tidak akan terlepas dari
Sains adalah suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dan bagan-
bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan
21
oleh tuntutan kebutuhan masyarakat pada zamannya. Hal ini mengandung
pengertian bahwa sains selain sebagai produk juga merupakan suatu proses yang
Brown (2002) menyatakan bahwa sains tidak hanya mencakup produk dan
proses, namun di dalam sains terkandung pula nilai (value) atau sikap. Lebih rinci
sebagainya.
ilmiah dan sikap ilmiahnya serta aplikasi teknologi sebagai hasil dari
metode untuk dapat mengamati sesuatu atau dunia dan sebagai pola pikir.
22
Pernyataan yang dikemukakan oleh Phenix sebenarnya merupakan penguatan
terhadap apa yang telah diungkapkan oleh Einsten puluhan tahun sebelumnya.
ada lima aspek dalam memandang sains, yaitu: sains sebagai institusi atau
kelembagaan, sains sebagai metode ilmiah, sains sebagai faktor utama dalam
memelihara dan mengembangkan produksi, sains sebagai salah satu faktor utama
yang mempengaruhi kepercayaan dan sikap manusia terhadap alam semesta dan
manusia serta sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang sistematis dan
pelaksanaan metode ilmiah yang bergantung kepada kemajuan teknologi saat itu.
Hal ini dapat difahami karena kegiatan observasi dan eksperimentasi banyak
banyak fenomena alam yang tidak dapat secara langsung diamati oleh manusia
diperlukan agar pengamatan dari panca indera dapat diperbesar hasilnya. Hammer
et al. (2006) menyatakan bahwa dalam kehidupan modern tidak ada lagi aspek
kehidupan manusia yang tidak terjamah oleh pengaruh sains dan teknologi,
sehingga terjadi interaksi antara sains dan teknologi. Sains dan teknologi saling
23
berpengaruh satu sama lainnya. Perkembangan teknologi dipicu oleh
oleh manusia.
formal pertama, sekolah dasar berfungsi untuk memberikan dasar-dasar yang kuat
berinteraksi, menjalin hubungan dan kerja sama dengan sesamanya serta mampu
mematuhi aturan dan nilai-nilai yang ada dilingkungannya. Sasaran ketiga adalah
24
pengembangan potesi dan kemampuan untuk melanjutkan studi ke jenjang
undang pendidikan, maka siswa wajib belajar selama 9 tahun. Dengan demikian
sekolah menengah pertama (SMP) merupakan jenjang yang wajib diikuti oleh
sasaran ini maka sekolah dasar dituntut untuk memberikan landasan yang kuat
dalam segi kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini diperlukan dalam memberikan
landasan yang kuat untuk selanjutnya diperkaya dan diperluas pada tahap
perkembangan berikutnya.
apabila kompetensi yang ada pada diri peserta didik dapat dimunculkan secara
macam kompetensi yang harus dimiliki oleh manusia, yaitu: kompetensi dasar,
profesional. Siswa dalam usia sekolah dasar setidaknya dapat memiliki tiga
kompetensi dari lima kompetensi yang disebutkan di atas, yaitu kompetensi dasar,
kompetensi atau kecakapan awal yang perlu dikuasai anak untuk menguasai
berhitung merupakan kompetensi dasar yang diajarkan mulai dari kelas satu
sebagai bekal untuk penguasaan kompetensi yang lebih tinggi di kelas berikutnya
25
terutama dalam memahami dan menguasai bidang studi yang diajarkan. Termasuk
diri, berinteraksi dengan orang lain dan mengenal lingkungan. Kompetensi umum
elektronik di rumah seperti misalnya televisi, radio, komputer dll; naik atau turun
kehidupan peserta didik. Dengan memiliki kecakapan akademis atau disebut pula
kemampuan operasional peserta didik tidak hanya tahu dan mengerti pengetahuan
yang terdiri dari konsep, prinsip atau hukum berbagai bidang studi yang mereka
pelajari (seperti misalnya: IPA, IPS, matematika, bahasa Indonesia dsb.), tetapi
lebih jauh dari itu, mereka dapat menerapkan atau menggunakannya dalam
akademik misalnya dalam bidang IPA yang berkaitan dengan tekanan air dapat
di air. Siswa yang memiliki kompetensi akademik dalam bidang bahasa Indonesia
yang berkaitan dengan menyusun kalimat, dapat berbicara dengan struktur yang
26
akademis atau operasional pada siswa sekolah dasar masih bersifat umum,
keterampilan sosial.
tertentu yang dirinci menjadi sebelas tujuan, yaitu: (1) Membantu peserta didik
mengembangkan rasa percaya diri dan percaya terhadap orang lain serta
kecakapan sosial melalui belajar kelompok besar maupun kecil dan aktivitas
individu, (3) Membangun fisik peserta didik yang sehat, (4) Dalam pendidikan
(6) Mengembangkan rasa percaya diri dan memperoleh rasa aman dengan
dan berkreasi. (10) Membangun rasa peduli peserta didik terhadap lingkungan,
masyarakat lokal maupun global, masa depan dan kesejahteraan orang lain,
27
(11) Membantu peserta didik untuk memiliki dan mengembangankan nilai-nilai
moral.
secara umum sasaran pendidikan IPA di sekolah dasar dikelompokkan dalam dua
kategori, yaitu: (1) Untuk menstimulasi rasa ingin tahu siswa tentang dunia di
sekitar mereka dan mendorong cara berpikir kritis serta berpikir kreatif, (2)
memenuhi tujuan ini maka peserta didik selain perlu memperoleh pengetahuan
pekerjaan yang mereka lakukan dan yang dilakukan orang lain. Dengan demikian
maka pendidikan IPA yang dilangsungkan di sekolah dasar memiliki target tidak
pengembangan metode ilmiah dan sikap ilmiah dalam memahami fenomena alam
pengembangan pembelajaran IPA tidak dapat dipisahkan dari hakikat IPA, yaitu:
dilakukan dengan berbagai cara yang kemudian dikomunikasikan pada orang lain.
28
Pembelajaran IPA merupakan “proses aktif” yang tidak hanya melibatkan
inkuiri, dimana siswa saling berinteraksi satu sama lainnya dan dengan guru.
mencari penjelasan berdasarkan bukti-bukti yang mereka peroleh dari hasil kerja
Siswa yang terlibat dalam kegiatan inkuiri, terlibat dengan aktivitas yang sama
alam pada dunia nyata. Kegiatan inkuiri merupakan manifestasi dari sains sebagai
proses. Keterampilan inkuiri dilakukan oleh siswa dalam berbagai cara seperti
mengembangkan penalaran tentang sains. Para siswa pada semua jenjang dan
29
dalam setiap ranah sains harus memiliki kesempatan untuk menggunakan inkuiri.
mengumpulkan data, berpikir kritis dan logis tentang hubungan diantara bukti-
IPA di sekolah dasar sangat diperlukan untuk meletakkan pondasi untuk mencapai
sukses dalam bidang IPA di masa yang akan datang. Bila dalam pembelajaran
IPA siswa hanya diajak untuk menghafal fakta-fakta saja maka akan
itu pembelajaran IPA di sekolah dasar harus bersifat menyenangkan dan menarik
bagi siswa. Apabila siswa diajak untuk terlibat lebih banyak dalam kegiatan ber-
IPA maka siswa akan mengambil manfaat yang lebih dibandingkan hanya sekedar
2008).
30
Inkuiri merupakan aktivitas yang melibatkan keterampilan-keterampilan
proses sains perlu dimiliki agar siswa dapat berinkuiri. Pentingnya keterampilan
proses sains (KPS) terutama pada pendidikan dasar dinyatakan oleh Rustaman
menyatakan hal yang serupa bahwa dalam pembelajaran IPA, selain pengetahuan
terhadap konten IPA, siswa perlu memiliki kecakapan dalam berinkuiri yang
ketertarikan dan ide siswa yang berhubungan erat dengan konteks kehidupan
kecakapan ini tidak lain adalah keterampilan proses sains. Menurut Strawitz
(1993) dari penelitian yang dilakukan oleh Aiello et al. (1984), Jones (1983) dan
keterampilan proses sains berkaitan erat dengan pencapaian hasil belajar siswa
penyiapan guru sains sekolah dasar. Dari pernyataan tersebut, maka dapat
31
disimpulkan bahwa keterampilan proses sains merupakan aspek penting dalam
pembelajaran IPA.
pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah membangun rasa ingin tahu siswa,
ketertarikan siswa tentang alam dan dirinya, dan menyediakan kesempatan untuk
IPA di Indonesia dinyatakan dalam tujuan kurikuler mata pelajaran IPA Sekolah
Dasar yang dinyatakan dalam peraturan menteri (PERMEN) No. 22 tahun 2006
Tentang Standar Isi sebagai cakupan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Tujuan kurikuler tersebut diuraikan secara rinci dalam lampiran standar isi
PERMEN No. 22 tahun 2006. Berdasarkan PERMEN No. 22 tahun 2006 mata
32
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya
PERMEN No.22 tahun 2006, maka dapat dikatakan bahwa tujuan pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini
No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi mengandung ketiga unsur hakikat
Tujuan yang tertuang dalam PERMEN No. 22 tahun 2006 tentang Standar
penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan dan tumbuhan bagi
33
dan kegunaanya; e) Memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan
Science Eductaion Standard (NSES, 1996). Menurut NSES aspek yang paling
tersebut dapat bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang. Tugas guru adalah
tersebut selain mengacu pada standar, juga mengacu pada misi pembelajaran yang
ditetapkan oleh sekolah, tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh negara dan
bidang pendidikan IPA menyatakan bahwa sains sebagai suatu ilmu merupakan
tabel terintegrasi untuk menyajikan penjelasan ilmiah (Lemke, 2004; Russel &
dari melek sains. Hal ini berimbas terhadap pemahaman bahwa pembelajaran
34
sains yang efektif melibatkan pemahaman representasi yang berbeda terhadap
sains sebagai proses dan sains sebagai konsep. Untuk mengembangkan siswa
sains seperti tabel, grafik, diagram dan laporan ilmiah (Norris & Philip, 2003
dalam Tytler: 2005). Siswa sekolah dasar harus dikenalkan pada berbagai macam
Dari penelitiannya Tytler (2005) berkesimpulan bahwa dengan tujuan utama dari
pembelajaran sains sekolah dasar yaitu scientific literacy (melek sains), maka
fokus pembelajaran sains di sekolah dasar lebih dari sekedar pengembangan aspek
kognitif siswa.
National Standard Teacher Association (NSTA, 2008). Dalam Science for all:
Including Each Student (NSTA: 2008), dikemukakan bahwa tema utama dalam
diperuntukan bagi semua siswa. Semua siswa yang belajar sains pada semua
gender atau apakah orang yang cacat atau normal. Hal ini dikarenakan bahwa
berpikir ilmiah (science thinker) dan mampu mengambil keputusan secara tepat.
35
3. Isi Kurikulum IPA di Sekolah Dasar
seringkali dimaknai secara berbeda oleh para praktisi, teoritis ataupun peneliti.
pula sebagai pengalaman atau kegiatan belajar siswa dibawah arahan program
yang dikembangkan oleh sekolah (Parkay et al., 2006). Zais (1934) memaknai
kurikulum sebagai daftar atau kumpulan mata pelajaran yang akan dipelajari oleh
pengaturan tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
interaksi yang didesain baik secara eksplisit atau implisit untuk memfasilitasi
dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan materi pelajaran, siswa dengan
alat bantu dan media pembelajaran yang digunakan. Miller & Seller (1985) juga
level yang lebih dalam. Pada level permukaan siswa menyerap pelajaran dari
buku. Pada level yang lebih dalam interaksi terjadi antara guru dan siswa ketika
yang dihadapi. Sedangkan pada level yang lebih dalam lagi siswa terlibat dalam
36
kegiatan percobaan, pada level ini teradi interaksi yang bersifat saling
kurikulum terdiri dari komponen tujuan, materi pelajaran, pengalaman belajar dan
evaluasi.
Isi kurikulum juga didefinisikan secara beragam oleh para ahli. Saylor dan
Alexander (1996) mendefinisikan isi kurikulum dalam cakupan yang luas, tapi
dinilai dapat menggambarkan konsep tentang isi kurikulum. Menurut Saylor dan
Definisi lain tentang konsep isi kurikulum dikemukakan oleh Hyman (1973) yang
juga bersifat luas. Bila aspek skills (proses) dan affects (nilai) dihilangkan, maka
pengertian dari isi kurikulum yang dikemukakan Hyman tidak berbeda dengan
yang apa dikemukakan oleh Saylor dan Alexander. Menurut Hyman (1973), isi
kurikulum adalah:
Zais (2006) setuju dengan pendapat para ahli di atas, bahwa isi kurikulum
mengandung tiga elemen, yaitu: pengetahuan, proses dan nilai yang ketiganya
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dengan pemikiran
37
tersebut, maka para penyusun kurikulum harus mempertimbangkan untuk
tentang isi kurikulum, dapat dikatakan bahwa isi kurikulum IPA merupakan topik-
topik yang berisi fakta, konsep dan hukum yang harus dipelajari dalam IPA,
pengalaman dan keterampilan serta nilai-nilai yang harus diperoleh dan dimiliki
siswa pada saat siswa mempelajari IPA. Hal ini mengandung arti bahwa isi
kurikulum IPA tidak selalu difokuskan pada aspek pengetahuan tetapi juga pada
Amerika Serikat terdapat dua standar, yaitu content standard dan performance
dan performance standard merupakan standar yang harus dicapai guru dalam
kelompok, yaitu: 1) IPA sebagai paduan antara konsep dan proses (standar ini
38
sciences), 4) Biologi dan kimia (life sciences), 5) Ilmu bumi dan antariksa (earth
and space science). Standar 3, 4, 5 dan 6 merupakan isi materi yang berfokus
pada fakta, konsep, prinsip, teori dan model yang penting untuk diketahui,
dipahami dan digunakan oleh siswa 6) Sains dan teknologi, 7) Sains dalam
hakekat IPA (standar ini dirumuskan agar siswa memahami sejarah yang berisi
nilai-nilai tentang segala sesuatu yang sedang terjadi di alam dapat mengubah
kurikulum IPA yang terdiri dari delapan kelompok direduksi menjadi lima
kelompok, yang terdiri dari: 1) IPA terpadu, 2) Biologi, 3) Fisika, 4) Ilmu bumi
dan antariksa dan 5) IPA sebagai pandangan interdisiplin, dan 6) IPA sebagai
bahwa kurikulum IPA untuk usia 5 – 11 terdiri dari tiga area pengetahuan, yaitu:
manusia dan nutrisi, nutrisi untuk tumbuhan, klasifikasi hewan dan tumbuhan,
habitat hewan dan tumbuhan, (2) Materi dan penyusunnya, yang meliputi
dicampurkan dan dipisahkan, (3) Proses-proses fisika yang meliputi sirkuit listrik,
39
Rumusan standar yang serupa dengan Amerika Serikat dikembangkan pula
dalam sains). Contoh dari standar pembelajaran sains Australia tertera pada tabel
2.1.
Tabel 2.1
Science Learning Standar Negera Bagian Victoria
Grade 4 (Kelas 4)
40
lebih besar yaitu sistem tata surya · Menggumpulkan data secara
· Secara kualitatif siswa diminta untuk sitematis, menganalisis data secara
mendeskripsikan perubahan gerak kualitatif dalam hubungannya
yang dihubungkan dengan dengan kesalahan dan pengukuran
keberadaan usaha · Menggunakan bebagai macam atau
alat ukur dan bahan-bahan sederhana
dan menunjukkan tanggung jawab
dalam menggunakan alat-alat
tersebut
· Menggunakan istilah hubungan dan
sebab ketika mereka mendiskusikan
dan menarik kesimpulan dari data
yang mereka kumpulkan
· Mendisain dan membuat model
sederhana dan menuliskan
konstribusi sains sebagai titik sentral
untuk menjelaskan model yang
mereka buat.
· Menjelaskan kontribusi yang telah
diberikan oleh ilmuwan Australia
untuk mengembangkan dan
mengubah pengetahuan sains
Grade 5 (Kelas 5)
Tujuan umum:
· Mengembangkan pengetahuan tentang sains dengan memasukan konsep-
konsep yang bersifat abstrak, teori, prinsip dan model yang diambil dari
biologi, kimia, ilmu bumi, lingkungan, fisika dan antariksa.
· Menerapkan situasi tertentu seperti misalnya perupahan kecepatan reaksi
kimia, menggunakan sistem gigi untuk mendemonstrasikan hubungan antara
usaha dan energi, memodelkan gempa bumi sebagai contoh proses geologi
dan menghubungkan faktor-faktor yang diperlukan untuk memperoleh
keseimbangan alam agar spesies dapat mempertahankan hidup.
· Mengembangkan pemahaman mereka sebagai organisme yang tersusun dari
sel-sel yang berbeda dan sistem-sistem yang berkerja sama.
· Mengeksplorasi bagaimana metode ilmiah mengarahkan pada penemuan
tentang pengetahuan yang baru dan memahami.
· Mengembangkan pemahaman mereka melalui penggunaan ide-ide sains (teori,
hukum, prinsip dan model) yang diterapkan pada situasi tertentu.
· Membuat disain penelitian dengan memanipulasi kontrol dan menampilkan
data dalam bentuk yang sesuai seperti misalnya diagram, simbol atau
rangkuman sebuah prosedur dan melaporkan hasil penelitiannya dalam
berbagai macam bentuk format.
· Menggunakan bebagai macam alat seperti misalnya model-model dalam
komputer, gambar dan simulasi untuk menjelaskan dan menginterpretasikan
41
observasi yang mereka lakukan.
· Menunjukan tanggung jawab atas keselamatan kerja dan perilaku yang sesuai
dengan etika ketika melangsungkan penelitian yang menggunakan peralatan
standar dan bahan-bahan kimia.
· Menunjukan tanggung jawab terhadap pemilihan pengunaan benda ataupun
setelah benda tersebut selesai digunakan.
Science knowledge and understanding Science at work
· Menggunakan model untuk · Mendemonstrasikan teknik
menjelaskan struktur dan penyusun penggunaan peralatan dan bahan
suatu benda, reaksi kimia dan faktor kimia secara aman dan menyiapkan
yang mempengaruhi kecepatan prosedur untuk melangsungkan
reaksi kimia. percobaan.
· Menjelaskan struktur dan fungsi sel · Mendesain investigasi yang
dan bagaimana sel yang berbeda- melibatkan pengukuran, penggunaan
beda bekerja sama. peralatan dan perlengkapan
· Menjelaskan masa lampau dan masa laboratorium serta metode untuk
kini, sistem dalam makhluk hidup meningkatkan ketepatan dalam
dan makhluk tak hidup serta pengukuran.
pengaruh manusia terhadap sistem- · Melakukan observasi secara
sistem tersebut. sistematis dan mencatat data sesuai
· Menganalisis apa yang diperlukan dengan tujuan. Menilai ketepatan
oleh makhluk hidup untuk bertahan pemilihan peralatan dan ketepatan
hidup dan beradaptasi di jaman pengukuran, mengomentari
sekarang dan masa yang akan realibilitas prosedur yang digunakan
datang. dan kesimpulan diambil berdasarkan
· Menjelaskan bagaimana karaktersitik hasil uji terhadap hipotesis yang
makhluk hidup yang dapat diamati diajukan.
digunakan untuk menentukan · Menggunakan simbol dan diagram
pengelompokan mahluk hidup. yang sesuai ketika mereka
· Menggunakan contoh-contoh mesin melaporkan hasil investigasi mereka.
yang digunakan sehari-hari, · Menggunakan model dan gambar
peralatan dan perlengkapan untuk dari software komputer untuk
menunjukan bagaimana model- menginterpretasi dan menjelaskan
model termodinamika menjelaskan hasil observasinya.
energi dan perubahan energi serta · Mendemonstrasikan prosedur dasar
hubungan antara usaha dan gerak. penggunaan sampling dan
· Menggunakan skala waktu untuk merepresentasikan hubungan yang
menjelaskan bagaimana bumi terjadi dalam ekosistem dalam
berubah dan dimana letak bumi bentuk grafik.
dalam susunan tata surya. · Menggunakan simulasi untuk
· Membedakan ide-ide tentang alam memprediksikan pengaruh perubahan
semesta yang disasari oleh sains dan terhadap ekosistem.
yang tidak didasari oleh sains. · Bekerja secara efektif dalam
· Menggunakan model-model fisik kelompok, menggunakan ide-ide
dan teoritis untuk menginvestigasi sains untuk membuat model sebuah
42
proses geologi alat.
· Mengidentifikasi, menganalisis dan
mengajukan pertanyaan terhadap
pertanyaan-pertanyaan mereka
sendiri yang berhubugan dengan ide-
ide sains atau isu-isu menarik
(Sumber: Victorian Curriculum and Assessment Authority, 2005: 15).
Dari Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa isi pembelajaran IPA di negara bagian
Victoria untuk siswa kelas 4 dan 5 yang dirumuskan dalam standar mencakup
aspek proses, produk, nilai serta teknologi yang terkandung dalam sains yang
dipelajari oleh siswa kelas 4 dan kelas 5 merupakan konsep yang berinteraksi
43
Rumusan tujuan dalam standar kurikulum nasional Jepang secara eksplisit
terhadap alam dan fenomena atau gejala-gejala yang terjadi di alam. Perubahan
kebijakan untuk merumuskan standar baru di Jepang didasari oleh hasil dari
TIMSS dan PISA dimana pembelajaran sains di Jepang memiliki nilai yang
rendah pada aspek menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam mata pelajaran
meningkatkan pemahaman siswa terhadap alam dan gejala yang terjadi di alam
negara Amerika Serikat, Jepang dan Australia. Standar yang dirumuskan tidak
memisahkan antara standar isi dan standar proses. Standar dirumuskan untuk
tersebut tertuang dalam dalam Peraturan Menteri yang disingkat PERMEN, yaitu
PERMEN No.22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Dalam PERMEN 22 tahun
2006 dirumuskan ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-
aspek berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas; 3) Energi dan
perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat
sederhana; 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
44
benda-benda langit lainnya. Keempat ruang lingkup tersebut dijabarkan menjadi
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa mulai dari
Tabel 2.2
Standar Kompetensi Pembelajaran IPA di Kelas 4 dan Kelas 5
45
2) Memahami cara tumbuhan hijau membuat
makanan
3) Mengidentifikasi cara makhluk hidup
menyesuaikan diri dengan lingkungan
2. Benda dan sifatnya Memahami hubungan antara sifat bahan dengan
penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai
hasil suatu proses
3. Energi dan 1) Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan
perubahannya energi serta fungsinya
2) Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui
kegiatan membuat suatu karya atau model
Bumi dan alam semesta Memahami perubahan yang terjadi di alam dan
hubungannya dengan penggunaan sumber daya
alam
standar seperti halnya yang dianut oleh kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) terdiri dari dua jenjang, yaitu jenjang nasional dan jenjang satuan
Kualitas Kualitas
J
E kehidupan kehidupan
N masyarakat masyarakat
J masa depan masa kini
A
N
G
N Kualitas yang
A Evaluasi harus E
S dikembangkan
I V
O A
N
A L
L U
Standar Isi Standar Kompetensi A
Lulusan
S
I
S P
A E Masyarakat
T N Kurikulum
U D
A I Tingkat
N D Satuan Gambar 2.1
I Diagram Kebijakan
K Pendidikan
A Pengembangan KTSP (Hasan,
N 2009)
46
Gambar 2.1 menggambarkan keseluruhan proses pengembangan
yang dimuat dalam PERMEN No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi (SI) dan
pokok pikiran yang dirumuskan dalam SI dan SKL oleh para pengembang
kurikulum yaitu guru, merupakan suatu hal yang kritikal dalam menentukan
pengembang kurikulum.
science learning standard negara bagian Victoria dan rumusan standar Jepang,
rumusan standar isi dalam PERMEN 22 Tahun 2006 Tentang standar Isi dan
eksplisit merumuskan sains sebagai produk, proses, dan nilai. Sedangkan standar
47
yang dirumuskan di Indonesia dalam PERMEN NO. 22 dan NO. 23 sifatnya
masih global atau umum, menggunakan kata memahami. Dengan mengacu pada
pendapat di atas dan pernyataan yang dikemukakan oleh Hasan (2009), maka
sifatnya khusus dan unik. Secara garis besar karakteristik siswa dapat dibedakan
menjadi karakteristik yang berkaitan dengan aspek fisik dan psikis yang keduanya
saling mempengaruhi satu sama lain (Sukmadinata, 2004). Siswa di sekolah dasar
perkembangan dalam hal motivasi dan perkembangan dalam segi moral. Menurut
dengan karakteristik perkembangan siswa baik yang ditinjau dari empat aspek
48
Perkembangan aspek kognitif yang banyak diacu dalam pendidikan adalah
sensori motor (usia 0-2 tahun). Pada tahap ini anak berpikir melalui proses
pra-operasional (usia 2-7 tahun). Pada tahap ini pemikiran anak masih dalam taraf
pra konsep dan masih banyak terkait dengan intuisi serta fantasi; 3) Tahap
operasional konkrit (usia 7 – 11 tahun). Dalam tahap ini anak sudah mampu
berpikir secara logis namun masih terkait dengan hal-hal konkrit; dan 4) Tahap
operasional formal (usia 11 tahun ke atas). Pada tahap ini anak sudah mencapai
(2002). Erickson menyatakan bahwa anak pada usia 0-1 tahun telah memiliki
mistrust). Pada usia 1-3 tahun anak telah memiliki rasa otonomi dan rasa malu
(autonomy Vs shame). Pada usia 3-6 tahun anak telah memiliki kemampuan untuk
tahun anak sudah mampu menghasilkan suatu karya tetapi masih disertai dengan
rasa rendah diri terhadap hasil karya yang dihasilkannya (industry Vs inferiority).
Usia 12 – 18 tahun anak memasuki masa remaja, mereka telah memiliki identitas
diri meskipun masih disertai kebimbangan akan peran dirinya (identity Vs role
confusion).
49
Freud (1990) membagi tahap perkembangan segi erotis menjadi lima
tahap, yaitu: 1) Oral stage (usia 0-2 tahun). Pada tahap ini rangsangan berpusat
disekitar mulutnya; 2) Anal stage (usia 2-4 tahun). Pada tahap ini anak merasa
puas terhadap apa yang dikeluarkan melalui anusnya, 3) Phalic stage (usia 4 – 6
tahun). Pada usia ini rangsangan berpusat di sekitar kelaminnya; 4) Latency stage
(usia 6 – 12 tahun). Pada tahap ini dorongan erotis tidak nampak karena
tersembunyi oleh kegiatan fisik dan motorik yang sangat aktif; dan 5) Genital
orientation). Pada tahap ini anak berbuat baik karena menginginkan ganjaran atau
(obedience and konvensi terdiri dari tiga tingkat, yaitu: Good boy-nice girl
orientation, respect for authority, social order. Pada tahap ini anak berbuat baik
karena ingin pujian dan mematuhi peraturan yang berlaku; 3) Pasca Konvensi,
terdiri dari dua tahap, yaitu : contextual legalistic orientation (mematuhi nilai
yang tidak tertulis) dan conscience orientation (kata hati). Pada tahap ini anak
50
berbuat baik karena sesuai dengan nilai-nilai tidak tertulis yang ada di masyarakat,
yang membedakan tahap perkembangan aspek moral menjadi lima tahapan, yaitu:
1) Physiological needs, yang merupakan motif paling dasar dimana orang berbuat
dimana orang berbuat untuk mencari rasa aman, menghindari ancaman dan
gangguan; 3) Love and belonging needs atau motif kasih sayang dan
persahabatan, dimana orang berbuat baik untuk mendapatkan kasih sayang dan
membina persahabatan dengan yang lain; 4) Esteem needs yang didasari oleh
motif harga diri. Dalam hal ini perbuatan yang dilakukan oleh seseorang didasari
actualization needs yang merupakan dorongan tertinggi yang didasari oleh motif
aktualisasi diri. Perbuatan seseorang dalam tahap ini didasari oleh keinginan
dimilikinya.
siswa kelas empat dan lima SD dari aspek perkembangan kognitif berada pada
tahap tahap operasional kongkrit, dimana dalam tahap ini mereka sudah mampu
berpikir secara logis namun masih terkait dengan hal-hal kongkrit. Dari aspek
perkembangan sosial dan kemandirian, mereka berada pada tahap industry versus
inferiority, dimana anak sudah mampu menghasilkan suatu karya tetapi masih
disertai dengan rasa rendah diri terhadap hasil karya yang dihasilkannya. Dalam
51
aspek perkembangan erotis siswa kelas empat dan lima berada pada latency stage.
Dalam tahap laten ini dorongan erotis tidak nampak karena tersembunyi oleh
kegiatan fisik dan motorik yang sangat aktif. Berdasarkan ciri dari aspek
sebagai sumber belajar sehingga siswa dapat secara langsung berinteraksi dengan
alam dan mengekplorasi alam sekitar mereka. Sumber belajar tidak hanya
rendah, pembelajaran IPA di sekolah dasar harus lebih difokuskan pada kegiatan
IPA dapat diintegrasikan dengan topik-topik lain pada bidang lain seperti bahasa,
IPS dan lain-lain yang disajikan dalam bentuk tema (tematik) untuk kelas yang
lebih rendah (kelas 1 sampai kelas 3). Pada kelas yang lebih tinggi (4 sampai 6)
dengan bidang studi lain. Siswa mulai dapat diajak untuk melakukan eksplorasi
52
terhadap alam melalui kegiatan inkuiri. Lebih lanjut Boyd (1984),
pembelajaran IPA harus menghindari subject based dimana materi diambil dari
buku-buku teks, tetapi dikembangkan dari pengalaman yang paling dekat dengan
siswa.
dilandasi oleh proses inkuiri merupakan strategi yang harus dikembangkan dalam
terjadi di sekitar mereka (Anneta & Dotger, 2006; Sato, 2006). Menurut Sandall
& Barbara (2003) strategi pembelajaran IPA di sekolah dasar harus didasarkan
pada pengetahuan tentang bagaimana siswa belajar dan apa kebutuhan mereka.
Konsep yang diajarkan pada peserta didik merupakan contoh dari materi semua
kebutuhan pribadi dan mengenalkan isu-isu sosial (Yager & Hidayat, 1988).
proses sains. Dengan demikian dalam pembelajaran siswa harus terlibat secara
pengumpulan data harus ditampilkan dalam berbagai macam bentuk. Apa yang
53
dipelajari harus merefleksikan bagaimana materi tersebut dikembangkan sesuai
sekolah dasar adalah dengan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas IPA
(learning by doing). Siswa harus diberi waktu, materi dan kesempatan untuk
penyeimbang dalam aktivitas di kelas. Siswa pada setiap kelas di jenjang sekolah
dasar harus mampu menampilkan gagasan dan tanggung jawab ketika mereka
alam, namun tentu saja hasil yang ingin diperoleh dari kegiatan tersebut harus
ditentukan dengan jelas. Siswa harus memahami bahwa mereka diharapkan untuk
mendesain percobaan yang sesuai, mengumpulkan dan mencatat data dari hasil
penemuan mereka, melihat pola dan hubungan, dan menilai validitas dari
tersebut, maka strategi pembelajaran IPA berorientasi pada aktivitas inkuiri yang
alasan pertama bahwa kita sekarang berada dalam era ”ledakan ilmu
54
atau informasi akan dihasilkan 2 – 5 kali lipat setiap tahunnya. Oleh karenanya
tersebut pada siswa, tetapi guru dapat mengajarkan pada siswa bagaimana
menganalisis informasi dan mencari informasi baru. Alasan kedua yang diberikan
oleh NSTA (1990) bahwa dengan memberikan semua informasi pada siswa
sekolah dasar, maka batang tubuh ilmu IPA akan menyusut. Hal ini dapat
dipelajari oleh siswa, tetapi juga merupakan proses, nilai serta teknologi. Alasan
yang ketiga adalah kita tidak bisa meprediksikan informasi yang mana yang
diberikan pada siswa sekolah dasar yang nantinya akan mereka pakai bila mereka
memilih karir dalam bidang IPA pada abad berikutnya. Alasan terakhir adalah
masalah baru yang harus mereka temukan pemecahannya. Manusia yang sukses
pada abad mendatang adalah manusia yang dibekali dengan kemampuan untuk
IPA harus dipandang sebagai kata kerja (verb) dari pada kata benda (noun). IPA
adalah cara berpikir dan bertindak daripada dipandang sebagai kumpulan fakta
(NSTA, 1990).
PEMBELAJARAN IPA
negara tidak terlepas dari adanya upaya pemerintah negara tersebut untuk
55
meningkatkan kualitas tenaga pengajar. Sebagai upaya untuk meningkatkan
Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Salah satu tuntutan
yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian
atau keterampilan yang tinggi. Hal ini juga pengaruh terhadap penampilan atau
tentang Guru dan Dosen merupakan penghargaan yang tinggi terhadap profesi
guru dan dosen. Tetapi di sisi lain pengakuan tersebut mengharuskan guru untuk
terhadap guru sebagai tenaga profesional akan diberikan pada guru yang telah
sarjana atau diploma empat (UUGD pasal 9, 2005) dan serifikat pendidik
56
Shulman (1987) menyatakan kriteria yang berbeda dengan apa yang
dituliskan dalam UUGD. Menurut Shulman, guru profesional adalah guru yang
Guru yang memiliki pengetahuan tentang kurikulum adalah guru yang mengenal
wilayah dan lokal (NSTA, 2003). Dalam konteks pendidikan di Indonesia, guru
pentingnya isi yang tertuang dalam dokumen PERMEN No. 22 Tahun 2005
Tentang Standar Isi dan dokumen PERMEN No. 23 Tahun 2005 Tentang Standar
kurikulum merupakan guru yang dapat memahami apa yang dirumuskan oleh
menjadi aktivitas sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh standar dalam silabus
(1998) menyatakan bahwa konten merujuk pada dua hal, yaitu: konsep dan prinsip
yang dipahami melalui IPA serta konsep dan hubungannya dengan domain dalam
57
penyiapan guru IPA yang dinyatakan oleh NSTA (1998) merujuk pada konsep
profesional dalam IPA dan melalui proses investigasi ilmiah. NSTA (2003)
dan kecakapan yang dipelajari atau harus dipelajari dalam kurikulum pendidikan
IPA. Hal ini meliputi konsep-konsep IPA dan hubungan antar konsep-konsep
aplikasinya, metode dan proses untuk melakukan investigasi ilmiah. Dari definisi
tentang konsep yang dinyatakan oleh NSTA, maka dapat dikatakan bahwa konsep
penguasaan konsep yang kuat merupakan salah satu aspek yang sangat dianjurkan
untuk dimiliki oleh guru IPA. Lebih lanjut NSTA (2003) menyatakan bahwa guru
yang siap dengan konten dapat menunjukan bahwa mereka: memahami dan
sains; memahami dan berhasil mengajarkan siswa aplikasi sains untuk personal
pedagogi dalam pembelajaran. Blatchford, et al. (2002) dan Reece & Walker
58
” the practice (or the art, the science or the craft) of teaching, but in the
early years any adequate conception of educative practice must be wide
enough to include the provision of learning environments for play and
exploration” (Blatchford, et al., 2002).
bagian yang dapat difahami peserta didik merupakan aktivitas pedagogi guru.
dan melakukan aktivitas ber-IPA. Pernyataan ini mengandung arti bahwa guru
siswa untuk mempelajari masalah yang berkaitan dengan IPA dan meningkatkan
59
merupakan aspek-aspek yang termasuk kedalam pedagogical knowledge. Guru
karena itu menciptakan situasi agar siswa belajar melalui berbagai strategi adalah
salah satu tuntutan dari guru untuk melangsungkan pembelajaran yang efektif.
atau biasa disingkat dengan PCK pertama kali dikenalkan oleh Shulman pada
pengetahuan dalam mengajar terletak pada irisan antara konten dan pedagogi.
PCK merupakan pengetahuan yang dikembangkan oleh guru dari waktu ke waktu
bagimana dan dengan cara apa konten tersebut dapat dapat dipahami lebih baik
baik terhadap konten yang diajarkannya. Pemahaman konten yang tinggi ini
60
mengadaptasi prosedur-prosedur mengajar, strategi dan pendekatan, untuk
salah satu kunci sukses dari mengajar guru. The Board of Regent University of
efektif dan membantu siswa belajar, maka guru harus mengetahui siapa peserta
didik yang aka dihadapinya. Bagaimana latar belakang, kebiasaan dan dari mana
demokratis akan mendukung siswa untuk memiliki motivasi internal yang tinggi
61
yang dilakukan oleh Archer (1999) dan Abell & Smith (2003) menunjukkan
bahwa guru memiliki pengaruh yang paling penting terhadap kemajuan murid.
Persiapan guru berkorelasi kuat dengan pencapaian murid (Hammond et al., 2000;
A key aspect of effective teaching is having a plan for what will happen
in the classroom each day. Creating such a plan involves setting realistic
goals, deciding how to incorporate required materials (course textbooks)
and other materials, and developing activities that will promote learning.
Menurut Reece & Walker (1997) persiapan mengajar memiliki dua fungsi,
62
siswa metode
Tujuan Evaluasi
Gambar 2.2
Pendekatan Yang Digunakan Dalam Menyusun Rencana Pembelajaran
2) Menyeleksi topik yang akan diajarkan dan menentukan topik umum yang akan
63
Rencana pelajaran dapat disusun untuk jangka waktu panjang (rencana
tahunan), unit, mingguan, dan harian. Persiapan mengajar disusun dalam silabus
dan alokasi waktu untuk setiap langkah pembelajaran serta evaluasi. Dalam
berapa alokasi waktu yang tersedia. Sedangkan di sekolah lanjutan guru fokus
pada persiapan materi ajar yang akan disajikan untuk siswa dan bagaimana
menyajikan konten tersebut dengan cara yang menarik bagi siswa (Cooper, 1997:
28).
secara aktif dalam pembelajaran yang dilangsungkan merupakan hal yang penting
dengan pembelajaran berkaitan erat dengan pencapaian siswa (Fisher et al., 1980)
Cooper.
pembelajaran, yang meliputi pendekatan dan metode apa yang akan digunakan,
64
dilangsungkan apakah siswa bekerja secara kelompok atau secara individual.
Aspek kedua adalah bagaimana guru membuat rumusan tujuan untuk sebagai
menjadi empat macam, yaitu: rumusan tujuan bersifat tingkah laku (behavioural
(observable) dan dapat dikerjakan (workable) sebagai bukti bahwa siswa telah
solving meminta siswa untuk melakukan proses berpikir melalui isu-isu yang
rumusan yang hampir sama dengan rumusan tujuan bersifat ekspresif, hanya saja
Dari keempat macam rumusan tujuan di atas, rumusan tujuan bersifat behavioral
Menurut Bloom (1956) rumusan tujuan harus ditujukan pada tiga ranah,
65
Domain ini meliputi pengenalan dan recalling terhadap fakta spesifik, pola-pola
pengetahuan, Anderson & Krathwool (2001) membagi dimensi ini menjadi empat
prosedural dan pengetahuan metakognisi. Domain afektif terdiri dari lima kategori
dan psikomotor merupakan hal yang perlu diperhatikan. Dengan mengacu pada
tujuan pendidikan dasar yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2004) maka dapat
pendidikan yang lebih tinggi. Di sisi lain rumusan tujuan pada ranah afektif dan
66
untuk menjadi pribadi mandiri dan kuat baik secara fisik dan mental sehingga
siswa siap berperan serta dalam masyarakat ketika mereka beranjak menuju
remaja.
pembelajaran yang dirancang dengan rumusan tujuan yang mencakup tiga domain
yang dikemukakan oleh Bloom (1956) memiliki efek positif terhadap hasil yang
diperoleh siswa. Siswa sekolah dasar yang dijadikan sebagai kelas eksperimen
kognitif, psikomotor dan afektif dalam pelajaran IPA terpadu memiliki sikap dan
hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang belajar di kelas kontrol dimana
rumusan tujuan hanya mencakup aspek kognitif. Penelitian yang dilakukan oleh
Cano (1990) menyimpulkan bahwa rumusan tujuan yang dibuat oleh guru
berpengaruh erat terhadap pencapaian siswa dan retensi siswa. Guru yang
memperoleh hasil tes tertulis dan tes kinerja yang lebih baik dari siswanya
pembelajaran, yaitu guru, siswa, media, sumber belajar, serta fasilitas ruangan
atau kelas. Cooper (1990) mengidentifikasi ada lima komponen yang menjadi
67
memahami konsep, komunikasi interpersonal, pengelolaan kelas dan belajar
mengemukakan ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu: bagaimana guru
Membuka pelajaran merupakan aksi atau pernyataan guru yang dirancang untuk
menempatkan siswa dalam kerangka yang sesuai dengan fikiran siswa untuk
siswa terhadap pelajaran yang akan mereka pelajari dan memotivasi siswa untuk
oleh Gagne dan Briggs menyimpulkan hal yang serupa, yaitu adanya korelasi
antara motivasi siswa dengan apa yang dilakukan oleh guru pada kegiatan
organisasi kerangka untuk ide, prinsip dan informasi yang akan dipelajari
68
pengetahuan mereka (Breaux, 2008). DeCecco (1990) mengemukakan
memusatkan perhatian siswa sebagai fungsi yang diharapkan oleh guru. DeCecco
bahwa guru dapat membentuk perilaku siswa ketika siswa diberitahu apa yang
contoh dan analogi. Ide, konsep dan prinsip-prinsip yang abstrak seringkali tidak
Penggunaan contoh dan analogi dapat mengatasi masalah tersebut (Cooper, 1990).
Beal (1999), Glyn (1991) yang dikutip oleh Orgil dan Bordner (2004) menyatakan
dengan apa yang sudah dikenali oleh siswa dan digunakan untuk mengaitkan
pengetahuan baru dengan struktur pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa.
siswa untuk tertarik dan terlibat dalam pembelajaran yang akan dilangsungkan.
69
harus menyatakan pembelajaran yang akan dilangsungkan dengan
menghubungkan apa yang sudah siswa ketahui dengan apa yang akan mereka
materi pelajaran yang akan dipelajari dengan pengalaman yang sudah dimiliki
oleh siswa dan melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan berbagai cara seperti
pembelajaran yang interaktif. Penelitian yang dilakukan oleh Leroy dan Anita
pertanyaan oleh guru. Siswa yang diberi pertanyaan tidak hanya bersifat hapalan
konsep memiliki hasil yang lebih baik dalam berpikir kritis dan pemecahan
masalah. Sadker & Sadker (1990) menyatakan bahwa teknik bertanya yang dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas respon yang diberikan oleh siswa harus
70
memperhatikan aspek-aspek berikut: waktu tunggu, probing, penghargaan pada
yang jawabannya didasarkan pada buku atau sumber kedua lainnya. Dalam
keahlian yang harus dimiliki oleh guru maupun siswa (Widodo, 1996).
metode yang telah dirancang dalam persiapan mengajar (RPP). Anderson &
71
serta elemen-elemen, misalnya mengetahui elemen-elemen dasar seperti kata-kata
yang bersifat teknis, simbol-simbol musik, benda benda alami serta sumber
dipelajari oleh siswa adalah pengetahuan tentang klasifikasi, kategori, prinsip dan
generalisasi, teori, model dan struktur. Dalam dimensi ini siswa diharapkan
mampu untuk menghubungkan elemen dasar dengan struktur atau fungsi yang
lebih besar seperti misalnya aspek yang menyangkut periode (periode geologi,
teori evolusi).
metode dan kriteria prasyarat. Pada dimensi ini siswa dapat melakukan kerja,
keahlian menggunakan cat air, metode imiah, dan kriteria yang digunakan dalam
harus dilakukan oleh guru dalam kegiatan inti. Sadker & Sadker (1990)
72
yang berfungsi untuk menstimulasi keinginan untuk berinkuiri. Kemampuan
untuk ingin melakukan inkuiri ini akan menuntun siswa untuk memperoleh
seringkali merasa khawatir tidak dapat mengelola kelasnya dengan baik sehingga
dasar yang dilandasi oleh aktivitas inkuiri, maka pengelolaan dalam kelompok
kooperatif dan kolaboratif merupakan salah satu tugas yang harus dikembangkan
dilakukan oleh peneliti di Indonesia maupun di luar negara-negara lain. Salah satu
contoh adalah penelitian yang dilakukan oleh Zakaria & Iksan (2006) pada
meningkatkan efektifitas belajar siswa karena siswa lebih terlibat secara aktif
dalam bertukar ide untuk menyelesaikan tugas mereka. Sementara situasi dalam
73
pemberian umpan bailik yang berkelanjutan terhadap ide-ide penting yang mereka
bahwa siswa sekolah dasar berada pada rentang usia yang dikelompokkan ke
rentang usia ini penggunaan media terutama media yang bersifat konkret sangat
membantu siswa untuk mengenali lebih dekat terhadap materi yang mereka
pelajari. Penelitian yang dilakukan oleh Setyani (2005) dan Susmiati (2009)
baik dalam aspek proses maupun hasil. Kolam dan kebun merupakan fasilitas
media pembelajaran di sekolah dasar diatur oleh PERMEN No. 24 Tahun 2007
74
globe, model tata surya, kaca pembesar, cermin (datar, cekung, cembung) lensa
(datar, cekung, cembung) magnet, poster IPA (metamorfosis, hewan langa, hewan
pernafasan hewan).
merupakan salah satu ciri dari kegiatan pembelajaran yang efektif (Kyriakides et
al., 2008).
Cooper (1990) menyatakan bahwa secara umum ada empat bidang kompetensi
efektif. Keempat bidang tersebut adalah: 1) Memahami peserta didik dan teori
75
diajarkan pada siswa, serta; 4) Mengontrol kemampuan teknik mengajar yang
LePage (2003: 31), secara umum ada tiga area kompetensi yang harus dimiliki
menyangkut isi dan tujuan 3) Pemahaman tentang mengajar dan belajar dalam
yang telah siswa pelajari sebelumnya dan bagaimana mereka akan terus belajar
dengan aspek memahami peserta didik, Bansford, Hammond dan LePage (2003:
31) berpendapat bahwa guru yang kompeten adalah guru yang dapat
untuk dimiliki oleh peserta didik dan bagaimana mereka dapat memunculkan apa
apa yang difikirkan oleh siswa dapat teramati dan melalui umpan balik dapat
76
berinteraksi antar satu domain dengan domain lainnya. Domain-domain tersebut
meliputi domain fisik, sosio-emosional, moral dan kognitif seperti yang telah
dikatakan bahwa guru yang kompeten adalah guru yang memahami siswa yang
Dari segi perkembangan kognitif siswa sekolah dasar berada pada tahap
operasional kongkrit. Dalam tahap ini meskipun sudah mampu berpikir secara
logis namun masih terkait dengan hal-hal kongkrit. Hal ini memiliki implikasi
pada pentingnya menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan apa yang
mereka kenali di sekitar mereka (Boyd, 1983). Dalam aspek perkembangan erotis,
siswa sekolah dasar berada pada fase laten, dimana pada fase ini siswa
memerlukan kegiatan yang melibatkan motorik dan fisik yang tinggi. Dengan
budaya dan lingkungan sosial yang melekat dengan kehidupan siswa (Boyd,
1983).
Erikson (Sukmadinata, 2004) menyatakan bahwa siswa sekolah dasar berada pada
tahap industry Vs inferiority. Pada rentang usia ini mereka sudah mampu
menghasilkan suatu karya, namun masih disertai dengan rasa rendah diri terhadap
77
hasil karya yang dihasilkannya. Dengan demikian, guru yang kompeten adalah
berkarya serta meningkatkan rasa percaya diri terhadap karya-karya yang mereka
bahwa kreativitas merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan dan perlu
pribadi siswa.
yang sebelumnya telah mereka miliki serta sumber daya dan kebutuhan
guru terhadap isi kurikulum atau materi subjek merupakan aspek yang
guru Sekolah Dasar tidak percaya diri untuk melangsungkan pembelajaran IPA
78
hubungan yang signifikan terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Bagi para ahli
siswa merupakan hal yang penting. Kemampuan ini disebut sebagai pedagogical
Akhir-akhir ini PCK dianggap sebagai salah satu aspek yang penting
dikuasai oleh guru. Ball (1991) dan Shulman (1986) menyatakan bahwa PCK
memformulasikan materi yang dapat diterima oleh siswa. Strategi yang digunakan
ketika materi tersebut disajikan dalam pembelajaran dan apa yang tidak
ditekankan dan apa metode yang dipilih guru untuk membantu siswa untuk
memahami materi pelajaran merupakan hal yang harus diperhatikan (Wong &
Lai, 2008).
Pemahaman guru terhadap teori belajar menjadi salah satu aspek penting
yang disyaratkan untuk menciptakan situasi belajar yang berpusat pada siswa
Wright et al., 1997; Rifkin et al., 2000), terutama pendidikan yang dilangsungkan
pada tahap selanjutnya (Parkay et al., 2006). Situasi belajar seperti ini diperlukan
terutama pada masa sekarang ini karena tuntutan standar pembelajaran lebih
79
hidup dan meraih sukses. Dalam hal ini pendidikan memiliki kontribusi yang
tinggi terhadap sukses yang dicapai baik oleh individu maupun oleh sebuah
bangsa.
erat dengan persepsi guru terhadap belajar. Persepsi yang dimiliki oleh guru
Dalam pendidikan terdapat dua kutub belajar, yaitu tabula rasa dan
putih yang dapat diisi apa saja oleh gurunya, atau ibarat wadah kosong yang dapat
diisi apa saja oleh gurunya. Kelompok yang menganut falsafah ini akan memaknai
ditentukan oleh lingkungan atau kondisi belajar tetapi juga oleh pengetahuan awal
yang dimiliki oleh siswa (West & Pine, 1985) karena belajar merupakan
pembentukan ”makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengan
adalah pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari guru terhadap siswa,
namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman yang nyata
80
(Rustaman, 2003). Pernyataan ini diperkuat oleh pernyataan Piaget (dalam Dahar,
pendiagnosa dan fasilitator belajar siswa (Tytler, 2004). Rustaman (2003) dan
empat ciri, yaitu: berkaitan dengan pengetahuan awal siswa (prior knowledge),
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2004) terhadap guru
IPA dan calon guru biologi, sebagian besar responden masih memandang bahwa
siswa tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan sebelumnya dan belajar adalah
hakikat IPA dan dapat melibatkan siswa secara efektif dalam mempelajari sejarah,
filosofi dan praktek IPA, 3) Dapat melibatkan siswa melalui berbagai metode
81
inkuiri ilmiah dan dalam pembelajaran aktif melalui kegiatan inkuiri. Guru dapat
dan mengaplikasikan kurikulum yang bersifat aktif, menyatu dan efektif yang
sesuai dengan tujuan dan rekomendasi dari NSES (National Science Education
menggunakan sumber daya personal, institusional dan sumber daya alam dalam
aman dan efektif untuk mendukung keberhasilan siswa serta kesejahteraan semua
82
Secara khusus untuk sekolah dasar NSTA (2003) menetapkan kompetensi
guru IPA yang meliputi area sebagai berikut:1) Menyatukan konsep dan proses.
Dalam pembelajaran IPA guru sekolah dasar terbiasa dan mengajarkan konsep-
konsep utama serta prinsip yang menyatukan segala usaha dalam bidang sains
yang berguna dalam setiap disiplin ilmu sains, 2) Sains sebagai inkuiri. Dalam
inkuiri, 3) Bidang keilmuan yang terdiri dari fisika, ilmu hayat dan bumi
konsep utama, alat untuk melakukan inkuiri dan struktur ilmu fisika, ilmu hayat
serta ilmu bumi dan antariksa dan membuat membuat aspek-aspek dari mata
pelajaran ini menjadi bermakna bagi siswa, 4) Sains dan teknologi. Guru yang
dan benda buatan manusia, dan membuat aspek materi subjek bermakna bagi
siswa dengan membuat percobaan melalui pembuatan model dari suatu benda
hubungan berbagai sistem usaha manusia termasuk sains dan teknologi; hubungan
antara nilai-nilai sains, teknologi, personal, sosial dan kultural; relevansi dan
pentingnya sains bagi kehidupan peserta didik); proses sains (misalnya sistem
dilangsungkan, hubungan antara pengajaran sains dan belajar sains sesuai dengan
83
nilai-nilai yang dianut masyarakat, serta keterlibatan masyarakat dan institusi
sains. Guru yang membelajarkan sains di SD memahami sejarah dan hakikat sains
untuk calon guru IPA SD sebagai guru kelas. Sebagai guru kelas, guru SD yang
membelajarkan IPA dengan penekanan yang kuat terhadap kegiatan observasi dan
Guru IPA perlu dipersiapkan untuk secara efektif melibatkan siswa dalam
melalui investigasi dan analisis terhadap pengalaman. Guru kelas di sekolah dasar
84
mengetahui dan mengorganisasikan observasi ketetapan dan perubahan, 4)
Evolusi dari sistem alam dan faktor yang menghasilkan keseimbangan evolusi, 5)
Keterkaitan dari bentuk, fungsi dan tingkah laku dari makhluk hidup dan makhluk
tak hidup.
materi biologi, sebagai guru kelas, calon guru harus disiapkan untuk mengarahkan
membedakan tumbuhan, hewan dan makhluk hidup lain, 8) berbagai cara untuk
organisme saling tergantung, 11) pola reproduksi dan siklus hidup dari organisme
yang umum ditemukan, 12) pertumbuhan, perubahan dan interaksi populasi untuk
membentuk komunitas.
siswa dalam memahami: 13) Materi yang meliputi massa, kelarutan dan
senyawa yang memiliki kandungan yang berbeda, 15) Variasi kandungan materi
yang berada dalam fase yang berbeda dan perubahan materi, 16) Mengurutkan
mempengaruhi posisi, gerak dan sifat objek, 18) Mesin dan peralatan sederhana
85
seperti misalnya mur dan sekrup, 19) Cahaya, listrik, suara dan magnet, 20)
Dalam bidang bumi dan antariksa, guru IPA harus disiapkan untuk
mengarahkan siswa dalam memahami: 21) objek alam di langit dan mengapa
cuaca dan musim, 24) perubahan di bumi yang menyebabkan pembentukan dan
erosi permukaan tanah, 25) Kandungan dasar batuan, mineral, air, udara dan
energi, 26) perbedaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tidak dapat
mengapa IPA sangat penting bagi mereka, guru kelas harus disiapkan untuk
investigasi, teknologi dan sebagai disain, 28) Pengaruh dari IPA dan teknologi
terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat, serta terhadap kesehatan pribadi dan
pengumpulan data dan interferensi untuk menguji ide dan membangun konsep-
dimiliki oleh guru sekolah dasar mencakup kompetensi inti guru dan kompetensi
86
guru kelas. Berkaitan dengan kompetensi guru dalam melangsungkan
pembelajaran IPA, ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh guru kelas, yaitu:
1) Mampu melakukan observasi gejala alam baik secara langsung maupun tidak
dengan efektif (Arlington, 2008). Selain itu kemampuan guru ditunjang oleh
belakang yang tidak sesuai dengan bidang studi yang diampunya (Tim Monev
87
FPMIPA UPI, 2004). Hal ini mempengaruhi bagaimana guru melangsungkan
pembelajarannya di kelas.
Penelitian terhadap guru telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Dari
beberapa metode yang dilakukan, Tytler, Waldrip, Griffiths (2004) dan Waldrip
(2008) menyatakan tiga metode yang dapat digunakan, yaitu: metode survey,
interview atau diskusi panel dan observasi langsung di kelas. Banyak penelitian
survey dan tes (Brunkohorst, 1992). Metode ini memiliki kelebihan dapat
secara efektif yang disertai dengan diskusi panel dengan para ahli pendidikan.
Melalui metode ini peneliti dapat memperoleh data tentang praktek pembelajaran
yang dilangsungkan guru serta apa yang guru yakini dalam pembelajaran tersebut
dan diskusi panel dapat menjaring keinginan terhadap pengetahuan apa yang perlu
dalam kelas telah dilakukan oleh Hameyer et al. (1995) dalam pembelajaran IPA
di Jerman, Belanda, USA dan Swedia. Dari peneltian yang dilakukan dihasilkan
beberapa prinsip dari pembelajaran IPA yang efektif. Metode ini juga digunakan
88
di Australia (Tobin & Fraser, 1990) yang menghasilkan prinsip-prinsip
pengelolaan kelas.
bagi guru sekolah dasar merupakan aktivitas yang penting untuk meningkatkan
dalam IPA ditetapkan oleh Standar nasional (Bybee et al., 1977) yang didukung
oleh manual untuk mendukung gagasan nasional ini (Schibechi, 2002). Dalam
keterlibatan guru dalam beragam aktivitas yang berhubungan dengan peran guru
pasca sarjana; program non degree seperti misalnya kursus-kursus yang diadakan
Australia (dalam Schibechi & Hickey, 2002) kelas merupakan komponen esensial
89
dari pengembangan profesional guru. Berdasarkan laporan dari Departemen
disusun dengan baik, masukkan dari orang lain seperti misalnya konsultan atau
Hickey, 2002). Pendapat tersebut didukung oleh Anneta & Shymansky (2005)
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli yang telah
pembelajaran IPA di sekolah dasar, guru perlu memiliki kemampuan dalam lima
90
2. Kemampuan dalam memahami materi IPA (content knowledge) yang
hakikat pembelajaran dan belajar IPA yang dilandasi oleh hakikat IPA dan
91
proses sains dalam pembelajaran, kemampuan untuk mengembangkan
yang ada dengan kondisi yang diinginkan (Borg & Gall, 2003). Kesenjangan
dapat berupa pengetahuan, kecakapan, tingkah laku atau sikap yang diperlukan
untuk ditampikan lebih efektif (Wentling, 993). Menurut Borg & Gall (2003),
needs assessment berhubungan erat dengan model evaluasi yang dilandasi oleh
analisis kebutuhan yang bersifat kualitatif juga banyak dilakukan dalam penelitian
di bidang pendidikan. Menurut Rouda & Kusy (1996) kesenjangan yang ada dapat
92
berhubungan dengan kelembagaan atau performance seseorang / individual
performance.
”kebutuhan” sebagai suatu ”keinginan”. Borg dan Gall (2003) menyatakan bahwa
kondisi yang menjadi harapan, yaitu: kondisi ideal, norma, kondisi minimum,
yang terjadi atau kondisi yang ada dengan kondisi ideal, norma dan kondisi
dalam kebutuhan.
hasil atau target yang diharapkan. Dengan mengetahui apa yang dimiliki oleh
instruktur dan apa yang diinginkan oleh peserta pelatihan merupakan hal penting
yang dilakukan untuk menentukan isi dari program pelatihan. Melakukan analisis
93
kebutuhan sebelum program pelatihan dilangsungkan dapat menentukan
kecakapan apa yang perlu ditingkatkan oleh peserta pelatihan dan menyediakan
profesionalisme guru yang efektif dimulai dengan memahami kebutuhan guru dan
definisi masalah dan langkah utama dari analisis kebutuhan dalam program
pelatihan adalah menentukan apakah pelatihan tersebut diperlukan atau tidak. Jika
pelatihan tersebut diperlukan maka harus ditentukan pelatihan apa yang harus
diberikan. Meskipun sebagian besar guru menganggap diri mereka sebagai orang
yang memiliki pengetahuan dan memiliki rasa percaya diri, tetapi dalam waktu
yang sama mereka seringkali merasakan adanya kesenjangan dari apa yang
mereka ketahui dengan tantangan yang akan dihadapi ketika mereka dituntut
maka kegiatan tersebut akan sesuai dengan apa yang diperlukan oleh peserta,
diketahui apa yang tidak dikuasai oleh guru dan apa yang sudah guru kuasai.
Dengan kata lain program pelatihan akan efektif bila dilandasi oleh analisis
94
terbuangnya waktu, sumber daya, dana serta menghancurkan motivasi dan
antusiasme dari peserta yang terlibat dalam kegiatan pelatihan. Menurut Wanzare
Rouda & Kusy (1996) menyarankan empat langkah yang dapat dilakukan
situasi yang diinginkan. Dalam hal ini kondisi kondisi yang diharapkan atau
dan kemampuan yang perlu dicapai. 2) Menentukan situasi yang ada. Dalam hal
ini situasi yang sedang terjadi dianalisis untuk melihat kecakapan, pengetahuan
dan kemampuan seseorang atau organisasi. Hal lain yang perlu dianalisis dalam
tahap ini adalah tujuan, suasana dan hambatan internal serta eksternal. 3)
Menentukan kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang diinginkan.
Dalam tahap ini hasil pengataman terhadap kondisi yang ada dibandingkan
dan kepentingan. Dalam tahap ini daftar kebutuhan dibuat dan kemudian dibuat
skala prioritas. Kebutuhan mana yang memang dapat dipecahkan oleh program
95
perlu dikumpulkan. Burton dan Meril (dalam Moeini (2009) menentukan enam
kebutuhan antisipatif atau kebutuhan masa depan, dan kebutuhan yang diperlukan
terhadap kelompok, memberikan tes atau ujian, mencuplik sampel dari pekerjaan
kelompok atau individual. Rouda & Kusy (1996) menyarankan untuk melakukan
di kelas. Berdasarkan penelitian yang mereka lakukan, ada tiga kategori yang
96
(2007) melakukan penelitian analisis kebutuhan terhadap guru-guru IPA sekolah
IPA sekolah dasar di Pakistan dengan menggunakan metode pemberian tes, dan
kebutuhan, melakukan observasi terhadap apa yang telah dimiliki oleh calon
dengan cara membuat daftar tugas dari pekerjaan yang harus dilakukan oleh calon
pembelajaran IPA, maka daftar tugas yang dibuat adalah tugas-tugas yang
97
dilangsungkannya. Setelah daftar tugas disusun, maka dilakukan verifikasi untuk
mereview daftar yang telah disusun tersebut. Langkah ini melibatkan tenaga ahli
dan dapat pula dilakukan dengan melakukan wawancara dengan praktisi yang
kepentingan dari daftar pekerjaan yang yang telah disusun. Aktivitas identifikasi
terhadap apa yang telah dimiliki oleh calon peserta pelatihan merupakan langkah
pemberian angket.
Masalah merupakan tingkah laku yang digarapkan dikurangi tingkah laku yang
sebagai ”masalah pelatihan”. Hal ini menandakan bahwa tidak semua kesenjangan
antara apa yang diharapkan dengan apa yang ada dapat diperbaiki melalui
program pelatihan. Banyak kegiatan lain yang dapat digunakan untuk lebih tepat
permasalahan yang ada. Ada tiga alasan utama yang menyebabkan mengapa
orang tidak menampilkan tingkah laku sesuai dengan apa yang diharapkan: 1)
98
tidak mengetahui bagaimana atau kapan tingkah laku tersebut harus ditampilkan,
tingkah laku sesuai dengan apa yang diharapkan dapat digolongkan ke dalam tiga
lingkungan.
organisasi dan lingkungan merupakan masalah yang sulit untuk dipecahkan tetapi
masalah yang berkaitan dengan ketiga masalah di atas. Hal yang perlu digaris
pelatihan. Jika hal ini tidak tercapai, maka dapat saja program pelatihan yang
dalam pelatihan.
dapat dilakukan mlalui analisis konten dan analisis kerja. Analisis konten
99
yang diperlukan untuk menampilkan pekerjaan yang terbaik. Analisis kerja
disebut pula sebagai job analysis atau task analysis. Analisis ini digunakan untuk
mencari tugas dan kecakapan utama yang diperlukan oleh sebuah pekerjaan.
(WHO, 2000).
menuju kecakapan yang paling dikuasai oleh guru. Suatu kebutuhan dinyatakan
dalam pekerjaan mereka, apabila kecakapan tersebut tidak dimiliki oleh kurang
dari 50% masyarakat. Kauffman (2003), menentukan kebutuhan dengan cara yang
yang sangat diperlukan dan kebutuhan yang diperlukan. Kebutuhan yang sangat
diperlukan merupakan kecakapan yang apabila tidak dimiliki oleh guru akan
apabila tidak dimiliki mungkin akan berdampak pada efisiensi dan efektivitas
suatu pekerjaan. Lebih lanjut Kauffman (2003) menyatakan bahwa skala prioritas
terhadap kebutuhan dapat dilakukan dengan meminta pendapat para ahli atau
merujuk pada pendapat para ahli di bidang tertentu. Dari pendapat Wentling
100
pembelajaran IPA dapat ditentukan dengan memadukan kedua cara tersebut, yaitu
dengan melihat skala prioritas dan urutan dari kecakapan yang ditampilkan oleh
pembelajaran IPA.
101