BIOLOGI
IKAN KERAPU
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah untuk mengetahui klasifikasi
ikan kerapu, morfologi ikan kerapu, dan tingkahlaku ikan kerapu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ikan Kerapu
Klasifikasi
Ikan karapu mempunyai 15 genera yang didalamnya terdiri dari 159
spesies. Data yang diperoleh menunjukan klasifikasi ikan karapu menjadi
beberapa kelas. Bahkan telah ditemukan 110 jenis spesies ikan karapu di
perairan indo- Pasifik. Habibat asli dari ikan karapu ini yakni di sekitar
terumbu karang dan biasa berkamuflase melalui celah-celah terumbu
karang untuk mengecoh mangsanya. Ikan karapu akan berenang pada
sekitar terumbu karang dilautan tropis dan memangsa ikan kecil yang
bergerak atau berenang aktif di air. Untuk mengenal ikan karapu lebih
dalam, berikut klasifikasinya :
Kingdom :Animalia
Klas :Pisces
Sub kla :Teleostei
Ordo :Percomorphi
Sub ordo :Percoidea
Devisi :Perciformis
Famili : Serranidea
Sub famili : Epinephelinea
Genus : Epinephelus
Spesies : Epinephelus fuscoguttatus
Famili : Serranidea
Sub famili : Epinephelinea
Genus : Epinephelu
Spesies : Epinephelus fuscoguttatu
Penyebaran
Jenis kerapu ini disebut juga polka dot grouper atau hump backed
rocked atau dalam bahasa lokal sering disebut ikan kerapu . Ciri-ciri tubuh
adalah berwarna dasar abu-abu dengan bintik hitam. Daerah habitatnya
meliputi Kepulauan Seribu, Kepulauan Riau, Bangka, Lampung dan
kawasan perairan berterumbu karang. Kerapu Sunu (coral trout) sering
ditemukan hidup di perairan berkarang. Warna tubuh merah atau
kecoklatan sehingga disebut juga kerapu merah, yang warnanya bisa
berubah apabila dalam kondisi stres. Mempunyai bintik-bintik biru bertepi
warna lebih gelap. Daerah habitat tersebar di perairan Kepulauan
Karimunjawa, Kepulauan Seribu, Lampung Selatan, Kepulauan Riau,
Bangka Selatan, dan perairan terumbu karang.
Ikan kerapu adalah ikan karang yang habitatnya di batu karang dan
merupakan ikan yang bergerombol dan selalu aktif mencari pakan, jika
pemberian pakan kurang terutama pada ukuran panjang di bawah 4 cm,
ikan ini akan memakan temannya (Alit, 2010). Bahwa semakin tinggi padat
penebaran ikan semakin tinggi pula persaingan dalam ruang gerak
(Stickney & Lovell, 1977 dalamAlit, 2010).
Masa kritis kedua dijumpai pada waktu larva berumur 8 hari (D8)
memasuki umur 9 hari (D9), dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan
bentuk tubuh yang sangat panjang dan spesifik, sampai pada hari ke 20
(D20) larva berkembang dengan baik dan belum menunjukkan adanya
tanda-tanda kematian, akan tetapi memasuki hari ke 22 (D22), 23 (D23)
sebagian dari larva baik yang masih kecil maupun yang sudah besar mulai
nampak adanya kematian. Diawali dengan adanya gerakan memutar
(whirling) yang tidak terkendali kemudian terbalik lalu mati.
Pada hari kesembilan (D9) mulai diberi pakan naupli artemia yang
baru
menetas dengan kepadatan 0,25 - 0,75 ekor/ml media. Pemberian pakan
naupli artemia ini dilakukan sampai larva berumur 25 hari (D25) dengan
peningkatan kepadatan hingga mencapai 2 - 5 ekor/ml media. Disamping
itu pada hari ke tujuh belas (D17) larva mulai diberi pakan Artemia yang
telah berumur 1 hari, kemudian secara bertahap pakan yang diberikan
diubah dari Artemia umur 1 hari ke Artemia setengah dewasa dan akhirnya
dewasa sampai larva berumur 50 hari.
BAB III
PENUTUP
Bagi kesehatan
DHA dan EPA adalah dua zat ajaib yang amat dibutuhkan manusia.
Zat ini memiliki manfaat yang kompleks banyaknya. Salah satunya adalah
menurunkan kadar Trigliserida dalam darah. Trigliserida adalah lemak
yang diproduksi tubuh karena adanya akumulasi glukosa dalam aliran
darah. Sehingga lemak ini menempel di dinding pembuluh darah bila
sampai berlebihan. Trigliserida juga dapat membuat seseorang menjadi
bugar bila jumlahnya normal.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran