Bab I1
Bab I1
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Perencanaan pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan mempertimbangkan dana yang
tersedia. Untuk mencapai efisiensi dalam penyusunan daftar kebutuhan obat digunakan
gabungan dua cara analisis, yaitu analisis VEN dan ABC (Paretto). Analisis VEN
mengelompokan obat berdasarkan tingkat kegawatdaruratan untuk pengobatan pasien.
Pembagian VEN adalah sebagai berikut :
a. Kategori V adalah obat vital dengan jumlah sedikit tetapi harus selalu disediakan untuk
menyelamatkan jiwa pasien
b. (life-saving drug), misalnya insulin, heparin, adrenalin, atropin sulfat, albumin dan obat-
obat pelayanan kesehatan standar, misalnya serum antibisa ular.
c. Kategori E adalah obat esensial yang umum digunakan dalam pelayanan kesehatan
masyarakat, misalnya obat jantung, obat hipertensi, obat diabetes.
d. Kategori N adalah obat non-esensial yang boleh disediakan atau boleh tidak disediakan
karena tidak membahayakan nyawa bila tidak tersedia, misalnya food suplement dan
vitamin (Quick,1997).
Analisis ABC/Paretto mengelompokkan obat berdasarkan volume and value of
consumption obat, yaitu sebagai berikut:
a. Kelompok A adalah obat yang berharga mahal dan sering ditulis dengan resep dokter,
menyerap dana sebesar ± 80% dari total dana dengan jumlah item ± 20% dari total item obat
yang ada.
b. Kelompok B adalah obat yang dibutuhkan dalam banyak kasus dan sering keluar,
menyerap dana sebesar ± 15% dari total dana dengan jumlah item ± 60% total item obat yang
ada.
c. Kelompok C adalah kelompok obat yang hanya sebagai suplemen saja. Menyerap dana
sebesar ± 5% dari total dana dengan jumlah item± 20% total item obat yang
ada (Quick,1997).
2.3 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merelisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui:
1. Pembelian
2. Produksi atau pembuatan sediaan farmasi
3. Sumbangan/drooping atau hibah
Pembelian dengan penawaran yang kompetitif( tender) merupakan suatu metode
penting untuk mencapau keseimbangan yang tepat antara mutu dan harga, apabila ada dua
atau lebih pemasok, apoteker harus mendasarkan pada criteria berikut :
mutu produk, reputasi produsen, harga, berbagai syarat, ketepatan waktu pengiriman, mutu
pelayanan pemasok, dapat dipercaya, kebijakan tentang barang yang dikembalikan, dan
pengemasan.
Tujuan pengadaaan :
Mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik,
pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancer, dan tidak memerlukan
tenaga serta waktu berlebihan.
1. Pembelian
Pembelian adalah rengakain proses pengadaan unutuk mendapatkan perbekalan farmasi.
Hal ini sesuai dengan peraturan presiden RI no 94 tahun 2007 tentang pengendalian dan
pengawasan atas pengadaan dan penyaluran bahan obat, obat spesifik dan alat kesehatan
yang berfungsi sebagai obat dan peraturan presiden RI no 95 tahun 2007 tentang perubahan
ketujuh atas keputusan presiden no 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan
barang atau jasa pemerintah.
3. Sumbangan /hibah/droping
Pada prinsipn pengelolaan perbekalan farmasi dari hibah/ sumbangan, mengikuti k aidah
umum pengelolaan perbekalan farmasi regular. Perbekalan farmasi yang tersisa dapat dipakai
untuk menunjang pelayanan kesehatan disaat situasi normal. (Depkes RI,2008)
2.4 Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan
sesuai aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan.
Penerimaan perbekalan farmasi harus dulakukan oleh petugas yang bertanggung jawab.
Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan harus terlatih baik dalam tanggung jawab dan
tugas mereka, serta harus mengerti sifat penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim
penerimaan harus ada tenaga farmasi.
Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai
kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan
Perbekalan farmasi yang di terima harus sesuai dengan spesifikasi kontrak yang telah
ditetapkan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penerimaan :
1. Harus mempunyai Material, Safety, Data, Sheet(MSDS), untuk bahan berbahaya.
2. Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai serticate of origin.
3. Sertifikat analisa produk (Depkes RI,2008)
2.5 Penyimpanan
Gudang merupakan tempat penyimpanan sementara sediaan farmasi dan alat kesehatan
sebelum didistribusikan. Fungsi gudang adalah mempertahankan kondisi sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang disimpan agar tetap stabil sampai ke tangan pasien (Siregar,2004).
Tujuan penyimpanan adalah :
a. Memelihara mutu sediaan farmasi
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c. Menjaga ketersediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan (Depkes RI,2008)
Penumpukan stok barang yang kadaluwarsa dan rusak dapat dihindari dengan pengaturan
sistem penyimpanan seperti fisrt expired fisrt out (FEFO) dan fisrt in fisrt out (FIFO). Sistem
FEFO adalah dimana obat yang memiliki waktu kadaluwarsa lebih pendek keluar terlebih
dahulu, sedangkan dalam sistem FIFO obat yang pertama kali masuk adalah obat yang
pertama kali keluar (Quick,1997).
Obat-obatan sebaiknya disimpan sesuai dengan syarat kondisi penyimpanan masing-
masing obat. Kondisi penyimpanan yang dimaksud antara lain adalah temperatur/suhu sekitar
20-250C, kelembaban dan atau paparan cahaya. Tempat penyimpanan yang digunakan dapat
berupa ruang atau gedung yang terpisah, lemari, lemari terkunci, lemari es, freezer, atau
ruangan sejuk. Tempat penyimpanan tergantung pada sifat atau karakteristik masing-masing
obat(Siregar,2004).
Pengaturan obat digudang dapat dikelompokkan dengan 7 cara yaitu berdasarkan :
1) Kelompok farmakologi/terapeutik
2) Indikasi klinik
3) Kelompok alphabetis
4) Tingkat penggunaan
5) Bentuk sediaan
6) Random bin
7) Kode barang.
Selain disimpan dalam tempertur yang sesuai, barang-barang sebaiknya disimpan dalam
keadaan yang mudah terambil dan tetap terlindung dari kerusakan (Siregar,2004).
Permenkes 28/MENKES/PER/I/1978 tentang penyimpanan narkotika disebutkan bahwa
RS harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika, dimana tempat tersebut harus
seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat, selain itu tempat penyimpanan
narkotika tersebut harus mempunyai kunci yang kuat dan tempat penyimpanan terbagi
menjadi 2 bagian masing-masing dengan kunci yang berlainan.
2.6. Distribusi
2.6.1 Distribusi rawat inap
Distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan merupakan salah satu tugas utama
pelayanan farmasi dirumah sakit. Distribusi memegang peranan penting dalam penyerahan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diperlukan ke unit-unit disetiap bagian farmasi
rumah sakit termasuk kepada pasien. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah
berkembangnya suatu proses yang menjamin pemberian sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang benar dan tepat kepada pasien, sesuai dengan yang tertulis pada resep atau kartu obat
atau Kartu Instruksi Obat (KIO) serta dilengkapi dengan informasi yang cukup (Quick,1997).
Tujuan pendistribusian : tersedianya perbekalan farmasi diunit-unit pelayanan secara tepat
waktu tepat jenis dan jumlah (Depkes RI,2008)
Farmasi rawat inap menjalankan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk
memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di RS, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan
atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap diruangan, sistem resep perorangan,
sistem unit dosis dan sistem kombinasi oleh satelit farmasi.
Ada tiga macam sistem pendistribusian rawat inap, yaitu:
a) Sistem persediaan lengkap (Floor stock system), meliputi semua persediaan obat dan alat
kesehatan yang dibutuhkan diruangan. Pelayanan dalam sistem persediaan ruangan salah satu
adalah penyediaan emergency kit (kotak obat darurat) yang digunakan untuk keperluan gawat
darurat (Siregar,2004).
b) Resep perorangan (individual prescribing) merupakan cara distribusi obat dan alat
kesehatan berdasarkan permintaan dalam resep atau kartu obat pasien rawat inap. Sistem ini
memiliki keuntungan berupa adanya pengkajian resep pasien oleh apoteker adanya
kesempatan interaksi profesional penggunaan obat lebih terkendali dan mempermudah
penagihan biaya obat pada pasien. Keterbatasannya adalah adanya kemungkinan
keterlambatan obat untuk dapat sampai kepada pasien (siregar dan amalia, 2004).
c) sistem unit dose dispensing (UDD) didefinisikan sebagai obat yang disiapkan dan
diberikan kepada pasien dalam unit dosis tunggal yang berisi obat untuk sekali
minum. Konsep UDD bukan merupakan inovasi baru dalam farmasi dan pengobatan. Unit
dose dispensing merupakan tanggung jawab farmasi yang tidak dapat berjalan disituas i
institusi rumah sakit tanpa kerja sama dengan perawat dan staf kesehatan yang lain.
Keuntungan UDD antara lain penderita hanya membayar obat yang digunakanya
saja,mengurangi kesalahan pengobatan,memperbesar komunikasi antara apoteker-dokter
perawat,serta apoteker dapat melakukan pengkajian penggunaan obat. Keterbatasannya
adalah jumlah tenaga farmasi yang dibutuhkan lebih tinggi (Siregar dan Amalia,2004).
Kelebihan sistem UDD dibandingkan dengan sistem yang lain diantaranya adalah:
a) Pasien mendapat pelayanan farmasi yang lebih baik selama 24 jam sehari dan hanya
membayar untuk obat-obatan yang digunakan saja,
b) Semua obat yang dibutuhkan dibagian perawatan disiapkan oleh farmasi sehingga perawat
mempunyai lebih banyak waktu merawat pasien,
c) Memberikan kesempatan farmasis menginterpretasikan dan memeriksa kopi pesanan resep,
bagi perawat mengurangi kemungkinana kesalahan obat,
d) Meniadakan duplikasi pesanan obat dan kertas kerja yang berlebihan dibagian perawat dan
farmasi,
e) Menghemat ruang-ruang di pos perawatan,
f) Meniadakan kemungkinan terjadi pencurian dan pemborosan obat,
g) Mengurangi kemungkinan kesalahan obat dan juga membantu menarik kembali kemasan
pada saat obat itu ditarik dari peredaran karena kemasan dosis unit masing-masing diberi
label,
h) Farmasis dapat mengunjungi pos perwatan untuk menjalankan tugasnya yang diperluas
(Siregar,2004).
2.6.2 Disribusi rawat jalan
Pedoman pelayanan farmasi untuk pasien rawat jalan (ambulatory)di RS mencakup:
persyaratan manajemen, persyaratan fasilitas dan peralatan, persyaratan pengelohan order
atau resep obat, dan pedoman operasional lainnya (siregar dan amalia, 2003).
Pelayanan farmasi untuk penderita ambulatory harus dipimpin oleh seorang apoteker
yang memenuhi syarat secara hukum dan kompeten secara professional (Anonim,2012).
Sistem distribusi obat yang digunakan untuk pasien rawat jalan adalah sistem resep
perorangan yaitu cara distribusi obat pada pasien secara individual berdasarkan resep dokter.
Pasien harus diberikan informasi mengenai obat karena pasien sendiri yang akan
bertanggung jawab atas pemakaian obat tanpa adanya pengawasan dari tenaga kesehatan.
Apoteker juga harus bertindak sebagai konsultan obat bagi pasien yang
melakukan swamedikasi (Siregar dan Amalia, 2003).
2.7 Pengendalian
Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran
yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan/ kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Tujuan pengendalian : agar tidak terjadi kelbihan dan kekosongan perbekalan farmasi di
unit-unit pelayanan (Depkes RI,2008)
2.10.1 Monitoring
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas
objektif program/memantau perubahan yang fokus pada proses masuk dan keluar.
2.10.2 Evaluasi
Evaluasi adalah penggunaan metode penelitian sosial secara sistematis menginvestigasi
efektifitas program dan menilai kontribusi program terhadap perubahan (Goal/objektif) dan
menilai kebutuhan perbaikan, kelanjutan atau perluasan program (rekomendasi)
1) Evaluasi memerlukan desain studi/penelitian,
2) Evaluasi terkadang membutuhkan kelompok kontrol atau kelompok pembanding,
3) Evaluasi melibatkan pengukuran seiring dengan berjalannya waktu,
4) Evaluasi melibatkan studi/penelitian khusus.
Kaitan antara Monitoring dan Evaluasi adalah evaluasi memerlukan hasil dari
monitoring dan digunakan untuk kontribusi program (Anonim, 2012).
Monitoring bersifat spesifik program, sedangkan Evaluasi tidak hanya dipengaruhi oleh
program itu sendiri, melainkan variabel-variabel dari luar. Tujuan dari Evaluasi adalah
evalausi efektifitas dan cost effectiveness.
Tujuan : meningkankan produktivitas para pengelola perbekalan farmasi di rumah sakit
agar dapat ditingkatkan secara optimum (Depkes RI,2008)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah suatu proses yang
merupakansiklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengadaan/produksi, penerimaan,
pendistribusian, pengawasan, pemeliharaan, penghapusan, pemantauan, administrasi,
pelaporan, dan evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Tujuan pengelolaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yaitu agar tersedianya sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang bermutu dalam jumlah dan pada saat yang tepat sesuai spesifikasi dan fungsi yang
ditetapkan oleh panitia farmasi dan terapi secara berdaya guna dan berhasil guna .
Untuk menyiapkan tenaga professional tersebut diperlukan berbagai masukan diantaranya
adalah tersedianya pedoman yang tepat digunakan dalam pengelolaan perbekalan farmasi di
rumah IFRS.Mengingat pentingnya pelayanan farmasi di rumah sakit, maka calon
apoteker perlu memahami dan mengenal peranan apoteker di rumah sakit, khususnya
Instalasi Farmasi. Hal ini penting sebagai bekal bagi lulusan
Program Pendidikan Profesi Apoteker apabila bekerja di rumah sakit.