Anda di halaman 1dari 21

A.

KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Gastroenteritis adalah adanya inflamasi pada membran mukosa
saluran pencernaan dan ditandai dengan diare dan muntah (Chow et al.,
2010).
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada
lambung dan usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau lebih.
Gastroenteritis adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari dapat
atau tanpa lender dan darah (Murwani, 2009).
Gastroenteritis akut adalah inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic.
Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan sebagai buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cairan / setengah cair (setengah padat) dengan
demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya berlangsung
kurang dari 7 hari, terjadi secara mendadak (Soebagyo, 2008).
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan
usus halus yang di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat
kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala
keseimbangan elektrolit (Betz, 2002).
Diare dapat diartikan sebagai suatu kondisi buang air besar yang
tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang
encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari
terjadinya proses inflamasi pada lambung dan usus (Wijayaningsih, 2013).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan
bentuk tinja encer atau cair (Suriadi dan Rita, 2010).

2. Etiologi
Penyakit gastroenteritis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1
a. Faktor infeksi
1) Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama gastroenteritis pada anak, meliputi:
a) Infeksi bakteri : Vibrio Parahaemolyticus, Escherichia
Colli, Salmonella Shigella, Campylobacter, Versinia
Aoromonas dan sebagainya.
b) Infeksi virus : Entero Virus ( V.Echo, Coxsacria,
Poliomyelitis)
c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Tricuris, Oxyuris,
Srongyloidis, Protozoa, Jamur).
2) Infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti :
OMA, tonsilitis, bronkopneumonia, dan lainnya.
b. Faktor malabsorbsi:
1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa, dan sukrosa), mosiosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galatosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan
tersering ialah intoleransi laktrosa.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein : asam amino, B laktoglobulin
4) Malabsorbsi vitamin dan mineral
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
(Mansjoer, 2000)

3. Manifestasi Klinik
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna
tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur

2
dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila
penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi makin tampak. Berat badan menurun, turgor kulit berkurang,
mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan
mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang
hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sedangkan
berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik,
isotonik, dan hipertonik (Mansjoer, 2009)
Tanda gejala gastroenteritis menurut Betz (2002)
a. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin
sering
b. Muntah (umumnya tidak lama)
c. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
d. Kram abdomen, tenesmus
e. Membrane mukosa kering
f. Fontanel cekung (bayi)
g. Berat badan menurun
h. Malaise

4. Patofisiologi
Gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus
enteritis), bakteri atau toksin (Salmonella E. colli), dan parasit (Biardia,
Lambia). Beberapa mikroorganisme pathogen ini menyebabkan infeksi
pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin. Penyebab dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien

3
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul
diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.

4
5. Pathways
Faktor Infeksi : Masuk melalui
(amoeba, bakteri, parasit, virus) mak.yg tercemar
Faktor malabsorbsi
Berkembang karbo, lemak, protein
dalam usus
Melepaskan Meningkatkan
enterotoksin tekanan osmotik
di usus
Mengiritasi otot & lapisan Pergeseran air &
mukosa intestinum elektrolit ke rongga
Inflamasi usus secara ber>
Merangsang pembentukan
siklik adenosin monofosfat
Akumulasi berlebih Peningkatan
monosit, sel T Faktor psikologis
volume serta berat
helper & fibroblas Peningkatan feses
Cemas, takut terbukanya kanal Cl
Interleukin-1
Interleukin-6 Cl mengalir cepat
Merangsang saraf
parasimpatis dari dalam sel ke
Merangsang
kripta usus
saraf fagus

Sinyal ke SSP Mengaktifkan


Menstimulasi pompa Na
Pembentukan fleksus submukosa kedalam kripta
prostaglandin otak & fleksus mienterik
Nacl yg ber>
menyebabkan osmosi
Merangsang Mempercepat air dari daarh
hipotalamus peristaltik usus
meningkatkan Hipersekresi air,
titik patokan suhu elektrolit & lendir
(sel point) Hiperperistaltik

Meningkatkan isi rongga usus &


Meningkatkan mendorong agen infeksius
suhu basal

Diare
Hipertermi

Frekuensi BAB meningkat Menurunnya kesempatan


usus menyerap makanan
Kehilangan cairan Iritasi kulit
elektrolit sekitar perianal Nutrisi tidak diserap dengan baik
Kekurangan
Pengeluaran Volume Cairan Malnutrisi
NaHCO3 Pelepasan mediator nyeri
(histamin, bradikinin,
Kehilangan buffer Dehidrasi prostaglandin, dll) Ketidakseimbangan
HCO3 (bikarbonat) Nutrisi
Gangguan Merangsang nosiseptor
Asidosis keseimbangan Kehilanga
cairan & elektrolit Dihantarkan Gangguan
metabolik Integritas Kulit n elektrolit
Serabut tipe A & C
Syok hipovolemik (Na,K,Cl)

Sistem aktivasi retikular thalamus, Penurunan


Kematian
hipothalamus, sistem limbrik peristaltik
Penurunan vol.intra vaskuler paralise
Persepsi nyeri Kembung
Penurunan preload CO2 Penurunan perfusi
jaringan
Nyeri Akut
Kerusakan glomerulus ADO, RBF turun
6. Komplikasi
Bun/Cr meningkat Asidosis metabolik Penurunan PaCO2 Ketidak efektifan pola nafas
5
Sebagai akibat kahilangan cairan dan elektrolit secara mendadak terjadi
berbagai macam komplikasi sebagai berikut:
a. Dehidrasi
b. Renyatan Hiporomelik
c. Kejang
d. Bakterikimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikimia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
Dari komplikasi gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat di klasifikasikan
sebagai berikut (WHO, 1980):
No Tanda dan Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi Berat
Gejala Ringan Sedang
1 Keadaan Sadar, gelisah, Gelisah, Mengantuk, lemas,
Umum haus mengantuk anggota gerak
dingin,
berkeringat,
kebiruan, mungkin
koma, tidak sadar.
2 Denyut Normal kurang Cepat dan Cepat, haus,
nadi dari 120/menit lemah 120- kadang-kadang tak
140/menit teraba, kurang dari
140/menit
3 Pernafasa Normal Dalam, Dalam dan cepat
n mungkin cepat
4 Ubun- Normal Cekung Sangat cekung
ubun besar
5 Kelopak Normal Cekung Sangat cekung
mata
6 Air mata Ada Tidak ada Sangat kering
7 Selaput Lembab Kering Sangat kering
lendir
8 Elastisitas Pada Lambat Sangat lambat
kulit pencubitan (lebih dari 2 detik)
kulit secara
elastis kembali
secara normal
9 Air seni Normal Berkurang Tidak kencing

6
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara Medis (Ngastiyah, 2006)
a. Pemberian cairan pada diare dengan memperhatikan derajad
dehidrasinya dan keadaan umum:
1) Belum ada dehidrasi
Oral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas setiap diare
2) Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
a) Dehidrasi ringan
 1 jam pertama: 25 – 50 CC/Kg BB/oral atau
intragastrik
 Selanjutnya: 50 – 100 CC/Kg BB/hari
b) Dehidrasi sedang
 1 jam pertama: 25 – 50 CC/Kg BB/oral intragastrik
 Selanjutnya: 125 ml/Kg BB/Hari
c) Dehidrasi berat
(1) Untuk anak umur 1 bln-2 tahun berat badan 3-10 kg
 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit = 3
tetes/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml = 15 tts atau
13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)).
 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit = 3
tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 4
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes)).
 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
(2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan
10-15 kg
 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8
tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes)).
(3) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat
badan 15-25kg

7
 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5
tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes)).
 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5
tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes)).
 6 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral
(4) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
 Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250
ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5%
+ 1 bagian NaHCO3 1½%. Kecepatan: 4 jam pertama:
25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) /
8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts)).
(5) Untuk bayi berat badan lahir rendah
(1) Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3
1½ %).
b. Pengobatan Dietetik
1) Untuk anak di bawah 1 tahun dan anakan di atas 1 tahun
dengan BB < 7 Kg, jenis makanan yang diberikan yaitu:
a) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa
rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron)
b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi
tim) bila tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang
ditemukan. Misalnya: susu yang mengandung laktosa atau
asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
2) Untuk anak di atas 1 tahun dengan BB > 7 Kg, jenis
makanannya: makanan padat, cair, atau susu sesuai dengan
kebiasaan di rumah
c. Obat – obatan

8
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa karbohidrat lain )gula, air tajin, tepung beras)
1) Obat anti sekresi
 Asetoral: dosis 25 ml/tahun (minimum 30mg)
 Klorpromazin: dosis 0,5 – 1 mg/Kg BB/hari
2) Obat anti diare (kaolin, pectin, charcoal, tabonal)
3) Antibiotik

Penatalaksanaan Keperawatan :
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya
gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan
rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
proses penyakit. Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu
dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien
lain.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Identitas orang
tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi
nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,
alamat.
b. Riwayat Keperawatan
Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh anak meningkat, anoreksia
kemudian timbul diare. Keluhan utama : Feses semakin cair, muntah,
bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat
badan menurun. Turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :

9
 Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial):
berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
 Gerakan motorik halus: berhubungan dengan kemampuan
anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-
otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya
menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
 Gerakan motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan
dan sikap tubuh
 Bahasa: kemampuan memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
d. Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu
dikaji siapakah yang mengasuh anak, bagaimana hubungan dengan
anggota keluarga dan teman sebayanya.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: Anak tampak lemah.
2) Sistem pernafasan
Pernafasan lebih cepat dan dalam (kusmaul) karena asidosis
metabolik. Keadaan ini terjadi pada pasien yang mengalami diare
berat dan mengalami gangguan biokimiawi akibat menurunnya ion
HCO3- dan H+
3) Sistem kardiovaskuler
Nadi cepat > 160 x/mnt dan lemah, TD menurun < 90 mmHg,
muka pucat, akral dingin dan kadang sianosis (waspada syok).
4) Sistem neurologi
Penurunan kesadaran bila sudah terjadi dehidrasi berat, kejang
karena terjadi penumpukan natrium dalam serum.
5) Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, warna urine kuning keruh, konsistensi
pekat (jika terjadi syok hipovolemik).

10
6) Sistem pencernaan
Mual muntah, diare >3x sehari encer mungkin bercampur lendir
/darah, bising usus meningkat, distensi abdomen, nyeri perut, perut
teraba keras (kram abdomen).
7) Sistem integumen
Turgor kulit menurun, selaput mukosa dan bibir kering, kulit
didaerah perianal merah, lecet.
8) Sistem musculoskeletal : Kelemahan pada ekstremitas
f. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
 Makroskopis: memeriksa bakteri atau kuman penyebab
diare tanpa pewarnaan.
 Mikroskopis: memeriksa kuman penyebab diare dengan
pewarnaan dan dengan menggunakan mikroskop mikro.
b. Berat jenis plasma untuk menentukkan deficit cairan akibat
diare.
c. Pemeriksaan kadar elektrolit terutama kadar natrium,
kalium, kalsium dalam serum (terutama pada penderita diare yang
disertai kejang).
d. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam
darah (Analisa Gas Darah) mendeteksi adanya asidosis metabolik.
e. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui
faal ginjal.
f. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare
b. Hipertermi
c. Nyeri akut
d. Kekurangan volume cairan

11
e. Gangguan Tumbuh Kembang
f. Kerusakan integritas kulit

12
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Nursing Outcomes Nursing Interventions
Classification Classification
1 Diare NOC NIC
Definisi Feses
Bowel elimination 1. Ajarkan
keluar dengan cepatFliud balance keluarga untuk
dan tidak berbentuk.
Hydration menggunakan obat
Batasan Electrolyte and acid anti diare pada anak
karakteristik: base balance 2. Instruksikan
 Nyeri Kriteria hasil : keluarga untuk
abdomen  Feses mencatat warna,
 Kram berbentuk jumlah, dan
 Mengalami  Menjaga rectal frekuensi keluaran
defekasi dari iritasi feses
sedikitnya 3x  Tidak 3. Observasi
dalam sehari mengalami diare tanda-tanda vital
 Mempertahan 4. Evaluasi intake
dalam bentuk
kan turgor kulit makanan masuk
cair
5. Observasi
 Bising usus
turgor kulit secara
hiperaktif
rutin
Faktor 6. Ukur BB tiap
berhubungan: hari
 Proses 7. Atur tetesan
infeksi infus sesuai
 Inflamasi
indikasi
 Iritasi
8. Kolaborasi :
 Malabsorpsi
berikan obat sesuai
 Parasit
 Tingkat indikasi
stress dan
ansietas yang
tinggi
 Efek
merugikan dari
pengobatan
 Efek obat
pencahar
 Bahan/zat
yang dapat
mengontaminasi
2 Kurang Volume NOC NIC

13
Cairan Fluid balance 1. Timbang
Definisi : Hydration popok/ pembalut
Penurunan cairan Nutritional Status : jika diperlukan
intravaskuler, Food and Fluid Intake 2. Pertahankan
interstisial, dan/atau Kriteria Hasil : catatan intake dan
intrasellular. Ini  Mempertahan output yang akurat
mengarah ke kan urine output 3. Monitor status
dehidrasi, sesuai dengan usia hidrasi
kehilangan cairan dan BB, BJ urine 4. Monitor vital
dengan pengeluaran normal, HT sign
sodium normal 5. Monitor
Berhubungan  Tekanan masukan makanan /
dengan : darah, nadi, suhu cairan dan hitung
 Kehilangan tubuh dalam batas intake kalori harian
volume cairan normal 6. Kolaborasi
secara aktif  Tidak ada pemberian cairan
 Kegagalan tanda tanda IV
mekanisme dehidrasi, 7. Monitor status
pengaturan Elastisitas turgor nutrisi
Batasan kulit baik, 8. Berikan cairan
Karakteristik: membran mukosa 9. Berikan cairan
 Kelemahan lembab, tidak ada IV pada suhu
 Haus rasa haus yang ruangan
 Penurunan berlebihan 10. Dorong
turgor masukan oral
kulit/lidah 11. Berikan
 Membran penggantian
mukosa/kulit nesogatrik sesuai
kering output
 Pengisian 12. Dorong
vena menurun keluarga untuk
 Perubahan membantu anak
status mental makan
 Konsentrasi 13. Kolaborasi
urine meningkat dokter jika tanda
 Temperatur cairan berlebih
tubuh muncul meburuk
meningkat
 Hematokrit
meninggi
 Kehilangan
berat badan

14
seketika
(kecuali pada
third spacing)
3 Nyeri Akut NOC : NIC :
Definisi :  Pain Level 1. Lakukan
Sensori yang tidak  Pain control pengkajian nyeri
menyenangkan dan  Comfort level 2. Observasi
pengalaman Kriteria Hasil : reaksi nonverbal
emosional yang  Mampu dari
muncul secara mengontrol nyeri ketidaknyamanan
aktual atau (tahu penyebab 3. Kontrol
potensial kerusakan nyeri, mampu lingkungan yang
jaringan atau menggunakan dapat
menggambarkan tehnik non mempengaruhi
adanya kerusakan farmakologi untuk nyeri seperti suhu
(Asosiasi Studi mengurangi nyeri, ruangan,
Nyeri mencari bantuan) pencahayaan dan
Internasional):  Melaporkan kebisingan
serangan mendadak bahwa nyeri 4. Kurangi faktor
atau pelan berkurang dengan presipitasi nyeri
intensitasnya dari menggunakan 5. Berikan
ringan sampai berat manajemen nyeri analgetik untuk
yang dapat  Mampu mengurangi nyeri
diantisipasi dengan mengenali nyeri 6. Evaluasi
akhir yang dapat (skala, intensitas, keefektifan kontrol
diprediksi dan frekuensi dan nyeri
dengan durasi tanda nyeri) 7. Tingkatkan
kurang dari 6 bulan.  Menyatakan istirahat
Batasan rasa nyaman 8. Kolaborasikan
Karakteristik: setelah nyeri dengan dokter jika
 Perubahan berkurang ada keluhan dan
selera makan  Tanda vital tindakan nyeri tidak
 Perubahan dalam rentang berhasil
frekwensi normal
jantung
 Perubahan
frekwensi
pernafasan
 Diaforesis
 Mengekspre
sikan perilaku
(gelisah,

15
merengek,
menangis)
 Sikap
melindungi area
nyeri
 Melaporkan
nyeri secara
verbal
 Gangguan
tidur
Faktor yang
berhubungan:
Agen cedera
(biologi, kimia,
fisik, psikologis)
4 Resiko Kerusakan NOC NIC
Integritas Kulit  Tissue 1. Hindari kerutan
Definisi : Beresiko Integrity : Skin padaa tempat tidur
mengalami and Mucous 2. Jaga kebersihan
perubahan kulit Membranes kulit agar tetap
yang buruk  Status Nutrisi bersih dan kering
Berhubungan  Tissue 3. Monitor kulit
dengan: Perfusion: perifer akan adanya
Faktor-faktor risiko:  Dialiysis kemerahan
Eksternal : Access Integrity 4. Oleskan lotion
 Hipertermia Setelah dilakukan atau minyak/baby
atau hipotermia tindakan oil pada derah yang
 Substansi keperawatan selama tertekan
kimia 24 jam/hari resiko 5. Monitor status
 Kelembaban gangguan integritas nutrisi pasien
udara kulit tidak terjadi 6. Inspeksi kulit
 Faktor dengan kriteria hasil : terutama pada
mekanik  Integritas kulit tulang-tulang yang
(misalnya : alat yang baik bisa menonjol dan titik-
yang dapat dipertahankan titik tekanan ketika
menimbulkan  Melaporkan merubah posisi
luka, tekanan, adanya gangguan pasien.
restraint) sensasi atau nyeri 7. Jaga kebersihan
 Immobilitas pada daerah kulit alat tenun
fisik yang mengalami
 Radiasi gangguan
 Kelembaban  Mampu

16
kulit melindungi kulit
 Ekskresi dan dan
sekresi mempertahankan
Internal : kelembaban kulit
 Perubahan dan perawatan
status metabolik alami
 Tulang  Status nutrisi
menonjol adekuat
 Defisit  Sensasi dan
imunologi warna kulit
 Berhubunga normal
n dengan
dengan
perkembangan
5 Ketidakseimbanga NOC NIC
n nutrisi kurang  Nutritional Status : Nutrition
dari kebutuhan food and Fluid Management
tubuh Intake 1. Kaji adanya alergi
Definisi: Intake Kriteria Hasil : makanan
nutrisi tidak cukup  Adanya 2. Kolaborasi dengan
untuk keperluan peningkatan berat ahli gizi untuk
metabolisme tubuh badan sesuai menentukan jumlah
Batasan dengan tujuan kalori dan nutrisi
Karakteristik:  Berat badan ideal yang dibutuhkan
 Berat badan 20 sesuai dengan pasien.
% atau lebih di tinggi badan 3. Berikan substansi
bawah ideal  Mampu gula
 Dilaporkan mengidentifikasi 4. Berikan makanan
adanya intake kebutuhan nutrisi yang terpilih
makanan yang  Tidak ada tanda 5. Monitor jumlah
kurang dari RDA tanda malnutrisi nutrisi dan
(Recomended  Tidak terjadi kandungan kalori
Daily Allowance) penurunan berat 6. Berikan informasi
 Membran badan yang berarti tentang kebutuhan
mukosa dan nutrisi
konjungtiva 7. Kaji kemampuan
pucat anak mendapatkan
 Kelemahan otot nutrisi yang
yang digunakan dibutuhkan
untuk Nutrition Monitoring
menelan/mengun 1. Monitor adanya
yah penurunan berat

17
 Luka, inflamasi badan, mual dan
pada rongga muntah
mulut 2. Monitor interaksi
 Mudah merasa anak atau orangtua
kenyang, sesaat selama makan
setelah 3. Monitor
mengunyah lingkungan selama
makanan makan
 Dilaporkan ada 4. Monitor kulit
perubahan kering dan
sensasi rasa, perubahan
kekurangan pigmentasi, turgor
makanan kulit
 Perasaan 5. Monitor
ketidakmampuan kekeringan, rambut
untuk kusam, dan mudah
mengunyah patah
makanan 6. Monitor kadar
 Kehilangan BB albumin, total
dengan makanan protein, Hb, dan
cukup kadar Ht
 Keengganan 7. Monitor makanan
untuk makan, kesukaan, kalori
kram pada dan intake nutrisi
abdomen 8. Monitor
 Tonus otot jelek pertumbuhan dan
 Nyeri abdominal perkembangan
dengan atau 9. Monitor pucat,
tanpa patologi kemerahan, dan
 Kurang berminat kekeringan
terhadap jaringan
makanan konjungtiva
 Pembuluh darah 10. Catat adanya
kapiler mulai edema, hiperemik,
rapuh hipertonik papila
 Diare dan atau lidah dan cavitas
steatorrhea/ oral.
Suara usus 11. Catat jika lidah
hiperaktif berwarna magenta,
 Kehilangan scarlet
rambut yang
cukup banyak

18
(rontok)
 Kurangnya
informasi,
misinformasi
atau Miskonsepsi
Faktor
berhubungan
dengan:
 Ketidakmampua
n pemasukan
atau mencerna
makanan atau
mengabsorpsi
zat-zat gizi
berhubungan
dengan faktor
biologis,
psikologis atau
ekonomi.

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi berdasarkan pada SOAP, meliputi S : Subyek berdasaran
hasil keluhan pasien, O : Obyek berdasarkan hasil dari observasi, A :
Assesment berdasarkan diagnosa apakah sudah teratasi/sebagian/belum
teratasi, dan P : Planning merupakan rencana tindak lanjut dari intervensi
yang akan diberikan di sift berikutnya. Tujuan dari evaluasi ini adalah
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan
baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Betz., Cecily. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik Mosbys Pediatric Nursing
Reference. Edisi 3 Jakarta: EGC
Chan R, Brooks R, Erlich J, Gallagher M, Snelling P, Chow J et al. 2011. Studying
Psychososial Adaptation To End Stage Renal Disease: The Proximal-
Distal Model Of Health-Related Outcomes as a Base Model. Journal Of
Psycosomatic Research 70 pp 455-464.
Dewi, V. Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2012. Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Tidak
dipublikasikan.
Hidayat, A Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Howidi et al. 2012. Burden of acute gastroenteritis among children younger than
5 years of age – a survey among parents in the United Arab Emirates.
BMC Pediatrics. Issue 12 : 74. Diakses pada tanggal 27 Desember 2016
pukul 09.10 WIB.
Kementrian Kesehatan. 2014. Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di
Indonesai. www.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 12 Desember 2016
pukul 09.50 WIB.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus,
FKUI, Jakarta.
Murwani 2009. Pedoman Kateterisasi urin. Edisi revisi. Jakarta : EGC 2009
NANDA. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Jakarta : EGC.
Suriadi, Yuliani, Rita.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta : CV.
Sagung Seto

20
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal
dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
Wijayaningsih, Kartika sari. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans
Info Media.

21

Anda mungkin juga menyukai