Anda di halaman 1dari 7

Resume Kuliah-4

BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE


Environmental Ethics

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Business Ethic And Good Governance”
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA

Oleh:

Arfin Jaya Saputra: 55117120094

Program Studi Magister Manajemen


Universitas Mercu Buana
Jakarta
2018
Environmental Ethics

Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari lingkungan. Kehadiran Lingkungan


ini menjadi sangat berarti bagi manusia karena manusia hidup dan tinggal di
dalamnnya. Oleh karena itu prinsip-prinsip mengenai hubungan manusia dan
lingkungan menjadi sangatlah penting. Etika Lingkungan membahas mengenai
kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan Lingkungan. Etika Lingkungan
berasal dari dua kata, yaitu Etika dan Lingkungan. Etika berasal dari bahasa yunani
yaitu “Ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan.

Etika lingkungan adalah perbuatan apa yang dinilai baik untuk lingkungan dan apa
yang tidak tidak baik bagi lingkungan. Etika lingkungan bersumber pada pandangan
seseorang tetang lingkungan.

Adapun teori mengenai Etika Lingkungan:

Teori Etika Lingkungan

Antroposentrisme

Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai


pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling
menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan
dengan alam. Alam hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan
kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan
manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.

Biosentrisme dan Ekosentrisme

Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup (biosentrism),
seperti tumbuhan dan hewan. Sedang pada ekosentrisme, pemakaian etika diperluas
untuk mencakup komunitas ekosistem seluruhnya (ekosentrism).

Teosentrisme

Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan


lingkungan secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan.
Pada teosentrism, konsep etika dibatasi oleh agama (teosentrism) dalam mengatur
hubungan manusia dengan lingkungan.

Prinsip Etika di Lingkungan Hidup

Keraf (2005 : 143-159) menyebutkan bahwa ada sembilan prinsip dalam etika
lingkungan hidup diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sikap Hormat Terhadap Alam (Respect for Nature)
Alam mempunyai hak untuk dihormati, tidak saja karena kehidupan manusia
bergantung pada alam tetapi juga karena manusia adalah bagian dari alam. Manusia
tidak diperbolehkan merusak, menghancurkan, dan sejenisnya bagi alam beserta
seluruh isinya tanpa alasan yang dapat dibenarkan secara moral.

2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility for Nature)


Prinsip tanggung jawab disini bukan saja secara individu tetapi juga secara
berkelompok atau kolektif. Setiap orang dituntut dan terpanggil untuk bertanggung
jawab memelihara alam semesta ini sebagai milik bersama dengan cara memiliki yang
tinggi, seakan merupakan milik pribadinya.

3. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)


Solidaritas kosmis mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan dan
menyelamatkan semua kehidupan di alam. Alam dan semua kehidupan di dalamnya
mempunyai nilai yang sama dengan kehidupan manusia. Solidaritas kosmis juga
mencegah manusia untuk tidak merusak dan mencermati alam dan seluruh kehidupan
di dalamnya. Solidaritas kosmis berfungsi untuk mengontrol perilaku manusia dalam
batas-batas keseimbangan kosmis, serta mendorong manusia untuk mengambil
kebijakan yang pro-lingkungan atau tidak setuju setiap tindakan yang merusak alam.

4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian Terhadap Alam (Caring for Nature)
Prinsip kasih sayang dan kepedulian merupakan prinsip moral satu arah, artinya tanpa
mengharapkan untuk balasan serta tidak didasarkan pada pertimbangan kepentingan
pribadi tetapi semata-mata untuk kepentingan alam. Semakin mencintai dan peduli
terhadap alam manusia semakin berkembang menjadi manusia yang matang, sebagai
pribadi dengan identitas yang kuat. Alam tidak hanya memberikan penghidupan dalam
pengertian fisik saja, melainkan juga dalam pengertian mental dan spiritual.

5. Prinsip Tidak Merugikan (no harm)


Prinsip tidak merugikan alam berupa tindakan minimal untuk tidak perlu melakukan
tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi mahkluk hidup lain di alam
semesta. Manusia tidak dibenarkan melakukan tindakan yang merugikan sesama
manusia. Pada masyarakat tradisional yang menjujung tinggi adat dan kepercayaan,
kewajiban minimal ini biasanya dipertahankan dan dihayati melalui beberapa bentuk
tabu-tabu yang apabila dilanggar maka, akan terjadi hal-hal yang buruk di kalangan
masyarakat misalnya, wabah penyakit atau bencana alam.

6. Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras Dengan Alam.


Prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas, cara hidup yang paling efektif dalam
menggunakan sumber daya alam dan energi yang ada. Manusia tidak boleh menjadi
individu yang hanya mengumpulkan harta dan memiliki sebanyak-banyaknya dengan
secara terus-menerus mengeksploitasi alam. Melalui prinsip hidup sederhana
manusia diajarkan untuk memilki pola hidup yang non-matrealistik dan meninggalkan
kebiasaan konsumtif yang tidak bisa membedakan antara keinginan dengan
kebutuhan.

7. Prinsip Keadilan.
Prinsip keadilan sangat berbeda dengan prinsip –prinsip sebelumnya. Prinsip keadilan
lebih ditekankan pada bagaimana manusia harus berperilaku satu terhadap yang lain
dalam keterkaitan dengan alam semesta dan bagaimana sistem sosial harus diatur
agar berdampak positif pada kelestarian lingkungan hidup. Prinsip keadilan terutama
berbicara tentang peluang dan akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota
masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan
pelestarian alam dan dalam ikut menikmati pemanfatannya.

8. Prinsip Demokrasi.
Prinsip demokrasi sangat terkait dengan hakikat alam. Alam semesta sangat beraneka
ragam. Demokrasi memberi tempat bagi keanekaragaman yang ada. Oleh karena itu
setiap orang yang peduli terhadap lingkungan adalah orang yang demokratis,
sebaliknya orang yang demokratis sangat mungkin seorang pemerhati lingkungan.
Pemerhati lingkungan dapat berupa multikulturalisme, diversifikasi pola tanam,
diversifiaki pola makan, keanekaragaman hayati, dan sebagainya.

9. Prinsip Integritas Moral.


Prinsip integritas moral terutama dimaksudkan untuk Pemerintah sebagai pengambil
kebijakan. Prinsip ini menuntut Pemerintah baik pusat atau Daerah agar dalam
mengambil kebijakan mengutamakan kepentingan publik.

Environmental philosophy

Filosofi Lingkungan atau filsafat tradisional dibagi antara konsekuensial (atau


teleologis) teori seperti utilitarianisme dan non-konsekuensial (atau deontologis) teori
seperti berbasis hak filosofi. Dengan demikian, kita dapat membagi filosofi lingkungan
antara antroposentris (berpusat pada manusia) dan ecocentric (bumi berpusat) sudut
pandang, yang umumnya dipandang sebagai dapat dibandingkan.

Pandangan ini diberi label dan digambarkan sebagai berikut

(1) kapitalis murni - pandangan dominan dalam akuntansi dan keuangan di mana satu-
satunya tanggung jawab korporasi adalah untuk membuat uang untuk pemegang
saham.

(2) expedients - orang-orang dengan pandangan jangka panjang yang menyadari


bahwa kesejahteraan ekonomi dan stabilitas hanya dapat dicapai dengan penerimaan
tanggung jawab sosial tertentu.
(3) pendukung kontrak sosial - suatu sikap yang perusahaan dan organisasi lain yang
ada di akan masyarakat dan karena itu bertanggung jawab untuk menghormati dan
menanggapi masyarakat .

(4) ekologi sosial - mereka yang peduli terhadap lingkungan sosial dan merasa bahwa
karena organisasi besar telah berpengaruh dalam menciptakan sosial dan lingkungan
masalah yang mereka juga harus berpengaruh dalam membantu memberantas
masalah ini.

(5) sosialis - yang merasa bahwa harus ada penyesuaian yang signifikan dalam
kepemilikan dan penataan masyarakat;

(6) feminis radikal - mereka yang merasa bahwa ada sesuatu yang pada dasarnya
salah dengan konstruksi maskulin agresif yang memandu sistem sosial kita dan
bahwa ada kebutuhan untuk nilai-nilai yang lebih feminin seperti cinta, kasih sayang
dan kerja sama.

(7) ekologi yang mendalam - yang memegang bahwa manusia memiliki hak yang lebih
besar untuk eksistensi daripada bentuk lain dari kehidupan.

Fischer & Hajer (1999) menegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan telah


dibingkai sebagai penyesuaian praktek kelembagaan dasar daripada perubahan
sosial yang mendasar. Pendekatan ini adalah satu di mana kita relatif sensitif terhadap
penggunaan bahasa dalam konteks tetapi juga salah satu yang kita cari pola yang
lebih luas dan melampaui rincian teks.

Dalam rangka menciptakan struktur untuk analisis wacana dan dapat mengidentifikasi
filsafat lingkungan digunakan, kami memilih untuk mempekerjakan tiga perangkat
framing kognitif digariskan oleh Eder (1996): tanggung jawab moral, objektivitas
empiris dan penilaian estetika. sepakat pada apa yang penafsiran yang paling masuk
akal untuk apa retorika itu digunakan untuk dan apa itu mengungkapkan wacana
lingkungan secara keseluruhan di mana itu terletak. Dengan demikian, kita merasa
bahwa kita mencapai "kesehatan" dari analisis (yaitu, kehandalan) yang harus ditiru
dalam semacam broadbased dari jalan. proses berulang ini khas dalam analisis
wacana (Hardy, 2001).

Role of stakeholders

Pemangku kepentingan (stakeholder) adalah orang atau kelompok orang yang


memiliki hubungan kepentingan atau bertindak berdasarkan kepentingan tersebut
untuk memperoleh tujuan tertentu.

Adapun pengertian Stakeholder menurut para Ahli Menurut Freeman, pengertian


Stakeholders adalah suatu kelompok masyarakat ataupun individu yang saling
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pencapaian tujuan tertentu dari organisasi
sedangkan menurut menurut AA1000 SES, definisi stakeholder adalah kelompok
yang dapat mempengaruhi dan/atau terpengaruh oleh aktivitas, produk atau layanan,
serta kinerja suatu organisasi.
Dalam hal ini jelas bahwa Stakeholder berperan dalam pengambilan keputusan
terutama dalam organisasi perusahaan dan dalam mengambil keputusan tidak jarang
berkaitan dan berdampak pada lingkungan, terlebih lagi keputusan-keputusan yang
dibuat oleh para pemangku kepentingan ini menimbulkan kerusakan pada lingkungan

Tarik menarik kekuasaan, pengaruh dan kepentingan menyebabkan pengelolaan


sumberdaya yang berasal dari lingkungan seringkali mengorbankan lingkungan itu
sendiri. Disebabkan hal itulah maka organisasi atau perusahaan disarankan untuk ikut
serta dalam pengelolaan lingkungan dan kebijakan hukum mengenai kerusakan
lingkungan diterapkan pada organisasi atau perusahaan

Partnerships.

Menurut Notoatmodjo, kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas
atau tujuan tertentu. Menurut Louis E. boone dan david L. Kurtz kemitraan juga
termaksupartnership merupakan afiliasi dari dua atau lebih perusahaan dengan tujuan
bersama, yaitu saling membantu dalam mencapai tujuan bersama. Kunci
keberhasilan dalam memberikan peluang untuk meningkatkan peran usaha kecil
adalah melelui program kemitraan dimana pemerintah Indonesia dalam hal ini
presiden telah merencanakan program

Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pemberdayaan usaha kecil dibidang


manajemen, produk, pemasaran, dan teknis, disamping agar bisa mandiri demi
kelangsungan usahanya sehingga bisa melepaskan diri dari sifat ketergantungan

Hubungan kemitraan perlu dipegang dan diusahaakan sebangai berikut:

Mempunyai tujuan yang sama (common goal)

Tujuan dari semua perusahaan sebutulnya sama, yaitu dapat hidup dan berkembang
.untuk itu, harus terus-menerus menghasilkan barang/jasa yang bermutu dengan
harga yang layak sehingga laku terjual di pasaran dengan imbalan imbalan
keuntungan yang sama. Kesalahhan yang sering terjadi keuntungan merupakan
tujuan utama perusahaan.

Saling menguntungkan (mutual benefit)


Setiap pihak harus saling menghasilkan sesuatu yang saling menguntungan belah
pihak. Terjadinya kegagalan dalam mitra dikarnakan tidak bolehnya menguntungkan
satu pihak saja dan merugikan pihak lain. Saling menguntungkan adalah motivasi
yang sangat kuat. Oleh karna itu, tidak ada satu pihak pun yang boleh merasa berada
di atas pihak lain dan semua harus merasa dan diperlakukan sejajar.

Saling mempercayai (muntual trust)


Saling percaya disini termaksuk dalam perhitungan biaya produksi dan harga
barang/jasa yang dihasilkan.Saling percaya juga tidak hanya pada kejujuran dan itikad
baik masing-masing, tetapi juga pada kapasitas masing-masing, tetapi juga pada
kapabilitas masing- masing untuk memenuhi perjanjian dan kesepakatan bersama,
misalnya dalam ketepatan waktu pembayaran, waktu penyerahan, dan mutu barang.
Motivasi utama dalam membangun kemitraan adalah yang saling percaya untuk
membangun kemitraan yang berjangka panjang harus membangun kepercayaan
tersebut.

Bersifat terbuka (transparent)


Bersifat terbuka itu memang dalam batasan-batasan tertentu yang cukup luas pula,
data dari kedua belah pihak dapat dilihat oleh pihak lain. Termasuk disini ialah data
perhitungan harga dan sejenisnya tentu saja kedua belah pihak terikat secara legal
maupun moral untum merahasiakan .teransparansi dapat meningkatkan saling
percaya dan sebaliknya pula saling percaya memerlukan saling keterbukaan.

Mempunyai hubungan jangka panjang (long term relationship)


Kedua belah pihak merasa saling percaya saling menguntungkan dan mempunyai
kepentingan yang sama, cendrung akan bekerjasama dalam waktu yang panjang,
tidak hanya 5 tahun atau 10 tahun, tetapi sering kali lebih dari 20 tahun. Hubungan
jangka panjang juga memungkinkan untuk meningkatkan mutu produknya.

Terus-menerus melakukan perbaikan dalam mutu dan harga/ biaya (continuous


improvement in quality and cost) Salah satu perinsip yang penting dalam kemitraan
adalah bahwa kedua belah pihak harus senantiasa terus-menerus meningkatkan
mutu barang atau jasa serta efisiensi atau biaya atau harga barang/jasa
dimaksud.Dengan demikian perusahaan dapat bertahan dalam kompetisi global yang
mangkin lama mangkin ketat.Ketahanan dalam kompetisi menyebabkan perusahaan
dapat tetap bertahan hidup dan dapat berkembang terus-menerus dalam mutu dan
harga barang merupakan kepentingan kedua belah pihak.

Daft, Pustaka:

Ali,Hapzi,2018.Business Ethics and Good Governance Environmental Ethics Modul.


Universitas Mercu Buana
Devi Wahyu, 2017https://civitas.uns.ac.id/deviwahyup/2017/03/20/etika-lingkungan/
(30 September 2018, Jam 13.45)
ReniSitorus,2016https://www.kompasiana.com/renisitorus/56dc3eea7fafbd1a14c742
88/pembangunan-berkelanjutan-memahami-filosofi-lingkungan?page=1(30
September 2018, Jam 13.50)
2018,https://www.maxmanroe.com/vid/organisasi/pengertian-stakeholder.html(30
September 2018, Jam 13.50)
Nurtjahjawilasa , Hariadi Kartodihardjo , Dodik Ridho Nurrochmat , & Agus Justianto
,2015.https://www.researchgate.net/publication/305285768_Analisa_Pemangku_Kep
entingan_Kebijakan_Pengelolaan_dan_Pengembangan_Sumber_Daya_Manusia_S
DM_Kehutanan(30 September 2018, Jam 13.55)
http://repository.uin-suska.ac.id/7009/4/BAB%20III.pdf(30 September 2018, Jam
13.55)

Anda mungkin juga menyukai