Anda di halaman 1dari 6

Resume Kuliah-13

BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE


Globalization and Business Ethics

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Business Ethic And Good Governance”
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA

Oleh:

Arfin Jaya Saputra: 55117120094

Program Studi Magister Manajemen


Universitas Mercu Buana
Jakarta
2018
Globalisasi dan Etika Bisnis

Bisnis merupakan sebuah kegiatan yang telah mengglobal. Setiap sisi kehidupan
diwarnai oleh bisnis. Dalam lingkup yang besar, Negara pastinya terlibat dalam
proses bisnis yang terjadi. Tiap-tiap Negara memiliki sebuah karakteristik sumber
daya sendiri sehingga tidak mungkin semua Negara merasa tercukupi oleh semua
sumber daya yang mereka miliki. Mulai dari ekspedisi Negara Eropa mencari
rempah-rempah di Asia sampai perdagangan minyak Internasional merupakan bukti
bahwa dari dulu sampai sekarang sebuah Negara tidak dapat bertahan hidup tanpa
keberadaan bisnis dengan Negara lainnya.
Dewasa ini, pengaruh globalisasi juga menjadi faktor pendorong terciptanya
perdagangan internasional yang lebih luas. Kemajemukan ekonomi dan sistem
perdagangan berkembang menjadi sebuah kesatuan sistem yang saling
membutuhkan. Ekspor-Impor multinasional menjadi sesuatu yang biasa. Komoditi
nasional dapat diekspor menjadi pendapatan Negara, serta produk-produk asing
dapat diimpor demi memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
Setiap Negara terus mengeksplorasi bisnis ke luar negeri selain untuk
mendapatkan yang mereka inginkan, juga menaikkan tingkat ekonomi yang ada.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Bisnis multinasional merupakan kesempatan untuk
meraih pundi-pundi uang demi meningkatkan tingkatan ekonomi, terutama Negara
berkembang yang rata-rata memiliki nilai tukar mata uang yang rendah. Developing
country mendapat keuntungan dengan kemudahan untuk mengekspor barang
domestiknya ke luar dan kemudahan untuk mendapatkan investor asing sebagai
penanam dana bagi usaha-usaha dalam negeri. Sedangkan developed country lebih
mudah dalam mendapatkan barang/jasa yang mereka inginkan
Ada 3 jenis masalah yang dihadapi dalam Etika yaitu :
1. Sistematik
Masalah-masalah sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis
yang muncul mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial
lainnya dimana bisnis beroperasi.

2. Korporasi
Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaanpertanyaan
yang dalam perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan ini
mencakup pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan
struktur organisasional perusahaan individual sebagai keseluruhan.

3. Individu
Permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul
Seputar individu tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan
tentang moralitas keputusan, tindakan dan karakter individual.

Berikut ini ada dua macam keuntungan yang dapat digunakan


sebagai modal untuk meraih keberhasilan :
1. Keuntungan absolut, disaat sebuah Negara dapat memproduksi sesuatu
produk yang lebih murah dan/atau kualitas yang lebih tinggi dari Negara lain.
Contohnya Indonesia memiliki keunggulan karena memiliki kekayaan alam
yang berlimpah seperti minyak. Sehingga Indonesia dapat menjual minyak
lebih murah.

2. Keuntungan komparatif, disaat sebuah Negara memproduksi barang dengan


lebih efisien atau lebih baik daripada Negara lain yang memproduksi barang
yang sama. Contohnya produsen mobil sport Ferrari dalam penggunaan
teknologi terpadu pada pembuatan mobil balap.

Tujuan diciptakanya kode etik adalah :


 Meningkatkan kepercayaan publik pada bisnis.
 Berkurangnya potensial regulasi pemerintah yang dikeluarkan sebagai
 aktivitas kontrol.
 Menyediakan pegangan untuk dapat diterima sebagai pedoman.
 Menyediakan tanggungjawab atas prilaku yang tak ber-etika

Keberhasilan PT Antam, Tbk. dalam Menerapkan Etika Bisnis

buku Business Ethics: Decision Making for Personal Integrity & Social Responsibility,
3rd ed, dijelaskan bahwa “Etika Bisnis” terdiri atas etika dan bisnis. Kata “etika” sendiri
merujuk pada aplikasi nilai-nilai dalam konteks bisnis. Dalam lingkungan yang
bertujuan mencari keuntungan, konteks bisnis tersebut berarti bahwa suatu
perusahaan harus mendapatkan profit untuk dapat bertahan dan menjalankan
misinya.
Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan kebaikan (rightness)
dan moralitas (morality) dari perilaku manusia. Dalam pengertian ini, etika diartikan
sebagai aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku yang dapat diterima di
masyarakat.

Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan pemimpin
dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan menjalankan bisnis seara
etik. Etika bisnis dapat juga diartikan sebagai proses pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab. Singkatnya, skandal korporasi yang dirasakan oleh berbagai
institusi kerap kali disebabkan oleh kegagalan penyelenggaraan etika bisnis di institusi
tersebut.
Hartman, Desjardins dan MacDonalds (2014, p.4) mengatakan bahwa pengambilan
keputusan berdasar etika dalam dunia bisnis tidak hanya berkisar pada keputusan
major yang dibuat perusahaan dengan dampak sosial yang dramatis. Setiap orang
yang terlibat dalam bidang manajemen hampir dapat dipastikan akan menghadapi
permasalahan yang membutuhkan pengambilan keputusan yang etis. Perlu
diperhatikan pula bahwa tidak semua pengambilan keputusan etis dapat didasarkan
pada peraturan dan regulasi ekonomi, hukum maupun perusahaan. Terkadang
keputusan-keputusan tersebut berdasar pada nilai-nilai yang dianut oleh individu yang
terlibat di dalamnya. Selain itu, tentu saja keputusan-keputusan yang diambil oleh
suatu perusahaan dapat juga memberikan dampak besar pada perusahaan, seperti
pada beberapa kasus-kasus skandal korporasi yang terungkap.

Salah satu perusahaan yang menarik untuk diulas karena keberhasilannya dalam
menerapkan etika bisnis adalah PT. ANTAM, Tbk. Antam adalah sebuah BUMN yang
bergerak dalam bisnis pertambangan umum dengan beberapa unit bisnis seperti
nikel, emas dan bauksit yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia.

ANTAM, Tbk dinobatkan menjadi satu dari 3 perusahaan pertambangan yang


mendapatkan penghargaan sebagai perusahaan dengan penerapan GCG (Good
Corporate Governance) terbaik dalam ajang Indonesia Good Corporate Governance
Award 2015 pada 26 Agustus 2015 lalu bersama dengan Bukit Asam (Persero) Tbk,
dan Timah (Persero) Tbk.

Ajang penghargaan bertajuk Indonesia Good Corpoate Governance Award 2015 ini
diprakarsai oleh Economic Review Magazine dan IPMI International Business School.
Ajang ini juga memberikan penghargaan kepada 54 perusahaan lain yang
membawahi berbagai bidang seperti perbankan, pembiayaan, asuransi,
pertambangan, jalan tol, transportasi, telekomunikasi, industri serta property dan real
estate.

Definisi GCG menurut Bank Dunia adalah aturan, standar dan organisasi di bidang
ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, direktur dan manajer serta
perincian dan penjabaran tugas dan wewenang serta pertanggungjawabannya
kepada investor (pemegang saham dan kreditur). Tujuan utama dari GCG adalah
untuk menciptakan sistem pengendaliaan dan keseimbangan (check and balances)
untuk mencegah penyalahgunaan dari sumberdaya perusahaan dan tetap
mendorong terjadinya pertumbuhan perusahaan.

Dalam keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-117/M-Mbu/2002


tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada BUMN dijelaskan
bahwa corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh
organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan
guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya berlandaskan peraturan
perundangan dan nilai-nilai etika bisnis yang berlaku secara universal.

GCG dan etika bisnis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. GCG
merupakan satu bentuk nyata dari implementasi etika bisnis dalam suatu perusahaan.
PT ANTAM, Tbk menerapkan GCG secara konsisten demi mengarahkan perusahaan
tersebut untuk mencapai bisnis yang terus bertumbuh dan berkelanjutan. Perusahaan
ini meyakini bahwa GCG akan menciptakan nilai tambah (value added) bagi
perusahaan. Penerapan GCG yang baik diyakini dapat membuat perusahaan menjadi
kompetitif, memiliki sustain growth, high return, mendapatkan nilai yang optimal
sehingga pada akhirnya value added tersebut akan melahirkan happy management,
happy owner and happy community.

Sebagai wujud penerapan GCG yang komprehensif, ANTAM berupaya untuk dapat
mengadopsi standar terbaik yang berlaku secara internasional seperti Australian
Securities Exchange (ASX)Corporate Governance Principles and Recommendations
yang diterbitkan oleh ASX Corporate Governance Council tahun 2010 dan ASEAN
Corporate Governance Scorecard yang diterbitkan oleh ASEAN Capital Market
Forum, serta standar yang berlaku di Indonesia seperti Pedoman GCG yang
diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) tahun 2006, standar
penerapan GCG untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dikeluarkan oleh
Kantor Kementerian Negara BUMN, yaitu Peraturan Menteri Negara BUMN No. Per-
01/MBU/2011 dan SK-16/S MBU/2012.

Visi ANTAM tahun 2020 adalah menjadi korporasi global berbasis pertambangan
dengan pertumbuhan sehat dan berstandar kelas dunia. Untuk mencapai visi tersebut,
Antam memiliki roadmap sendiri, yakni sebagai berikut:

Excellent Human Capital.


Dalam human capital, ANTAM memiliki prinsip bernama BEST (Beyond expectation,
Environmental, Awareness, Synergized, and Partnership). Untuk dapat menjalankan
BEST, setiap pegawai Antam dituntut untuk memiliki live value, berupa PIONEER
(Professionalism, Integrity, Global mentality, Harmony, Excellence, Reputation).

Para pemimpin di lingkungan Antam juga dituntut untuk memiliki live value, berupa
SENSE (Speed, Energize, Respect, Courage).

Kedua hal tersebut dileburkan dalam IMAM (Integrity, Maturity, Abundant Mentality)
dan kriteria GCG yakni TARIF (Transparency, Accountability, Responsibility,
Independency, Fairness).

Kerangka pendekatan penerapanknowledge management sebagai salah satu


penunjang dalam pengelolaan bisnis perusahaan dimulai dari culture and behavior,
membangun infrastructure, process & content.
Strategi implementasi GCG berupa komitmen (corporate governance commitment,
good corporate commitment,good corporate citizen).
Kebijakan Tata Kelola Perusahaan dilaksanakan oleh ANTAM dengan
memberlakukan Pedoman Kebijakan Tata Kelola Perusahaan (Corporate
Governance Policy), Standar Etika Perusahaan (Code of Conduct, COC), Pedoman
Kerja (Charter) Dewan Komisaris, Charter Direksi, CharterKomite Penunjang Dewan
Komisaris, Charter Internal Audit, Pedoman Kebijakan Manajemen Perusahaan
(Corporate Management Policy), Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko, serta
kebijakan-kebijakan lainnya seperti Sistem dan Prosedur Operasional (Standard and
Operating Procedure) serta Instruksi Kerja (Work Instructions). Soft structure Good
Corporate Governance(GCG) ini dipublikasikan dalam portal internal dan situs
ANTAM, serta selalu dikaji secara berkala setiap tahun dan dilakukan revisi untuk
disesuaikan dengan situasi dan kondisi ANTAM yang berjalan, praktik terbaik GCG
serta penyesuaian terhadap peraturan perundangan yang berlaku.

Guna mengetahui tingkat penerapan GCG di Perusahaan, ANTAM melakukan


penilaian penerapan GCG secara konsisten setiap tahunnya sejak tahun 2004.
Penilaian dilakukan oleh Pihak Independen dengan menggunakan parameter SK-
16/MBU/2012 dari Kementerian BUMN, Pedoman GCG Indonesia-KNKG, ASX
Corporete Governance Principles & Recommendations dan ASEAN CG Scorecard.
Selain itu ANTAM secara aktif ikut serta dalam penilaian Corporate Governance
Perception Index (CGPI) dari Indonesia Institute of Corporate Governance (IICG) dan
memperoleh predikat Most Trusted Company. Hasil penilaian penerapan GCG di
ANTAM ini juga dilaporkan dalam RUPS.

Implementasi prinsip-prinsip GCG di Antam didasari oleh nilai-nilai perusahaan dalam


PIONEER sebagai ethical driven dan dengan tersedianya soft structure berupa
kebijakan perusahaan (yang terdiri dari Pedoman Tata kelola Perusahaan,
management policy dan SOP sebagai regulatory driven di mana hal ini menunjukkan
bahwa Antam telah mengintegrasikan nilai-nilai perusahaan dengan implementasi
GCG secara menyeluruh baik dari segi sasaran maupun strategi dan program.

Setelah membaca paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan GCG pada
hakikatnya adalah menjalankan bisnis yang beretika untuk menjamin kelangsungan
bisnis di masa mendatang (future sustainability).

Daft Pustaka;

Eno's. 2015.https://enoenone.wordpress.com/2015/10/11/etika-bisnis-dan-
implementasinya-dalam-perusahaan-contoh-kasus-pada-pt-antam-tbk/ (12 Des Jam
23:30)
Hapzi Ali, BE-GG, Business Ethics and Good Globalization and Business
EthicsModul. Universitas Mercu Buana

Anda mungkin juga menyukai