STRATEGIC MANAGEMENT
Vision and Company Mission, Longterm Objective,
Corporate Culture, Corporate Governance dan The
Agency Theory
Oleh:
Menurut Wibisono (2006, p. 43), visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan
cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa
depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want to be dari
organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi
perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.
Menurut Wibisono (2006, p. 43), visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan
cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa
depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want to be dari
organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi
perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.
Misi (Mission)
Misi (mission) adalah apa sebabnya kita ada (why we exist / what we believe we can
do). Menurut Prasetyo dan Benedicta (2004:8), Di dalam misi produk dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan, pasar yang dilayani dan teknologi yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dalam pasar tersebut. Pernyataan misi harus
mampu menentukan kebutuhan apa yang dipuasi oleh perusahaan, siapa yang
memiliki kebutuhan tersebut, dimana mereka berada dan bagaimana pemuasan
tersebut dilakukan.
Visi adalah suatu statemen yang berisikan arahan yang jelas tentang apa yang akan
diperbuat oleh perusahaan di masa yang akan datang.
Visi adalah sesuatu yang kita bayangkan secara ideal yang akan kita capai di masa
depan.
Visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan
apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut pada masa yang akan
datang.
Tujuan jangka panjang merupakan hasil yang ingin diperoleh perusahaan dimasa
mendatang . Tujuan Jangka panjang biasa diterjemahkan dalam rencana strategis
dalam kurun waktu tertentu
Category of Long Term Objective (Kategori umum Long Term Objective) Oleh : Satrio
akbar 03.09. ( 1 april 2015)
Profitability (Profitabilitas)
Kemampuan dari suatu perusahaan untuk beroperasi dalam jangka panjang
bergantung pada tingkat laba yang memadai. Perusahaan yang dikelola secara
strategis pada umumnya memiliki tujuan laba, yang dinyatakan dalam bentuk laba
persaham.
Productivity (Produktifitas)
Para manager strategis secara terus mencoba meningkatkan produktivitas sistem
mereka. Perusahaan yang dapat memperbaiki hubungan input-output pada umumnya
dapat meningkatkan profitabilitas. Dengan demikian perusahaan-perusahaan hampir
selalu menyatakan suatu tujuan produktivitas. Tujuan produktivita yang umum
digunakan adalah jumlah barang yang diproduksi atau jumlah jasa yang diberikan
perunit input.
Tips For Setting Long Term Objective (Tips untuk menetapkan tujuan jangka panjang)
2. Menetapkan kembali visi dan tujuan jangka panjang. (Set back the long-term vision
and goals.)
Pemahaman akan posisi yang diinginkan di masa depan, berikut cara pandang dari
luar-ke dalam mengenai perubahan industri.
Menurut Susanto, AB. (1997:3) : “Suatu nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber
daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan penyesuaian integrasi
ke dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota organisasi harus
memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana meraka harus bertindak atau
berperilaku.”
Menurut Schiffman dan Kanuk (1997) budaya adalah “sum total of learned beliefs,
values, and customes that serve to direct consumer behavior of members of a
particular society” atau budaya merupakan sekumpulan keyakinan yang dipelajari,
nilai dan kebiasaan yang mengarahkan perilaku konsumen dari suatu anggota
masyarakat tertentu.
Menurut Denison, Daniel R (1990:2) Budaya perusahaan adalah suatu istilah yang
muncul untuk mengartikan variabel-variabel perilaku yang menarik banyak penelitian.
Budaya itu sendiri mengacu pada nilai keyakinan dan prinsip-prinsip yang ada sebagai
dasar untuk mengelola perusahaan.
Prinsip dasar tersebut akan diperjelas dan didukung oleh praktek manajemen dan
perilaku yang ada. Budaya perusahaan menurut Denison mempunyai pengaruh
terhadap keefektifan suatu organisasi. Budaya perusahaan dapat dilihat dari aspek
rasa Keterlibatan (involvement), Konsistensi (consistency), Adaptabilitas
(adaptability), dan Misi (mission).
1. Keterlibatan(involvement)
Tingkat keterlibatan dan partisipasi yang tinggi dari karyawan akan meningkatkan rasa
tanggung jawab. Rasa kepemilikan dan tanggung jawab tersebut akan meningkatkan
komitmen karyawan terhadap perusahaan sehingga tidak memerlukan kontrol yang
terbuka. Dengan rasa keterlibatan yang tinggi juga diharapkan dapat meningkatkan
rasa kebersamaan dan kekeluargaan, dimana hal-hal tersebut penting dalam
membantu menyelesaikan pekerjaan.
2. Konsistensi(consistency)
Konsistensi menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki perusahaan yang perlu
dipahami oleh para anggota organisasi. Nilai-nilai tersebut meliputi masalah
komunikasi, kerjasama dalam melaksanakan pekerjaan, toleransi, penghargaan
terhadap prestasi. Hal-hal tersebut mempunyai dampak yang positif terhadap proses
pencapaian tujuan organisasi dan perlu dibangun atau dikembangkan dalam
perusahaan secara konsisten.
3. Adaptabilitas(adaptability)
Menekankan pentingnya adaptabilitas di dalam perusahaan terhadap perubahan
lingkungan yang terjadi. Perubahan-perubahan dalam lingkungan dapat berwujud
perkembangan teknologi, perubahan kondisi ekonomi dan politik, perubahan kualitas
dan sikap karyawan, tuntutan konsumen terhadap produksi perusahaan. Adaptabilitas
tidak hanya diperlukan bagi kelangsungan hidup perusahaan tetapi juga sebagai
tantangan pengembangan perusahaan.
4. Misi(mission)
Hal ini menekankan pada pentingnya kejelasan misi dan tujuan dari suatu organisasi
bagi para anggotanya. Beberapa ahli berpendapat bahwa pengertian akan misi
memberikan dua pengaruh utama pada fungsi organisasi, yaitu :
Suatu misi memberikan kegunaan dan arti yang menentukan peran sosial dan tujuan
ekstra dari suatu lembaga dan menentukan peran-peran individu dari lembaga
tersebut. Proses internalisasi dan identifikasi ini memberikan komitmen jangka pendek
dan jangka panjang serta mengarah pada efektivitas organisasi.
Pengertian akan misi akan memberikan kejelasan arah pada tingkat individu, ada rasa
percaya bahwa kesuksesan organisasi membutuhkan adanya koordinasi yang
merupakan hasil dari menentukan tujuan bersama.
Corporate Governance
Forum for Corporate Governance in Indonesia atau FCGI (2000) dalam publikasi yang
pertamanya mempergunakan definisi Cadbury Committee, yaitu: Seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan
intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka,
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
The Agency Theory menjelaskan prinsip sesorang yang memerintahkan orang lain
dalam hal ini diasumsikan sebagai agen, dimana mereka memiliki tujuan yang sama.
Agen ini akan bergerak dan bertindak atas nama seseorang yang memberi perintah
(principal).
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai “agency
relationship as a contract under which one or more person (the principals) engage
another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves
delegating some decision making authority to the agent”.
Dalam perjalanannya terkadang terjadi konflik antara principal dengan agen, karena
perbedaan kepentingan dan tujuan.
Menurut Bathala et al, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan untuk
mengurangi konflik kepentingan, yaitu : a) meningkatkan kepemilikan saham oleh
manajemen (insider ownership), b) meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih
(earning after tax), c) meningkatkan sumber pendanaan melalui utang, d) kepemilikan
saham oleh institusi (institutional holdings).
Penelitian Masdupi (2005) dikemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
mengurangi masalah keagenan. Pertama, dengan meningkatkan insider ownership.
Perusahaan meningkatkan bagian kepemilikan manajemen untuk mensejajarkan
kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan
keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan,
manajer menjadi termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab
meningkatkan kemakmuran pemegang saham.