Anda di halaman 1dari 10

Resume Kuliah-2

STRATEGIC MANAGEMENT
Vision and Company Mission, Longterm Objective,
Corporate Culture, Corporate Governance dan The
Agency Theory

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Strategic Management”


Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA

Oleh:

Arfin Jaya Saputra: 55117120094

Program Studi Magister Manajemen


Universitas Mercu Buana
Jakarta
2018
Pengertian Menurut Ahli

Visi dan Misi

Menurut Wibisono (2006, p. 43), visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan
cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa
depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want to be dari
organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi
perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.

Nawawi (2000:122), Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang


diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat
ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta
aspirasi dan cita-cita masa depan.

Menurut Wibisono (2006, p. 43), visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan
cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa
depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want to be dari
organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi
perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.

Misi (Mission)

Misi (mission) adalah apa sebabnya kita ada (why we exist / what we believe we can
do). Menurut Prasetyo dan Benedicta (2004:8), Di dalam misi produk dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan, pasar yang dilayani dan teknologi yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dalam pasar tersebut. Pernyataan misi harus
mampu menentukan kebutuhan apa yang dipuasi oleh perusahaan, siapa yang
memiliki kebutuhan tersebut, dimana mereka berada dan bagaimana pemuasan
tersebut dilakukan.

Definisi visi menurut Ancok (2007) adalah sebagai berikut:

Visi adalah suatu statemen yang berisikan arahan yang jelas tentang apa yang akan
diperbuat oleh perusahaan di masa yang akan datang.

Definisi visi menurut Mita (2008) adalah sebagai berikut:

Visi adalah sesuatu yang kita bayangkan secara ideal yang akan kita capai di masa
depan.

Definisi visi menurut Aditya (2010) adalah sebagai berikut:

Visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan
apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut pada masa yang akan
datang.

Definisi visi menurut Arman (2008) adalah sebagai berikut:


Visi merupakan pernyataan yang mendefinsikan sesuatu yang ingin dicapai
perusahaan/organisasi di waktu yang akan datang.

Long Term Objective

Tujuan jangka panjang merupakan hasil yang ingin diperoleh perusahaan dimasa
mendatang . Tujuan Jangka panjang biasa diterjemahkan dalam rencana strategis
dalam kurun waktu tertentu

Category of Long Term Objective (Kategori umum Long Term Objective) Oleh : Satrio
akbar 03.09. ( 1 april 2015)

Kategori umum untuk tujuan jangka panjang bisnis meliputi :

 Profitability (Profitabilitas)
Kemampuan dari suatu perusahaan untuk beroperasi dalam jangka panjang
bergantung pada tingkat laba yang memadai. Perusahaan yang dikelola secara
strategis pada umumnya memiliki tujuan laba, yang dinyatakan dalam bentuk laba
persaham.

 Employee development (Pengembangan Karyawan)


Karyawan menghargai pendidikan dan pelatihan, sebagian karena hal tersebut
mengarah pada kompensasi dan jaminan kerja yang lebih tinggi. Menyajikan peluang
semacam itu sering kali meningkatkan produktivitas dan mengurangi perputaran
karyawan. Oleh karena itu para pembuat keputusan strategis sering kali memasukan
tujuan pengembangan karyawan kedalam rencana jangka panjang.

 Productivity (Produktifitas)
Para manager strategis secara terus mencoba meningkatkan produktivitas sistem
mereka. Perusahaan yang dapat memperbaiki hubungan input-output pada umumnya
dapat meningkatkan profitabilitas. Dengan demikian perusahaan-perusahaan hampir
selalu menyatakan suatu tujuan produktivitas. Tujuan produktivita yang umum
digunakan adalah jumlah barang yang diproduksi atau jumlah jasa yang diberikan
perunit input.

 Technology leadership (Teknologi Kepemimpinan)


Perusahan harus memutuskan apakah akan menjadi pemimpin atau hanya jadi
pengikut di pasar. Setiap pendekatan dapat berhasil, tetapi masing-masing
membutuhkan postur strategi yang berbeda. Oleh karena itu banyak perusahaan
menyatakan suatu tujuan berkaitan dengan kepemimpinan teknologi
 Employee relations(Relasi Pekerja)
Apakah terikat dengan kontrak serikat pekerja atau tidak perusahaan-perusahaan
secara aktif mencoba untuk menggembangkan hubungan baik dengan karyawan.
Bahkan langka-langka proaktif dalam mengantisipasi kebutuhan dan harapan
karyawan merupakan karakteristik dari para manajer strategis. Para manajer strategis
yakin bahwa produktivitas hubungan dengan loyalitas karyawan dan apresiasi atas
perhatian manajer terhadap kesejahteraan karyawan.

 Competitive position (posisi kompetitif)


Salah satu ukuran keberhasilan perusahaan adalah salah satu dominasi relatifnya di
pasar. Perusahaan-perusahaan yang lebih besar pada umumnya menetapkan tujuan
dalam hal posisi konpetitif, sering kali menggunakan penjualan total atau pangsa pasar
sebagai ukuran posisi kompetitifnya.

 Responsibilities To society(Tanggung Jawab Untuk Masyarakat)


Para manajer memahami tanggung jawab mereka terhadap pelanggan dan
masyarakat secara umum. Bahkan banyak perusahaan mencoba untuk memenuhi
tanggung jawab sosialnya melampaui persyaratan pemerintah. Perusahaan-
perusahaan tersebut bukan hanya bekerja untuk mengembangkan reputasi sebagai
produsen dari produk dan jasa dengan harga yang layak, melainkan menjadi
warganegara yang bertanggung jawab.

 Not Managing by Objective (Beberapa alternative yang harus di hindari untuk


mencapai tujuan jangka panjang) Para perencana strategis harus menghindari
berbagai alternatif berikut ini untuk mencapai tujuan jangka panjang , yaitu (not
managing by objectives) :

 Mengelola berdasarkan Ekstrapolasi, (Managing by extrapolation)


yaitu mengikuti perinsip, “Jika tidak rusak, tidak usah diperbaiki” Intinya adalah tetap
melakukan hal yang sama dengan cara yang sama karena segalanya berjalan lancar.

 Mengelola berdasarkan Krisis, (Managing by Crisis)


yaitu berdasarkan keyakinan bahwa untuk mengetahui seberapa baik seorang
perencana strategis adalah dengan mengukur kemampuannya dalam menyelesaikan
masalah. Karena ada banyak sekali krisis dan masalah, yang dihadapi oleh setiap
orang dan setiap organisasi, para perencana strategis harus menggunakan waktu dan
energi kreatif mereka untuk menyelesaikan masalah yang paling mendesak.
Menggelola berdasarkan krisis sebenarnya adalah bentuk reaksi dan bukannya aksi
(tindakan) serta membiarkan kejadian yang mendikte apa dan kapan ada keputusan
manajemen.
 Mengelola secara Subjektif, (Managing in Subjective)
yaitu atas dasar pemikiran bahwa tidak ada rencana umum yang menentukan arah
mana yang harus ditempuh dan apa yang harus dikerjakan; kerjakanlah yang terbaik
untuk menyelelesaikan apa yang dianggap harus diselesaikan.

 Mengelola berdasarkan Harapan, (Managing in Subjective)


yaitu atas dasar kenyataan bahwa masa depan penuh dengan ketidak pastian. Jika
berupaya dan tidak berhasil, maka kita berharap pada upaya kedua (atau ketiga), kita
akan berhasil. Keputusan dibuat dengan harapan keputusan tersebut dapat dijalankan
dan keberhasilan tinggal beberapa langkah lagi, terutama jika nasib dan
keberuntungan berpihak kepada kita.

Tips For Setting Long Term Objective (Tips untuk menetapkan tujuan jangka panjang)

1. Mengatasi kendala budaya. (Overcoming cultural barriers.)


Perlu dipastikan bahwa nilai-nilai organisasi- termasuk cara memformulasikan dan
mengkaji kasus bisnis- selaras dengan tujuan jangka panjang.

2. Menetapkan kembali visi dan tujuan jangka panjang. (Set back the long-term vision
and goals.)
Pemahaman akan posisi yang diinginkan di masa depan, berikut cara pandang dari
luar-ke dalam mengenai perubahan industri.

3. Mengidentifikasi kemampuan jangka panjang yang dibutuhkan. (Identifying long-term


capacity needs.)
Sebuah organisasi haruslah baik pada suatu hal yang dapat membuat jarak dengan
pesaingnya. Ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dibangun

4. Mengombinasikan sudut pandang jangka pendek-jangka panjang.(Combining short-


term and long term perspective)
Pemikiran strategi sebagai suatu kontinum pemikiran yang memiliki benang merah
dari masa depan ke masa kini, dan sebaliknya.

5. Tetap melihat mega trend. (Keep viewing the mega trends:)


Pandangan jangka panjang tidaklah statis, tapi akan terus berevolusi karena
dipengaruhi oleh kondisi makro atau mega trends yang mengubah lingkungan masa
datang.

6. Menjadi disiplin dan konsisten (Being disciplined and consistent:)


Berpikir ke depan dan mengantisipasi masa depan membutuhkan ketelatenan dan
disiplin ketika terjadi penurunan kinerja jangka pendek.
Corporate Culture

Budaya perusahaan menurut Schein, H. (1992:12): Budaya perusahaan sebagai


suatu perangkat asumsi dasar akan membantu anggota kelompok dalam
memecahkan masalah pokok dalam menghadapi kelangsungan hidup, baik dalam
lingkungan eksternal maupun internal, sehingga akan membantu anggota kelompok
dalam mencegah ketidakpastian situasi. Pemecahan masalah yang telah ditemukan
ini kemudian dialihkan pada generasi berikutnya sehingga akan memiliki
kesinambungan.

Budaya perusahaan menurut Schein, H. (1992:12): Budaya perusahaan sebagai


suatu perangkat asumsi dasar akan membantu anggota kelompok dalam
memecahkan masalah pokok dalam menghadapi kelangsungan hidup, baik dalam
lingkungan eksternal maupun internal, sehingga akan membantu anggota kelompok
dalam mencegah ketidakpastian situasi. Pemecahan masalah yang telah ditemukan
ini kemudian dialihkan pada generasi berikutnya sehingga akan memiliki
kesinambungan.

Menurut Susanto, AB. (1997:3) : “Suatu nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber
daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan penyesuaian integrasi
ke dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota organisasi harus
memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana meraka harus bertindak atau
berperilaku.”

Menurut Hofstade, Geerst (1990:32) : Budaya perusahaan didefinisikan sebagai


perencanaan bersama dari pola pikir (collective programming mind) yang
membedakan anggota-anggota dari suatu kelompok masyarakat dengan kelompok
dari suatu budaya yang lain. Pola pikir ini pada dasarnya hanya ada dalam pikiran
individu yang kemudian mengalami kristalisasi dan memiliki bentuk. Pada gilirannya
pola pikir bersama ini akan meningkatkan sikap mental para anggota kelompok
tersebut.

Menurut Schiffman dan Kanuk (1997) budaya adalah “sum total of learned beliefs,
values, and customes that serve to direct consumer behavior of members of a
particular society” atau budaya merupakan sekumpulan keyakinan yang dipelajari,
nilai dan kebiasaan yang mengarahkan perilaku konsumen dari suatu anggota
masyarakat tertentu.

Menurut Denison, Daniel R (1990:2) Budaya perusahaan adalah suatu istilah yang
muncul untuk mengartikan variabel-variabel perilaku yang menarik banyak penelitian.
Budaya itu sendiri mengacu pada nilai keyakinan dan prinsip-prinsip yang ada sebagai
dasar untuk mengelola perusahaan.

Prinsip dasar tersebut akan diperjelas dan didukung oleh praktek manajemen dan
perilaku yang ada. Budaya perusahaan menurut Denison mempunyai pengaruh
terhadap keefektifan suatu organisasi. Budaya perusahaan dapat dilihat dari aspek
rasa Keterlibatan (involvement), Konsistensi (consistency), Adaptabilitas
(adaptability), dan Misi (mission).
1. Keterlibatan(involvement)
Tingkat keterlibatan dan partisipasi yang tinggi dari karyawan akan meningkatkan rasa
tanggung jawab. Rasa kepemilikan dan tanggung jawab tersebut akan meningkatkan
komitmen karyawan terhadap perusahaan sehingga tidak memerlukan kontrol yang
terbuka. Dengan rasa keterlibatan yang tinggi juga diharapkan dapat meningkatkan
rasa kebersamaan dan kekeluargaan, dimana hal-hal tersebut penting dalam
membantu menyelesaikan pekerjaan.

2. Konsistensi(consistency)
Konsistensi menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki perusahaan yang perlu
dipahami oleh para anggota organisasi. Nilai-nilai tersebut meliputi masalah
komunikasi, kerjasama dalam melaksanakan pekerjaan, toleransi, penghargaan
terhadap prestasi. Hal-hal tersebut mempunyai dampak yang positif terhadap proses
pencapaian tujuan organisasi dan perlu dibangun atau dikembangkan dalam
perusahaan secara konsisten.

Komunikasi merupakan sesuatu yang penting, karena komunikasi mempunyai unsur-


unsur antara lain:

 Suatu kegiatan untuk membuat seseorang mengerti

 Suatu sarana pengaliran informasi

 Suatu sistem bagi terjalinnya komunikasi diantara individu-individu

Kerjasama dalam melaksanakan pekerjaan harus dibiasakan, karena dengan adanya


kerjasama maka akan membantu mempermudah pencapaian tujuan. Penghargaan
terhadap prestasi yang dicapai, harus dibentuk dalam format yang baik, dan tepat,
agar dapat dijadikan motivasi dalam bekerja.

3. Adaptabilitas(adaptability)
Menekankan pentingnya adaptabilitas di dalam perusahaan terhadap perubahan
lingkungan yang terjadi. Perubahan-perubahan dalam lingkungan dapat berwujud
perkembangan teknologi, perubahan kondisi ekonomi dan politik, perubahan kualitas
dan sikap karyawan, tuntutan konsumen terhadap produksi perusahaan. Adaptabilitas
tidak hanya diperlukan bagi kelangsungan hidup perusahaan tetapi juga sebagai
tantangan pengembangan perusahaan.

4. Misi(mission)
Hal ini menekankan pada pentingnya kejelasan misi dan tujuan dari suatu organisasi
bagi para anggotanya. Beberapa ahli berpendapat bahwa pengertian akan misi
memberikan dua pengaruh utama pada fungsi organisasi, yaitu :

 Suatu misi memberikan kegunaan dan arti yang menentukan peran sosial dan tujuan
ekstra dari suatu lembaga dan menentukan peran-peran individu dari lembaga
tersebut. Proses internalisasi dan identifikasi ini memberikan komitmen jangka pendek
dan jangka panjang serta mengarah pada efektivitas organisasi.

 Pengertian akan misi akan memberikan kejelasan arah pada tingkat individu, ada rasa
percaya bahwa kesuksesan organisasi membutuhkan adanya koordinasi yang
merupakan hasil dari menentukan tujuan bersama.

Corporate Governance

Corporate governance dapat didefinisikan sebagai proses dan struktur yang


diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan akhir meningkatkan
nilai/keuntungan pemegang saham (shareholders) dengan sedapat mungkin tetap
memperhatikan kepentingan semua pihak yang terkait (stakeholders). Stakeholders
utama yaitu para pemegang saham dan investor, karyawan dan manajer, pelanggan,
pemasok, rekanan bisnis, serta masyarakat setempat. Stakeholders kedua yaitu
pemerintah, masyarakat umum (khususnya yang kepentingannya terkait dengan
perusahaan), institusi-institusi umum, lembaga-lembaga swadaya masyarakat (NGO),
media, akademisi, kelompok asosiasi bisnis, dan pesaing.

Forum for Corporate Governance in Indonesia atau FCGI (2000) dalam publikasi yang
pertamanya mempergunakan definisi Cadbury Committee, yaitu: Seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan
intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka,
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan dilaksanakannya corporate


governance berdasarkan Forum for Coporate Governance in Indonesia (FCGI)
(2001:4), antara lain:

Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan


yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih
meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid
(karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value
Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus
akan meningkatkan shareholder’s value dan dividen. Khusus bagi BUMN akan dapat
membantu penerimaan bagi APBN terutama dari hasil privatisasi.

The Agency Theory

The Agency Theory menjelaskan prinsip sesorang yang memerintahkan orang lain
dalam hal ini diasumsikan sebagai agen, dimana mereka memiliki tujuan yang sama.
Agen ini akan bergerak dan bertindak atas nama seseorang yang memberi perintah
(principal).
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai “agency
relationship as a contract under which one or more person (the principals) engage
another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves
delegating some decision making authority to the agent”.

Dalam perjalanannya terkadang terjadi konflik antara principal dengan agen, karena
perbedaan kepentingan dan tujuan.

Menurut Bathala et al, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan untuk
mengurangi konflik kepentingan, yaitu : a) meningkatkan kepemilikan saham oleh
manajemen (insider ownership), b) meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih
(earning after tax), c) meningkatkan sumber pendanaan melalui utang, d) kepemilikan
saham oleh institusi (institutional holdings).

Penelitian Masdupi (2005) dikemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
mengurangi masalah keagenan. Pertama, dengan meningkatkan insider ownership.
Perusahaan meningkatkan bagian kepemilikan manajemen untuk mensejajarkan
kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan
keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan,
manajer menjadi termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab
meningkatkan kemakmuran pemegang saham.

Kedua, dengan pendekatan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui


penggunaan hutang. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi
penggunaan saham sehingga meminimalisasi biaya keagenan ekuitas. Akan tetapi,
perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayarkan
beban bunga secara periodik. Selain itu penggunaan hutang yang terlalu besar juga
akan menimbulkan konflik keagenan antara shareholders dengan debtholders
sehingga memunculkan biaya keagenan hutang.

Ketiga, institutional investor sebagai monitoring agent. Moh’d et al, (1998)


menyatakan bahwa bentuk distribusi saham dari luar (outside shareholders) yaitu
institutional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi biaya keagenan
ekuitas (agency cost). Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber
kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau menantang keberadaan
manajemen, maka konsentrasi atau penyebaran power menjadi suatu hal yang
relevan dalam perusahaan.
Daftar Pustaka

Ali,Hapzi,2018.Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm


Objective, Corporate Culture, Corporate Governance dan The Agency Theory Modul.
Universitas Mercu Buana
Denny Bagus, 2010. http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/definisi-visi-misi-dan-
strategi-dan.html (16 september 2018, Jam 14.50)
Randy Ichsan, 2013.https://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori-keagenan-
agency-theory/ (16 september 2018, Jam 14.45)
PT.Multi Utama Indojasa. 2015.http://muc-advisory.com/tag/forum-for-corporate-
governance-in-indonesia-fcgi/ (16 september 2018, Jam 14.53)
Muchlisin Riadi,2016.https://www.kajianpustaka.com/2016/05/corporate-
governance.html (16 september 2018, Jam 15.12)

Anda mungkin juga menyukai