Anda di halaman 1dari 6

Resume Kuliah-14

STRATEGIC MANAGEMENT
Digital Era
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Strategic Management”
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA

Oleh:

Arfin Jaya Saputra: 55117120094

Program Studi Magister Manajemen


Universitas Mercu Buana
Jakarta
2018
DISRUPTION ERA

Disruption berasal dari kata ‘disruptive innovation’. Diistilahkan disruptive


(menganggu) karena adanya pergesaran model bisnis dari era analog ke era digital
dengan inovasi digital yang membuat segalanya menjadi mudah. Era disruption
membawa perubahan dalam kehidupan manusia, era dimana teknologi menjadi
pedukung perubahan. Perubahan ini menggantikan sistem lama dengan sistem baru,
menggantikan teknologi lama dengan teknologi baru yang semakin cepat dan efisien
Rhenald Kasali dalam Kompas.Com mengungkapkan bahwa terdapat 5 (lima) hal
penting dalam disrupsi yaitu :

1. Disrupsi berakibat terhadap penghematan banyak biaya melalui proses bisnis yang
menjadi lebih simpel.
2. Disrupsi membuat kualitas apapun yang dihasilkannya lebih baik daripada
sebelumnya.
3. Disrupsi berpotensi menciptakan pasar baru, atau membuat mereka yang selama ini
ter-eksklusi menjadi ter-inklusi. Membuat pasar yang selama ini tertutup menjadi
terbuka.
4. Produk/jasa hasil disrupsi ini harus lebih mudah diakses atau dijangkau oleh para
penggunanya. Seperti juga layanan ojek atau taksi online, atau layanan perbankan
dan termasuk financial technology, semua kini tersedia di dalam genggaman, dalam
smartphone.
5. Disrupsi membuat segala sesuatu kini menjadi serba smart. Lebih pintar, lebih
menghemat waktu dan lebih akurat.

Perubahan dalam era disrupsi


1. Pasar yang baru
Disruption pada akhirnya mencptakan suatu dunia baru: digital marketplace. Dunia
baru tersebut menandakan bentuk pasar yang berubah. Dengan kata lain konsumen
pun akan berpindah. Pasar tersebut tidak disadari dan tidak terlihat wujudnya.
Memunculkan prasangka-prasangka. Sayangnya, banyak yang masih berusaha
berkilah daripada berorientasi kepada konsumen tersebut dan menyesuaikan
produkserta layanannya.
2. Nasib yang berbeda
Dalam menghadapi pertarungan yang kompetitif, akan selalu ada akhir yang berbeda
bagi masing-masing pemain. Perubahan-perubahan yang terjadi menuntut adanya
inovasi. Tanpa hal tersebut, yang lebih inovatif akan mengalahkan, bahkan
menggantikan yang terdahulu. Sehingga, dalam sejarah disruption akan ada akhir
yang berbeda. Maka, inovasi yang berkelanjutan adalah kunci.
3. Bersaing dengan business model
Ada yang berubah dalam melakukan pemasaran ketika sudah memasuki era disrupsi.
Kini, pertarungannya pun tidak sesederhana hanya sekadar produk. Melainkan
mencakup pada model bisnis (business model). Produk bisa saja sama, tetapi apabila
model bisnisnya dapat menarik hati konsumen, maka sudah barang tentu nyata siapa
yang menjadi pemenang. Misalnya saja keduanya sama-sama berupa swalayan,
namun karena model bisnis yang berbeda, maka salah satunya yang akan
memenangkannya.
Cara Menghadapi Era Disrupsi

1) Trend Watching
Cara menghadapi era disrupsi yang pertama adalah melakukan Trend watching yaitu
kegiatan dalam memantau perubahan trend dalam lingkungan bisnis. Dengan selalu
memantau lingkungan, maka bisnis akan selalu mengetahui perubahan-perubahan
yang sedang dan akan terjadi sehingga gejala-gejala timbulnya disrupsi akan
terdeteksi secara dini. Komponen-komponen yang harus dipantau yaitu trend
teknologi, ekonomi, budaya, politik, dan lingkungan alam. Informasi dari trend
watching dapat digunakan untuk melakukan adaptasi dan antisipasi, sehingga efek
dari disrupsi dapat diminimalisir, atau bahkan dapat menjadi agent of disruption, yaitu
pelaku bisnis yang menjadi pionir dalam disrupsi.

2) Research
Cara menghadapi era disrupsi selanjutnya adalah melakukan riset. Agar trend
watching yang dilakukan hasilnya dapat lebih meyakinkan, maka harus dilakukan
dengan pendekatan riset. Karena dengan riset informasi yang didapat dapat
dipertanggungjawabkan mengenai kesahihan dan keabsahannya, karena dilakukan
secara ilmiah. Oleh karena itu bisnis di era ini harus memiliki fungsi riset, yang biasa
dinamakan R&D (research & development).

3) Risk Management
Cara menghadapi era disrupsi yang ketiga yaitu selalu melakukan pengelolaan
terhadap resiko. Lingkungan yang terdisrupsi pada dasarnya akan menjadi pemicu
dari resiko bisnis. Oleh karena itu, bisnis harus selalu dapat mengelola disrupsi
sebagai suatu peril dalam resiko, dan bisa dikatakan bahwa disrupsi itu harus dikelola,
dan risk management disini dapat difokuskan kepada disruption management
mengenai bagaimana disrupsi diidentifikasi, dianalisis dan dievaluasi, sehingga bisnis
dapat memiliki ruang dan waktu untuk mengantisipasi gejala disrupsi yang akan
terjadi.

4) Inovation
Cara menghadapi era disrupsi yang ke-empat adalah melakukan inovasi, yaitu
membuat terobosan-terobosan baru atau penyesuaian-penyesuaian pada bisnis yang
lama agar lebih sesuai dengan era dimana masa disrupsi terjadi. Inovasi dapat
dilakukan jika peristiwa tersebut sudah terlanjur terjadi dan dapat berhasil pada bisnis
yang akan melakukan perubahan. Contohnya adalah bisnis yang murni offline,
membuat inovasi dengan meluncurkan versi online.

5) Switching
Cara menghadapi era disrupsi yang ke-lima adalah switching atau memutar haluan
bisnis. Cara ini dapat dilakukan Jika bisnis yang ada tidak dapat lagi dimodifikasi,
maka solusinya adalah harus berani memutar haluan atau mematikan produk yang
sudah dimiliki. Contohnya Telkom yang selalu berani untuk mematikan atau
mengkanibalisasi produknya sendiri seperti telepon kabel yang diganti dengan
nirkabel dll.
6) Partnership
Cara menghadapi era disrupsi yang ke-enam yaitu melakukan strategi partnership.
Era disrupsi pada masa ini membuat bisnis sulit untuk bertempur sendiri karena
persaingan sudah sangat kompleks dan proses bisnis sudah ter-inklusi. Oleh karena
itu solusinya adalah dengan melakukan kolaborasi dan aliansi-aliansi strategis mulai
dari sisi input sampai output dalam supply chain agar bisnis menjadi lebih efektif dan
efisien.

7) Change Management
Cara menghadapi era disrupsi yang terakhir adalah dengan melakukan change
management. Hal ini dapat dilakukan untuk merubah pola pikir dan kesadaran dari
elemen sumber daya manusia dalam organisasi bisnis agar dapat bahu-membahu
melakukan perubahan. Karena efek disrupsi itu dapat merubah segala hal tak
terkecuali pada budaya organisasi dalam melakukan proses bisnisnya. Oleh karena
itu solusinya adalah organisasi harus dapat berubah menyesuaikan budaya
organisasi di era disrupsi yang ada.

JURNAL
Services Marketing in the Era of Disruption and Digital Transformation
Purcărea, Theodor; Purcărea, Anca. Romanian Economic and Business Review;
Brasov Vol. 12, Iss. 4, (Winter 2017): 7-26.

Jurnal ini menceritakan bahwa penelitian akademis baru-baru ini menegaskan bahwa
inti dari banyak perusahaan jasa yang sukses adalah pemasaran jasa yang memadai
(orang, teknologi, strategi).Pendekatan dengan membangun hubungan dan
mempertahankan pelanggan setia dalam segmen yang ditargetkan belumlah cukup
untuk mencapai kepuasaan pelanggan akan lebih baik memahami apa yang menjadi
“driver” dari konsumen lalu melakukan strategi dengan menggunakan fektif.
Dua tahun telah berlalu sejak Dunia Forum Ekonomi meluncurkan proyek "The Digital
Transformation Initiative (DTI)" sebagai bagian dari "Inisiatif Sistem dalam Membentuk
Masa Depan Ekonomi dan Masyarakat Digital", dan pada awal tahun ini Forum
Ekonomi Dunia bekerja sama dengan Accenture telah mempublikasikan yang putih
kertas "Digital Transformation Initiative. Industri Penerbangan, Perjalanan, dan
Pariwisata ”, dengan menyoroti, di antara aspek lain, pentingnya bagi perusahaan di
sepanjang Penerbangan, Perjalanan, dan Pariwisata perjalanan industri
mengoptimalkan pengalaman pelanggan (CX) dengan mengumpulkan dan bertukar
data, dan terus menghasilkan wawasan.

Diyakini bahwa lanskap pemasaran modern saat ini telah didefinisikan ulang oleh
teknologi yang berubah lebih cepat dan harapan pelanggan, dan telah menjadi
penting bagi pemasar memiliki kemampuan menguji ide - ide baru yang cepat,
menyempurnakannya, dan membawanya dengan cepat ke pasar yang relevan, lebih
memahami perjalanan pelanggan dan memberikan CX yang hebat, dengan
membangun model kedewasaan untuk CX.

Ada kebutuhan nyata dari pendekatan holistik manajemen pendapatan dan


hubungannya dengan pemasaran tangkas, mempertimbangkan pengalaman wisata
di era yang digerakkan pelanggan saat ini. Bukti terbaru datang untuk mendukung
perusahaan jasa yang sukses yang bergerak lebih jauh ke arahnya dari: penawaran
pengalaman yang disebut sebagai strategi diferensiasi dengan mengoptimalkan
pengalaman untuk ukuran yang cukup besar kelompok pelanggan perjalanan
"terhubung"; berfokus pada inisiatif CX prioritas tinggi yang melibatkan bigdata atau
intervensi teknologi yang meningkatkan persepsi wisatawan; menggunakan algoritma
yang memberikan rekomendasi perjalanan yang disesuaikan dengan menggambar
data dari media sosial pengguna; memenangkan perkelahian media sosial dengan
benar mengelola sentimen online dan sebagainya

Terdapat tiga hal yang dipertimbangkan : roda kesetiaan, apa yang mendorong
pelanggan untuk beralih dari perusahaan layanan, dan kerangka terpadu untuk
strategi CRM), melihat kemudian pada mengidentifikasi mengapa CRM (Customer
Relationship Management) tidak menawarkan gambaran besar tentang apa yang
benar-benar dialami pelanggan di Era disrupsi dan Transformasi Digital,
Hasilnya nilai CX atau pengalaman konsumen adalah hal yang berpengaruh dan
untuk menciptakan CX yang lebih baik pihak pemasar perlu melibatkan pelanggan.
Disis lain untuk menciptakan CX yang baru diperlukan kepemimpinan yang kuta untuk
memahami apa yang benar-benar dibutuhkan pelanggan, memahami pentingnya
hubungan pelanggan dan rekan kerja dan juga seorang CMO yang memahami
teknologi

DISRUPTION ERA INDUSTRI PARIWISATA

Kemunculan Travel Agent Online atau sering disingkat menjadi OTA pada tahun
2000an, membawa perubahan besar pada bisnis travel agent. Pelaku bisnis dalam
bidang travel agent dengan metode konvensional perlu merubah sistem pemesanan
mereka ke arah digital agar dapat bersaing dengan OTA.

Perubahan perilaku wisatawan terutama generasi milenial yang selalu menginginkan


kecepatan layanan, kemudahan layanan, dan harga yang murah telah memicu
pertumbuhan OTA. Teknologi yang diusung OTA mampu menjawab semua itu,
bahkan sistem pemesanan kamar hotel dapat dilakukan secara instant melalui
smartphone, kapan saja dan dimana saja dan dengan instant confirmation
Selain itu OTA yang sudah merambah ke penjualan tiket pesawat, kereta bahkan
tempat wisata mampu mengungguli travel agent konvensional. banyaknya pemain
OTA baru baik dalam skala nasional seperti tiket.com dan traveloka perlahan mulai
menggerus market travel agent konvensional.Disruption ini perlu ditanggapi secara
cepat oleh travel agent konvensional agar tetapi dapat bersaing di industri yang sama.

Disisi lain kemunculan OTA dengan komisi yang cukup tinggi mulai menggerus margin
keuntungan hotel, keunggulan teknologi dan kecepatan informasi yang didapat
konsumen menjadi andalan OTA untuk mendapatkan sekaligus menekan harga yang
didapat dari hotel sehingga margin keuntungan hotel mau tidak mau semakin kecil.
kehadiran OTA hanya salah satu contoh disruption pada bidang pariwisata, masih
terdapat hal lain sebagai disruption di industri ini seperti kehadiran channel manager,
booking engine, web booking dan hal lainnya seiring datangnya era disruption
Daft Pustaka:
Ali, Hapzi.2018.Strategic Management Disruption Era Modul. Universitas Mercu
Buana
Abdillah M Marzuqi. 2017.http://mediaindonesia.com/read/detail/93893-era-baru-
disruption (20 Des Jam 11: 48)
Hapzi Ali. Modul Stratgeic Management-Disruption Era. (20 Des Jam 11: 30)
Tanayastri Dini Isna.2018 ://www.wartaekonomi.co.id/read204416/tantangan-bisnis-
perhotelan-dalam-industri-40.html (20 Des Jam 12:45)
Stevani Elisabeth.2017.http://sinarharapan.net/2017/11/disrupsi-digital-tantangan-
bagi-industri-perhotelan/ (20 Des Jam 12:45)
Yoshi Winosa, 2018.https://www.wartaekonomi.co.id/read187696/ketika-ota-
mendisrupsi-travel-agent.html (20 Des Jam 12:51)

Anda mungkin juga menyukai