Paper Ganguan Perilaku Dan Mental Akibat Penggunaan Tembakau Dan Zat Psikotropika
Paper Ganguan Perilaku Dan Mental Akibat Penggunaan Tembakau Dan Zat Psikotropika
PENDAHULUAN
Sejak dekade 1960-an banyak remaja yang tergolong usia dewasa muda
menderita gangguan penggunaan zat. Mereka menggunakan zat bahan atau obat
psikoaktif dalam jumlah berlebihan sebagai respon mereka terhadap masalah yang
mereka hadapi. Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan
tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan semua orang. Kesehatan jiwa adalah
perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat
menerima orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif terhadap
diri sendiri dan orang lain.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
2
Zat-zat yang sering dipakai yang dapat menyebabkan gangguan
penggunaan zat dapat digolongkan sebagai berikut:4
1. Opioida misalnya, morfin, heroin, oetidin, kodein dan candu
2. Ganja atau kanabis atau mariyuana
3. Kokain dan daun koka
4. Alkohol (Etilkohol) yang terdapat dalam minuman keras
5. Amfetamin
6. Halusinogen, misalnya LSD, meskalin, psilosin, psilosibin
7. Sedativa dan hipnotika
8. Solven dan Inhalansia
9. Nikotin yang terdapat dalam tembakau
10. Kafein yang terdapat dalam kopi, teh dan minuman cola
Semua zat yang disebutkan di atas mempunyai pengaruh pada
susunan saraf pusat sehingga disebut zat psikotropika psikoaktif. Tidak
semua zat psikotropik dapat menimbulkan gangguan penggunaan zat. Zat
psikotropik yang disebutkan di atas dapat menimbulkan adiksi, oleh
karena itu disebut zat adiktif. Obat antipsikosis dan antidepresi hampir
tidak pernah menimbulkan gangguan penggunaan zat.
Untuk memperoleh khasiat seperti semula dari zat yang dipakai berulang
kali, diperlukan jumlah yang makin lama makin banyak, keadaan yang demikian
itu disebut “Toleransi”. Toleransi silang merupakan toleransi yang terjadi diantara
3
zat-zat yang khasiat farmakologiknya mirip, misalnya orang yang toleran terhadap
alkohol juga toleran terhadap sedativa dan hipnotika. Gejala ‘putus zat” (gejala
lepas zat, withdrwal syndrome) merupakan gejala yang timbul bila seseorang
yang ketergantungan pada suatu zat, pada suatu saat pemakaiannya dihentikan
atau dikurangi jumlahnya. Intoksifikasi merupakan suatu gangguan mental
organik yang ditandai dengan perubahan psikologis dan perilaku sebagai akibat
pemakaian zat. 2
4
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain
termasuk kafein (F15)
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenatika (F16)
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau (F17)
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah
menguap (F18)
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan
penggunaan zat psikoaktif lainnya (F19)
2.3 ETIOLOGI
1. Faktor individu :
5
e) Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif
p) Putus sekolah
2. Faktor Lingkungan :
6
a. Lingkungan Keluarga
h) Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA
b. Lingkungan Sekolah
7
c. Lingkungan Teman Sebaya
d. Lingkungan masyarakat/sosial
3. Faktor Napza
8
dengan yang tidak mempunyai ciri kelompok risiko tinggi. Mereka
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1) ANAK :
2. REMAJA :
9
e) Remaja yang cenderung memberontak
3. KELUARGA
10
f) Orang tua yang tidak memiliki standar norma baik-buruk atau
benar salah yang jelas.
2.5.1 Narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan (menurut Undang-Undang RI Nomor 22
tahun 1997 tentang Narkotika). NARKOTIKA dibedakan kedalam golongan-
golongan :2
a) Narkotika Golongan I :
b) Narkotika Golongan II :
11
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh: kodein)
2.5.2 Psikotropika
12
- Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW,
Manson House,Johny Walker, Kamput.)
b) Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan
rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah
gunakan, antara lain : Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.
c) Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas
di masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat,
pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian
dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu
masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya.
Bahan/ obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai
berikut :
- Sama sekali dilarang : Narkotoka golongan I dan Psikotropika
GolonganI.
13
ketergantungan ialah keinginan (sering amat kuat dan bahkan terlalu kuat) untuk
menggunakan obat psikoaktif (baik yang diresepkan atau pun tidak), alkohol, atau
tembakau. Mungkin ada bukti bahwa mereka yang menggunakan kembali zat
setelah suatu periode abstinensia akan lebih cepat kambuh daripada individu yang
sama sekali tidak ketergantungan. Kesadaran subjektif adanya kompulsi untuk
menggunakan zat biasanya ditemukan ketika berusaha untuk menghentikan atau
mengatasi penggunaan zat.”
“Sekelompok gejala dengan aneka bentuk dan keparahan yang terjadi pada
penghentian pemberian zat secara absolut atau relatif sesudah penggunaan zat
yang terus‐menerus dan dalam jangka panjang dan/atau dosis tinggi. Onset dan
perjalanan keadaan putus zat itu biasanya waktunya terbatas dan berkaitan dengan
jenis dan dosis zat yang digunakan sebelumnya. Keadaan putus zat dapat disertai
dengan komplikasi kejang.”
14
Orang yang mencoba rokok kemudian menjadi tergantung atau kecanduan
dikarenakan zat‐zat kimia yang terkandung dalam rokok. Selain menimbulkan
ketergantungan, zat‐zat tersebut juga berdampak negatif pada organ tubuh. Zat‐zat
kimia yang terkandung di dalam rokok dan asapnya ketika dibakar antara lain
karbon monoksida, tar, dan nikotin. Saat dibakar, nikotin masuk ke dalam sel di
mulut dan hidung, serta sepanjang saluran pernafasan. Paru‐paru dengan cepat
menyerap nikotin dan mengedarkannya ke seluruh tubuh melalui darah. Nikotin di
dalam darah juga turut terbawa ke otak yang memicu pelepasan beberapa zat
(misalnya dopamin) serta mengaktifkan sistem syaraf pusat dan simpatik. Dampak
nyata dari alur tersebut adalah meningkatnya kewaspadaan, detak jantung, dan
tekanan darah pada perokok. Nikotin yang diserap terakumulasi di dalam darah
dan efeknya akan perlahan hilang setelah dua setengah jam [3, 15, 23]. Menyadari
dahsyatnya pengaruh buruk nikotin bagi kesehatan, maka pemerintah telah
mengatur peredaran tembakau sebagai bahan utama pembuatan rokok dalam UU
RI Nomor 36 Tahun 2009 pasal 113 yang berbunyi:
(1) Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan
agar tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan perseorangan,
keluarga, masyarakat, dan lingkungan.
(2) Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau,
produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat
adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya
dan/atau masyarakat sekelilingnya (cetak miring dari penulis).
Walau demikian pada nyatanya peredaran rokok masih sangat luas dan
semakin banyak orang yang menjadi konsumen rokok. Mengapa orang sulit
berhenti merokok? Nicotine regulation model menjelaskan bahwa pecandu rokok
mempertahankan tingkat nikotin yang ada di dalam darahnya dan menghindari
efek gejala putus zat. Interaksi dua arah antara pengaruh nikotin pada otak yang
kemudian menimbulkan efek psikologis seperti penurunan kemampuan mengenali
emosi dan cenderung depresi membuat para pecandu rokok terus merokok agar
15
tetap semangat dan lebih tenang. Pengaruh dari lingkungan sosial seperti keluarga
dankelompok sebaya juga mempengaruhi perilaku kecanduan merokok.
16
(4) Peningkatan gray matter di insula menimbulkan emosi tertentu dan sensasi
pada tubuh, serta mendorong penurunan kemampuan memverbalisasi
emosi. Sedangkan penurunan white matter (fractional anisotropy [FA]) di
prefrontal cortex kiri berkorelasi dengan patologis otak.
(5) Pengaruh lain nikotin adalah meningkatkan konsentrasi intrasypnaptic
dopamine (DA) di ventral striatum/nucleus accumbens (VST/NAc) dan
serotonim sebagai neurotrasnmiter penahan kantuk sehingga menimbulkan
gangguan tidur.
(6) Pecandu rokok memiliki resiko penurunan prospective memory yang
diduga berada di area prefrontal cortex, hippocampus, dan thalamus.
2.7 PENATALKSANAAN1,3
17
Keadaan ini dapat menjadi fatal bila salah diagnosis atau mendapat penanganan
yang tidak tepat. Oleh karena itu tenaga medis dan paramedis yang bekerja
diruang gawat darurat haruslah mempunyai pengetahuan tentang obat-obatan yang
sering dipakai oleh penyalahguna NAPZA dan mampu mengatasi intoksikasi yang
disebabkan oleh berbagai macam zat tersebut. Contoh : Naloxone, antagonis
opiat, diberikan pada intoksikasi opiat akut, dengan dosis 0,1 mg/kg i.m. atau i.v.
setiap 2-4 jam selama masih dibutuhkan.
18
BAB III
KESIMPULAN
19
karena berdampak jangka panjang pada mental dan perilaku. Selain itu, masih ada
zat adiktif lainnya seperti alkohol, nikotin, bensin, dan thinner. Obat psikotropik
adalah bahan atau zat (substansi) yang dapat mempengaruhi fungsi berfikir,
perasaan dan tingkah laku pada orang yang memakainya. WHO (1969)
memberikan batasan mengenai “Drug” (Obat), setiap zat (bahan) yang jika masuk
dalam organisme hidup, akan mengadakan perubahan pada satu atau lebih fungsi-
fungsi organisme tersebut. Bahan-bahan yang masuk narkotika, ganja,
psikotropika dan alkohol adalah bahan-bahan yang mempunyai efek tersebut.
Bahan-bahan tersebut seringkali disalahgunakan (drug abuse), sehingga dapat
mengakibatkan ketergantungan (drug dependence).
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, BJ. Sadock, VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed
link : angsamerah.com/pdf/Angsamerah-Handout_Kriteria_SUD.pdf
21