Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BIOLOGI UMUM

POHON MAHONI

Nama : Hasibatul Farhiyah

NIM : 1811201019

Prodi : S1 Bioteknologi

Dosen Pengampu : Wiwit Probowati, S.Si,M.Biotech.


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang saya
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayat serta inayah-Nya
sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang spesies pohon mahoni ini dengan baik.
Makalah ini sudah saya susun dengan maksimal dengan bantuan dari beberapa sumber dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar bahwa sepenuhnya masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan besar hati saya
menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan, memberi
manfaat maupun inpirasi untuk pembaca.

Yogyakarta, 11 Desember 2018


DAFTAR ISI

Daftar Isi……………………………….

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang………………………….

Tujuan……………………………………

II.PEMBAHASAN...................................................................................

2.1 Deskripsi Swietenia macrophylla……………………..

2.1.1.Sistematika...................................................................

2.1.2.Morfologi.....................................................................

2.1.3.Penyebaran dan Habitat ..............................................

2.1.4.Manfaat .......................................................................

2.1.5.Tempat Tumbuh...........................................................

2.1.6. Peran Mahoni Terhadap Tanah……………………….

III. PENUTUP

Kesimpulan …………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hampir semua lahan di Indonesia pada awalnya merupakan ‘hutan alam’ yang secara
berangsur dialih-fungsikan oleh manusia menjadi berbagai bentuk penggunaan lahan lain
seperti pemukiman dan pekarangan, pertanian, kebun dan perkebunan, hutan produksi atau
tanaman industri, dan lain-lainnya. Alih guna lahan itu terjadi secara bertahap sejak lama dan
sampai sekarangpun terus terjadi, dengan demikian luas lahan hutan di Indonesia semakin
berkurang.
Alih-guna lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah
seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan
bahkan perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu
sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain.
Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan
untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih-guna lahan tersebut di atas dan
sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan. Agroforestri, sebagai suatu cabang ilmu
pengetahuan baru di bidang pertanian dan kehutanan, berupaya mengenali dan
mengembangkan keberadaan sistem agroforestri yang telah dipraktekkan petani sejak dulu
kala. Secara sederhana, agroforestri berarti menanam pepohonan di lahan pertanian, dan
harus diingat bahwa petani atau masyarakat adalah elemen pokoknya (subyek). Dengan
demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan biofisik saja tetapi
juga manajemen agroekosistem dalam agroforestri yang benar karena agroforestri merupakan
sistem dan teknologi penggunaan lahan secara terencana pada satu unit lahan dengan me
ngkombinasikan tumbuhan berkayu dan tanaman pertanian yang di lakukan pada waktu
bersamaan atau bergiliran.
Tanaman mahoni (Swietenia macrophylla) banyak ditanam sebagai pohon pelindung
karena sifatnya yang tahan panas dan memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai
kondisi tanah sehingga tetap bertahan menghiasi tepi jalan di beberapa daerah. Tanaman ini
dikembangkan pada awalnya di wilayah Jawa sejak jaman penjajahan Belanda. Kayu mahoni
mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga dibudidayakan untuk keperluan sumber
bahan baku industri. Kualitas kayunya keras dan memiliki warna kemerahan, sangat baik
digunakan untuk meubel, furniture, barang-barang ukiran dan kerajinan tangan. Kayu mahoni
memiliki kualitas yang mendekati kualitas kayu jati sehingga sering dijuluki sebagai primadona
kedua. Berdasarkan jenisnya, mahoni terdiri atas mahoni berdaun kecil (Swietenia mahagoni)
dan mahoni berdaun lebar (Swietenia macrophylla). Kualitas kayu mahoni berdaun kecil lebih
baik dibandingkan mahoni berdaun lebar (Kementrian Kehutanan, 2011). Mahoni termasuk kayu
yang mudah dibudidayakan karena dapat tumbuh pada berbagai tempat dan berbagai jenis tanah.
Umumnya dapat tumbuh pada tanah yang agak liat dengan ketinggian 1000 mdpl. Telah banyak
penelitian yang dilakukan mengenai tanaman mahoni, dimana dihasilkan keragaman genetik
mahoni (Swietenia macrophylla) yang cukup tinggi (Iswanto, 2016). Keragaman genetik yang
cukup tinggi menyebabkan fenotipe yang tinggi sehingga perlu dilakukan analisis morfologi dan
fisiologi (Martawijaya, dkk., 2005).)

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Makalah ini dibuat bertujuan untuk mengetahui tentang manfaat, peran, tempat tumbuh
mahoni lebih dalam lagi.
II. PEMBAHASAN

2.1. Deskripsi Swietenia macrophylla

2.1.1. Sistematika

Tanaman mahoni tersusun dalam sistematika sebagai berikut (Suhono, 2010):

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Swietenia
Spesies : Swietenia macrophyllaKing

2.1.2. Morfologi
Tanaman mahoni adalah tanaman tahunan dengan tinggi yang bisa mecapai 10 – 20 m
dan diameter lebih dari 100 cm. Sistem perakaran tanaman mahoni yaitu akar tunggang. Batang
berbentuk bulat, berwarna cokelat tua keabu-abuan, dan memiliki banyak cabang sehingga
kanopi berbentuk payung dan sangat rimbun (Suhono, 2010). Daun mahoni berbentuk daun
majemuk menyirip dengan helaian daun berbentuk bulat oval, ujung dan pangkal daun runcing,
dan tulang daun menyirip. Panjang daun berkisar 35-50 cm. Daun muda tanaman mahoni
berwarna merah lalu berubah menjadi hijau.Mahoni baru berbunga ketika tanaman berumur 7
tahun. Bunga mahoni termasuk bunga majemuk yang tersusun dalam karangan yang muncul dari
ketiak daun, berwarna putih, dengan panjang berkisar 10-20 cm. Mahkota bunga berbentuk
silindris dan berwarna kuning kecoklatan. Benang sari melekat pada mahkota bunga (Samsi,
2000). Buah mahoni berbentuk bulat telur, berlekuk lima dan berwarna coklat. Bagian luar buah
mengeras dengan ketebalan 5-7 mm, dibagian tengah mengeras 4 seperti kayu dan berbentuk
kolom dengan 5 sudut yang memanjang menuju ujung (Suhono, 2010). Buah akan pecah dari
ujung saat buah sudah matang dan kering. Di bagian dalam buah mahoni terdapat biji. Biji
mahoni berbentuk pipih dengan ujung agak tebal dan berwarna coklat tua. Biji menempel pada
kolumela melalui sayapnya, meninggalkan bekas setelah benih terlepas, biasanya disetiap buah
terdapat 35-45 biji mahoni (Adinugroho dan Sidiyasa, 2006).

2.1.3. Penyebaran dan Habitat

Swietenia macrophylla berasal dari benua Amerika yang beriklim tropis. Pertama kali
masuk ke Indonesia (ditanam di Kebun Raya Bogor) Tahun 1872. Mulai dikembangkan seara
luas di pulau Jawa antara tahun 1897 sampai 1902. (Samsi, 2000). Tanaman mahoni sudah lama
dibudidayakan di Indonesia dan sudah beradaptasi dengan iklim tropis di Indonesia. Nama asing
dari tanaman ini adalah West Indian Mahogany. Mahoni adalah tumbuhan tropis yang tumbuh
liar di hutan jati, pinggir pantai dan banyak ditanam di pinggir jalan atau di lingkungan rumah
dan halaman perkantoran sebagai tanaman peneduh (Arief, 2002). Tanaman ini termasuk jenis
tanaman yang tidak memiliki persyaratan tipe tanah secara spesifik, mampu bertahan hidup pada
berbagai jenis tanah bebas genangan dan reaksi tanah sedikit asam-basah tanah, gersang atau
marginal walaupun tidak hujan selama berbulan-bulan mahoni masih mampu untuk bertahan
hidup. Pertumbuhan mahoni akan tetap subur, bersolum dalam dan aerasi baik pH 6,5 sampai 7,5
tumbuh dengan baik sampai ketinggian maksimum 1.000 mdpl sampai 1.500 mdpl (Mindawati
dan Megawati, 2014).

2.1.4. Manfaat

Manfaat mahoni yakni dijadikan sebagai tanaman pelindung, pohon mahoni memiliki
batang yang besar dan cukup tinggi serta memiliki daun yang rimbun. Tanaman mahoni juga
mulai dibudidayakan karena kayunya mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kualitas
kayunya bertekstur keras dan sangat baik untuk meubel, furnitur, barang-barang ukiran dan
berbagai kerajinan tangan. Kayu 5 Mahoni juga sering dibuat untuk penggaris karena sifatnya
yang tidak mudah berubah. Pemanfaatan lain dari tanaman Mahoni adalah kulitnya yang dapat
dipergunakan untuk mewarnai pakaian. Kain yang direbus bersama kulit Mahoni akan menjadi
kuning dan tidak mudah luntur. Getah mahoni disebut juga blendok dapat dipergunakan sebagai
bahan baku lem, dan daunnya dapat digunakan untuk pakan ternak (Ramdan, 2004). Mahoni kini
ditanam secara luas di daerah tropis untuk program reboisasi dan penghijauan bermanfaat
sebagai tanaman naungan dan kayu bakar. Manfaat lainnya dari pohon kayu mahoni yakni bisa
mengurangi polusi udara sekitar 47%- 69% sehingga layak disebut pohon pelindung sekaligus
filter udara dan daerah tangkapan air, sedangkan daun-daunnya, memiliki fungsi sebagai
penyerap polutan-polutan di sekitarnya (Ariyantoro, 2006). Mahoni juga memiliki fungsi sebagai
obat yang terkandung pada biji dan kulit dari buahnya, yang dijadikan serbuk. Biji digunakan
sebagai obat untuk tekanan darah tinggi, kencing manis, kurang nafsu makan, rematik, demam,
masuk angin, serta ekzema. Biji Mahoni juga dipakai untuk pengobatan malaria (Samsi, 2000).

2.1.5. Tempat Tumbuh

Mahoni termasuk tanaman yang tahan naungan (tolerance spesies) yang mampu bersaing
dengan alang-alang ataupun semak belukar dalam memperoleh sinar matahari, sehingga cocok
untuk tanaman reboisasi pada areal alang – alang yang rapat. Perakaran waktu muda sangat cepat
tumbuhnya terutama akar tunggang sehingga memerlukan jenis tanah dengan solum yang agak
tebal. Mahoni ditanam di pulau jawa pada berbagai jenis tanah, di daerah dengan curah hujan
500 – 2500 mm/th atau tipe iklim A-D menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson pada sampai
1000 mdpl. Iklim yang cocok untuk tanaman mahoni sangat bervariasi, umumnya yang
mempunyai curah hujan yang tinggi. Mahoni tumbuh di Amerika Tengah dengan curah hujan
kira – kira 1500 mm/th. Mahoni umunya tumbuh di daerah tropis, di daratan rendah hingga
ketinggian 1500 mdpl (Ramdan, 2004).

2.1.6 Peran Mahoni Terhadap Tanah

Sistem agroforestri dapat mempertahankan sifat-sifat fisik lapisan tanah atas yang
diperlukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman, melalui:

• Adanya tajuk tanaman dan pepohonan yang relatif rapat sepanjang tahun menyebabkan
sebagian besar air hujan yang jatuh tidak langsung ke permukaan tanah sehingga tanah
terlindung dari pukulan air yang bisa memecahkan dan menghancurkan agregat menjadi
partikel-partikel yang mudah hanyut oleh aliran air.
• Sistem agroforestri dapat mempertahankan kandungan bahan organik tanah di lapisan
atas melalui pelapukan seresah yang jatuh ke permukaan tanah sepanjang tahun.
Pemangkasan tajuk pepohonan secara berkala yang di tambahkan ke permukaan tanah
juga mempertahankan atau menambah kandungan bahan organik tanah. Kondisi
demikian dapat memperbaiki struktur dan porositas tanah serta lebih lanjut dapat
meningkatkan laju infiltrasi dan kapasitas menahan air.
• Sistem agroforestri pada umumnya memiliki kanopi yang menutupi sebagian atau seluruh
permukaan tanah dan sebagian akan melapuk secara bertahap. Adanya seresah yang
menutupi permukaan tanah danpenutupan tajuk pepohonan menyebabkan kondisi di
permukaan tanah dan lapisan tanah lebih lembab, temperatur dan intensitas cahaya lebih
rendah. Kondisi iklim mikro yang sedemikian ini sangat sesuai untuk perkembangbiakan
dan kegiatan organisme. Kegiatan dan perkembangan organisme ini semakin cepat
karena tersedianya bahan organik sebagai sumber energi. Kegiatan organisme makro dan
mikro berpengaruh terhadap beberapa sifat fisik tanah seperti terbentuknya pori makro
(biopores) dan pemantapan agregat. Peningkatan jumlah pori makro dan kemantapan
agregat pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas infiltrasi dan sifat aerasi tanah.
BAB III.
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Banyaknya pengalih-fungsian lahan hutan menjadi berbagai bentuk penggunaan lahan
lain seperti pemukiman dan pekarangan, pertanian, kebun dan perkebunan, hutan produksi atau
tanaman industri, dan lain-lainnya sehingga tanaman Mahoni sangat dianjurkan untuk
ditanam.Tanaman mahoni (Swietenia macrophylla) banyak ditanam sebagai pohon pelindung
karena sifatnya yang tahan panas dan memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai
kondisi tanah selain itu juga kayu mahoni mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi
sehingga dibudidayakan untuk keperluan sumber bahan baku industri.
DAFTAR PUSTAKA

- Adinugroho, W,C. dan Sidiyasa, K. 2006. Model pendugaan biomassa pohon mahoni
(Swietenia Macrophylla King) di atas permukaan tanah. Hutan Konservasi Alam.3(1),
103–117.
- Arief, O. E. 2002. Pohon-pohon pelindung jalan. PPAK LPH Bogor. Bogor.
- Ariyantoro, H. 2006. Budidaya tanaman kehutanan. PT. Citra Aji Parama. Yogyakarta
- Iswanto. 2016. Analisis keragaman genetik jenis mahoni (Swietenia mahagoni (L) Jacq
pada berbagai sumber benih di sulawesi selatan. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas
Hasanuddin, Makassar.
- Martawijaya, A., Kartasujana, I., Kadir, K., dan Prawira, S. 2005. Atlas kayu Jilid I, II,
III Departemen Kehutanan. Badan Penelitian & Pengembangan Kayu. Bogor.
- Mindawati, N. dan Megawati. 2014. Manual budidaya mahoni (Swietenia macrophylla
king). PT Citra Adidaya Bakti. Bogor.
- Ramdan, H. 2004. Evaluasi pertumbuhan tanaman mahoni daun besar (Swietenia
macrophylla King) pada beberapa jenis tanah studi kasus di KPH Banten. Skripsi.
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
- Suhono, B. 2010. Ensiklopedia biologi dunia tumbuhan.PT Lentera Abadi. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai