Anda di halaman 1dari 17

TUGAS LAPORAN HASIL ANALISIS SINTESIS

KASUS 2 & 3

KELOMPOK 3

MEILINDA NUR KHAFIFA

SUPIANI YAMLEAN

RESKY AULIYAH INSANI B

EVI ASHARI

PUTRI YUNIAR

MEGAWATI YUNUS

A NUR MUH. IMRAN

KEPERAWATAN A

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2018/2019
I. Kasus kedua
1. Skenario/KasusPemicu
Anak perempuan usia 7 tahun diantar ibunya ke rumah sakit dengan keluhan
sesak napas. Ibu pasien mengatakan, anaknya sering sesak sejak kecil. Hasil
pengkajian ditemukan sianosis sentral dan perifer, jari-jari tabuh pada tangan
dan kaki, status gizi kurang. Tekanan darah 100/60 mmHg; frekuensi nadi
100x/menit. Frekuensi napas 35x/menit, suhu 37,5oC. Hasil foto rontgen
ditemukan kardiomegali dengan pembesaran ventrikel.

2. DaftarIstilah
a. Sesak Napas
Dispnea atau kesulitan bernapas adalah sensasi sesak napas atau
perasaan subjektif napas yang pendek.Diskripsinya tergantung individu
dan variasinya antara penderita sangat luas.American Thoracic Society (
ATS) mendefinisikan dispne: adalah istilah yang digunakan mengenai
pengalaman karakteristik subjektif dari perasaan yang tidak nyaman
ketika bernapas dengan intensitas dan sensasinya bervariasi antara
individu.patofisiologi terjadinya sesak nafas yaitu :
a) Oksigenasi jaringan berkurang yaitu penyakit yang menyebabkan
kecepatan pengiriman oksigen ke jaringan berkurang seperti
perdarahan
b) Kebutuhan oksigen meningkat yaitu peningkatan kebutuhan oksigen
secara tiba – tiba akan memerlukan oksigen yang lebih banyak untuk
proses metabolisme
c) Kerja pernafasan meningkat dimana otot pernafasan dipaksa
bekerja lebih kuat karena adanya penyempitan saluran pernafasan
b. Jari-jari Tabuh
Jari tabuh atau clubbing finger adalah kelainan bentuk jari dan kuku
tangan yang menjadikan jari tangan dan kaki membulat yang berkaitan
dengan penyakit jantung dan paru-paru
Jari-jari tabuh terjadi karena adanya sianosis jangka lama. Sianosis
menujukkan bahwa kurang kadar oksigen. Hal ini terjadi di jari-jari sebab
terdapat pembuluh darah perifer. Kurangnya kadar oksigen di perifer
khususnya di jari-jari merangsang otak untuk mendilatasikan pembuluh
darah di jari-jari. Dilatasi pembuluh darah ini bersifat permanen yang
mengakibatkan jari-jari tabuh.
c. Kardiomegali
Kardiomegali adalah sebuah keadaan anatomis (struktur organ) di
mana besarnya jantung lebih besar dari ukuran jantung normal, yakni
lebih besar dari 55% besar rongga dada. pada Kardiomegali salah satu
atau lebih dari 4 ruangan jantung membesar. Namun umumnya
kardiomegali diakibatkan oleh pembesaran bilik jantung kiri (ventrikel
kardia sinistra)
d. Sianosis
Sianosis sentral disebabkan oleh penyakit jantung atau paru-paru,
atau hemoglobin abnormal (methaemoglobinaemia atau
sulfhaemoglobinaemia). Sianosis terlihat pada lidah dan bibir dan karena
desaturasi darah arteri sentral yang dihasilkan dari gangguan jantung dan
pernapasan yang terkait dengan shunting darah vena terdeoksigenasi ke
sirkulasi sistemik. Pasien yang mengalami sianosis sentral biasanya juga
mengalami sianosis perifer. Tanda dan gejala sianosis sentral tergantung
pada penyebab yang mendasari dan mencakup sesak dan takipnea,
polisitemia sekunder dan perubahan warna kebiruan atau ungu dari mulut
selaput lendir, jari tangan dan kaki. Biru pada tangan dan kaki
padahal suhu normal atau hangat.
Sianosis perifer disebabkan oleh menurunnya sirkulasi lokal dan
meningkatnya ekstraksi oksigen dalam jaringan perifer, perifer artinya
tepi. Bagian tepi pada tubuh yang mengalami sianosis perifer terlokalisir,
terjadi dalam kondisi yang berhubungan dengan vasokonstriksi perifer
dan stasis darah di ekstremitas, yang mengarah ke peningkatan ekstraksi
oksigen perifer – misalnya, gagal jantung kongestif, syok sirkulasi,
paparan suhu dingin dan kelainan sirkulasi perifer. Tanda dan
gejala sianosis perifer termasuk kebiruan pada bibir, kaki dan tangan
yang sering karena dingin dan kembali normal (kebiruan hilang) ketika
dilakukan pemanasan atau pemijatan.

3. Learning Objektif
a. Untuk mengetahui istilah-istilah medis yang terdapat di dalam kasus
tersebut
b. Untuk mengetahui diagnosa medis yang timbul pada kasus tersebut
c. Untuk mengetahui dan dapat menjelaskan tanda dan gejala dari diagnosa
yang didapatkan
d. Untuk mengetahui dan dapat menjelaskan mekanisme terjadinya penyakit
dari diagnosa yang didapatkan

4. HasilAnalisisSintesis
a. Istilah-istilah
1) Sesak napas
Dispnea atau kesulitan bernapas adalah sensasi sesak napas atau
perasaan subjektif napas yang pendek.Diskripsinya tergantung individu
dan variasinya antara penderita sangat luas. American Thoracic Society (
ATS) mendefinisikan dispne: adalah istilah yang digunakan mengenai
pengalaman karakteristik subjektif dari perasaan yang tidak nyaman
ketika bernapas dengan intensitas dan sensasinya bervariasi antara
individu. Patofisiologi terjadinya sesak nafas yaitu :
a) Oksigenasi jaringan berkurang yaitu penyakit yang menyebabkan
kecepatan pengiriman oksigen ke jaringan berkurang seperti
perdarahan
b) Kebutuhan oksigen meningkat yaitu peningkatan kebutuhan oksigen
secara tiba – tiba akan memerlukan oksigen yang lebih banyak untuk
proses metabolisme
c) Kerja pernafasan meningkat dimana otot pernafasan dipaksa
bekerja lebih kuat karena adanya penyempitan saluran pernafasan.
2) Jari-jari Tabuh
Jari tabuh atau clubbing finger adalah kelainan bentuk jari dan kuku
tangan yang menjadikan jari tangan dan kaki membulat yang berkaitan
dengan penyakit jantung dan paru-paru.
Jari-jari tabuh terjadi karena adanya sianosis jangka lama. Sianosis
menujukkan bahwa kurang kadar oksigen. Hal ini terjadi di jari-jari sebab
terdapat pembuluh darah perifer. Kurangnya kadar oksigen di perifer
khususnya di jari-jari merangsang otak untuk mendilatasikan pembuluh
darah di jari-jari. Dilatasi pembuluh darah ini bersifat permanen yang
mengakibatkan jari-jari tabuh.
3) Kardiomegali
Kardiomegali adalah sebuah keadaan anatomis (struktur organ) di
mana besarnya jantung lebih besar dari ukuran jantung normal, yakni
lebih besar dari 55% besar rongga dada. pada Kardiomegali salah satu
atau lebih dari 4 ruangan jantung membesar. Namun umumnya
kardiomegali diakibatkan oleh pembesaran bilik jantung kiri (ventrikel
kardia sinistra).
4) Sianosis
Sianosis sentral disebabkan oleh penyakit jantung atau paru-paru,
atau hemoglobin abnormal (methaemoglobinaemia atau
sulfhaemoglobinaemia). Sianosis terlihat pada lidah dan bibir dan karena
desaturasi darah arteri sentral yang dihasilkan dari gangguan jantung dan
pernapasan yang terkait dengan shunting darah vena terdeoksigenasi ke
sirkulasi sistemik. Pasien yang mengalami sianosis sentral biasanya juga
mengalami sianosis perifer. Tanda dan gejala sianosis sentral tergantung
pada penyebab yang mendasari dan mencakup sesak dan takipnea,
polisitemia sekunder dan perubahan warna kebiruan atau ungu dari mulut
selaput lendir, jari tangan dan kaki. Biru pada tangan dan kaki
padahal suhu normal atau hangat.
Sianosis perifer disebabkan oleh menurunnya sirkulasi lokal dan
meningkatnya ekstraksi oksigen dalam jaringan perifer, perifer artinya
tepi. Bagian tepi pada tubuh yang mengalami sianosis perifer terlokalisir,
terjadi dalam kondisi yang berhubungan dengan vasokonstriksi perifer
dan stasis darah di ekstremitas, yang mengarah ke peningkatan ekstraksi
oksigen perifer – misalnya, gagal jantung kongestif, syok sirkulasi,
paparan suhu dingin dan kelainan sirkulasi perifer. Tanda dan
gejala sianosis perifer termasuk kebiruan pada bibir, kaki dan tangan
yang sering karena dingin dan kembali normal (kebiruan hilang) ketika
dilakukan pemanasan atau pemijatan.
b. Berdasarkan hasil diskusi dari kelompok kami, kami menyimpulkan bahwa
diagnosa medis pada kasus tersebut adalah Penyakit Jantung Bawaan.
Dimana tanda dan gejala dengan anak dari kasus tersebut sering
mengalami sesak nafas sejak kecil, dan ditemukan adanya sianosis
sentral dan perifer, jari-jari tabuh pada tangan dan kaki, kemudian
diperkuat dengan adanya data hasil foto rontgen ditemukan kardiomegali
dengan pembesaran ventrikel.Penyakit Jantung Bawaan atau Kelainan
Jantung Kongenital (CHD) adalah kelainan yang sudah ada sejak bayi
lahir, jadi kelainan tersebut sudah terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi
kelainan ini tidak selalu memeberi gejala yang segera setelah bayi lahir.
Tidak jarang kelainan tersebut baru muncul setelah bayi berusia beberapa
bulan atau beberapa tahun. Kelainan Jantung Kongenital (CHD)
merupakan kelainan yang disebabkan gangguan perkembangan sistem
kardiovaskuler pada embrio yang diduga karena adanya faktor endogen
dan eksogen (Ngastiyah, 2010).

c. Tanda dan Gejala dari Penyakit Jantung Bawaan


Gejala awal dari penyakit jantung bawaan meliputi:

1. Bibir kebiruan, kulit, jari, dan kaki, terutama biru menjadi semakin
tampak ketika bayi menangis
2. Sesak napas
3. Kesulitan makan
4. Berat atau ukuran lahir kecil
5. Kadar oksigen rendah atau bayi sering pingsan
6. Sakit dada
7. Pertumbuhan tertunda

Kadang-kadang, terutama penyakit jantung asianotik di mana bayi


mendapat cukup oksigen – gejala tidak akan muncul sampai bertahun-
tahun kemudian. Dalam hal ini, gejala mungkin termasuk:
1. Irama jantung abnormal
2. Pusing
3. Kesulitan bernapas
4. Pingsan
5. Pembengkakan pada organ atau jaringan tubuh
6. Kadar oksigen rendah
7. Mudah lelah
8. Tidak seaktif anak-anak seusianya.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis PJB kritis bervariasi tergantung kelainan anatomisnya.
Gejala klinis tersebut antara lain sianosis persisten, dispnea, atau edema
paru akibat gagal jantung, dan kolaps sirkulasi. Murmur tidak selalu
terdengar.
a) Sianosis
Sianosis terlihat jelas jika saturasi oksigen turun di bawah 80%
atau konsentrasi hemoglobin ter-deoksigenasi sebesar 5 g/dL atau
lebih. Sianosis sentral dapat terlihat di bibir, lidah, dan membran
mukosa.8 Sianosis sentral yang tidak membaik dengan pemberian
oksigen 100% mengindikasikan adanya PJB sianotik. Sianosis sentral
terjadi pada PJB kritis dengan aliran darah pulmonal berkurang dan
bila terjadi percampuran darah arteri-vena. Tes hiperoksia dengan
pemberian oksigen 100% dapat dilakukan jika terdapat fasilitas analisis
gas darah. Peningkatan kadar tekanan parsial oksigen dalam darah
(pO2) lebih dari 220 mmHg menunjukkan adanya penyakit
pernapasan; kadar pO2 antara 100 – 220 mmHg menunjukkan
diperlukannya evaluasi adanya PJB sianotik; kadar pO2 kurang dari
100 mmHg menunjukkan adanya PJB sianotik.6 Sianosis diferensial
(sianosis tubuh bagian bawah tetapi tidak pada tubuh bagian atas)
juga dapat merupakan gejala PJB kritis seperti pada coarctatio aorta
atau interrupted aortic arch.
b) Dispnea
Kelainan dengan pirau besar dapat menunjukkan gejala dispnea,
takipnea, kesulitan menyusu, rewel, dan distres. Dispnea dapat terjadi
karena gagal jantung kongestif. Gagal jantung kongestif terjadi pada
PJB kritis dengan obstruksi pada sisi kiri jantung dan bila terjadi
peningkatan aliran darah pulmonal.7 Pemeriksaan Ro toraks dapat
membantu membedakan penyebab dispnea pulmonal atau
kardiovaskular; gambaran yang mengarah pada PJB antara lain
kardiomegali, perubahan corakan vaskular paru, dan kongesti vena
pulmonal.
c) Kolaps sirkulasi.
Gejala kolaps sirkulasi dapat terjadi pada PJB kritis dengan
sirkulasi tergantung duktus. Syok terjadi saat duktus arteriosus mulai
menutup. Neonatus dengan sirkulasi sistemik tergantung duktus akan
mengalami dispnea progresif, akral dingin dan lembap, asidosis, syok,
dan oliguria karena gangguan perfusi ginjal. Neonatus dengan sirkulasi
pulmonal tergantung duktus akan mengalami sianosis berat tanpa
peningkatan usaha napas (quiet tachypnea), asidosis, dan distres
napas.
d) Murmur.
Murmur pada anak sering sulit dibedakan apakah fisiologis atau
patologis. Terdapat 6 tanda murmur yang mengarah patologis yaitu:
murmur pansistolik, intensitas 3/6 atau lebih, punctum maximum di
parasternal kiri atas, kualitas kasar, klik midsistolik awal, dan suara
jantung kedua abnormal.
Murmur yang segera terdengar setelah lahir pada umumnya
menandakan adanya obstruksi pada jalan keluar ventrikel. Murmur
terdengar jelas segera setelah lahir pada TOF atau stenosis pulmonal
kritikal dengan septum ventrikel intak (critical PS/IVS). Murmur dapat
tidak terdengar pada simple TGA dan atresia pulmonal dengan defek
septum ventrikel (PA/ VSD).

d. Mekanisme terjadinya Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi olehfaktor


genetik dan maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi
penyakit jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik.
Penyakit jantung bawaan asianotik kondisi ini disebabkan oleh lesi yang
memungkinkan darah shuntdari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang
menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta pencampuran
darah dari arteri (Padila, 2013).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan
atrium kiri kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan
mengalir dari atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke
kanan menimbulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan
hipertropi atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume dan tekanan
atrium kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru
juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di
paru sehingga alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif.
Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari
atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitas
ventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung.
Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan
kurang nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh
akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan
nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka, 2011).

5. Mengumpulkan informasi tambahan baik dari perpustakaan, internet,


dsb
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan kongenital pada
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang sudah didapatkan dari lahir
yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur
jantung pada fase awal perkembangan janin. Penyakit jantung bawaan ini
paling sering di temukan pada anak.
Penyakit jantung bawaan merupakan salah satu defek lahir pada bayi
yang paling umum terjadi, karena adanya gangguan pada proses
perkembangan normal struktur embrional janin. Penyakit jantung bawaan
adalah suatu abnormalitas struktur dan fungsi sirkulasi jantung yang muncul
pada saat lahir, walaupun penyakit ini sering baru ditemukan dikemudian hari.
Penyakit jantung bawaan terjadi.
a. Faktor risiko pada bayi dan anak yang menderita penyakit jantung
bawaan
1) Riwayat Keluarga
Adanya riwayat kelainan jantung bawaan pada keluarga
meningkatkan kemungkinan terjadinya kelainan jantung bawaan
pada anak. Secara keseluruhan risiko penyakit jantung bawaan
(PJB) akan meningkat tiga kali bila ada salah satu dari keluarga
generasi pertama yang memiliki PJB. Kejadian PJB tidak hanya
dapat berulang pada satu keluarga, tetapi jenis PJB pun seringkali
sama. Saat seseorang mendapatkan kelainan jantung bawaan
maka akan meningkatkan risiko 3% pada saudaranya. Risiko
kejadian juga berhubungan dengan prevalensi dari kelainan
jantung bawaan.
2) Riwayat Kehamilan dan Perinatal
Keadaan ibu saat hamil yang dapat meningkatkan
terjadinya PJB adalah demam saat trimester pertama, infulenza,
usia ibu lebih dari 35 tahun, dan merokok pada trimester
pertama.22 Meningkatnya paparan stres oksidatif atau
berkurangnya kadar antioksidan dalam darah selama ibu hamil
juga berperan terhadap terjadinya nonsindromik PJB. Hobbs dkk
melaporkan bahwa pada 311 ibu yang melahirkan anak dengan
PJB tanpa sindrom lain, rerata konsentrasi plasma glutation
tereduksi, glutaminlsistein, dan vitamin B-6 dalam darah lebih
rendah, sedangkan rerata konsentrasi homosistein dan glutation
teroksidasi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok control
3) Riwayat Ibu Mengkonsumsi Obat-Obatan, Jamu dan Alkohol
Konsumsi banyak obat, seperti talidomid dan isotretinoin selama
awal
kehamilan dapat mengganggu kardiogenesis pada fetus.
Selain itu, pada beberapa penelitian juga disebutkan bahwa
konsumsi alkohol atau menggunakan kokain selama masa
kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung
bawaan. Riwayat pemakaian obat anti epilepsi pada ibu hamil
seperti hidantoin dapat menyebabkan stenosis pulmonal, dan
aorta, litium dapat menyebabkan anomali ebstein, dan konsumsi
alkohol dapat menyebabkan ASD dan VSD.
4) Infeksi Selama Kehamilan
Infeksi yang diketahui memiliki keterkaitan dengan kelainan
kongenital pada janin salah satunya kelainan jantung bawaan
adalah rubella. Infeksi rubella pada ibu pada trimester pertama
kehamilan biasanya akan menyebabkan banyak kelainan bawaan
termasuk kelainan pada jantung. Infeksi rubela dapat
menyebabkan Congenital Rubella Syndrome (CRS), dan defek
yang dapat muncul pada sindroma ini salah satunya adalah
penyakit jantung bawaan pada anak. Infeksi sitomegalovirus,
hespes virus, dan coxsackie virus B akan menyebabakan berbagai
kelainan bawaan di awal kehamilan.
b. Pemeriksaan Penunjang
1). Pemeriksaan Laboratorium
2). Pemeriksaan EKG
3). Pemeriksaan Rontgen
4). CT Scan
5). Pemeriksaan MRI

6. Menyampaikan Kesimpulan Akhir


Penyakit jantung bawaan merupakan kelainan kongenital dengan
insiden 6-10 bayi tiap kelahiran hidup. Untuk itu perlu dilakukan deteksi dini
kelainan jantung bawaan agar dapat dilakukan tatalaksana segera. Deteksi
dini dapat dilakukan dengan mengetahui status prenatal pasien berupa
kelainan genetik, riwayat keluarga, riwayat konsumsi obat-obatan, alkohol,
dan merokok pada ibu, kehamilan preterm, berat badan lahir rendah (BBLR),
dan infeksi pada saat kehamilan.
Deteksi dini juga dapat dilakukan pada bayi post natal. Deteksi dini
dapat dinilai berdasarkan manifestasi klinis berupa sianosis, sesak, jari tabuh,
hambatan tumbuh, dada berdebar, nyeri dada, penurunan toleransi latihan,
infeksi saluran nafas berulang. Selain itu, pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan kardiomegali, bising jantung, keringat berlebihan squatting,
palpitasi, infeksi nafas berulang, penurunan toleransi latihan, hambatan
pertumbuhan, jari tabuh dan sianosis. Deteksi dini juga dapat dilakukan
dengan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan lab, USG,
elektrokardiography (EKG), echocardiography, rontgen, CT-scan, dan MRI.
II. KASUS KETIGA
1. Skenario / Kasus Pemicu
Bayi laki-laki tersebut merupakan bayi baru lahir dengan usia dua
hari lalu kemudian mengalami muntah berwarna kehijauan, sementara
kita ketahui nutrisi yang ia dapatkan belum begitu banyak sejak lahir dan
didukung dengan BB=3,200kg serta TB=49 cm. akan tetapi mengapa bayi
tersebut bisa muntah dan mengalami penurunan kesadaran serta
meteorismus. ?
2. Daftar Istilah
a. Muntah berwarna kehijauan : Muntah adalah suatu reflex yang
menyebabkan dorongan isi lambung ke mulut. Hal ini disebabkan
terstimulasinya pusat muntah yang terdapat di postrema medulla
oblongata oleh reseptor yang terdapat di saluran cerna, organ
vestibular dll. Muntah pada bayi yang berkaitan dengan saluran
cerna dapat disebabkan oleh kelainan congenital stenosis pilori,
atresia duodenum, hirschprug desease, malformasi usus. Muntah
berwarna hijau adalah mengindikasikan bahwa telah terjadi
kelainan (obstruksi) pada saluran cerna bagian bawah setelah
muara empedu atau getah empedu memberikan warna hijau. Pad
bayi yang mengalami keluhan tersebut baik sebelum maupun
sesudah diberikan ASI, dicurigai adanya sumbatan usus bawaan
(Kongenital).
b. Lethargy : keadan dimana terjadi penurunan kesadaran dan
pemusatan perhatian serta kesiagaan. Penyebab dari lethargy
adalah kekurangan energi pada bayi
c. distensi abdomen adalah adanya massa abdomen atau
penumpukan cairan atau gas .
d. Tanda meteorismus : volume udara yang berlebihan pada saluran
cerna (Meteorismus Jmedulla Unila Vol 7 No 2 April 2017).
Penyebab dari meteorismus antara lain Aerofagi (Akibat dari
banyaknya udara yang ditelan), sindrome malabsopsi, Ileus
paralitik, ileus obstruktif dan enterokolitis nekrotikans.
3. Learning Objektif
a. Mampu mengetahui istilah istilah medis
b. Mampu mengetahui dan menjelaskan patofisiologi dari penyakit
tersebut
c. Mampu mengetahui diagnose medis yang terdapat pada kasus
tersebut
d. Mampu mengetahui tanda dan gejala dari penyakit tersebut

4. Hasil Analisis Sintesis


Menurut hasil pengamatan kami bahwa Pada kasus ketiga dengan
diagnosa medik hirsprung (mega colon ) adalah suatu penyakit langkah
yang cenderung terkena pada bayi laki-laki dibandingkan perempuan
yang baru lahir kira-kira 24-28 jam. Penyakit ini terjadi dikarena tidak
adanya sel ganglion atau sangat sedikitnya sel ganglion didalam kolon,
yang menyebabkan ketidaknormalan kontrol kontraksi dan relaksasi
didalam usus dan sehingga terjadi obstruksi (kelainan) di usu atau tidak
adanya gerakan peristaltik di usus.
Rasa mual dan muntah di antarkan melalui stimulus pusat
muntah yang ada di ostrema medulla oblogata oleh reseptor yang ada di
saluran cerna yang menyebabkan dorongan isi lambung ke oral
bayi,membuat bayi nampak lemah dan menyebabkan reflek menghisap
pada bayi terganggu. Latergi akibat kekurangan energi dan mata cekung
akibat dari dehidrasi disebabkan karena berkurang asupan nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh bayi maka dapat ditarik sebuah diagnosa
keperawatan resiko kekurangan volume cairan.
Pada penyakit ini juga menyebabkan gangguan pada spinter
rektum sehingga feses tidak mampu melewati spinter anus maka
terjadilah akumulasi benda padat,cair dan gas yang terkandung disisa
makanan yang harusnya dikeluarkan tapi tertampung diusus membuat
distensi abdomen sehingga obstruksi usus ini terjadi pelebaran kolon
(mega kolon ) pada bayi tersebut. Akibatnya terjadi gangguan defekasi.
Maka ditariklah sebuah diagnosa keperawatan konstipasi dari penyakit ini
juga butuh intervensi pembedahan namun karena keluarga kurang
terpapar informasi yang terkait maka diagnosa keperawatannya ancietas
terkait tindakan pembedahan
5. Mengumpulkan informasi tambahan baik dari perpustakaan, internet,
dsb
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang
menyebabkan gangguan pergerakanusus yang dimulai dari spingter ani
internal ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasidan termasuk
anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah penyebab obstruksi usus
bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang
paling sering pada neonatus.Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai
suatu kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya selganglion
parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan abnormal
tersebutlah yang dapatmenimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi
usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak
mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian
dapatmenyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak
adalion dan akhirnya feses dapatterkumpul pada bagian tersebut
sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Insidens keseluruhan dari penyakit hisprung 1: 5000 kelahiran
hidup, laki-laki lebih banyak diserang dibandingkan perempuan ( 4: 1 ).
Biasanya, penyakithisprung terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi
prematur. Penyakit inimungkin disertai dengan cacat bawaan dan
termasuk sindrom down, sindromwaardenburg serta kelainan
kardiovaskuler. (Munahasrini, 2012)
Diagnosis penyakit Hirschsprung harus dapat ditegakkan sedini
mungkin mengingat berbagai komplikasi yang dapat terjadi dan sangat
membahayakan jiwa pasien seperti terjadinya konstipasi, enterokolitis,
perforasi usus serta sepsis yang dapat menyebabkan kematian.
Diagnosis kelainan ini dapat ditegakkkan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan rontgen dengan foto polos abdomen
maupun barium enema, pemeriksaan histokimia, pemeriksaan manometri
serta pemeriksaan patologi anatom. Manifestasi penyakit Hirschsprung
terlihat pada neonatus cukup bulan dengan keterlambatan pengeluaran
meconium pertama yang lebih dari 24 jam. Kemudian diikuti tanda-tanda
obstruksi, muntah, kembung, gangguan defekasi seperti konstipasi, diare
dan akhirnya disertai kebiasaan defekasi yang tidak teratur.
Pengobatan penyakit Hirschsprung terdiri atas pengobatan non
bedah dan pengobatan bedah. Pengobatan non bedah dimaksudkan
untuk mengobati komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi atau untuk
memperbaiki keadaan umum penderita sampai pada saat operasi definitif
dapat dikerjakan. Pengobatan non bedah diarahkan pada stabilisasi
cairan, elektrolit, asam basa dan mencegah terjadinya overdistensi
sehingga akan menghindari terjadinya perforasi usus serta mencegah
terjadinya sepsis (Rochadi, 2012; Kartono, 2010).

6. Menyampaikan Kesimpulan Akhir


Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang
menyebabkan gangguan pergerakanusus yang dimulai dari spingter ani
internal ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasidan termasuk
anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah penyebab obstruksi usus
bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang
paling sering pada neonatus.Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai
suatu kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya selganglion
parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan abnormal
tersebutlah yang dapatmenimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi
usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak
mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian
dapatmenyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak
adalion dan akhirnya feses dapatterkumpul pada bagian tersebut
sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal.
7. Daftar Pustaka
Irnizarifka. 2011. Buku SakuJantung Dasar. Bogor : Penerbit GhaliaIndonesia.

Nelson, 2008, Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 2 Jakarta: EGC.

Ngastiyah. 2010. Perawatan anak Sakit. edisi 3. Jakarta: EGC.

Padila.2013.Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Yogjakarta:Nuha Medika.

Price, Sylvia Anderson. 2011. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC

Rahayoe, A. 2009. Penanganan medis pada penyakit jantung bawaan.


http://www.indonesiaindonesia.com. Diakses Tanggal: 27 September 2018.

Sudarti dan Endang. 2010. Kebidanan Neonatus, bayi dan anak balita untuk
mahasiswa kebidanan. Yogyakarta: numed.

(Ihsanul Amal, Teddy Ontoseno. 2017. Tatalaksana dan Rujukan Awal


Penyakit Jantung Bawaan Kritis. surabaya)

Nazme NI, Hussain M, Hoque MD.M, Dey AC, Das AHC. Study of
Cardiovascular Malformation in Congenital Rubella Syndrome in Two Tertiary
Level Hospital of Bangladesh. Bangladesh J Child Health 2014;Vol 38(3):141.

Sayasathid J, Sukonpan K, Somboonna N. Epidemiology and Etiology of


Congenital Heart Diseases. Thailand : Cardiac Center, Faculty og Medicine,
Naresuan University. Di unduh dari : www.intechopen.compada 30 September
2015.

Anda mungkin juga menyukai