Anda di halaman 1dari 4

PRESBIKUSIS

Presbikusis ialah tuli (gangguan pendengaran) sensoorineural yang progresif, berjalan lambat, dan
berhubungan dengan usia tua. Lebih dari 50% orang tua usia 75 tahun mengalami presbikusis, lebih
banyak pada pria..

Anamnesis

 Biasanya pasien datang dengan keluhan pendengaran berkurang.


Tanyakan ke arah tuli konduksi atau tuli sensorineural.
o Onset?
 Presbikusis onset sering tidak diketahui, perlahan
 Tuli konduksi biasanya onset akut (OE, OMA), bisa juga kronik (OMSK, serumen)
 Tuli sensorineural lain bisa akut (obat ototoksik) bisa kronik (noise-induced)
o Bilateral atau unilateral?
 Apakah ada telinga yang lebih bisa mendengar?
 Presbikusis biasanya bilateral karena melibatkan proses degenerasi. Tuli jenis
lain dapat unilateral atau bilateral.
 Gejala penyerta
o Nyeri telinga?
 Dimana? Bedakan OE dan OMA, konfirmasi di PF.
o Keluar cairan dari telinga?
 Warna, berapa banyak, bau, keluar saat apa?
 Apakah sering mengorek telinga?
 Apakah ada riwayat berenang?
o Telinga berdenging?
o Telinga rasa tertutup?
o Pusing berputar?
 Telinga berdenging, rasa tertutup, pusing berputar dicari untuk menyingkirkan
penyakit yang bermanifestasi sebagai tuli sensorineural; Meniere, Labirinitis, dll.
o Demam? Batuk pilek?
 Mencari ke arah infeksi
o Trauma? Benturan?
o Gejala keganasan? Nafsu makan menurun?
 Acoustic neuroma, KNF
 Khas pada presbikusis
o Biasanya keluarga pasien yang merasa pasien mengalami gangguan pendengaran.
o Biasanya tidak bisa dengar pada kondisi lingkungan yang ramai dan bisa dengar pada
kondisi sepi dengan 1 orang
 Disebut dengan Cocktail Party Effect
 Low frequency (mirip suara cowok): membawa huruf vokal
 High frequency (mirip suara cewek): membawa huruf konsonan, memfokuskan
suara yang didengar agar bersih dari ambient noise
 Jadi pasien bisa denger suara low frequency tapi ga paham maksudnya apa –
mumbling gitu (karena ya bayangin aja konsonan nya hilang wkwk)
o Hipersensitif terhadap suara yang keras (high amplitudo)
 Jadi pasien ngerasa kita teriak teriak padahal kita cuma kerasin suara dikit
o Gangguan pendengaran biasanya pada frekuensi tinggi (>2000 Hz)
 Kebiasaan/ Kejadian
o Riwayat pengobatan? Terutama obat ototoksik.
 Paracetamol, Aminoglikosida, Cisplatin, Diure
o Tinggal di daerah yang dekat dengan pabrik (bising)?
 Faktor risiko presbikusis
o Riwayat merokok
o Riwayat penyakit sebelumnya?
 Stroke, IM, tiroid, diabetes, hipertensi, autoimmune
 Dampak presbikusis (seberapa mengganggu kehidupan)
o Depresi
o Gangguan kognitif
o Dementia
o Disabilitas dan handicap

Pemeriksaan Fisik (melakukan tes/prosedur klinik atau interpretasi data untuk menunjang diagnosis)

 PF telinga
o Inspeksi: bentuk, deformitas, tanda peradangan, keluar cairan
o Palpasi: KGB pre dan post aurikular, nyeri ekan tragus
 Otoskopi
o Penting: pegang otoskopi dengan benar
o Pelaporan:
 Liang telinga (lapang/sempit) (ada/tidak ada cairan/sekret/serumen)
(eritem/edem/normal) (ada/tidak ada furunkel)
 Membran timpani (intak/perforasi pada jam… di area…)
 Patensi tuba  toynbee (+/-), valsava (+/-)
 Tes berbisik (simple tapi jarang dilakukan di THT)
 Tes penala (sebaiknya lakukan Weber dulu)

Rinne Weber Schwabach


Tuli konduktif
Telinga sehat Positif Lateralisasi ke sakit Normal
Telinga sakit Negatif Memanjang
Tuli konduktif 2 telinga
Telinga kanan Negatif Tidak lateralisasi Memanjang
Telinga kiri Negatif Memanjang
Tuli sensorineural
Telinga sehat Positif Lateralisasi ke sehat Normal
Telinga sakit Positif Memendek
Tuli sensorineural 2 telinga
Telinga kanan Positif Tidak lateralisasi Memendek
Telinga kiri Positif Memendek
o Rinne:
 Letakkan penala ke mastoid pasien sampai hilang
 Bawa penala ke depan telinga pasien
 Positif: pasien masih dengar suara
o Weber:
 Letakkan penala di dahi/ hidung/ gigi tengah
 Tanyakan apakah suara lebih terdengar di telinga kanan, kiri, atau sama saja
 Lateralisasi hanya terjadi jika tuli bersifat unilateral ada telinga yang sehat (jika
kedua telinga sama kualitasnya tidak ada lateralisasi
o Schwabach:
 Letakkan penala di mastoid pemeriksa sampai hilang
 Letakkan penala di mastoid pasien, tanyakan apakah pasien masih mendengar
 Lakukan sebaliknya (tahap 2)
 Normal:
o Tahap 1: pemeriksa dan pasien sama sama tidak dengar
o Tahap 2: pasien dan pemeriksa sama sama tidak dengar
 Memanjang:
o Tahap 1: pemeriksa sudah tidak dengar, pasien masih dengar
o Tahap 2: pasien dan pemeriksa sama sama sudah tidak dengar
 Memendek:
o Tahap 1: pemeriksa dan pasien sama sama tidak dengar
o Tahap 2: pasien sudah tidak dengat, pemeriksa masih dengar
 PF neuro jila diperlukan (keseimbangan, koordinasi, nystagmus)

Pemeriksaan Penunjang

 Audiometri
o Menggambarkan berapa ambang batas dengar pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz,
dan 4000 Hz
 26-40 dB: mild
 41-60 dB: moderate
 61-80 dB: severe
 81 keatas dB: profound
o Tuli sensorineural: AC dan BC sama sama turun, terutama turun pada frekuensi >2 kHz

Diagnosis kerja/ diagnosis banding

 Diagnosis Kerja: Presbikusis


 Diagnosis Banding: (tergantung hasil anamnesis dan PF)
o Tuli sensorineural ec obat ototoksik
o Meniere disease
o Noise-induced hearing loss
o Autoimmune
o Acoustic neuroma

Tatalaksana farmakologi

 Tidak ada, kecuali obat-obatan untuk mengontrol faktor risiko (diabetes, hipertensi)

Tatalaksana nonfarmakologi

 Alat bantu dengar  RUJUK ke THT

Komunikasi dan edukasi pasien


 Tentang presbikusis: presbikusis adalah gangguan pendengaran pada usia tua yang bersifat
degeneratif, berjalan progresif lambat.
 Pentingnya alat bantu dengar: untuk membantu agar pasien dapat memiliki kualitas hidup yang
lebih baik, menghindari gangguan kognitif, mengembalikan fungsi pasien di lingkungannya,
menghindarkan pasien dari bahaya, menikmati masa tua.
 Perlu dirujuk: ke dokter THT karena fasilitas pemeriksaan di pelayanan primer terbatas.
 Edukasi: untuk mengontrol faktor risiko; tidak merokok, minum obat untuk sindrom metabolik
dengan rutin.
 Mengajarkan keluarga dan caregiver agar tidak berbicara keras dengan pasien, menghadapkan
muka pada pasien saat bicara agar pasien dapat membaca gerakan bibir, menggunakan ruangan
yang sepi untuk berbicara hal yang penting dengan pasien.

Prilaku profesional

 Perkenalan
 Cuci tangan
 Inform consent
 Harus sabar menghadapi pasien yang gangguan pendengaran (jangan teriak), hadapkan diri ke
pasien agar pasien dapat membaca bibir
 Pasien biasanya orang lanjut usia sehingga tidak senang direndahkan
 Persuasi dengan lembut, tidak memaksa

Anda mungkin juga menyukai