Anda di halaman 1dari 62

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

I. Konsep lansia
A. Definisi
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000)
Usia lanjut adalah golongan penduduk atau populasi berumur 60 tahun
atau lebih (Bustan, 2000).
Usia lanjut adalah masa yang dimulai sekitar usia 60 hingga 65 tahun
dan berlanjut hingga akhir kehidupan (Stolte, 2003).
B. Batasan-Batasan Lansia
1. DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 th) sebagai masa VIRILITAS
b. Kelompok usia lanjut (55 – 64 th) sebagai masa PRESENIUM
c. Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
2. WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Usia lanjut : 60 – 74 tahun
b. Usia Tua : 75 – 89 tahun
c. Usia sangat lanjut : > 90 tahun
C. Teori-Teori Proses Penuaan
1. Teori Biologis
a. Teori Genetik dan Mutasi
Teori genetik menyatakan bahwa menua itutelah terprogram secara
genetik untuk spesies tertentu. Teori ini menunjukkanbahwa menua
terjadi karena perubahan molekul dalam sel tubuh sebagai hasil
darimutasi spontan yang tidak dapat dan yang terakumulasi seiring
dengan usia.Sebagai contoh mutasi sel kelamin sehingga terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana,1994;
Constantinides,1994).
b. Teori Imunologis

1
Teori imunologis menua merupakan suatu alternatifyang diajukan oleh
Walford 1965. Teori ini menyatakan bahwa respon imun yangtidak
terdiferensiasi meningkat seiring dengan usia. Mutasi yang berulang
dapatmenyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinyasendiri. Jika mutasi merusak membran sel akan
menyebabkan sistem imun tidakmengenal dirinya sendiri sehingga
merusaknya. Hal inilah yang mendasaripeningkatan penyakit auto-imun
pada lanjut usia (Goldstein,1989).
c. Teori Stres
Teori stres menyatakan bahwa menua terjadi akibathilangnya sel-sel
yang biasanya digunakan oleh tubuh. Regenerasi jaringan tidakdapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan
stressyang menyebabkan sel-sel tubuh lemah.
d. Teori Pakai dan Usang
Dalam teori ini, dinyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup
manakala sel-sel tersebut digunakan secara terus-menerus. Teori ini
dikenalkan oleh Weisman (1891). Hayflick menyatakan bahwa kematian
merupakan akibat dari tidak digunakannya sel-sel karena dianggap tidak
diperlukan lagi dan tidak dapat meremajakan lagi sel-sel tersebut secara
mandiri.Teori ini memandang bahwa proses menua merupakan proses
pra–program yaitu proses yang terjadi akibat akumulasi stress dan
injuri dari trauma. Menua dianggap sebagai “Proses fisiologis yang
ditentukan oleh sejumlah penggunaan dan keusangan dari organ
seseorang yang terpapar dengan lingkungan (Matesson, Mc.Connell,
1988)
2. Teori Psikologis
a. Teori Tugas Perkembangan
Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa
tua antara lain adalah :
1) Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
2) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya
penghasilan
3) Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
4) Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya

2
5) Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
6) Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
Selain tugas perkembangan diatas, terdapat pula tugas perkembangan
yang spesifik yang dapat muncul sebagai akibat tuntutan :
1) Kematangan fisik
2) Harapan dan kebudayaan masyarakat
3) Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasi
b. Teori Delapan Tingkat Kehidupan
Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya
kondisi dimana kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap
kehidupan tertentu. Ericson (1950) yang telah mengidentifikasi tahap
perubahan psikologis (depalan tingkat kehidupan) menyatakan bahwa
pada usia tua, tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk
mencapai keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa.
Peck (1968) menguraikan lebih lanjut tentang teori perkembangan
erikson dengan mengidentifikasi tugas penyelarasan integritas diri dapat
dipilah dalam tiga tingkat yaitu : pada perbedaan ego terhadap peran
pekerjaan preokupasi, perubahan tubuh terhadap pola preokupasi, dan
perubahan ego terhadap ego preokupasi.
Pada tahap perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, tugas
perkembangan yang harus dijalani oleh lansia adalah menerima
identitas diri sebagai orang tua dan mendapatkan dukungan yang
adekuat dari lingkungan untuk mengnhadapi adanya peran baru
sebagai orang tua (preokupasi). Adanya pensiun dan atau pelepasan
pekerjaan merupakan hal yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang
menyakitkan dan dapat menyebabkan perasaan penurunan harga diri
dari orang tua tersebut.
Perubahan fisik dan pola fikir pada usia lanjut juga dapat menjadi salah
satu gangguan yang berarti bagi kehidupan lanjut usia. Kondisi fisik/pola
fikir yang menurun kadang tidak disadari oleh lanjut usia dan hal ini
dapat mengkibatkan konflik terhadap peran baru dari lanjut usia yang
harus dijalaninya.
Tugas perkembangan terakhir yang harus diterima oleh lanjut usia
adalah bahwa mereka harus mampu menerima kematian yang bakal

3
terjadi pada dirinya dalam kesejaheraan. Pemanfaatan sisa keefektifan
tubuh untuk aktivitas sehari-hari dapat menjadi salah satu upaya untuk
meningkatkan moral individu dalam menerima perubahan ego menuju
keselarasan diri.
c. Teori Jung
Carl Jung merupakan psikolog swiss yang mengembangkan teori
bahwa perkembangan personal individu dilalui melalui tahapan-tahapan
: masa kanak-kanak, masa remaja dan remaja akhir, usia pertengahan,
dan usia tua. Kepribadian personal ditentukan oleh adanya ego yang
dimiliki, ketidaksadaran personal dan ketidaksadaran kolektif. Teori ini
mengungkapkan bahwa sejalan dengan perkembangan kehidupan,
pada masa usia pertengahan maka seseorang mulai mencoba
menjawab hakikat kehidupan dengan mengeksplorasi nilai-nilai,
kepercayaan dan meninggalkan khayalan. Pada masa ini dapat terjadi
“krisis usia pertengahan” yang dapat mempengaruhi/menghambat
proses ketuaan itu sendiri secara psikologis. Adanya sikap ekstrovert
maupun introvert sangat berpengaruh sekali terhadap peran dan
penyelesaian masalah kehidupan saat usia pertengahan. Pencapaian
keselarasan hidup merupakan salah satu indikator telah
tereksplorasinya nilai-nilai kehidupan oleh individu dan pencapaian ini
sangat dipengaruhi oleh kepribadian (introvert maupun ekstrovert).
Berdasar pada pemahaman diatas, maka Jung menilai bahwa
seseorang mampu dianggap sukses dalam proses menua manakala
individu mampu untuk menjadi “orang yang berfokus pada orang lain”
dan memiliki kepedulian yang penuh terhadap kehidupan sosial.
3. Teori sosial
a. Teori Aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa seorang individu harus mampu eksis dan
aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam
kehidupan di hari tua. (Havigurst dan Albrech. 1963). Aktivitas dalam
teori ini dipandang sebagai sesuatu yang vital untk mempertahankan
rasa kepuasan pribadi dan kosie diri yang positif. Teori ini berdasar
pada asumsi bahwa : (1) aktif lebih baik daripada pasif (2) Gembira
lebih baik daripada tidak gembira (3) orang tua merupakan adalah orang

4
yang baik untuk mencapai sukses dan akan memilih alternatif pilihan
aktif dan bergembira.
b. Teori Kontinuitas
Teori ini memandag bahwa kondisi tua merupakan kondisi yang selalu
terjadi dan secara berkesinambungan yang harus dihadapi oleh orang
lanjut usila.
D. Karakteristik Penyakit Pada Lansia
1. Saling berhubungan satu sama lainPenyakit sering multiple
2. Penyakit bersifat degeneratif
3. Gejala sering tidak jelas berkembang secara perlahan
4. Sering bersama-sama problem psikologis dan social
5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
6. Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi
obat yang tidak sesuai dengan dosis)
E. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1. perubahan fisik
a. Sel.
1) Lebih sedikit jumlahnya.
2) Lebih besar ukurannya.
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler.
4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
5) Jumlah sel otak menurun.
6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
b. Sistem pernafasan pada lansia
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume
udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk
sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
3) Penurunan aktivitas paru (mengembang & mengempisnya) sehingga
jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami
penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.

5
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan
normal 50m²), sehingga menyebabkan terganggunya prose difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg mengganggu
proses oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut
semua kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri
juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh
sendiri.
7) Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret &
corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial
terjadinya obstruksi.
c. Sistem persyarafan.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
d. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1) Penglihatan
a) Kornea lebih berbentuk skeris.
b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar.
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya
gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau
pada skala.

6
2) Pendengaran.
a) Presbiakusis (gangguan pendengaran) : hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun.
b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin.
3) Pengecap dan penghidu.
a) Menurunnya kemampuan pengecap.
b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan
selera makan berkurang.
4) Peraba.
a) Kemunduran dalam merasakan sakit.
b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
e. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah sehingga kurangnya
efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan
posisi dari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak).
4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
f. Sistem genito urinaria
1) Ginjal mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, penyaringan diglomerulo menurun sampai
50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria

7
(biasanya + 1) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang
ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi
BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ±75% dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi
sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
6) Daya seksual, Frekwensi sexsual intercouse cenderung menurun
tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
g. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya
ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH,
FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod sehingga BMR turun dan menurunnya
daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormon gonads : progesteron, estrogen,
testosteron.
7) Defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodisme, depresi dari
sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa
(stess).
h. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut
1) Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari
syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.

8
3) Esofagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).
7) Liver (hati)makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah
i. Perubahan sistem muskuloskeletal
1) Tulang kehilangan densikusnya sehingga rapuh.
2) Resiko terjadi fraktur.
3) Kyphosis.
4) Persendian besar & menjadi kaku.
5) Pada wanita lansia > resiko fraktur.
6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi
badan berkurang).
j. Perubahan sistem kulit & karingan ikat
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan
hilangnya jaringan adiposa.
3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga
tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran
darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan
penyembuhan luka luka kurang baik.
6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta
warna rambut kelabu.
8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang
menurun.

9
9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun.
10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak rendahnya akitfitas otot.
k. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan seksual
1) Perubahan sistem reprduksi
a) Selaput lendir vagina menurun/kering.
b) Menciutnya ovarium dan uterus
c) Atropi payudara.
d) Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan
secara berangsur berangsur.
e) Dorongan seks menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal
kondisi kesehatan baik.
2) Kegiatan seksual.
Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi
kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang
mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam
tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara
biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses
reproduksi, 2) rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai
manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan
seksualitas melalui pola-pola yang baku seperti binatang dan 3)
sosial, Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan
orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan
dalammenjalani seksualitas.

Seksualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu


dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain
mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak
yang lebih tua tanpa harus berhubungan badan, masih banyak cara
lain untuk dapat bermesraan dengan pasangan. Pernyataan
pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih
banyak mengambil alih fungsi hubungan seksualitas dalam
pengalaman seks.

10
2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.


b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan famili
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri dan perubahan konsep diri
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering
berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin
oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.Kenangan (memory) ada
dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang
lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau
seketika (0-10 menit), kenangan buruk.
Intelegentia Quation; 1) tidak berubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan
psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-
tekanan dari faktro waktu.
Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial:
a. Perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi,
kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan
kurangnya percaya diri pada fungsi mereka.
b. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.
c. Gangguan halusinasi.
d. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.
e. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.

11
3. Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses
belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain
sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat.
Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian
lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe
kepribadian lansia sebagai berikut:
a. Tipe kepribadian konstruktif (Construction personality), biasanya tipe
ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai
sangat tua.
b. Tipe kepribadian mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada
masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan
otonomi pada dirinya
c. Tipe kepribadian tergantung (Dependent personality), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak,
tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit
dari kedukaannya.
d. Tipe kepribadian bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini
setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak
diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
e. Tipe kepribadian kritik diri (Self Hate personality), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu
orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

12
II. Konsep Dasar Diabetes Mellitus
A. Definisi
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein. ( Askandar, 2004 ).

Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya


jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses
nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. ( Askandar, 2004 ).
B. Etiologi
C. Patofisiologis
D.

a. Diabetes Melitus

DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat


menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang
dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :

1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2) Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain
agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
3) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi
insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.

13
4) Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang
terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.

3. Patofisiologis

Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan


dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:

a. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang


mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200
mg/dl.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
c. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat


mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang
ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ),
akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan
diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium,
klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan
timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien
akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun
serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk
yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.

Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,


penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren.

14
4. Klasifikasi

Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan ,


yaitu :

Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan


kemungkinan

disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.

Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.

Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.

Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

III. Asuhan keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon


manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah tersebut. Masalah-masalah
kesehatan dapat berhubungan dengan klien keluarga juga orang terdekat atau
masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam
mengurangi / mengatasi masalah-masalah kesehatan.

Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa


keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pengkajian

15
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu


dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

1. Anamnese

a. Identitas penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

b. Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba


yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan
berbau, adanya nyeri pada luka.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka


serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang


ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun

16
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota


keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.

f. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang


dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

2. Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi


badan, berat badan dan tanda – tanda vital.

b. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada


leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

c. Sistem integumen

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas


luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.

17
d. Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita


DM mudah terjadi infeksi.

e. Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,


takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

f. Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,


dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.

g. Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit


saat berkemih.

h. Sistem muskuloskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi


badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.

i. Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,


mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

3. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan darah

18
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah
puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.

b. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.


Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

c. Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik


yang sesuai dengan jenis kuman.

b. Analisa Data

Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan


dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data
dibedakan atas data subyektif dan data obyektif dan berpedoman pada
teori Abraham Maslow yang terdiri dari :

1. Kebutuhan dasar atau fisiologis


2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan cinta dan kasih sayang
4. Kebutuhan harga diri
5. Kebutuhan aktualisasi diri

Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat


diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan
penyebab, yang dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan
meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.

2. Diagnosa keperawatan

19
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan.
Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan
keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki


diabetik adalah sebagai berikut :

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /


menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi
pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan
tingginya kadar gula darah.
7. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
8. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
9. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah
satu anggota tubuh.
10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

3. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan


aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan,
dan mencegah masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut
perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa
keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi
dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.

20
a. Diagnosa no. 1

Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran


darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.

Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.

Kriteria Hasil : - Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler

- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis

- Kulit sekitar luka teraba hangat.

- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.

- Sensorik dan motorik membaik

Rencana tindakan :

1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi

Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.

2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :

Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada
waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat,
hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.

Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga


tidak terjadi oedema.

3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :

Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan


merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.

21
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya
arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi
pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.

4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,


pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).

Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi


pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan
pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan
dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah
ulkus/gangren.

b. Diagnosa no. 2

Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada


ekstrimitas.

Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.

Kriteria hasil : 1.Berkurangnya oedema sekitar luka.

2. pus dan jaringan berkurang

3. Adanya jaringan granulasi.

4. Bau busuk luka berkurang.

Rencana tindakan :

1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.

Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses


penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan
selanjutnya.

22
2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara
abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan
yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.

Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga


kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan
granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat
menghambat proses granulasi.

3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan


kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.

Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan


kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat
untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui
perkembangan penyakit.

c. Diagnosa no. 3

Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.

Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang

Kriteria hasil : 1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri


berkurang/hilang .

2. Penderita dapat melakukan metode atau


tindakan untuk mengatasi atau mengurangi
nyeri .

3. Pergerakan penderita bertambah luas.

4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam


batas normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x
/menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x
/menit ).

23
Rencana tindakan :

1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.

Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi


akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk
diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.

3. Ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan


memperberat rasa nyeri.

4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri


yang dirasakan pasien.

5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan


kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.

6. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.

Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan


pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat
memberikan rasa nyaman.

7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri


pasien.

24
d. Diagnosa no. 4

Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di


kaki.

Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang


optimal.

Kriteria Hasil : 1. Pergerakan paien bertambah luas

2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan


kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).

3. Rasa nyeri berkurang.

4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara


bertahap sesuai dengan kemampuan.

Rencana tindakan :

1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.

Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.

2. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk


menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.

Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat


kooperatif dalam tindakan keperawatan.

3. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah


sesui kemampuan.

Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan


baik.

4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

25
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.

5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik


) dan tenaga fisioterapi.

Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri,


fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap
dan benar.

e. Diagnosa no. 5

Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake makanan yang kurang.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

Kriteria hasil : 1. Berat badan dan tinggi badan ideal.

2. Pasien mematuhi dietnya.

3. Kadar gula darah dalam batas normal.

4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.

Rencana Tindakan :

1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi


pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang
adekuat.

2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.

Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi


terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.

3. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.

26
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat
badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).

4. Identifikasi perubahan pola makan.

Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program


diet yang ditetapkan.

5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan
diet diabetik.

Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa


ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang
sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah
komplikasi.

f. Diagnosa no. 6

Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis) berhubungan dengan


tinggi kadar gula darah.

Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).

Kriteria Hasil : 1. Tanda-tanda infeksi tidak ada.

2. Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 36 – 37,5


0
C)

3. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.

Rencana tindakan :

1. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.

Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran


infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.

27
2. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga
kebersihan diri selama perawatan.

Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara


untuk mencegah infeksi kuman.

3. Lakukan perawatan luka secara aseptik.

Rasional : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran


infeksi.

4. Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan


yang ditetapkan.

Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat


meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat,
mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan
terjadi penyebaran infeksi.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.

Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin


akan menurunkan kadar gula dalam darah sehingga proses
penyembuhan.

g. Diagnosa no. 7

Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang


penyakitnya.

Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.

Kriteria Hasil : 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.

2. Emosi stabil., pasien tenang.

3. Istirahat cukup.

28
Rencana tindakan :

1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien


sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.

2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.

3. Gunakan komunikasi terapeutik.

Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien


sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.

4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien
untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.

Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan


pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran
pasien.

5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim


kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik
dan seoptimal mungkin.

Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu


menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.

6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara


bergantian.

Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga
yang menunggu.

29
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu


mengurangi rasa cemas pasien.

h. Diagnosa no. 8

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang


penyakitnya.

Kriteria Hasil : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet,


perawatan dan pengobatannya dan dapat
menjelaskan kembali bila ditanya.

2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri


berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

Rencana Tindakan :

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan


gangren.

Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga,


perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan
yang diketahui pasien/keluarga.

2. Kaji latar belakang pendidikan pasien.

Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan


menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien
sesuai tingkat pendidikan pasien.

3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan


pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

30
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

4. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan


libatkan pasien didalamnya.

Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung


dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan
cemasnya berkurang.

5. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada /


memungkinkan).

Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan


yang telah diberikan.

i. Diagnosa no. 9

Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah


satu anggota tubuh.

Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota


tubuhnya secar positif.

Kriteria Hasil : - Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan


lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah diri.

- Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.

Rencana tindakan :

31
1. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri
berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi
secara normal.

Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.

2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.

Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.

3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.

Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.

4. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.

Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan


hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi.

5. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan


kehilangan.

Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang


normal.

6. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan


hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.

Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.

j. Diagnosa no.10

Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.

Kriteria hasil : 1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.

32
2. Pasien tenang dan wajah segar.

3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan


cukup.

Rencana tindakan :

1. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.

Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan


tidur/istirahat.

2. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.

Rasional : mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan


kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.

3. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti
cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.

Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain


dialami dan dirasakan pasien.

4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik


relaksasi .

Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh


dalam tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa
nyeri.

5. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.

Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur


pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil tindakan
yang tepat.

33
4. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan


keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal
yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan
selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan


evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan.

Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan


tercapai:

1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku
yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

34
35
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NY. S
PADA KELUARGA TN. S DENGAN KASUS DIABETES MILLITUS
DI JALAN ABABIL NO. 35 RT 03/RW 10 RANDUGUNTING
TEGAL SELATAN

Tanggal pengkajian : Maret 2017

A. DATA KELUARGA
A. Identitas kepala keluarga :
Nama : TN. S
Usia : 68 th
Jenis kelamin : Laki - laki
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : Jawa / Indonesia

36
Agama : Islam
Alamat : Jalan Ababil 35 RT 03 / RW 10
Randugunting Tegal Selatan

B. Identitas lanjut usia


Nama : Ny. S
Usia : 58 th
Jenis kelamin : Wanita
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMP
Suku bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jalan Ababil 35 RT 03 / RW 10
Randugunting Tegal Selatan
B. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
Ny. S mengatakan sejak 1 bulan yang lalu,mengalami susah tidur, Ny. S
mengatakan sering terbangun di malam hari dan setelah itu susah tidur
lagi. Ny. S mengatakan malas makan karena merasa mual dan merasa
keyang,sehingga Ny S cuma makan sedikit dari diit ( ½ porsi ) juga
mengalami penurunan BB dari 65 kg menjadi 58 kg dalam waktu 1
bulan. Di samping itu Ny. I kesemutan pada bagian ekstremitas tapi hal
tersebut hilang sendirinya . TD 140/80 mmHg, Hr 75 – 80 x permenit,
cek GDS medisef 249 gdl
C. RIWAYAT KESEHATAN TERDAHULU
Ny. S sudah mengalami sakit diabetes millitus sudah 10 th yang lalu, Ny
S tidak mempunyai alergi, baik alergi obat atau alergi makanan.
D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Dalam anggota keluarga tersebut salah satu anggota keluarga ada yang
menderita diabetes millitus, yaitu bapak dari Ny S

Genogram

37
Keterangan :
: Perempuan
: Laki - laki
: Laki-laki / perempuan meninggal dunia
: Pasien
: Hubungan suami istri
: Hubungan anak
: Tinggal serumah
: Tinggal serumah

E. PEMERIKSAAN FISIK
a. Sistem Kardiovaskuler
Ny. S mempunyai riwayat Hipertensi, dia mempunyai hipertensi
sudah lama sudah 5 th dan terkontrol. Pada saat pengkajian TD 140/
80 mmHg, Hr 75 – 80 x / mnt, nadi kuat, mur-mur ( - ) dan gallop ( - )
b. Sistem pernafasan
Klien tidak mengalami masalah dalam pernafasan , sesak nafas (-),
batuk (-), whezing (-), ronchi (-) , RR 16 – 20 x / mnt, suara nafas
vesikuler di kedua paru
c. Sistem pencernaan
Klien mengeluh malas makan karena merasa mual dan merasa
keyang,sehingga Ny S cuma makan sedikit dari diit ( ½ porsi ) juga
mengalami penurunan BB dari 65 kg menjadi 58 kg dalam waktu 1
bulan., asupan makan 3x/sehari,klien makan sesuai diit yang sudah

38
dianjurkan dan minum 6 – 8 gelas / hari, BAB tidak mengalami
gangguan, BAB rutin 1x perhari dengan konsistensi lunak. Pada
palpasi perut supel, perkusi perut normal.
d. Sistem genito urinaria
Tidak ada keluhan dalam sistem urinaria, BAK sering,4 – 6 x perhari,
volume 100 – 150 cc tiap kali BAK. BAK lancar, warna urine
kekuningan dan jernih
e. Sistem penglihatan
Klien tidak memiliki masalah dalam penglihatan, kedua mata masih
jelas untuk memandang objek, klien tidak memakai kaca mata,
kondisi mata,konjungtiva tidak ikterik, sklera tidak anemis.
f. Sistem persyarafan
Klien tidak mengalami gangguan dalam sistem persyarafan, tidak
ada kelemahan otot, perestesia pada ekstremitas.
g. Sistem integumen
Kulit tampak bersih, turgor agak kurang, tidak ada luka di kulit, tektur
kulit agak tipis.

h. Sistem pengindraan
Klien tidak mengalami masalah dalam pengindraan, indra klien
masih berfungsi dengan baik.
i. Sistem reproduksi
Klien tidak mengalami masalah dalam alat reproduksi, pada saat ini
klien sudah menopause
j. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada masalah dalam muskuloskeletal,deformitas (-), nyeri sendi
(-), pembengkakan sendi(-),Cuma ada kekakuan kalau habis bangun
tidur, dan hilang setelah mandi.

F. PERUBAHAN FUNGSI TUBUH

NO INTEGUMEN YA TIDAK

39
1 Lesi/luka 
2 Pruritus 
3 Perubahan pigmentasi 
4 Perubahan tektur 
5 Perubahan nevi 
6 Sering memar 
7 Perubahan rambut 
8 Perubahan kuku 
9 Penonjolan tulang kalus 

NO HEMOPOIETIK YA TIDAK
1 Perdarahan/memar abnormal 
2 Pembengkakan kelenjar limfe 
3 anemia 
4 Riwayat tranfusi darah 

NO PERKEMIHAN YA TIDAK
1 Disuria 
2 Frekuensi 
3 Menetes 
4 Ragu - ragu 
5 Dorongan 
6 Hematuria 
7 poliuria 
8 oligoria 
9 Nokturia 
10 Inkontenensia 
11 Batu 
12 infeksi 

40
NO MUSKULOSKLELETAL YA TIDAK
1 Nyeri persendian 
2 Kekakuan 
3 Pembengkakan sendi 
4 Deformitas 
5 Spasme 
6 Kelemahan otot 
7 Masalah cara berjalan 
8 Nyeri pinggang 
9 Protesi 

NO SISTEM SYARAF PUSAT YA TIDAK


1 Sakit kepala 
2 Kejang 
3 Sinkop/ serangan jantung 
4 Paralisis 
5 Paresis 
6 Masalah koordinasi 
7 Tremor / spasme 
8 Perestesia 
9 Cedera kepala 
10 Masalah memori 

NO ENDOKRIN YA TIDAK
1 Intoleransi panas 
2 Intoleransi dingin 
3 Goiter 
4 Pigmentasi kulit 
5 Perubahan rambut 
6 Poliphagia 
7 polidipsi 

41
8 Poliuria 

NO PERNAFASAN YA TIDAK
1 Batuk 
2 Sesak nafas 
3 Hemopty 
4 Sputum 
5 Mengi alergi pernafasan 

NO KARDIOVASKULER YA TIDAK
1 Nyeri dada 
2 Palpitasi 
3 Sesak nafas 
4 Dispnoe the effort 
5 Dispnoe nokturnal 
6 Orthopnoe 
7 Mur-mur 
8 Edema 
9 varises 
10 Parestesia 
11 Perubahan warna kulit 

NO SISTEM GASTROINTESTINAL YA TIDAK


1 Disfagia 
2 Nyeri uluhati 
3 Mual / muntah 
4 Hematemesis 

42
5 Perubahan nafsu makan 
6 Intoleransi makanan 
7 Ikterus 
8 Diare 
9 Konstipasi 
10 Perdarahan rectum 
11 Hemoroid 

NO KEPALA YA TIDAK
1 Sakit kepala 
2 Riwayat trauma 
3 Pusing 
4 Gatal dikulit 

NO MATA YA TIDAK
1 Perubahan penglihatan 
2 Kacamata 
3 Air mata berlebih 
4 Pruritus 
5 Bengkak 
6 Diplopia 
7 Pandangan kabur 
8 Forophobia 
9 Riwayat infeksi 

NO TELINGA YA TIDAK

43
1 Perubahan pendengaran 
2 Keluaraan 
3 Tinitus 
4 Vertigo 
5 Sensitifitas pendengaran 
6 Riwayat infeksi 
7 Alat-alat protese

NO MULUT DAN KERONGKONGAN YA TIDAK


1 Sakit tenggorokan 
2 Lesi ulkus 
3 Serak 
4 Perubahan suara 
5 Kesulitan menelan 
6 Perdarahan gusi 
7 caries 

NO LEHER YA TIDAK
1 Kekakuan 
2 Nyeri a 
3 Benjolan massa 
4 Keterbatasan gerak 

G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. PSIKOSOSIAL

44
Kegiatan sehari – hari Ny. S adalah sebagai guru TK,dia seorang
yang mudah bergaul, orangnya supel, ramah dan ceria. Hubungan
antara guru dan siswa didiknya baik, begitu juga hubungan dengan
dengan wali murid juga baik.
Ny. S menyadari sepenuhnya tentang penyakit yang dideritanya, ny.
S tampak menerima serta menjalani hidupnya dengan tenang.
Hubungan dengan keluarga harmonis, NY. S beserta suaminya ikut
dalam club senam DM RSU Islam Harapan Anda yang diadakan tiap
2 minggu sekali, tiap minggu pertama. Mereka selalu berangkat
bersama dan tampak harmonis.
2. Identifikasi masalah emosional
Dalam lingkungan tempat tinggalnya Ny. S merupakan seorang
yang supel, mudah bergaul dan ramah.hubungan dengan
masyarakat lingkungan rumahnya baik, begitu juga dalam
pekerjaannya Ny. S juga seorang guru yang sabar, ia seorang yang
yang telaten dan tidak pernah marah dengan siswa didiknya.
3. Spiritual
NY. S adalah seorang muslim, dalam kesehariannya ny. I selalu
taat menjalankan sholat lima waktu. Ny.S juga mengikuti pengajian
yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Dalam kesehariaannya ia
selalu berdoa dan selalu ingat kepada Allah.

H. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN


 KATZ indeks
 Modifikasi Barthel Indeks
NO KRITERIA DENGAN MANDIRI
BANTUAN
1 Makan 
2 Minum 
3 Perpindahan dari tempat tidur ke kursi 
4 Personal toilet ( cuci muka, menyisir, 
gosok gigi )
5 Keluar masuk toilet ( mencuci 

45
pakaian, menyeka tubuh,menyiram )
6 Mandi 
7 Jalan dipermukaan datar 
8 Naik turun tangga 
9 Mengenakan pakaian 
10 Kontrol bowel (BAB) 
11 Kontrol blader (BAK) 
12 Olah raga 
13 Rekreasi/ pemanfaatan waktu 

I. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK


IDENTIVIKASI TINGKAT KERUSAKAN INTELEKTUAL TENTANG
SHAR PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONER ( SPMSQ )

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


 1 Tanggal berapa hari ini ?
 2 Hari apa sekarang ?
 3 Apa nama tempat ini ?
 4 Dimana alamat anda ?
 5 Berapa umur anda ?
 6 Kapan anda lahir ?
 7 Siapa presiden Indonesia
sekarang ?
 8 Siapa presiden Indonesia
sebelumnya ?
 9 Siapa nama ibu anda ?
 10 Kurang 3 dari 20 tetap
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun
9 1

46
Score total : 9 Salah : 1
Interprestasi hasil : Fungsi intelektual utuh

Keterangan :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

IDENTIFIKASI ASPEK KOGNITIF DARI FUNGSI MENTAL DENGAN


MENGGUNAKAN MMSE ( MINI MENTAL STATUS EXAIN )

NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA


KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan
benar
 Tahun
 Musim
 Tinggal
 Hari
 Bulan

Orientasi 5
Dimana kita sekarang
berada ?

 Negara Indonesia
 Provinsi Jawa
Tengah
5

47
 Kota Tegal
 PSTW Nazaret
2 Registrasi 3  Wisma

Sebutkan nama 3 objek


(oleh pemeriksaan)

Identik untuk mengatakan


masing- masing objek

Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga objek
tadi ( untuk disebutkan )

3  Objek meja
3 Perhatian dan 5
 Objek kursi
kalkulasi
 Objek televisi

Minta klien untuk


memulai dari angka 100
kemudian dikurangi 7 – 5
kali/ tingkat

4 Mengingat 3  93
- 86
- 79
- 72
- 65

5 Bahasa 9

Minta klien untuk

48
mengulang ketiga objek P
No.2 ( registrasi ) tadi,
bila benar I point untuk
masing – masing objek

Tunjukkan pada klien


suatu benda dan
tanyakan namanya pada
klien.

 Misalnya jam
tangan
 Misalnya pensil /
Bolpoint

Minta klien untuk


mengulangi kata berikut “
tak ada, dan , atau, tetapi
,” bila benar nilai ponit

 Pernyataan benar
3 2 buah, jika :
tetapi minta klien
untuk mengikuti
perintah berikut
yang terdiri dari 3
langkah : “ ambil
kertas ditangan
anda, lipat 2 dan
taruh dilantai.”
 Ambil kertas
ditangan anda
9
 Lipat 2

49
 Taruh dilantai

Perintahkan kepada klien


untuk hal berikut ( bila
aktifitas sesuai perintah
nilai / point)

Score total : 26 Salah : 4


Interprestasi hasil : Aspek kognitif dari fungsi mental baik

Keterangan :
1. Score > 23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
2. Score 18 – 22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
3. Score < 17 : Kerusakan aspek mental berat

PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK KLIEN LANSIA


(Adaptasi dimodifikasi dari Tineti, ME dan Ginter SE , 1998)

a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan


 Bangun dari kursi ( dimasukkan dalam analisis )
Hasil : Stabil pada saat berdiri
Nilai : 0

50
 Duduk ke kursi ( dimasukkan dalam analisis)
Hasil : Duduk ke kursi , duduk di tengah kursi
Nilai : 0
 Menahan dorongan pada sternum ( pemeriksaan mendorong sternum
perlahan – lahan sebanyak 3 kali )
Hasil : Memegang objek untuk dukungan
Nilai : 1
 Mata tertutup
Nilai : 0
Perputaran leher
Nilai : 0
 Gerakan menggapai sesuatu dukungan
Nilai : 1
 Membungkuk
Hasil : Tidak ada kesulitan
Nilai : 0
b. Komponen gaya berjalan atau gerakan
 Minta untuk berjalan atau gerakan
Hasil : Jalan sangat baik, tidak ada kesulitan
Nilai : 0
 Ketinggian langkah kaki ( mengangkat kaki saat melangkah )
Hasil : Menggangkat kaki
Nilai : 0

 Kontinuitas langkah kaki ( lebih baik diobservasi dari samping dan


depan klien)
Hasil : Tidak menunjukan kelainan
Nilai : 0
 Kesimetrisan langkah
Hasil : Tidak menunjukkan kelainan
Nilai : 0

51
 Berbalik
Hasil : Berbalik tanpa mengalami kesusahan
Nilai : 0
 Penyimpangan jalur
Hasil : tidak menunjukkan kelainan
Nilai : 0

Interprestasi hasil jumlah 2 = resiko jatuh rendah

(dari Trineti, ME dan Inter, SF halaman 1191,1988 American Medical Association)

Keterangan :

1. Hasil 0 – 5 : Resiko jatuh rendah


2. Hasil 6 – 10 : Resiko jatuh sedang
3. Hasil 11 – 15 : Resiko jatuh tinggi

J. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : Ny. S mengatakan Ketidakmampuan Ketidak
malasmakan dalam memasukan seimbangan

52
karena merasa ,mencerna,mengabsorsi nutrisi
mual dancepat Makan karena faktor
keyang,sehingga biologis
Ny I cuma makan
sedikit dari diit
( ½ porsi ).

DO: -Ny.I mengalami


penurunan
BB dari 65 kg
menjadi 58 kg
dalam waktu 1
bulan.
-Diit habis ½ porsi
-Kulit tipis,turgor
kulit kurang
-GDS 249

2 DS :-Ny. S mengatakan Imsomnia dalam waktu Gangguan


sejak 1Bulan yang yang lama pola tidur
lalu,mengalami
susah tidur
- Ny. S mengatakan
sering terbangun
di malam haridan
setelah itu susah
tidur lagi.

DO : -Ny.I tampak
mengantuk
-Wajah tampak
kusam
-Ny. I tampak

53
lemah
- TD 140/80 mmHg
Hr 75 – 80 x
permenit

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak seimbangan nutrisi b.d Ketidakmampuan dalam
memasukan ,mencerna,mengabsorsi makan an karena faktor
biologis
2. Gangguan pola tidur b.d Imsomnia dalam waktu yang lama

L. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. DX : 1
 NOC : Status nutrisi
Setelah dilakukan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan
NY. I mampu:
 Asupan nutrisi tidak bermasalah,porsi yang disajikan
habis
 Asupan makan dan cairan tidak bermasalah
 Energi tidak bermasalah
 Gula darah dalam keadaan seimbang
 BB ideal
 Turgor kulit baik, kulit lembab
 Gula darah dalam range normal

 NIC : Management
Ketidakteraturan makan ( eating disorder management)

54
 Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk masalah
pencernaan
 Diskusikan dengan tim dan klien untuk membuat
target BB yang akan dicapai, jika BB klien tidak
sesuai dengan usia dan bebtuk tubuh klien
 Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan
asupan kalori setiap hari supaya mencapai dan
mempertahankan BB sesuai target
 Dorong klien untuk memonitor diri sendiri terhadap
asupan makanan dan pemeliharaan BB
 Gunakan tehnik modifikasi tingkah laku , untuk
meningkatkan BB / meminimalkan BB
 Berikan pujian atas peningkatan BB dan tingkah laku
yang mendukung peningkatan BB
 Timbang BB tiap hari/secara berkala
 Pantau dan lakukan pemeriksaan gula darah secara
berkala
 Anjurkan kepada klien untuk minum obat/ therapi DM
sesuai intruksi dokter

2. DX. 2
 NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam
diharapkan pola tidur klien baik dengan harapan klien
mampu :
 Mengatur jumlah jam tidur
 Tidur secara teratur/ rutin
 Meningkatkan pola tidur
 Tidak ada gangguan dalam tidur
 Meningkatkan kwalitas tidur,klien tampak segar dan
tidak mengantuk
 Vital sign dalam batas normal

55
 NIC : Peningkatan pola tidur
 Tetapkan pola kegiatan dan tidur klien
 Monitor pola tidur klien dan jumlah jam tidur klien
 Jelaskan pentingnya tidur untuk kesehatan (selama
sakit dan stress)
 Bantu klien untuk menghilangkan stimulasi stress
sebelum jam tidur
 Jaga ketenangan ruangan saat klien tidur/beri
lingkungan yang nyaman

M. IMPLEMENTASI / TINDAKAN KEPERAWATAN

N TGL/W D TINDAKAN RESPON PRW


O KT X KEPERAWATAN T
1 9-3- 1 -melakukan kolaborasi - pemberian
2017 dengan tim kesehatan therapi untuk
J.17:00 masalah pencernaan mengatasi mual
dan perasaan
keyang saat
makan(terapi
antiemetik)
-mual ( <)
-muntah (-)

-Mendiskusikan -Klien membust


J.17:10 dengan tim dan klien target BB 64 kg
untuk membuat target
BB

-mendiskusikan -Diit DM 1500


dengan ahli gizi untuk kalori/hari

56
menentukan asupan
kalori setiap hari -Diit habis 2/3 porsi

supaya mencapai
J.17:30
dan mempertahankan
BB yang sesuai target

-mendorong klien
untuk memotivasi
dirinya sendiri
terhadap asupan
-Klien termotivasi
makanan dengan
memperhatikan BB dan berusaha

untuk
-Menggunakan tehnik
menghabiskan
modifikasi tingkah
laku , untuk
J.17:35 diit yg disajikan,
meningkatkan BB
atau meminimalkan untuk
BB
meningkatkan BB

-Memberikan pujian
kepad klien atas
-Klien makan
peningkatan BB dan
tingkah laku yang sesuai diit yang
mendukung
peningkatan BB diberikan

-Menimbang BB

J.17:40 secara berkala

-memantau dan

57
melakukan
pemeriksaan gula
darah secara berkala

-Menganjurkan kepada -Reword (+)


klien untuk minum
obat /therapi DM BB naik 0,5 kg
sesuai intruksi dokter

J.17:40

-BB 53,5 kg

-Cek GDS refluk

J.17:45 (+)

Hasil 139 gdl

J.17:50

-therapi metformin

500mg 3x sehari

58
J.17:55

2 9-3- 2 -Menetapkan pola -klien mengajar di


2017 kegiatan dan tidur TK (+) dari jam
j.17:55 klien 07:00 - 11:00
- istirahat siang
j. 15:00 –17:00
-klien tidur 7-8 jam
Per hari

J.18:00 -Memonitor pola tidur -Klien menyatakan


klien dan jumlah jam mengerti
tidur klien pentingnya
istirahat untuk
J.18:00 -Menjelaskan kepada kesehatannya,
klien tentang pentingnya dengan istirahat
tidur untuk kesehatan yang cukup
diharapkan gula
darah stabil

-Membantu klien untuk


J.18:00 menghilangkan -Klien menyatakan
stimulasi stress agak rileks
sebelum jam tidur sebelum tidur dan
selalu berdoa

59
sebelum tidur

-Menjaga ketenangan
J.18:00 ruangan saat klien -Ruangan rumah
tidur/memberikan tenang ,bising (-)
lingkungan yang -Klien istirahat (+)
nyaman

N. EVALUASI

NO TGL/WKT DX CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN PRWT


1 10 – 3- 1 S : Klien menyatakan rasa mual
2017 berkurang, dan rasa
J.17:00 tidak nyaman di perut (<)
O :Ku, baik kesadaran composmentis,
mual (<),muntah (-), rasa eneg(<),
turgor kulit cukup,
kulit lembab. Diit DM 1500 kal /hari
,habis 2/3
porsi. Obat metformin 500mg
(+),cek GDS 139 gdl, BB 53,5 kg.
A : Ketidakseimbangan nutrisi mulai

Teratasi

2 9-3-2017 2 S :-Klien menyatakan sudah bisa tidur,


j.17:00 tidak

60
terbangun kalau mau BAK
-Klien menyatakan sudah tidak
mengantuk lagi
-Klien mengerti pentingnya istirahat
untuk kesehatan
O : Klien tidur 7-8 jam sehari,tidur siang
(+), wajah tampak tenang, rileks,
dan tampak segar
TD : 120/80 mmHg, HR 70-80 x
permenit
A : Gangguan pola tidur mulai teratasi
sebagian
P : Intervensi dipertahankan
-Biasakan tidur siang dan rileks
sebelum tidur
-Pertahankan lingkungan yang
tenang dan
nyaman

61
DAFTAR PUSTAKA

1. Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Militus pada Usia
Lanjut, jilid I Edisi Ketiga . Jakarta : FKUI , 1996
2. Kushariyadi 2010, Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia, Jakarta :
Salemba Medika
3. Luecknocte, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek
Marunani, Jakarta : EGC , 1997
4. Mary Baradevo, Mary Wilfrid dan Yakubus Siswandi 2009, Klien Gangguan
Endokrin : seri Asuhan Keperawatan , Jakarta ; EGC
5.

62

Anda mungkin juga menyukai