Anda di halaman 1dari 23

Dalam memilih makanan untuk dikonsumsi, penderita diabetes harus memperhatikan jenis

karbohidrat yang terkandung dalam makanan tersebut. Ada jenis karbohidrat yang cepat diserap
tubuh (sehingga kadar gula darah melonjak dan cepat terasa lapar lagi), ada juga karbohidrat
yang lambat diserap (sehingga kadar glukosa darah lebih stabil dan terasa kenyang lebih lama).

Indeks glikemik adalah ukuran seberapa besar efek suatu makanan yang mengandung
karbohidrat dalam meningkatkan kadar gula darah setelah dimakan, dibandingkan dengan
glukosa atau roti putih. Makanan dengan indeks glikemik tinggi adalah makanan yang cepat
dicerna dan diserap sehingga kadar gula darah akan meningkat dengan cepat secara
signifikan. Makanan dengan indeks glikemik yang rendah mengalami pencernaan dan
penyerapan yang lebih lambat sehingga peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam darah akan
terjadi secara perlahan-lahan. Makanan dengan indeks glikemik rendah telah terbukti
memperbaiki kadar glukosa dan lemak pada pasien-pasien diabetes melitus dan memperbaiki
resistensi insulin. Selain itu, makanan dengan indeks glikemik rendah juga membantu
mengontrol nafsu makan, memperlambat munculnya rasa lapar sehingga dapat membantu
mengontrol berat badan pasien.

Indeks glikemik menunjukkan jenis karbohidrat yang terkandung dalam makanan, bukan
jumlah karbohidrat. Peningkatan kadar gula darah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu JUMLAH
dan JENIS karbohidrat yang dikonsumsi. Pada sebagian besar orang, kadar glukosa darah lebih
dipengaruhi oleh jumlah karbohidrat yang dikonsumsi. Namun, jenis karbohidrat juga
berpengaruh terhadap gula darah. Jadi, strategi yang optimal adalah mengontrol kedua aspek
tersebut, yaitu jumlah dan jenis karbohidrat yang dikonsumsi.

Efek dari indeks glikemik suatu makanan akan berubah jika dikonsumsi bersamaan dengan
makanan lain. Maka, jika seseorang mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi
sebaiknya dikombinasikan dengan makanan dengan indeks glikemik rendah, sehingga
menyeimbangkan efek terhadap kadar glukosa darah.

Referensi: http://diabetesmelitus.org/pengertian-indeks-glikemik/
DiabetesMelitus.org

Daftar Indeks Glikemik Makanan

Seperti dijelaskan pada artikel tentang indeks glikemik, peningkatan kadar gula
darah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: JUMLAH dan JENIS karbohidrat yang dikonsumsi.

Semakin banyak JUMLAH karbohidrat yang dikonsumsi (dengan kata lain: semakin banyak
Anda mengkonsumsi suatu jenis makanan), maka kadar glukosa darah akan semakin meningkat.
Sedangkan JENIS karbohidrat suatu makanan dapat diketahui berdasarkan indeks glikemik
makanan tersebut. Makanan dengan indeks glikemik yang tinggi akan meningkatkan gula darah
secara cepat. Jadi, bagi penderita diabetes disarankan untuk memilih makanan dengan indeks
glikemik yang rendah.

Di bawah ini adalah tabel indeks glikemik yang dapat Anda gunakan untuk mengatur pola makan
diet. Selain indeks glikemik, ditampilkan juga takaran saji dan beban glikemik yang dihasilkan
jika suatu makanan dikonsumsi sebesar takaran sajinya:

Indeks Takaran Saji Beban


Jenis makanan Nama
Glikemik (gram) Glikemik
Tortila gandum 30 50 8
Sponge cake 46 63 17
Cake pisang dengan gula 47 60 14
Tortila jagung 52 50 12
Cake pisang tanpa gula 55 60 12
BAKERY Roti hamburger 61 30 9
Pita bread 68 30 10
Roti putih 71 30 10
Roti gandum utuh (whole wheat) 71 30 9
Bagel putih 72 70 25
Baguette putih 95 30 15
Nasi merah 50 150 14
Oatmeal 55 250 13
Jagung rebus 60 150 20
SEREAL Muesli 66 30 16
Oatmeal instan 83 250 30
Nasi putih 89 150 43
Cornflakes™ 93 30 23
Jus apel tanpa pemanis 44 250 ml 30
MINUMAN Jus jeruk tanpa pemanis 50 250 ml 12
Soft drink 68 250 ml 23
Susu skim 32 250 ml 4
Dairy Product Yoghurt rendah lemak dengan buah 33 200 11
Susu penuh lemak 41 250 ml 5
Es Krim 57 50 6
Jeruk Bali 25 120 3
Pear 38 120 4
Apel 39 120 6
Jeruk 40 120 4
Peach kalengan 40 120 5
BUAH
Peach 42 120 5
BUAHAN
Pear kalengan 43 120 5
Anggur 59 120 11
Pisang 62 120 16
Kismis 64 60 28
Semangka 72 120 4
Kacang tanah 7 50 0
Kacang kedelai 15 150 1
KACANG Kacang mede asin 27 50 3
KACANGAN Kacang merah 29 150 7
Kacang hitam 30 150 7
Kacang panggang 40 150 6
Fettucini 32 180 15
PASTA Makaroni 47 180 23
Spaghetti direbus 20 menit 58 180 26
Keripik jagung asin 42 50 11
MAKANAN Keripik kentang 51 50 12
RINGAN Berondong jagung tawar 55 20 6
Pretzel 83 30 16
Wortel 35 80 2
Green peas 51 80 4
SAYURAN Talas 54 150 20
Ubi 70 150 22
Mashed potato instan 87 150 17
Chicken nuggets dipanaskan di 46 100 7
LAIN LAIN
microwave
Madu 61 25 12

Sebagai catatan: jika indeks glikemik glukosa adalah 100, maka:

 indeks glikemik rendah adalah ≤ 55


 indeks glikemik sedang adalah 56 -69
 indeks glikemik tinggi adalah ≥ 70

Referensi: http://diabetesmelitus.org/daftar-indeks-glikemik-makanan/
DiabetesMelitus.org

 About
 Contact
 Reference
 Disclaimer
 Privacy Policy

 Posts

Penyakit Diabetes Melitus

Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi yang
disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya.
Tubuh pasien dengan diabetes mellitus tidak dapat memproduksi atau tidak dapat merespon
hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas, sehingga kadar gula darah meningkat dan
dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang pada pasien tersebut.

Diabetes mellitus (DM) dibagi menjadi beberapa tipe. DM tipe I biasanya menimbulkan gejala
sebelum usia pasien 30 tahun, walaupun gejala dapat muncul kapan saja. Pasien DM tipe I
memerlukan insulin dari luar tubuhnya untuk kelangsungan hidupnya. DM tipe II biasanya
dialami saat pasien berusia 30 tahun atau lebih, dan pasien tidak tergantung dengan insulin dari
luar tubuh, kecuali pada keadaan-keadaan tertentu. Tipe DM lainnya adalah DM gestasional,
yakni DM yang terjadi pada ibu hamil, yang disebabkan oleh gangguan toleransi glukosa pada
pasien tersebut.

Saat ini jumlah pasien DM tipe II semakin meningkat, dikarenakan pola hidup yang semakin
tidak sehat, misalnya kurang aktivitas fisik serta pola makan yang tidak sehat. Faktor risiko
untuk DM tipe II antara lain: genetik, lingkungan, usia tua, obesitas, kurangnya aktivitas fisik,
riwayat DM gestasional, serta ras atau etnis tertentu.

Gejala DM tipe II antara lain:

 rasa haus yang berlebih,


 buang air kecil lebih sering (frekuensi terbangun dari tidur untuk berkemih saat malam hari
menjadi lebih sering dari biasanya),
 banyak makan,
 penurunan berat badan tiba-tiba tanpa sebab yang jelas

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar gula darah, yakni gula darah setelah puasa 8
jam atau gula darah sewaktu.

Yang penting dilakukan oleh pasien DM adalah mengontrol kadar gula darahnya. Kadar
gula darah yang tidak terkontrol (selalu tinggi, atau kadang tinggi kadang rendah, atau terlalu
rendah) dapat menimbulkan komplikasi pada pasien DM. Komplikasi jangka pendek misalnya
hipoglikemia, yaitu keadaan di mana kadar gula darah yang terlalu rendah (<70 mg/dl). Gejala
yang dirasakan pada saat pasien hipoglikemia adalah berkeringat, jantung berdebar, rasa lapar,
dan gemetar. Jika tidak diterapi segera, pasien dapat kehilangan kesadaran, meracau dan kejang-
kejang. Komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi biasanya melibatkan pembuluh darah
besar maupun kecil serta sistem saraf. Komplikasi dapat mengenai organ-organ vital seperti otak,
jantung, ginjal, mata, persarafan dan lain-lain, sehingga diperlukan pemeriksaan rutin secara
teratur.

Ingatlah untuk selalu menjaga kesehatan tubuh Anda dengan pola hidup sehat (makan makanan
sehat, olahraga teratur, istirahat cukup, pikiran sehat).

Definisi dan Tipe Diabetes

Semua sel dalam tubuh manusia membutuhkan gula agar dapat bekerja dengan normal. Gula
dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh dengan bantuan hormon insulin. Jika jumlah insulin dalam
tubuh tidak cukup, atau jika sel-sel tubuh tidak memberikan respon terhadap insulin (resisten
terhadap insulin), maka akan terjadi penumpukan gula di dalam darah. Hal inilah yang terjadi
pada pasien diabetes melitus.
Diabetes mellitus, atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis, adalah penyakit
kronik yang disebabkan oleh:

 ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang
cukup, atau
 tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan oleh pankreas secara
efektif, atau
 gabungan dari kedua hal tersebut.

Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan terjadi peningkatan kadar glukosa
(gula) darah yang disebut hiperglikemia. Hiperglikemia yang berlangsung dalam waktu lama
akan menyebabkan kerusakan serius pada sistem tubuh kita, terutama pada saraf dan pembuluh
darah. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah pasien
diabetes mellitus.

Diabetes mellitus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

 Diabetes melitus tipe 1, yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya
produksi insulin oleh pankreas.
 Diabetes melitus tipe 2, yang disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga penggunaan
insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif.
 Diabetes gestasional, adalah hiperglikemia yang pertama kali ditemukan saat kehamilan.

Selain tipe-tipe diabetes melitus, terdapat pula keadaan yang disebut prediabetes. Kadar glukosa
darah seorang pasien prediabetes akan lebih tinggi dari nilai normal, namun belum cukup tinggi
untuk didiagnosis sebagai diabetes melitus. Yang termasuk dalam keadaan prediabetes adalah
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT). Keadaan
prediabetes ini akan meningkatkan risiko seseorang untuk menderita diabetes melitus tipe 2,
penyakit jantung atau stroke.

Penyebab Diabetes Melitus

Diabetes Tipe 1 dipercaya sebagai penyakit autoimun, di mana sistem imun tubuh sendiri secara
spesifik menyerang dan merusak sel-sel penghasil insulin yang terdapat pada pankreas. Belum
diketahui hal apa yang memicu terjadinya kejadian autoimun ini, namun bukti-bukti yang ada
menunjukkan bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan seperti infeksi virus tertentu berperan
dalam prosesnya. Walaupun diabetes tipe 1 berhubungan dengan faktor genetik, namun faktor
genetik lebih banyak berperan pada kejadian diabetes tipe 2.

Diabetes tipe 2 diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Banyak
pasien diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga yang juga menderita diabetes tipe 2 atau
masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan diabetes, misalnya kolesterol darah yang
tinggi, tekanan darah tinggi (hipertensi) atau obesitas. Keturunan ras Hispanik, Afrika dan Asia
memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menderita diabetes tipe 2. Sedangkan faktor
lingkungan yang mempengaruhi risiko menderita diabetes tipe 2 adalah makanan dan aktivitas
fisik kita sehari-hari.

Berikut ini adalah faktor-faktor risiko mayor seseorang untuk menderita diabetes tipe 2.

 Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua atau kakak atau adik)
 Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)
 Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi (>150mg/dl) atau kadar
kolesterol HDL <40mg/dl
 Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu
(GDPT)
 Riwayat menderita diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir
lebih dari 4.500 gram
 Makanan tinggi lemak, tinggi kalori
 Gaya hidup tidak aktif (sedentary)
 Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat badan ideal)
 Usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45 tahun
 Riwayat menderita polycystic ovarian syndrome, di mana terjadi juga resistensi insulin

Diabetes gestasional disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.
Peningkatan kadar beberapa hormon yang dihasilkan plasenta membuat sel-sel tubuh menjadi
kurang responsif terhadap insulin (resistensi insulin). Karena plasenta terus berkembang selama
kehamilan, produksi hormonnya juga semakin banyak dan memperberat resistensi insulin yang
telah terjadi.

Biasanya, pankreas pada ibu hamil dapat menghasilkan insulin yang lebih banyak (sampai 3x
jumlah normal) untuk mengatasi resistensi insulin yang terjadi. Namun, jika jumlah insulin yang
dihasilkan tetap tidak cukup, kadar glukosa darah akan meningkat dan menyebabkan diabetes
gestasional. Kebanyakan wanita yang menderita diabetes gestasional akan memiliki kadar gula
darah normal setelah melahirkan bayinya. Namun, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk menderita diabetes gestasional pada saat kehamilan berikutnya dan untuk menderita
diabetes tipe 2 di kemudian hari.

Referensi: http://diabetesmelitus.org/penyebab-diabetes-melitus/
DiabetesMelitus.org

Gejala Diabetes Melitus


Pada awalnya, pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap diabetes melitus,
bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Namun, harus dicurigai adanya DM jika seseorang
mengalami keluhan klasik DM berupa:

 poliuria (banyak berkemih)


 polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)
 polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus)
 penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

Jika keluhan di atas dialami oleh seseorang, untuk memperkuat diagnosis dapat diperiksa
keluhan tambahan DM berupa:

 lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal


 penglihatan kabur
 penyembuhan luka yang buruk
 disfungsi ereksi pada pasien pria
 gatal pada kelamin pasien wanita

Diagnosis DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa pada


urin saja. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari pembuluh
darah vena. Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat dilakukan dengan
memeriksa kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer.

Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di bawah ini:

 Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL
 Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL
 Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200 mg/dL
 Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%

Keterangan:

 Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir pasien.
 Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.
 TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa khusus
untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan dilakukan pemeriksaan kadar
glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah meminum larutan
tersebut. Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan.
Jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai normal tetapi tidak masuk ke dalam
kriteria DM, maka dia termasuk dalam kategori prediabetes. Yang termasuk ke dalamnya adalah

 Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT), yang ditegakkan bila hasil pemeriksaan
glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL dan kadar glukosa plasma 2
jam setelah meminum larutan glukosa TTGO < 140 mg/dL
 Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yang ditegakkan bila kadar glukosa plasma 2 jam
setelah meminum larutan glukosa TTGO antara 140 – 199 mg/dL

Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM:

Bukan DM Belum Pasti DM DM


Kadar glukosa darah Plasma vena <100 100-199 ≥200
sewaktu (mg/dL) Darah kapiler <90 90-199 ≥200
Kadar glukosa darah Plasma vena <100 100-125 ≥126
puasa (mg/dL) Darah kapiler <90 90-99 ≥100

Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia – PERKENI tahun 2011

Komplikasi Diabetes Melitus

Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes melitus akan menyebabkan
berbagai komplikasi, baik yang bersifat akut maupun yang kronik. Oleh karena itu, sangatlah
penting bagi para pasien untuk memantau kadar glukosa darahnya secara rutin.

Komplikasi akut

Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis diabetik (KAD) dan
Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Pada dua keadaan ini kadar glukosa darah sangat
tinggi (pada KAD 300-600 mg/dL, pada SHH 600-1200 mg/dL), dan pasien biasanya tidak
sadarkan diri. Karena angka kematiannya tinggi, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit
untuk penanganan yang memadai.

Keadaan hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi akut DM, di mana terjadi penurunan
kadar glukosa darah sampai < 60 mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan
mengalami keadaan hipoglikemia. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia
misalnya pasien meminum obat terlalu banyak (paling sering golongan sulfonilurea) atau
menyuntik insulin terlalu banyak, atau pasien tidak makan setelah minum obat atau menyuntik
insulin.
Gejala hipoglikemia antara lain banyak berkeringat, berdebar-debar, gemetar, rasa lapar, pusing,
gelisah, dan jika berat, dapat hilang kesadaran sampai koma. Jika pasien sadar, dapat segera
diberikan minuman manis yang mengandung glukosa. Jika keadaan pasien tidak membaik atau
pasien tidak sadarkan diri harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan dan
pemantauan selanjutnya.

Komplikasi kronik

Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan
pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah yang dapat mengalami kerusakan dibagi
menjadi dua jenis, yakni pembuluh darah besar dan kecil.

Yang termasuk dalam pembuluh darah besar antara lain:

 Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan penyakit jantung koroner dan
serangan jantung mendadak
 Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan menyebabkan luka iskemik
pada kaki
 Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan stroke

Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya mengenai pembuluh darah retina
dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat terjadi kerusakan pada pembuluh darah ginjal
yang akan menyebabkan nefropati diabetikum. Untuk lebih jelasnya baca pada artikel gagal
ginjal.

Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang menyebabkan perasaan kebas atau baal
pada ujung-ujung jari. Karena rasa kebas, terutama pada kakinya, maka pasien DM sering kali
tidak menyadari adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang lebih
dalam (ulkus kaki) dan perlunya melakukan tindakan amputasi. Selain kebas, pasien mungkin
juga mengalami kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, lebih terasa sakit di malam hari serta
kelemahan pada tangan dan kaki. Pada pasien yang mengalami kerusakan saraf perifer, maka
harus diajarkan mengenai perawatan kaki yang memadai sehingga mengurangi risiko luka dan
amputasi.

Referensi: http://diabetesmelitus.org/komplikasi-diabetes-melitus/
DiabetesMelitus.org

Referensi: http://diabetesmelitus.org/gejala-diabetes-melitus/
DiabetesMelitus.org

Referensi: http://diabetesmelitus.org/definisi-tipe-diabetes/
DiabetesMelitus.org
Pencegahan Diabetes Melitus

Pencegahan penyakit diabetes melitus tipe 2 terutama ditujukan kepada orang-orang yang
memiliki risiko untuk menderita DM tipe 2. Tujuannya adalah untuk memperlambat timbulnya
DM tipe 2, menjaga fungsi sel penghasil insulin di pankreas, dan mencegah atau memperlambat
munculnya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Faktor risiko DM tipe 2 dibedakan
menjadi faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Usaha
pencegahan dilakukan dengan mengurangi risiko yang dapat dimodifikasi.

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi contohnya ras dan etnik, riwayat anggota
keluarga menderita DM, usia >45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi>4000
gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG), dan riwayat lahir dengan berat
badan rendah, kurang dari 2,5 kg.

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi contohnya berat badan berlebih, kurangnya aktivitas
fisik, hipertensi (> 140/90 mmHg), gangguan profil lipid dalam darah (HDL < 35 mg/dL dan
atau trigliserida > 250 mg/dL, dan diet tak sehat tinggi gula dan rendah serat. Pencegahan DM
juga harus dilakukan oleh pasien-pasien prediabetes yakni mereka yang mengalami intoleransi
glukosa (GDPP dan TGT) dan berisiko tinggi mederita DM tipe 2.

Pencegahan DM tipe 2 pada orang-orang yang berisiko pada prinsipnya adalah dengan
mengubah gaya hidup yang meliputi olah raga, penurunan berat badan, dan pengaturan pola
makan. Berdasarkan analisis terhadap sekelompok orang dengan perubahan gaya hidup intensif,
pencegahan diabetes paling berhubungan dengan penurunan berat badan. Menurut penelitian,
penurunan berat badan 5-10% dapat mencegah atau memperlambat munculnya DM tipe 2.
Dianjurkan pula melakukan pola makan yang sehat, yakni terdiri dari karbohidrat kompleks,
mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut. Asupan kalori ditujukan untuk mencapai
berat badan ideal.

Akitivitas fisik harus ditingkatkan dengan berolah raga rutin, minimal 150 menit perminggu,
dibagi 3-4 kali seminggu. Olah raga dapat memperbaiki resistensi insulin yang terjadi pada
pasien prediabetes, meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik), dan membantu mencapai berat
badan ideal. Selain olah raga, dianjurkan juga lebih aktif saat beraktivitas sehari-hari, misalnya
dengan memilih menggunakan tangga dari pada elevator, berjalan kaki ke pasar daripada
menggunakan mobil, dll.

Merokok, walaupun tidak secara langsung menimbulkan intoleransi glukosa, dapat memperberat
komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan DM tipe 2. Oleh karena itu, pasien juga
dianjurkan berhenti merokok
Referensi: http://diabetesmelitus.org/pencegahan-diabetes-melitus/
DiabetesMelitus.org

Tatalaksana Pasien Diabetes

Tujuan tatalaksana pasien diabetes melitus tipe 2 adalah menurunkan kadar glukosa darah
menjadi normal atau mendekati normal, sehingga mencegah terjadinya komplikasi pada
pasien tersebut. Pada pasien DM tipe 2, tatalaksana diawali dengan mengubah gaya hidup yakni
melakukan pola makan sehat dan meningkatkan aktivitas fisik sehingga tercapai berat badan
ideal. Jika dalam 2-4 minggu kadar glukosa darah tetap tidak mencapai target, maka harus
diberikan satu macam obat hipoglikemik oral (OHO) untuk membantu menurunkan kadar
glukosa darah. Jika kadar glukosa darah tetap belum mencapai sasaran, maka dapat ditambahkan
satu macam OHO lagi atau ditambahkan suntikan insulin.

Diabetes melitus memang tidak dapat disembuhkan, tapi masih bisa dikontrol.

Pada pasien diabetik, diet merupakan aspek penting untuk mengontrol peningkatan kadar
glukosa darah. Asosiasi Diabetes Amerika (The American Diabetes Association (ADA))
menganjurkan diet seimbang dan bernutrisi yang rendah lemak, kolesterol serta gula sederhana.
Saat ini ADA bahkan telah melarang konsumsi gula sederhana kecuali dalam jumlah kecil dan
dikonsumsi bersama dengan makanan kompleks. Penurunan berat badan dan olah raga
sangatlah penting karena akan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, sehingga
membantu mengontrol peningkatan kadar glukosa darah. Olah raga yang bersifat aerobik seperti
jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang dianjurkan dilakukan secara teratur selama
30 menit, 3-4 kali seminggu. Selain itu aktivitas sehari-hari dapat tetap dilakukan seperti
berkebun, membersihkan rumah, berjalan ke pasar dan naik turun tangga. Yang harus
diperhatikan di sini, untuk pasien DM tipe 2 yang sudah memiliki komplikasi pada mata atau
kaki harus dilakukan penyesuaian pada aktivitas fisiknya.

Pasien DM tipe 2 yang merokok akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi diabetes yaitu
penyakit jantung koroner, stroke dan gangguan sirkulasi darah pada anggota gerak. Hal ini
terjadi karena rokok merusak struktur pembuluh darah. Oleh karena itu pasien DM sangat
dianjurkan untuk berhenti merokok.

Pasien DM dianjurkan untuk berkonsultasi secara rutin ke dokter untuk mengontrol hasil
pengobatan. Jika kadar glukosa darah belum mencapai angka yang diharapkan, maka dokter akan
menyesuaikan dosis obat atau insulin yang diberikan. Selain itu, pemantauan kadar glukosa
darah dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien dengan menggunakan glukometer. Pasien
dapat mencatat hasil pemeriksaannya dan memberikannya kepada dokter saat berkonsultasi. Jika
kadar glukosa darah sudah menjadi atau mendekati nilai normal dengan meminum obat atau
insulin, pasien harus tetap meminum OHO atau memakai insulin sesuai dosis yang telah
diberikan oleh dokter dan kembali berkonsultasi sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Referensi: http://diabetesmelitus.org/tatalaksana-pasien-diabetes/
DiabetesMelitus.org

Tatalaksana Pasien Diabetes

Tujuan tatalaksana pasien diabetes melitus tipe 2 adalah menurunkan kadar glukosa darah
menjadi normal atau mendekati normal, sehingga mencegah terjadinya komplikasi pada
pasien tersebut. Pada pasien DM tipe 2, tatalaksana diawali dengan mengubah gaya hidup yakni
melakukan pola makan sehat dan meningkatkan aktivitas fisik sehingga tercapai berat badan
ideal. Jika dalam 2-4 minggu kadar glukosa darah tetap tidak mencapai target, maka harus
diberikan satu macam obat hipoglikemik oral (OHO) untuk membantu menurunkan kadar
glukosa darah. Jika kadar glukosa darah tetap belum mencapai sasaran, maka dapat ditambahkan
satu macam OHO lagi atau ditambahkan suntikan insulin.

Diabetes melitus memang tidak dapat disembuhkan, tapi masih bisa dikontrol.

Pada pasien diabetik, diet merupakan aspek penting untuk mengontrol peningkatan kadar
glukosa darah. Asosiasi Diabetes Amerika (The American Diabetes Association (ADA))
menganjurkan diet seimbang dan bernutrisi yang rendah lemak, kolesterol serta gula sederhana.
Saat ini ADA bahkan telah melarang konsumsi gula sederhana kecuali dalam jumlah kecil dan
dikonsumsi bersama dengan makanan kompleks. Penurunan berat badan dan olah raga
sangatlah penting karena akan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, sehingga
membantu mengontrol peningkatan kadar glukosa darah. Olah raga yang bersifat aerobik seperti
jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang dianjurkan dilakukan secara teratur selama
30 menit, 3-4 kali seminggu. Selain itu aktivitas sehari-hari dapat tetap dilakukan seperti
berkebun, membersihkan rumah, berjalan ke pasar dan naik turun tangga. Yang harus
diperhatikan di sini, untuk pasien DM tipe 2 yang sudah memiliki komplikasi pada mata atau
kaki harus dilakukan penyesuaian pada aktivitas fisiknya.

Pasien DM tipe 2 yang merokok akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi diabetes yaitu
penyakit jantung koroner, stroke dan gangguan sirkulasi darah pada anggota gerak. Hal ini
terjadi karena rokok merusak struktur pembuluh darah. Oleh karena itu pasien DM sangat
dianjurkan untuk berhenti merokok.

Pasien DM dianjurkan untuk berkonsultasi secara rutin ke dokter untuk mengontrol hasil
pengobatan. Jika kadar glukosa darah belum mencapai angka yang diharapkan, maka dokter akan
menyesuaikan dosis obat atau insulin yang diberikan. Selain itu, pemantauan kadar glukosa
darah dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien dengan menggunakan glukometer. Pasien
dapat mencatat hasil pemeriksaannya dan memberikannya kepada dokter saat berkonsultasi. Jika
kadar glukosa darah sudah menjadi atau mendekati nilai normal dengan meminum obat atau
insulin, pasien harus tetap meminum OHO atau memakai insulin sesuai dosis yang telah
diberikan oleh dokter dan kembali berkonsultasi sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Referensi: http://diabetesmelitus.org/tatalaksana-pasien-diabetes/
DiabetesMelitus.org

Perawatan Kaki Bagi Penderita Diabetes

Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien diabetes melitus adalah
masalah kaki. Misalnya luka pada kaki yang tidak kunjung sembuh, infeksi bakteri atau
jamur, dan yang paling parah adalah pembusukan jaringan sehingga perlu dilakukan
amputasi. Masalah pada kaki penderita DM disebabkan oleh dua hal, yakni:

1. Aliran darah yang buruk. Hal ini terjadi karena kerusakan pembuluh darah yang
disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi dalam waktu lama. Aliran darah yang
terganggu menyebabkan kaki tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, sehingga kulit kaki
menjadi lemah, mudah luka dan sukar sembuh jika terjadi luka.
2. Kerusakan saraf. Hal ini juga terjadi karena kadar gula darah yang tinggi dalam waktu
lama. Kerusakan saraf menyebabkan kepekaan seorang pasien DM terhadap rasa nyeri
menjadi berkurang, sehingga pasien tidak sadar saat kakinya terluka.

Untuk mencegah terjadinya masalah kaki pada pasien DM, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah mengendalikan kadar gula darah seoptimal mungkin dan berhenti
merokok. Selain itu, pasien DM juga harus membiasakan diri merawat kakinya.

Perawatan harian yang dapat dilakukan adalah mencuci kaki dengan sabun dan air hangat.
Setelah itu, kaki harus dikeringkan dengan benar sampai ke sela-sela jari agar tidak
terinfeksi jamur. Oleskan pelembab untuk mencegah kulit kering, tetapi jangan oleskan
pelembab pada sela-sela jari. Jangan merendam kaki Anda, karena akan membuat kulit rusak,
sehingga mudah terkena infeksi.
Saat mencuci atau mengoleskan pelembab pada kaki, perhatikan kaki
Anda! Apakah terdapat bercak merah, kapalan, luka, kuku yang tumbuh menusuk jari kaki, kuku
kuning dan rapuh, pembengkakan kaki, kulit kaki pecah pecah ataupun melepuh. Perhatikan juga
warna kulit kaki yang menjadi biru atau hitam. Hal ini menandakan aliran darah yang buruk
sehingga butuh penanganan segera. Jika sulit untuk melihat telapak kaki, gunakanlah cermin atau
minta tolong kepada orang serumah.

Guntinglah kuku kaki Anda setiap bulan dengan arah lurus, kikir ujung-ujung kuku yang tajam
dengan pengikir kuku dan jangan menggunting kutikula kuku Anda.

Pasian DM harus selalu menggunakan alas kaki yang nyaman dipakai, baik di dalam maupun di
luar rumah. Alas kaki tidak boleh kebesaran maupun kekecilan karena dapat menyebabkan kaki
lecet. Periksalah bagian dalam sepatu sebelum menggunakannya untuk memastikan tidak ada
benda tajam yang dapat melukai kaki.

Untuk menjaga aliran darah ke kaki tetap baik, angkat kaki Anda saat duduk, lalu gerakkan jari-
jari kaki dan pergelangan kaki ke atas dan ke bawah selama 5 menit sebanyak 2 -3 kali sehari.
Jangan melipat kaki Anda dalam waktu lama!

Selain merawat kaki sendiri di rumah, pasien diabetes juga perlu memeriksakan kakinya ke
dokter sambil memeriksakan kadar gula darahnya. Dokter akan memeriksa denyut nadi kaki
Anda, sensibilitas, dan kelainan-kelainan yang mungkin terjadi pada kaki Anda.

Referensi: http://diabetesmelitus.org/perawatan-kaki-diabetes/
DiabetesMelitus.org

Kesehatan Kulit Pasien Diabetes Melitus

Diabetes melitus dapat mempengaruhi hampir semua bagian tubuh, termasuk kulit. Kadar gula
darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes melitus sering kali membuat kulit kering dan
terasa gatal, luka menjadi sulit sembuh, infeksi kulit dan lain-lain. Berikut ini adalah link-link yang
mungkin dapat membantu Anda untuk memahami perawatan kulit dan masalah-masalah yang
dapat timbul pada pasien diabetes pada umumnya.

Perawatan Kulit Pasien Diabetes Melitus

Karena diabetes melitus dapat mempengaruhi kesehatan kulit, maka sangatlah penting untuk
mengetahui hal-hal yang mempengaruhi kesehatan kulit dan cara perawatan kulit bagi
pasien diabetes melitus agar terhindar dari masalah.

Luka yang Tidak Kunjung Sembuh pada Pasien Diabetes Melitus

Pasien diabetes melitus seringkali bermasalah dengan luka di kaki yang sulit sembuh atau
bahkan berakhir dengan amputasi. Artikel ini memberikan penjelasan mengenai proses terjadinya
luka pada pasien diabetes melitus faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka.

Sekilas tentang Penyakit Bisul

Bisul adalah salah satu penyakit kulit yang sering diderita oleh pasien diabetes melitus. Pasien
diabetes melitus yang gula darahnya tinggi tidak terkontrol bahkan dapat menderita bisul
berukuran besar dalam jumlah banyak. Artikel ini menjelaskan beberapa hal yang sering
ditanya mengenai bisul.

Infeksi Jamur pada Kulit

Infeksi jamur pada kulit sering juga diderita oleh pasien diabetes melitus, terutama yang kadar gula
darahnya tidak terkontrol. Ketahui hal-hal yang dapat meningkatkan risiko infeksi jamur pada
kulit dan pencegahannya, kenali ciri-cirinya dan lakukan penanganan yang tepat.

Semoga bermanfaat.

Referensi: http://diabetesmelitus.org/kesehatan-kulit-pasien-diabetes-melitus/
DiabetesMelitus.org

Tips Olahraga untuk Pasien Diabetes

Aktivitas fisik untuk pengendalian dan pencegahan diabetes melitus yang direkomendasikan
adalah sesi 30 menit minimal 3-4x seminggu (atau idealnya setiap hari) bagi orang dewasa dan
60 menit bagi anak-anak dan remaja.
Aktivitas dapat dibagi menjadi beberapa sesi, setiap sesi 10-15 menit. Kegiatan yang
direkomendasikan adalah kegiatan yang meningkatkan pernapasan dan denyut jantung dan
menyebabkan sedikit berkeringat, misalnya berjalan, berkebun, berenang, atau membersihkan
rumah. Lakukan peningkatan intensitas dan lama latihan secara bertahap.

Sebagai alternatif, Anda juga dapat memilih sesi olah raga 3 kali seminggu masing-masing
selama 20 menit dengan kegiatan yang lebih berat, misalnya jogging, berlari, kelas aerobik, dan
sebagainya. Jangan lupa untuk tetap melakukan pemasanan dan pendinginan untuk mencegah
cedera otot.

PERINGATAN
Jangan lakukan aktivitas fisik terlalu berat atau terlalu lama. Jika Anda melakukannya, tubuh
akan menghasilkan hormon adrenalin dan hormon-hormon lain yang akan melawan fungsi
insulin. Dengan begitu, gula darah Anda akan semakin meningkat.

TIPS Latihan Untuk Pasien Diabetes

 Sebelum memulai latihan, pasien diabetes sebaiknya berkonsultasi dulu dengan


dokternya, untuk memastikan bahwa kegiatan latihan yang dipilihnya cukup aman dan
sesuai dengan keadaan fisiknya, misalnya jika pasien sudah memiliki masalah pada saraf
kaki atau pembuluh darah matanya. Selain itu, dokter dapat menyesuaikan kadar obat
atau insulin serta porsi makanan yang diberikan sehingga mencegah terjadinya keadaan
hipoglikemik.
 Berlatihlah dengan seseorang yang mengetahui bahwa Anda adalah seorang penderita
diabetes dan mengetahui apa yang harus ia lakukan jika Anda mendadak mengalami
hipoglikemik.
 Bawalah makanan kecil saat berolah raga, misalnya sekotak kismis atau permen, untuk
digunakan jika Anda mengalami hipoglikemik.
 Jika tidak didampingi, gunakanlah gelang atau atribut yang menunjukkan bahwa Anda
adalah penderita diabetes.
 Gunakan sepatu dan kaos kaki katun yang nyaman. Gantilah kaos kaki yang sudah basah.
 Setelah berolah raga, lakukan pemeriksaan pada kaki Anda untuk mencari adanya
kemerahan, lecet, luka atau kulit melepuh.
 Minumlah cukup air putih sebelum, selama dan setelah latihan untuk mencegah
dehidrasi.
 Jangan mengabaikan nyeri yang Anda rasakan. Segera hentikan latihan jika tiba-tiba
Anda merasakan nyeri.
 Pilihlah aktivitas yang Anda gemari sehingga Anda dapat menjalani aktivitas tersebut
dengan senang hati secara rutin. Kegiatan yang dapat dipilih misalnya berjalan, mendaki
gunung, aerobik, berdansa, bersepeda, bermain basket, tenis, voli, dan lain sebagainya.

Referensi: http://diabetesmelitus.org/tips-olahraga-untuk-pasien-diabetes/
DiabetesMelitus.org

Olahraga untuk Penderita Diabetes

Olahraga adalah kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang agar tetap sehat. Bagi
penderita diabetes melitus, baik yang terkontrol maupun belum terkontrol, manfaat yang didapat
dari berolah raga bahkan lebih banyak lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa olah raga atau
aktivitas fisik dapat:

 Meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh terhadap insulin sehingga membantu menurunkan kadar
gula dan kadar lemak darah.
 Menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol jahat darah (LDL), meningkatkan kolesterol
baik (HDL) sehingga menurunkan risiko penyakit jantung.
 Mengontrol berat badan.
 Menurunkan risiko komplikasi penyakit DM.
 Menguatkan jantung, otot dan tulang.
 Menurunkan tingkat stress.

Jenis-jenis olahraga yang baik untuk pasien DM antara lain:


Aerobik

Latihan aerobik membuat jantung dan tulang kuat, mengurangi stress


dan meningkatan aliran darah. Aerobik juga menurunkan risiko DM tipe 2, penyakit jantung dan
stroke dengan menjaga kadar gula, kolesterol dan tekanan darah dalam rentang normal. Lakukan
latihan aerobik selama 30 menit minimal 5 kali seminggu. Jika Anda belum terbiasa berolah
raga, lakukan 5- 10 menit sehari, lalu tingkatkan secara bertahap setiap minggu.

Contoh latihan aerobik yang dapat dilakukan adalah berjalan cepat, berdansa atau mengikuti
kelas aerobik. Jika Anda memiliki masalah pada saraf kaki atau sendi lutut, sebaiknya Anda
mengurangi beban pada kaki dengan memilih berenang, bersepeda atau mendayung.

Angkat beban (weight lifting)

Latihan angkat beban dapat membantu meningkatkan kekuatan tulang


dan otot sambil membakar lemak, serta menjaga kepadatan tulang. Lakukan latihan beban 2-3
kali seminggu sebagai tambahan latihan aerobik.

Latihan beban dapat dilakukan dengan sit up, push up, mengangkat barbel di rumah atau
menggunakan alat-alat latihan di pusat kebugaran.

Peregangan (stretching)

Stretching atau peregangan dapat mencegah kram otot, kekakuan dan


cedera otot. Beberapa jenis latihan fleksibilitas seperti yoga dan tai chi melibatkan meditasi dan
teknik bernapas sehingga mengurangi stress. Lakukan latihan peregangan 5 – 10 menit sebelum
berolah raga (pemanasan) dan lakukan lagi setelah berolah raga (pendinginan).
Aktivitas lain?

Selain berolah raga, aktivitas fisik dapat juga dilakukan sambil melakukan kegiatan sehari-hari
secara ekstra, misalnya:

 Memilih naik tangga dari pada naik escalator atau elevator


 Parkir mobil di tempat yang jauh dari pintu masuk mal
 Berjalan cepat atau bersepeda saat ada kesempatan
 Bermain dengan anak-anak
 Mengajak anjing peliharaan berjalan-jalan
 Bangun dari temat duduk untuk mengganti saluran TV daripada menggunakan remote control
 Berkebun, membersihkan rumah dan mencuci mobil sendiri
 Saat di pasar swalayan, berjalan menyusuri setiap lorong yang ada

Olahraga harus dilakukan secara RUTIN agar kondisi tubuh Anda menjadi STABIL. Terutama
bagi penderita DM, aerobik merupakan jenis olahraga yang sangat baik.

Referensi: http://diabetesmelitus.org/olahraga-untuk-penderita-diabetes/
DiabetesMelitus.org

Hipoglikemia saat olah raga

Olahraga, tidak diragukan lagi, membawa efek positif bagi kesehatan penderita diabetes melitus.
Olah raga merupakan salah satu cara yang dianjurkan untuk mengontrol kadar gula darah dan
mencegah komplikasi DM jangka panjang seperti kerusakan saraf dan penyakit jantung. Namun,
Anda harus tetap berhati-hati akan risiko terjadinya penurunan gula darah terlalu rendah, atau
yang sering disebut sebagai hipoglikemi. Sangat penting bagi Anda dan orang yang
mendampingi Anda berolah raga untuk mengetahui gejala-gejala dan penanganan awal jika Anda
mengalami hipoglikemia.

Saat berolah raga, tubuh kita membutuhkan energi lebih banyak. Energi tersebut berasal dari
metabolisme tubuh yang mengolah glukosa dalam darah. Lama kelamaan, kadar glukosa
menurun karena sudah berubah menjadi energi. Ini sebabnya, olah raga baik untuk membantu
menjaga kadar gula darah pasien DM. Namun, jika glukosa yang terpakai terlalu banyak,
maka kadar gula darah akan turun menjadi terlalu rendah sehingga terjadi hipoglikemia.

Gejala hipoglikemia antara lain:

 perasaan lemah dan kelelahan


 bingung
 lapar
 gemetar
 berkeringat dingin
 nyeri kepala
 pingsan atau kejang (dalam kasus yang berat)
Respon tubuh terhadap kegiatan yang Anda lakukan berbeda-beda, sehingga Anda harus selalu
mempersiapkan diri untuk keadaan darurat jika terjadi hipoglikemia saat Anda berolah raga
ataupun segera setelah Anda selesai berolah raga.

Tips untuk mencegah hipoglikemia saat Anda berolah raga:


 Berkonsultasilah dengan dokter Anda untuk menyesuaikan jenis olah raga yang Anda lakukan
dengan dosis obat atau insulin serta pola diet Anda.
 Periksalah kadar gula darah Anda sebelum Anda berolah raga.
 Makanlah makanan kecil sebelum memulai olah raga, jika kadar gula darah Anda dalam batas
normal.
 Kenalilah gejala hipoglikemia, dan segeralah menghentikan olah raga Anda jika Anda
merasakannya. Segera periksa lagi kadar gula darah Anda, lalu lakukan penanganan sesuai
hasilnya.
 Bawalah selalu makanan kecil atau permen yang dapat langsung Anda konsumsi saat
hipoglikemia terjadi (untuk menambah kadar gula darah).
 Jika Anda berolah raga lebih dari satu jam, periksalah kadar gula darah secara berinterval. Anda
mungkin perlu memakan makanan kecil di tengah olah raga Anda.
 Periksa kadar gula darah setelah Anda berolah raga.

Referensi: http://diabetesmelitus.org/hipoglikemia-saat-olah-raga/
DiabetesMelitus.org

Anda mungkin juga menyukai