G1a215102 - Cetv
G1a215102 - Cetv
BAB I
PENDAHULUAN
Congenital talipes equinovarus (CTEV) yang juga dikenal sebagai ‘club foot’ adalah
suatu gangguan perkembangan ekstremitas inferior yang sering ditemui, tetapi masih jarang
dipelajari. CTEV dimasukkan dalam terminology “sindromik” bila kasus ini ditemukan
bersamaan dengan gambaran klinik lain sebagai suatu bagian dari sindrom genetik. CTEV
dapat timbul sendiri tanpa didampingi gambaran klinik lain, dan sering disebut sebagai
CTEV idiopatik. CTEV sindromik sering menyertai gangguan neurologis dan neuromuskular,
seperti spina bifi da maupun atrofi muscular spinal. Bentuk yang paling sering ditemui adalah
CTEV idiopatik; pada bentuk ini, ekstremitas superior dalam keadaan normal.1
Club foot ditemukan pada hieroglif Mesir dan perawatannya dijelaskan oleh
Hipokrates pada 400 SM dengan cara memanipulasi kaki dengan lembut untuk kemudian
dipasangi perban. Sampai saat ini, perawatan modern juga masih mengandalkan manipulasi
dan immobilisasi. Manipulasi dan immobilisasi serial yang dilakukan secara hati-hati diikuti
pemasangan gips adalah metode perawatan modern non-operatif. Cara imobilisasi yang saat
ini mungkin paling efektif adalah metode Ponseti; metode ini dapat mengurangi perlunya
operasi. Walaupun demikian, masih banyak kasus yang membutuhkan terapi operatif.1
Frekuensi CTEV dari populasi umum adalah 1:700 sampai 1:1000 kelahiran hidup
dimana anak laki-laki dua kali lebih sering daripada perempuan. Berdasarkan data, 35%
terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar dizigot. Ini menunjukkan adanya
peranan faktor genetika. Insidensi pada laki-laki 65% kasus, sedangkan pada perempuan 30-
40% kasus. Pada pasien pengambilan cairan amnion, deformitas ekstrimitas bawah kira-kira
mencapai 1-1,4% kasus. Sedangkan pada ibu yang mengalami pecah ketuban kira-kira
terdapat 15% kasus. Epidemiologi CTEV terbanyak pada kasus-kasus amniotic.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur yang berjalan dibelakang malleolus medialis dari medial kelateral adalah :
Tendon m. tibialis posterior
m. flexor digitorum longus
a. tibialis posterior
n. tibialis
m. flexor hallucis longus
n. suralis
2.3 Definisi
Congenital talipes equinovarus, talipes berasal dari bahasa latin dari kata talus (ankle)
dan pes (foot), berarti sebuah kelainan pada kaki (foot) didaerah ankle/pergelangan.
Equinovarus berasal dari kata equino yang berarti kaki kuda, varus (bengkok kearah medial).
Jadi kelainan ini berupa terfiksasinya kaki depan dalam posisi aduksi dan supinasi, tumit
yang mengalami inversi dan pergelangan kaki dalam keadaan plantar fleksi. Kelainan ini
disebut juga “clubfoot” karena bentuknya seperti kaki club.4
5
2.4 Epidemiologi
Insidens CTEV bervariasi, bergantung dari ras dan jenis kelamin. Insidens CTEV di Amerika
Serikat sebesar 1-2 kasus dalam 1000 kelahiran hidup. Perbandingan kasus laki-laki dan
perempuan adalah 2:1. Keterlibatan bilateral didapatkan pada 30-50% kasus.1
2.5 Klasifikasi1,2,4
1. Tipe ekstrinsik/fleksibel
Tipe yang kadang-kadang disebut juga tipe konvensional ini merupakan tipe yang
mudah ditangani dan memberi respon terhadap terapi konservatif. Kaki dalam posisi
equinoverus akan tetap fleksibel dan mudah di koreksi dengan tekanan manuil. Tipe ini
merupakan tipe postural yang dihubungkan dengan postur intrauterin. Kelainan pada tulang
tidak menyeluruh, tidak terdapat pemendekan jaringan lunak yang berat. Tampak tumit yang
normal dan terdapat lipatan kulit pada sisi luar pergelangan kaki.5
2. Tipe intrinsik/rigid
Terjadi pada insiden kurang lebih 40% deformitas. Merupakan kasus resisten, kurang
memberi respon terhadap terapi konservatif dan kambuh lagi dengan cepat. Jenis ini
ditandai dengan betis yang kurus, tumit kecil dan tinggi, kaki lebih kaku dan deformitas
yang hanya dapat dikoreksi sebagian atau sedikit dengan deformitas yang hanya dapat
dikoreksi sebagian atau sedikit dengan tekanan manual dan tulang abnormal tampak
waktu dilahirkan. Tampak lipatan kulit di sisi medial kaki.5
2.6 Etiologi1,2,4
Etiologi CTEV tidak diketahui pasti; beberapa teori tentang etiologi CTEV antara
lain :
a. Faktor mekanik intrauteri
Teori tertua oleh Hipokrates. Dikatakan bahwa kaki bayi ditahan pada posisi
equinovarus karena kompresi eksterna uterus. Parker (1824) dan Browne (1939) mengatakan
bahwa oligohidramnion mempermudah terjadinya penekanan dari luar karena keterbatasan
gerak fetus.
b. Defek neuromuscular
Beberapa peneliti percaya bahwa CTEV selalu karena adanya defek neuromuscular,
tetapi banyak penelitian tidak menemukan adanya kelainan histologis dan elektromiografik.
6
2.10 Penatalaksanaan1,2,6
2.10.1 Terapi Medis
Tujuan terapi medis adalah untuk mengoreksi deformitas dan mempertahankan
koreksi yang telah dilakukan sampai terhentinya pertumbuhan tulang.
Secara tradisional, CTEV dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :
CTEV yang dapat dikoreksi dengan manipulasi, casting, dan pemasangan gips.
CTEV resisten yang memberikan respons minimal terhadap penatalaksanaan dengan
pemasangan gips dan dapat relaps cepat walaupun awalnya berhasil dengan terapi
manipulatif. Pada kategori ini dibutuhkan intervensi operatif.
9
Pada kaki abnormal, akan didapatkan satu atau dua lipatan kulit yang dalam.
Apabila lipatan ini tidak terlalu mempengaruhi kontur dari tumit, nilai PC adalah 0,5
(Gambar 8).
Apabila pada pemeriksaan ditemukan lipatan kulit yang dalam di daerah tumit
dan hal tersebut merubah kontur tumit, nilai PC adalah 1 (Gambar 9).
tiap beberapa hari, atau menggunakan gips yang diganti beberapa minggu sekali. Cara ini
dilanjutkan hingga dapat diperoleh koreksi penuh atau sampai tidak dapat lagi dilakukan
koreksi selanjutnya.
Posisi kaki yang sudah terkoreksi ini kemudian dipertahankan selama beberapa bulan.
Tindakan operatif harus dilakukan sesegera mungkin saat tampak kegagalan terapi
konservatif, yang antara lain ditandai dengan deformitas menetap, deformitas berupa
rockerbottom foot, atau kembalinya deformitas segera setelah koreksi dihentikan.
Setelah pengawasan selama 6 minggu biasanya dapat diketahui apakah jenis
deformitas CTEV mudah dikoreksi atau resisten. Hal ini dikonf rmasi menggunakan X-ray
dan dilakukan perbandingan penghitungan orientasi tulang. Tingkat kesuksesan metode ini
11-58%.
4. Manipulasi dikerjakan di ruang khusus setelah bayi disusui. Setelah kaki dimanipulasi,
selanjutnya dipasang long leg cast untuk mempertahankan koreksi yang telah
dilakukan. Gips dipasang dengan bantalan seminimal mungkin, tetapi tetap adekuat.
Langkah selanjutnya adalah menyemprotkan tingtur benzoin ke kaki untuk
melekatkan kaki dengan bantalan gips. Dr. Ponsetti lebih memilih memasang bantalan
tambahan sepanjang batas medial dan lateral kaki, agar aman saat melepas gips
menggunakan gunting gips. Gips yang dipasang tidak boleh sampai menekan ibu jari
kaki atau mengobliterasi arcus transversalis. Posisi lutut berada pada sudut 90° selama
pemasangan gips panjang. Orang tua bayi dapat merendam gips ini selama 30-45
menit sebelum dilepas. Gips dibelah dua, dilepas menggunakan gergaji berosilasi
(berputar), kemudian disatukan kembali. Hal ini untuk mengetahui perkembangan
abduksi kaki depan, selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui dorsofleksi serta
koreksi yang telah dicapai oleh kaki ekuinus.
5. Usaha mengoreksi CTEV dengan paksaan melawan tendon Achilles yang kaku dapat
mengakibatkan patahnya kaki tengah (midfoot) dan berakhir dengan terbentuknya
deformitas berupa rockerbottom foot. Kelengkungan kaki abnormal (cavus) harus
diterapi terpisah seperti pada langkah kedua, sedangkan posisi ekuinusnyaharus dapat
dikoreksi tanpa menyebabkan patahnya kaki tengah.
Secara umum dibutuhkan 4-7 kali pemasangan gips untuk mendapatkan
abduksi kaki maksimum. Gips diganti tiap minggu. Koreksi (usaha membuat kaki
dalam posisi abduksi) dapat dianggap adekuat bila aksis paha dan kaki sebesar 60°
Setelah dapat dicapai abduksi kaki maksimal, kebanyakan kasus
membutuhkan tenotomi perkutaneus tendon Achilles secara aseptis. Daerah lokal
dianestesi dengan kombinasi lignokain topikal dan inf ltrasi lidokain lokal minimal.
Tenotomi dilakukan dengan cara membuat irisan menggunakan pisau Beaver (ujung
bulat). Luka pasca-operasi ditutup dengan jahitan tunggal menggunakan benang yang
dapat diabsorpsi. Pemasangan gips terakhir dilakukan dengan kaki berada pada posisi
dorsofl eksi maksimum, kemudian gips dipertahankan hingga 2-3 minggu.
6. Langkah selanjutnya setelah pemasangan gips adalah pemakaian sepatu yang
dipasangkan pada lempengan Dennis Brown. Kaki yang bermasalah diposisikan
abduksi (rotasi ekstrem) hingga 70°, kaki sehat diabduksi 45°. Sepatu ini juga
memiliki bantalan di tumit untuk mencegah kaki terselip dari sepatu. Sepatu
digunakan 23 jam sehari selama 3 bulan, kemudian dipakai saat tidur siang dan
malam selama 3 tahun.
14
7. Pada 10-30% kasus, tendon tibialis anterior dapat berpindah ke bagian lateral
kuneiformis saat anak berusia 3 tahun. Hal ini membuat koreksi kaki dapat bertahan
lebih lama, mencegah adduksi metatarsal dan inversi kaki. Prosedur ini diindikasikan
pada anak usia 2-2,5 tahun, dengan cara supinasi dinamik kaki. Sebelum operasi,
pasangkan long leg cast untuk beberapa minggu.
Banyak pendekatan bisa dilakukan untuk terapi operatif di semua kuadran, antara lain :
Plantar : fasia plantaris, abduktor halucis, fleksor digitorum brevis, ligamen plantaris
panjang dan pendek
Medial : struktur-struktur medial, selubung tendon, pelepasan talonavikular dan
subtalar, tibialis posterior, FHL (fleksor halucis longus), dan pemanjangan FDL
(fleksor digitorum longus)
Posterior : kapsulotomi persendian kaki dan subtalar, terutama pelepasan ligamen
talofbular posterior dan tibiofbular, serta ligamen kalkaneofbular
Lateral : struktur-struktur lateral, selubung peroneal, pesendian kalkaneokuboid, serta
pelepasan ligamen talonavikular dan subtalar.
15
Pendekatan mana pun harus bisa menghasilkan pajanan yang adekuat. Struktur-struktur yang
harus dilepaskan atau diregangkan adalah :
Tendon Achilles
Pelapis tendon dari otot-otot yang melewati sendi subtalar
Kapsul pergelangan kaki posterior dan ligamen Deltoid
Ligamen tibiof bular inferior
Ligamen fibulokalkaneal
Kapsul dari sendi talonavikular dan subtalar
Fasia plantar pedis dan otot-otot intrinsic
Aksis longitudinal talus dan kalkaneus harus dipisahkan sekitar 20° dari proyeksi
lateral. Koreksi yang dilakukan kemudian dipertahankan dengan pemasangan kawat di
persendian talokalkaneus, atau talonavikular atau keduanya. Hal ini juga dapat dilakukan
menggunakan gips. Luka paska operasi tidak boleh ditutup paksa. Luka dapat dibiarkan
terbuka agar membentuk jaringan granulasi atau nantinya dapat dilakukan cangkok (graft)
kulit.
Harus diperhatikan keadaan luka pascaoperasi. Jika penutupan kulit sulit dilakukan,
lebih baik dibiarkan terbuka agar dapat terjadi reaksi granulasi, untuk kemudian
memungkinkan terjadinya penyembuhan primer atau sekunder. Dapat juga dilakukan
pencangko kan kulit untuk menutupi defek luka operasi. Perban hanya boleh dipasang
longgar dan harus diperiksa secara reguler.
16
Follow-up Pasien
Pin untuk fiksator biasanya dilepas setelah 3-6 minggu. Satelah itu, tetap diperlukan
perban yang dipasangkan dengan sepatu Dennis Brown selama 6-12 bulan
2.11 Komplikasi1,2
Infeksi (jarang)
Kekakuan dan keterbatasan gerak: kekakuan yang muncul awal berhubungan dengan
hasil yang kurang baik.
Nekrosis avaskular talus: sekitar 40% kejadian nekrosis avaskular talus muncul pada
teknik kombinasi pelepasan medial dan lateral.
Overkoreksi yang mungkin karena :
Pelepasan ligamen interoseum dari persendian subtalus
Perpindahan tulang navikular yang berlebihan ke arah lateral
Adanya perpanjangan tendon.
2.12 Prognosis1,2
Kurang lebih 50% kasus CTEV bayi baru lahir dapat dikoreksi tanpa tindakan operatif.
Teknik Ponseti (termasuk tenotomi tendon Achilles) dilaporkan memiliki tingkat kesuksesan
sebesar 89%. Peneliti lain melaporkan rerata tingkat kesuksesan sebesar 10-35%. Sebagian
besar kasus melaporkan tingkat kepuasan 75-90%, baik dari segi penampilan maupun fungsi
kaki.
Hasil memuaskan didapatkan pada kurang lebih 81% kasus. Faktor utama yang
mempengaruhi hasil fungsional adalah rentang gerakan pergerakan kaki, yang dipengaruhi
oleh derajat pendataran kubah dari tulang talus. Tiga puluh delapan persen pasien CTEV
membutuhkan tindakan operatif lebih lanjut (hampir dua pertiganya adalah prosedur
pembentukan ulang tulang). Rerata tingkat kekambuhan deformitas mencapai 25%, dengan
rentang 10-50%. Hasil terbaik didapatkan pada anak-anak yang dioperasi pada usia lebih dari
3 bulan (biasanya dengan ukuran lebih dari 8 cm).
17
BAB III
KESIMPULAN
Congenital Talipes Equinovarus (Clubfoot) adalah salah satu kelainan bawaan pada
kaki yang terpenting. Kelainan ini mudah didiagnosa tapi sulit diterapi secara sempurna
walaupun oleh seorang yang sangat ahli. Kelainan yang terjadi pada Clubfoot adalah :
equinus pada tumit, seluruh hindfoot varus, serta midfoot dan forefoot aduksi dan supinasi.
Penyebab dari deformitas ini masih belum dapat dipastikan, meskipun demikian
dikemukakan berbagai macam teori tentang hal itu. Derajat kelainan mulai dari ringan,
sedang atau berat yang dilihat dari rigiditasnya atau resistensinya, dan dari penampilannya.
Penatalaksanaan pada CTEV ada 2 cara, dengan konservatif dan operatif. Penaganan
pertama dilakukan terapi konservatif terlebih dahulu bila terdapat komplikasi pada terapi
konservatif, terapi operatif adalah penangan yang dapat dilakukan. Atau pada kasus resisten,
terapioperatif paling baik dilakukan pada usia 3-6 minggu, ketika tidak tampak adanya
perbaikan yang signifikan setelah menjalani terapi konservatif yang teratur.
Pengenalan dan penanganan secara dini pada clubfoot sangat penting dimana “Golden
Period” untuk terapi adalah tiga minggu setelah lahir, karena pada umur kurang dari tiga
minggu ligamen-ligamen pada kaki masih lentur sehingga masih dapat dimanipulasi. Segera
setelah bayi lahir, harus dijelaskan kepada orang tuanya sasaran/goal, sifat dan hakekat
CTEV serta tahap-tahap penanganan. Mereka harus diberi pengertian bahwa pengelolaan
CTEV sangat lama, dapat berlanjut dalam periode bertahun-tahun sampai dewasa, saat
maturitas skeletal kaki terjadi, dan keharusan perawatan serta perhatian yang terus menerus
dibutuhkan sepanjang stadium pertumbuhan tulang. Bila terapi dimulai sejak lahir, deformitas
sebagian besar selalu dapat diperbaiki.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Cahyono, BC. Congenital Talipes Equinovarus. CDK-191/ vol. 39 no. 3. RSD dr.
Sebandi. Jember : FK Jember; 2012.
2. Minoo Patel. Clubfoot (Online). Diunduh pada tanggal 15 Januari 2017. Diunduh
dari : http://emedicine.medscape.com/article/1237077-overview#showall.
3. Snell S. Richard. Anatomi Klinik Bagian 2. Edisi 3. Jakarta: EGC. 2007.
4. De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005
5. Crenshaw AH. Campbell‘s Operative Orthopaedics, 12th ed. Missouri: Mosby
Co,2013.
6. Staheli, Lynn. Kaki Pengkor: Penanganan dengan Metode Ponseti. Edisi 3. Global
Help; 2010.