Anda di halaman 1dari 26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Pengertian
Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang memiliki
gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak
terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia
pertengahan, sedangakan pada wanita biasanya mendekati masa
menopause (Librianty, 2015).
Gout (pirai), yang juga dikenal sebagai gouty arthritis,
merupakan penyakit metabolic yang ditandai dengan endapan urat di
sendi yang menyebabkan sendi artritik yang terasa menyakitkan. Gout
bisa menyerang sendi manapun tetapi lebih sering muncul di kaki
bawah maupun kaki atas. Gout primer biasanya muncul pada pria
yang berusia lebih dari 30 dan pada wanita postmenopausal. Gout
sekunder muncul pada orang yang lebih tua. Gout mengikuti
rangkaian intermiten dan umumnya pasien terbebas dari gejala selama
beberapa tahun antara serangan. Gout bisa menyebabkan kelemahan
atau ketidakmampuan kronis dan hipertensi parah (jarang terjadi) dan
penyakit ginjal progresif. Jika ditangani, prognosisnya baik
(Lippincott & Wilkins, 2011).
Gout termasuk penyakit yang dapat dikendalikan walaupun
tidak dapat disembuhkan. Namun, jika dibiarkan saja, kondisi ini
dapat berkembang menjadi arthritis yang melumpuhkan, tekanan
darah naik dan kerusakan ginjal yang pada akhirnya dapat berakibat
fatal (Charlish, 2010).
2.1.2 Etiologi
Gejala artritis akut yang ditimbulkan oleh reaksi radang jaringan
terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena
itu, dilihat dari penyebabnya, penyakit ini termasuk dalam golongan
kelainan metabolik. Kelainan ini berhubungan dengan gangguan
kinetik asam urat yaitu hiperurisemia. Hiperurisemia pada penyakit ini
terjadi karena pembentukan asam urat yang berelebihan, kurangnya
pengeluaran asam urat melalui ginjal, dan perombakan dalam usus
yang berkurang. (Librianty, 2015)
Penyakit gout tidak terlepas dari hiperurisemia. Peningkatan
kadar asam urat hingga menimbulkan hiperurisemia terjadi karena tiga
hal, yaitu peningkatan metabolisme asam urat sehingga produksinya
meningkat, penurunan ekskresi asam urat, dan gabungan keduanya.
Sebagian besar gout terjadi karena terhambatnya ekskresi asam urat.
Sekitar 80-90% gout terjadi karena rendahnya jumlah asam urat yang
sanggup diekskresi (underexcretion) oleh tubuh, sedangkan 10-20%
lainnya karena produksi asam urat yang berlebihan. Asam urat
disekresi melalui ginjal dan usus. Asam urat yang terbuang melalui
ginjal terlarut bersama urine, sedangkan yang melewati usus terbawa
oleh feses. Pembuangan atau ekskresi asam urat keluar dari tubuh
paling banyak melalui ginjaldan hanya sedikit yang melewati usus
(Lingga, 2012).

Namun, tidak semua kondisi hiperurikemi kemudian


berkembang menjadi gout. Kemunculan gout dapat dipengaruhi oleh
konsumsi alkohol berlebih dalam jangka waktu lama, obesitas,
kurangnya aktivitas fisik dan penggunaan diuretik. penyakit tertentu
seperti leukimia, diabetes, hipertensi, gangguan ginjal dan anemia
hemolitik juga dapat memunculkan gout. Selain itu, kandungan
hormon estrogen yang tinggi pada wanita ikut membantu ekskresi
asam urat lewat urin. Oleh karena itu, sebagian besar penderita gout
adalah pria berusia 30-an dan wanita yang sudah mengalami
menopouse. (Nabyluro'y, 2011)

Meskipun penyebab gout (asam urat) dapat disimpulkan adalah


karena terjadinya pemecahan sel secara terus menerus, penyakit gout
(asam urat) termasuk penyakit yang penyebabnya tidak diketahui
secara pasti secara klinis. Penyebab gout (asam urat) diduga berkaitan
dengan factor genetic dan hormonal. Hal inilah yang menyebabkan
ketidaknormalan metabolisme tubuh yang merupakan penyebab gout
(asam urat) meningkat secara drastis. Namun demikian, efek
kebalikan asam urat yang berlebihan juga bisa menjadi penyebab gout.
Pengeluaran gout (asam urat) secara berlebihan menyebabkan kadar
sangat rendah dan memicu tubuh mengeluarkan kembali yang
kadarnya bisa berlebihan dan menyebabkan asam urat yang tinggi (R.
ahmad, 2011).
Adapun factor dari dalam dan luar menurut Nabyluro’y R.
Ahmad (2011), yaitu:
a. Faktor dari dalam
Adapun faktor dari dalam adalah terjadinya proses
penyimpangan metabolisme yang umumnya berkaitan dengan
faktor usia, dimana usia diatas 40 tahun atau manula beresiko besar
terkena gout.
Penyakit darah dapat juga menjadi penyebab asam urat.
penyakit sumsum tulang dan polisitemia, misalnya bisa menjadi
penyakit gout. Selain itu, obat-obatan seperti alcohol dalam obat,
obat kanker, dan vitamin B12 pun juga bisa menjadi penyebab
gout. Penyakit gout singkatnya adalah penyakit yang disebabkan
tingginya kadar asam dalam darah. Oleh Karen itu, orang dengan
penyakit obesitas dan penyakit gula paling rentan terhadap penyakit
ini.
b. Faktor dari luar
Faktor makanan berupa makan dan minumam yang dapat
merangsang pembentukan asam urat seperti makanan yang
mempunyai kadar karbohidrat dan protein tinggi seperti:
1. Kacang-kacangan
2. Emping
3. Melinjo
4. Daging (terutama jeroan)
5. Ikan
6. Coklat
7. Minuman yang mengandung kafein seperti kopi, the
8. Minuman ringan cola
Menurut Lippicont Williams & wilkins (2011), penyebab gout
yaitu:
1. Tidak diketahui.
2. Kelainan genetik dalam metabolisme purin.
3. Pseudogout: Kristal pirofosfat kalsium dalam struktur sendi
periartikular.
4. Gout sekunder: berkaitan dengan obesitas, diabetes mellitus,
hipertensi, anemia sel sabit, penyakit ginjal, dan terapi obat
(terutama hydrochlorothiazide atau pyrazinamide).
2.1.3 Patofisiologi
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh
pembentukan berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat, ataupun
keduanya. Asam urat adalah produk akhir metabolism purin.
Penyakit asam urat atau hiperurisemia dapat menyerang siapa
saja. Timbulnya penyakit asam urat ini berkaitan erat dengan interaksi
antara berbagai faktor risiko atau faktor pemicu. Secara umum,
penyakit asam urat terjadi melalui beberapa mekanisme berikut.
Pada umumnya, purin adalah zat yang ada di setiap tubuh
makhluk hidup. Semua purin yang ada di dalam tubuh ini akan diolah
menjadi asam urat. Bagaimana asam urat dalam tubuh dapat
meningkat? Peningkatan asam urat dalam tubuh dapat disebabkan oleh
empat hal berikut.
1. Peningkatan kadar asam urat, terlalu banyak, mengonsumsi
makanan tinggi purin. Sebenarnya, tubuh kita dapat menghasilkan
asam urat hinggagu 85%, jadi asam urat dari luar tubuh yang
berasal dari tanaman hanya sekitar 15%. Jika kita mengonsumsi
makanan tinggi purin secara berlebihan, kadar asam urat dalam
darah juga akan meningkat sehingga meningkatkan risiko penyakit
asam urat.
2. Peningkatan kadar asam urat akibat adanya suatu penyakit, seperti
kanker sel darah putih (leukemia), kanker pada sistem limfatik
(limfoma), kemoterapi pada pengobatan kanker, dan adanya
kerusakan otot. Penyakit tersebut menyebabkan peningkatan
produksi asam urat dalam tubuh.
3. Peningkatan kadar asam urat akibat kelainan bawaan, yaitu :
a. kekurangan enzim HGPRT yang menyebabkan gangguan
metabolisme purin bawaan (kesalahan bawaan metabolisme
purin)
b. aktivitas enzim fosforibosil pirofosfat sintetase (PRPP-sintetase)
yang berlebih.
4. Peningkatan kadar asam urat juga dipengaruhi oleh penggunaan
obat tertentu. Beberapa obat yang dapat meningkatkan kadar asam
urat dalam darah, antara lain obat untuk penderita tekanan darah
tinggi, aspirin, dan obat yang mengandung niasin. Untuk itu,
penggunaan obat tersebut harus sesuai dengan anjuran dokter. (Sari
& Syamsiyah, 2017)
Secara normal, metabolisme purin menjadi asam urat dapat
diterangkan sebagai berikut:
1. Jalur de novo melibatkan sintetis purin dan kemudian asam urat
melalui
2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin
melalui basa purin bebannya, pemecahan asam nukleat, atau asupan
makanan. Jalur ini tidak melalui zat-zat perantara seperti pada jalur
de novo. Basa purin bebas (adenine, guanine, hipoxantin)
berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk precursor
nukleutida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua
enzim: hipoxantin guanine fosfobosiltransferse (HGPRT) dua
adenine fosforibosiltransferse (APRT).
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan
difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus
proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang di resorpsi
kemudian diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui
urine.
Pada penyakit arthritis gout, terdapat gangguan
keseimbangan metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari asam
urat tersebut, meliputi hal-hal berikut.
a. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik.
b. Penurunan ekskresi asam urat sekunder, misalnya karena gagal
ginjal.
3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor
(yang meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintetis
purin (karena defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik
inhibisi yang berperan).
4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin.
Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan
kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat
yang kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk
Kristal. Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi
dalam bentuk Kristal monoatrium urat. mekanismenya hingga saat
ini belum diketahui.
2.1.4 Gambaran Klinis
Artritis asam urat sebagai serangan keradangan sendi yang
timbul berulang-ulang.
Gejala khusus dari serangan artritis gout adalah serangan akut
yang biasanya monoartikular (serangan satu sendi saja) dengan
pembengkakan, kemerahan, nyeri hebat, panas dan gangguan gerak
dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak (akut) yang mencapai
puncaknya kurang dari 24 jam. Lokasi yang paling sering terjadi pada
serangan pertama adalah sendi jari ibu jari kaki. Hampir pada semua
kasus, lokasi artritis terutama pada sendi perifer dan jarang pada sendi
sentral.
Sendi yang sering mengalami perubahan asam urat adalah sendi
di bagian pangkal ibu jari kaki, pergelangan kaki, lutut, dan
pergelangan tangan. Gejala asam urat berupa nyeri di persendian ini
terjadı karena kristalisasi asam urat yang terbentuk dalam sendi-sendi
perifer. Hal ini dikarenakan daerah ini lebih dingin dari di pusat tubuh.
Dalam suhu yang dingin, urat cenderung membeku. Gejala asam urat
yang lain dapat terjadi akibat kristalisasi dalam persendian ini adalah
rasa kesemutan yang sangat parah.
Selain itu, gejala asam urat juga bisa terlihat dari keadaen tubuh
tidak sehat seperti demam, menggigil, dan rasa tidak enak badan.
Fakta tentang asam urat yang ditemukan seperti denyut jantung yang
sangat cepat juga bisa terjadi. Gejala asam urat akan muncul pada usia
pertengahan untuk pria, sedangkan asam urat akan mulai muncul
setelah menopause. Serangan asam urat terdiri dari awal yang terasa
pada persendian biasanya akan berlangsung selama beberapa hari dan
kemudian menghilang hingga dengan serangan berikutnya. Masalah
asar urat harus benar-benar diwaspadai untuk menghindari serangan
asam urat yang lebih parah.
Serangan yang terjadi mendadak maksudnya tiba-tiba. Karena
itu bisa saja terjadi, siang hari sampai selesai tidur tidak ada keluhan,
tetapi pada tengah malam penderita mendadak terbangun karena rasa
sakit yang amat sangai. Jika serangan ini datang, penderita akan
merasa sangat kesakitan walau hanya menggunakan selimut atau
bankan hembusan angir. (Nabyluro'y, 2011)
Gejala-gejala yang yang dirasakan oleh penderita asam urat
tinggi (Suriana, 2014):
a. Timbul rasa sakit, ngilu nyeri dan kesemutan di area persendian.
Rasa sakit dan ngilu ini terjadi ketika kristal-kristal asam urat
berada dalam cairan sendi. Penumpukan asam urat yang terus-
menerus menyebabkan gejala selanjutnya, yaitu peradangan, rasa
nyeri dan kulit memerah.
b. Gejala serangan pertama kali terjadi dan dirasakan pada area sendi
pangkal ibu jari kaki.
c. Pada awalnya serangan hanya terjadi pada satu sendi dan hanya
berlangsung beberapa hari. Biasanya tanpa diobati gejala ini akan
hilang sendiri. Namun, potensi timbulnya gejala peningkatan asam
urat (gejala serangan penyakit asam urat) tetap ada.
d. Pada gejala tingkat lanjut, sendi yang terserang penyakit asam urat
akan membengkak dan bagian kulit diatasnya tampak berwarna
merah, kencang, dan licin.
e. Jika kulit bagian atas sendi yang terserang disentuh, akan terasa
sakit.
f. Saat cuaca dingin sendi-sendi yang terserang terasa sakit.

Gejala dan tanda-tanda penyakit gout bisa dilihat sebagaimana


berikut (Naga, 2012) :
a. Hiperurisemia
b. Artritis pirai/gout akut, bersifat eksposif, nyeri hebat, bengkak,
merah, teraba panas pada persendian, dan akan sangat terasa pada
waktu bangun tidur di pagi hari.
c. Terdapat kristal urat yang khas dalam cairan sendi
d. Terdapat tofi dengan pemeriksaan kimiawi
e. Telah terjadi lebih dari satu serangan akut
f. Adanya serangan pada satu sendi, terutama sendi ibu jari kaki
g. Terjadi pembengkakan asimetris pada satu sendi,
h. Tidak ditemukan bakteri pada saat serangan dan inflamasi
2.1.5 Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksaan gout arthritis menurut Lippincott &
Wilkins (2011) :
a. Gout Akut
1. Penanganan primer antara lain dengan beristirahat diranjang,
mengompreskan panas atau dingin secara lokal, dan imobilisasi
dan perlindungan sendi yang terinflamasi dan terasa sakit.
2. Analgesik, misalnya asetaminofen (Tylenol), meringankan nyeri
yang berkaitan dengan serangan ringan, tetapi inflamasi akut
membutuhkan obat anti-inflamatorik nonsteroidal atau
kortikotropin intramuskular.
3. Kortikosteroid oral atau injeksi kortikosteroid intra-artikular
kadang-kadang diperlukan untuk menangani serangan akut.
b. Gout kronis
1. Pemberian dosis allopurinol (Zyloprim) secara terus-menerus
diberikan pada banyak kasus untuk menekan pembentukan asam
atau nengontrol kadar asam urat, sehingga mencegah serangan
lebih lanjut. Obat kuat ini sebaikya digunakan secara hati-hati
pada pasien yang menderita gagal ginjal.
2. Agens uricosuric membantu ekskresi asam urat dan
menghambat akumulasi asam urat.
3. Pembatasan makanan antara lain dengan menghindari alkohol
dan makanan kaya purin. Pasien obesitas sebaiknya mencoba
memulai program menurunkan berat badan karena obesitas
menambah tekanan pada sendi yang diserang.
4. Pembedahan bisa diperlukan untuk meningkatkan fungsi sendi
atau mengoreksi deformitas.
5. Eksisi dengan pembedahan dan drainase diperlukan untuk tofi
yang terinfeksi dan terulaserasi.
Tindakan keperawatan :
1. Beri medikasi nyeri seperlunya, terutama saat serangan akut.
Kompres sendi yang terinflamasi dengan panas atau dingin.
2. Dorong pasien minum banyak cairan (sampai 2 qt[2 L/hari]) untuk
mencegah pembentukan kalkulus renal.
3. Saat mendorong cairan, catat asupan dan output secara akurat.
Pastikan untuk memantau kadar asam urat secara teratur.
4. Lihat adakah serangan gout akut 24 sampai 96 jam setelah
pembedahan. Pembedahan sekecil apapun bisa mempercepat
serangan, sebelum dan sesudah pembedahan, beri kolkosin
seperlunya untuk membantu mencegah serangan gout.
5. Pastikan psien paham pentingnya memeriksakan kadar asam urat
secara periodik. Minta ia menghindari makanan kaya purin.
6. Jelaskan mengenai prinsip diet yang bisa menurunkan berat badan
secara perlahan pada pasien obesitas. Diet semacam ini terdiri dari
makanan yang mengandung protein dalam jumlah sedang dan
sedikit lemak.
2.1.6 Komplikasi
Penyakit ginjal dapat terjadi pada pasien gout yang tidak
ditangani, terutama ketika hipertensi juga ada. Kristal urat menumpuk
di jaringan intertisial ginjal. Kristal asam urat juga terbentuk dalam
tubula pengumpul, pelvis, ginjal, dan ureter, membentuk batu. Batu
dapat memiliki ukuran yang beragam dari butiran pasir hingga
struktur massif yang mengisi ruang ginjal. Batu asam urat dapat
berpotensi mengobstruksi aliran urine dan menyebabkan gagal ginjal
akut. (Nabyluro'y, 2011)
2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Identitas klien yang biasa di kaji pada penyakit system
musculoskeletal adalah usia karena ada beberapa penyakit
musculoskeletal banyak terjadi pada klien di atas usia 60 tahun
(Aspiani, 2014)
2. Pengkajian 13 Domain
1. Domain 1 : Promosi kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien
dengan penyakit muskulokeletal : gout arthritis adalah klien
mengeluh nyeri pada persendian yang terkena, adanya
keterbatsan gerak yang menyebabkan keterbatasan mobilitas
(Aspiani, 2014).
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dengan masalah ketidakpatuhan diet gout arthritis
biasanya mengeluh jika penyakit asam uratnya sering
kambuh dengan keluhan merasakan sakit pada sendi. Salah
satu faktor yang menyebabkan terjadinya kekambuhan adalah
pola makan yang tidak sesuai (Ahmad, 2011).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit lalu seperti riwayat penyakit
muskulokeletal sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja
yang berhubungan dengan adanya riwayat penyakit
muskulokeletal, penggunaan obat-obatan, riwayat
mengkonsumsi alcohol dan merokok (Aspiani, 2014).
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah keluarga ada yang menderita penyakit yang
sama karena faktor genetik atau keturunan (Aspiani, 2014).
e. Pola Hidup/Aktivitas
1) Penggemar seafood
Asam urat merupakan penyakit radang yang dipicu
oleh pengkristalan asam urat (urin,acid). Asam ini
merupakan sisa metabolisme purin yakni senyawa alami
yang terdapat dalam beberapa jenis makanan misalnya
jeroan dan seafood (Ahmad, 2011).
2) Peminum alkohol
Selain makanan jenis minuman tertentu juga kaya
akan kandungan purin. Salah satunya adalah minuman
keras beralkohol (Ahmad, 2011).
3) Kegemukan
Jaringan tubuh yang lebih banyak pada orang gemuk
membuat proses penguraian purin menjadi asam urat lebih
cepat sehingga mudah mengalami penumpukan. Jika tidak
diimbangi dengan banyak minum air putih, maka risiko
untuk terkena penyakit asam urat akan semakin tinggi
(Ahmad, 2011).
2. Domain 2 :Nutrisi
a. Antropometri
Pemilik tubuh gemuk memiliki jaringan tubuh yang
lebih banyak hal ini membuat proses penguraian purin
menjadi asam urat lebih cepat sehingga mengalami
penumpukan. Jika tidak diimbangi dengan banyak minum air
putih, maka risiko untuk terkena penyakit asam urat semakin
tinggi (Ahmad, 2011).
b. Biochemical
Data laboratorium yang abnormal, terjadi peningkatan
serum urat, leukosit dan Eusinofil Sedimen Rate (ESR)
(Aspiani, 2014).
c. Clinical
Nyeri berdenyut, berat, dan tidak dapat ditoleransi.
Nyeri disertai dengan pembengkakan dan kemerahan pada
sendi yang sakit (Rosyidi, 2013).
d. Diet
Klien biasanya kurang patuh terhadap dietyang sering
mengakibatkan kekambuhan gout arthritis (Ahmad, 2011).
3. Domain 3 : eliminasi dan pertukaran
Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih,
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi, dan
penggunaan kateter. Pada gout yang mengalami komplikasi
biasanya terjadi urolitiasis akibat deposit Kristal urat pada
saluran kemih, nephrophaty akibat deposit Kristal urat dalam
intertisial ginjal, gangguan parenkim ginjal dan batu ginjal
(Aspiani, 2014).
4. Domain 4 : Aktivitas/Istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan,
dan sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan
kedalaman pernafasan. Pada klien gout biasanya sulit tidur saat
mengalami nyeri (Aspiani, 2014).
5. Domain 5 : Persepsi/Kognisi
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi
dan sensori meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran,
perasaan, dan pembau. Klien biasanya kurang tahu tentang
penyakitnya (Aspiani, 2014).
6. Domain 6 : Persepsi diri
Menggambarkan persepsi terhadap kemampuan diri.
Persepsi menggambarkan ketakutan, dan dampak terhadap sakit
(Aspiani, 2014).
7. Domain 7 : Hubungan dan peran
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri kemampuan
konsnep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri, harga
diri. Manusia sebagai system terbuka dan makhluk bio-psiko-
sosio-kultural-spiritual. Pengkajian depresi menggunakan tabel
inventaris depresi back (Aspiani, 2014).
8. Domain 8 : Seksualitas
Menggambarkan kepuasan atau masalah seksualitas
(Aspiani, 2014).
9. Domain 9 : Koping/Toleransi stress
Pasien merasa cemas dan takut (Suratun, Heryati,
Manurung, & Raenah, 2008)
10. Domain 10 : Prinsip hidup
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress
(Aspiani, 2014).
11. Domain 11 : Keamanan/Perlindungan
Apakah klien mempunyai alergi, penyakit autoimmune,
tanda infeksi seperti kemerahan atau munculnya tofus, dan
gangguan termoregulasi (Aspiani, 2014).
12. Domain 12 : Kenyamanan
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/ mungkin terlokalisasi
pada area jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan
otot, kontraktur, atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan warna
(Aspiani, 2014).
13. Domain 13 : Pertumbuhan/Perkembangan
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi (look)
Saat melakukan inspeksi yang pertama kali di lihat adalah raut
muka klien (terlihat kesakitan), cara berjalan sekurang-
kurangnya 20 langkah, cara duduk, dan cara tidur, periksa
adanya kelainan dalam berjalan,adanya deformitas pada tulang.
Kemerahan karena radang sendi.
b. Palpasi (feel)
1) Kenaikan suhu kulit akibat inflamasi
2) Pada tulang perhatikan bentuk, permukaan, ketebalan,
penonjolan dari tulang atau adanya gangguan di antara tulang
yang satu dengan yang lain
3) Adanya nyeri tekan
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan cairan sinovia didapatkan adanya Kristal
monosodium urat intraseluler.
b. Pemeriksaan serum asam urat meningkat >7mg/dL.
c. Urinalisis untuk mendeteksi batu asam urat.
d. Urinalisis 24 jam didapatkan ekskresi >800 mg asam urat.
e. Pemeriksaan kimia darah untuk mendeteksi fungsi ginjal,
hati, hipertrigliseridemia, tingginya LDL, dan adanya
diabetes mellitus.
f. Leukositosis didadapatkan pada fase akut.
2. Radiodiagnostik
a. Radiografi untuk mendeteksi adanya klasifikasi sendi.
b. Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan sendi
dan kapsul sendi.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Nanda Internasional (Herdman & Kamitsuru, 2015) :

1. Ketidakpatuhan: Diet berhubungan dengan kurang motivasi


2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri
3. Nyeri Akutberhubungan dengan agens cedera biologis (mis :
infeksi, iskemia, neoplasma)

2.2.3 Rencana asuhan keperawatan

Diagnosa
No Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakpatuhan NOC NIC :
Definisi Perilaku Patuh Diet Pengajaran :
Perilaku individu yang Disarankan : Peresepan Diet
dan/atau pemberi 1. Berpartisipasi 1. Kaji tingkat
asuhan yang tidak dalam menetapkan pengetahuan
sesuai dengan tujuan diet yang pasien mengenai
rencana promosi bisa dicapai dengan diet yang
kesehatan atau professional disarankan
2. Kaji pola makan
terapeutik, yang kesehatan
2. Memilih makanan pasien saat ini dan
ditetapkan oleh
dan cairan yang sebelumnya,
individu (dan/atau
sesuai dengan diet termasuk
keluarga dari/atau
yang ditentukan makanan yang
komunitas) serta
3. Menggunakan
disukai dan pola
professional
informasi gizi pada
makan saat ini
pelayanan
kesehatan , label untuk 3. Kaji pasien dan
perilaku pemberi menentukan pilihan keluarga
4. Memilih porsi yang
asuhan atau mengenai
sesuai dengan diet
individu yang tidak pandangan,
yang ditentukan
mematuhi kebudayaan, dan
5. Memakan makanan
ketetapan, rencana faktor lain yang
yang sesuai dengan
promosi kesehatan mempengaruhi
diet yang
atau terapeutik kemauan pasien
ditentukan
secara keseluruhan 6. Meminum dalam mengikuti
atau sebagian minuman yang diet yang
dapat sesuai dengan diet disarankan
4. Kaji adanya
menyebabkan hasil yang ditentukan
7. Menghindari keterbatasan
akhir yang tidak
makanan dan finansial yang
efektif atau
minuman yang dapat
sebagian tidak
tidak diperbolehkan mempengaruhi
efektif secara
dalam diet pembelian
klinis.
8. Mengikuti
makanan yang
Batasan
rekomendasi antara
disarankan
Karateristik
selingan makanan 5. Jelaskan pada
1. Ekserbasi
dan cairan pasien mengenai
gejala 9. Mengikuti
tujuan kepatuhan
2. Gagal mncapai
rekomendasi untuk
terhadap diet yang
hasil
jumlah makanan
3. Komplikasi disarankan terkait
perhari
terkait dengan kesehatan
10. Rencana makan
perkembangan secara umum.
sesuai diet yang
4. Mengingkari 6. Informasikan
ditentukan
perjanjian pada pasien
11. Merubah diet dalam
5. erilaku tidak
jangka waktu
batasan tertentu
taat
pasien harus
ketika perubahan
Faktor yang
mengikuti diet
aktivitas terjadi
Berhubungan
12. Mengikuti yang disarankan
Individual 7. Ajarkan pasien
rekomendasi dalam
1. Harapan tidak untuk membuat
sesuai dengan tahap diet diary makanan
13. Menggunakan buku
fase yang dikonsumsi,
harian untuk
perkembangan jika diperlukan
2. Keyakinan memantau intake 8. Instruksikan
kesehatan tidak makanan dan cairan pasien untuk
sesuai dengan dari waktu ke waktu menghindari
14. Menyelaraskan diet
rencana makanan yang
3. Kurang dengan keyakinan
dipantang dan
dukungan budaya
mengkonsumsi
15. Menghindari
social
makanan yang di
4. Kurang makanan dan cairan
perbolehkan
ketrampilan yang berinteraksi
9. Informasikan
untuk dengan obat
pada pasien
16. Menghindari
melakukan
kemungkinan
makanan dan cairan
pengobatan
interaksi obat dan
5. Kurang yang berinteraksi
makanan yang
motivasi dengan obat herbal
6. Kurang 17. Menghindari akan tersaji
10. Bantu pasien
pengetahuan makanan dan cairan
untuk mengganti
tentang yang memicu reaksi
bumbu masakan
pengobatan alergi
7. Nilai spiritual yang pasien suka
tidak sesuai ke dalam diet
dengan rencana yang disarankan
8. Nilai-nilai tidak 11. Instruksikan
sesuai dengan pasien untuk
rencana membaca label
9. Pengaruh
dan memilih
kebudayaan
makanan yang
sesuai
12. Observasi
bagaimana pasien
memilih makanan
13. Instruksikan
kepada pasien
untuk
merencanakan
diet yang sesuai
14. Sediakan contoh
menu makanan
yang sesuai
15. Rekomendasikan
beberapa buku
resep masakan
yang sesuai
dengan diet yang
disarankan
16. Dukung
informasikan
yang disampaikan
tenaga kesehatan
lain
17. Tekankan
pentingnya
pemantauan yang
berkelanjutan dan
beritahu pasien
jika harus
merubah program
diet yang
disarankan
sesegera mungkin
18. Rujuk pasien ke
ahli gizi jika
diperlukan
19. Libatkan pasien
dan keluarga
2 Nyeri akut NOC NIC:
Kontrol Nyeri
Definisi Manajemen nyeri
1. Mengenali kapan
Pengalaman 1. Lakukan
sensori dan nyeri terjadi pengkajian nyeri
2. Menggambarkan
emosional tidak secara
faktor penyebab
menyenangkan komprehensif
nyeri
yang muncul meliputi lokasi,
3. Menggunakan
akibat kerusakan karateristik, durasi,
jurnal harian untuk
jaringan actual kualitas nyeri,
memonitor gejala
atau potensial atau intensitas atau
dari waktu ke
yang digambarkan beratnya nyeri dan
waktu
sebagai kerusakan 4. Menggunakan faktor pencetus
2. Observasi adanya
(International tindakan
petunjuk non
Association for the pencegahan
5. Menggunakan verbal mengenai
Study of Pain) ,
tindakan ketidaknyamanan
awitan yang tiba-
pengurangan nyeri terutama pada
tiba atau lambat
tanpa analgesik mereka yang tidak
dari intensitas
6. Melaporkan
dapat
ringan hingga berat
perubahan
berkomunikasi
dengan akhir yang
terhadap gejala
secara efektif
dapat di antisipasi
nyeri pada 3. Pastikan perawatan
atau diprediksi.
professional analgesik bagi
Batassan
kesehatan pasien dilakukan
Karateristik 7. Menggunakan
dengan
1. Bukti nyeri sumber daya yang
pemantauan yang
dengan tersedia
ketat
8. Mengenali apa
menggunakan 4. Gunakan strategi
yang terkait
standar daftar komunikasi
dengan gejala
periksa nyeri terapeutik untuk
nyeri
untuk pasien mengetahui
9. Melaporkan nyeri
yang tidak pengalaman nyeri
yang terkontrol
5. Gali pengetahuan
dapat
dan kepercayaan
mengungkapka
Tingkat Nyeri
pasien mengenai
nnya.
1. Nyeri yang
2. Diaforesis nyeri
3. Dilatasi pupil dilaporkan 6. Pertimbangkan
4. Ekspresi wajah berkurang pengaruh budaya
2. Panjangnya
nyeri terhadap respon
5. Fokus episode nyeri
nyeri
menyempit berkurang 7. Tentukan akibat
6. Fokus pada diri 3. Ekspresi wajah
dari pengalaman
sendiri nyeri tidak ada
nyeri terhadap
7. Keluhan 4. Klien bisa
kualitas hidup
tentang beristirahat dengan
pasien
intensitas nyaman
8. Gali bersama
5. Tanda – tanda vital
menggunakan
pasien faktor-
dalam batas
standar skala
faktor yang dapat
normal
nyeri
menurunkan atau
8. Keluhan
memperberat nyeri
tentang
9. Evaluasi
karateristik
pengalaman nyeri
nyeri dengan
di masa lalu
menggunakan 10. Evaluasi bersama
standar pasien dan tim
instrument kesehatan lain
nyeri mengani
9. Laporan
efektivitas
tentang
tindakan
perilaku
pengontrolan nyeri
nyeri/perubaha
yang pernah
n aktivitas
digunakan
10. Mengekspresik
sebelumnya
an perilaku
11. Bantu keluarga
11. Perilaku
dalam mencari dan
distraksi
12. Perubahan pada menyediakan
parameter dukungan
12. Tentukan
fisiologis
13. Perubahan kebutuhan
posisi untuk frekuensi untuk
menghindari melakukan
nyeri pengkajian
14. Perubahan
ketidaknyamanan
selera makan
pasien dan
15. Putus asa
16. Sikap mengimplementasi
melindungi kan rencana
area nyeri monitor
17. Sikap tubuh 13. Berikan informasi
melindungi mengenai nyeri
14. Kendalikan faktor
Faktor yang
lingkungan yang
berhubungan
dapat
1. Agens cedera
mempengaruhi
biologis (mis :
respon pasien
infeksi, iskemia,
terhadap
neoplasma)
2. Agens cedera ketidaknyamanan
15. Kurangi atau
fisik (mis :
eliminasi faktor-
abses, amputasi,
faktor yang dapat
luka bakar,
mencetuskan atau
terpotong,
meningkatkan
mengangkat
nyeri misalnya
berat, prosedur
ketakutan,
bedah, trauma,
kelelahan, keadaan
olahraga
monoton dan
berlebihan)
3. Agens cedera kurang
kimiawi (mis : pengetahuan
16. Pilih dan
luka bakar,
implementasikan
kapsaisin,
tindakan yang
metilen klorida,
beragam untuk
agens mustard)
memfasilitasi
penurunan nyeri
sesuai kebutuhan
17. Ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri
18. Pertimbangkan
tipe dan sumber
nyeri ketika
memilih strategi
penurunan nyeri
19. Dorong pasien
untuk memonitor
nyeri dan
menangani nyeri
dengan tepat
20. Ajarkan
penggunaan teknik
non farmakologi
21. Gali penggunaan
metode
farmakologi yang
di pakai pasien
saat untuk
menurunkan nyeri
22. Ajarkan metode
farmakologi untuk
menurunkan nyeri
23. Dorong pasien
untuk
menggunakan
obat-obatan
penurun nyeri
yang adekuat
24. Berikan individu
penurun nyeri
yang optimal
dengan peresepan
analgesic
25. Gunakan tindakan
pengontrol nyeri
sebelum nyeri
bertambah berat
26. Berikan obat
sebelum
melakukan
aktivitas untuk
meningkatkan
partisipasi, namun
lakukan evaluasi
mengenai bahaya
dari sedasi
27. Pastikan
pemberian
analgesic atau
strategi non
farmakologi
sebelum dilakukan
prosedur yang
menimbulkan
nyeri
28. Periksa tingkat
ketidaknyamanan
bersama pasien,
catat perubahan
dalam catatan
medis pasien
29. Evaluasi
keefektifan dari
tindakan
pengontrol nyeri
yang dipakai
selama pengkajian
nyeri dilakukan
30. Mulai dan
modifikasi
tindakan
pengontrol nyeri
berdasarkan respon
pasien
31. Dukung istirahat
atau tidur yang
adekuat untuk
membantu
penurunan nyeri
32. Dorong pasien
untuk
mendiskusikan
pengalaman
nyerinya, sesuai
kebutuhan
33. Informasikan tim
kesehatan
lain/anggota
keluarga mengenai
strategi
nonfarmakologi
yang sedang
digunakan untuk
mendorong
pendekatan
preventif terkait
dengan manajemen
nyeri
34. Pertimbangkan
untuk merujuk
pasien, keluarga
dan orang terdekat
pada kelompok
pendukung dan
sumber-sumber
lainnya, sesuai
kebutuhan
35. Berikan informasi
yang akurat untuk
meningkatkan
pengetahuan dan
respon keluarga
terhadap
pengalaman nyeri
36. Libatkan keluarga
dalam modalitas
penurun nyeri jika
memungkinkan
37. Monitor kepuasan
pasien terhadap
manajemen nyeri
dalam interval
yang spesifik
3 Hambatan NOC NIC
Ambulasi
Mobilitas Fisik Terapi Latihan :
1. Mampu menopang
Definisi Mobilitas Sendi
berat badan
Keterbatasan 2. Berjalan dengan 1. Tentukan batasan
dalam gerakan langkah yang pergerakan sendi
fisik atau satu atau efektif dan efeknya
3. Berjalan dengan
lebih ekstremitas terhadap fungsi
pelan
secara mandiri dan sendi
4. Berjalan dengan
2. Kolaborasi dengan
terarah
kecepatan sedang
ahli terapi fisik
Faktor yang 5. Berjalan dengan
dalam
berhubungan cepat
6. Berjalan menaiki mengembangkan
1. Kepercayaan
budaya tentang tangga dan menerapkan
7. Berjalan menuruni
aktivitas yang sebuah program
tangga
tepat latihan
8. Berjalan dengan
2. Kerusakan 3. Tentukan level
jarak yang dekat (<
integritas motivasi pasien
1 blok/ 20 meter)
struktur tulang untuk
9. Berjalan dengan
3. Keterlambatan
meningkatkan atau
jarak yang sedang
perkembangan
memelihara
4. Kontraktur (>1 blok < 5 blok)
5. Kurang 10. Berjalan dalam pergerakan sendi
4. Jelaskan pada
dukungan jarak yang jauh (5
pasien dan
lingkungan blok atau lebih)
11. Berjalan keluarga tujuan
misalnya fisik
mengelilingi kamar melakukan latihan
atau social
12. Berjalan
6. Kurang sendi
mengelilingi rumah 5. Monitor lokasi dan
pengetahuan
13. Menyesuaikan
kecenderungan
tentang nilai
dengan perbedaan
adanya nyeri dan
aktivitas fisik
tekstur
7. Malnutrisi ketidaknyamanan
8. Nyeri permukaan/lantai
selama
9. Penurunan 14. Berjalan
pergerakan/aktivita
kekuatan otot mengelilingi
10. Penurunan s
rintangan
6. Insiasi pengukuran
kendali otot
11. Penurunan kontrol nyeri
ketahanan otot sebelum memulai
12. Penurunan
latihan sendi
massa otot 7. Pakailah baju yang
13. Program
tidak menghambat
pembatasan
pergerakan sendi
gerak 8. Lindungi pasien
dari
trauma selama
latihan
9. Bantu pasien
mendapatkan
posisi yang
optimal untuk
pergerakan sendi
aktif maupun pasif
10. Dukung latihan
ROM aktif sesuai
jadwal yang teratur
dan terencana
11. Lakukan latihan
ROM pasif sesuai
indikasi
12. Sediakan petunjuk
tertulis untuk
melakukan latihan
13. Dukung pasien
untuk melihat
gerakan tubuh
sebelum memulai
latihan
14. Bantu untuk
melakukan
pergerakan sendi
yang ritmis dan
teratur sesuai
kadar nyeri yang
bisa ditoleransi,
ketahanan dan
pergerakan sendi
15. Dukung pasien
untuk duduk di
tempat tidur, di
samping tempat
tidur atau di kusi
sesuai toleransi
16. Dukung ambulasi
jika
memungkinkan
17. Tentukan
perkembangan
terhadap
pencapaian tujuan
18. Sediakan
dukungan positif
dalam melakukan
latihan sendi

Sumber :(Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016)


(Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2016).
2.2.4 Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah
rencana intervensi disusun dan ditunjukkan kepada nursing olders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena
itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam,
2008).
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adaalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis
keperawatan dan implementasinya. Meskipun tahap evaluasi
diletakkan pada akhir proses keperawatan tetapi tahap ini merupakan
bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Evaluasi juga
diperlukan pada tahap intervensi untuk menentukan apakah tujuan
intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif (Nursalam, 2008).

Anda mungkin juga menyukai