Anda di halaman 1dari 17

MASALAH SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

Tugas Matakuliah Analisis Sumberdaya Alam Dan Lingkingan

Hendri Lumban Tobing


NPM. 153410045
Kelas V A

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bumi sebagai tempat tinggal bagi kehidupan berbagai makhluk hidup, memiliki sumber daya
alam yang dapat digunakan untuk mendukung kehidupan makhluk hidup tersebut. Disadari atau tanpa
kita sadari, banyak sekali barang-barang yang kita gunakan dalam kehidupan sehari- hari berasal dari
sumber daya alam yang ada di sekitar kita. Mulai dari peralatan rumah tangga, bahan bangunan, bahan-
bahan pertanian, hingga bahan obat-obatan banyak yang berasal dari bahan-bahan di sekitar kita. Bahan-
bahan alam tersebut ada yang langsung bisa dimanfaatkan oleh manusia. Namun ada juga yang harus
diolah terlebih dahulu baru bisa kita manfaatkan.

Sumber daya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam hayati,
sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan salah satu aset yang dapat dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Sebagai modal dasar pembangunan sumberdaya alam harus dimanfaatkan sepenuh-penuhnya


tetapi dengan cara-cara yang tidak merusak, bahkan sebaliknya, cara-cara yang dipergunakan harus
dipilih yang dapat memelihara dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar manfaatnya
untuk pembangunan lebih lanjut di masa mendatang.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi yang semata-mata ditujukan untuk
memperoleh keuntungan tanpa memperhatikan keberlangsungan alam dan lingkungan akan membawa
dampak negatif tidak hanya bagi alam tetapi juga bagi masyarakat. Salah satu dampak negatif yang
ditimbulkan adalah berkurangnya sumberdaya alam, pencemaran udara akibat polusi industri dan
pembangunan infrastruktur yang identik dengan perusakan alam. Namun, hal tersebut dapat dicegah
dengan menerapkan program pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan.

Dalam memanfaatkan sumber daya alam, manusia perlu berdasar pada prinsip ekoefisiensi.
Artinya tidak merusak ekosistem, pengambilan secara efisien dalam memikirkan kelanjutan SDM.
Pembangunan yang berkelanjutan bertujuan pada terwujudnya keberadaan sumber daya alam untuk
mendukung kesejahteraan manusia. Maka prioritas utama pengelolaan adalah upaya pelestarian
lingkungan, supaya dapat mendukung kehidupan makhluk hidup. Bila sumber daya alam rusak atau
musnah kehidupan bisa terganggu.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SUMBER DAYA ALAM

Terdapat banyak definisi mengenai Sumber Daya Alam, diantaranya sebagai berikut:

1. UU No 32 tahun 2009

Sumber daya alam diartikan sebagai unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati
dan non hayati yang secara keseluruhan membentuk kessatuan ekosistem.

Pengertian sumber daya alam ini diperjelas dalam pasal 6 bagian satu, UU Nomor 32 Tahun 2009
tentang Inventarisasi Lingkungan Hidup yang menjelaskan, Inventarisasi lingkungan hidup dilaksanakan
untuk memperoleh data dan informasi mengenai sumber daya alam yang meliputi:

a. Potensi dan ketersediaan


b. Jenis yang dimanfaatkan
c. Bentuk penguasaan
d. Pengetahuan pengelolaan
e. Bentuk kerusakan, dan
f. Konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat pengelolaan

2. Abdullah (2007: 3)

Sumber daya alam adalah semua kekayaan berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di
bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia

B. KLASIFIKASI SUMBER DAYA ALAM

Dalam melaksanakan pembangunan nasional, sumberdaya alam Indonesia harus digunakan secara
rasional. Penggalian sumber kekayaan alam harus diusahakan agar tidak merusak tata lingkungan hidup
manusia, dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang menyeluruh dan dengan memperhitungkan kebutuhan
generasi yang akan datang. Kebijaksanaan yang seksama dalam mengelola sumberdaya alam diperlukan
baik terhadap sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui maupun terhadap sumberdaya alam yang
dapat diperbaharui.
1. Jenis-jenis Sumber Daya Alam

A. Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbarui

Sumber daya alam yang dapat diperbarui adalah sumber daya alam yang dapat diusahakan kembali
keberadaannya oleh manusia. Artinya walaupun sumber daya alam tersebut dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh manusia, tetapi manusia dapat mengusahakan kembali sumber daya tersebut, sehingga
tidak khawatir habis, karena manusia bisa memperbarui sumber daya alam tersebut.

Pemanfaatan sumber daya alam jenis ini, walaupun dapat diperbarui, tidak berarti kita bisa
memanfaatkannya dengan sesuka hatinya, kita tetap harus hemat dan menjaga kelestariannya agar tidak
rusak dan cepat habis. Caranya dengan memanfaatkan sumber daya alam tersebut sesuai dengan
kebutuhan kita (manusia). Selain itu juga bisa dilakukan dengan memelihara jenis tanaman atau hewan
tertentu yang jumlahnya semakin sedikit. Sebagaimana diketahui pada saat ini banyak diketemukan
adanya jenis-jenis tertentu dari hewan dan tumbuhan yang sudah menjadi langka dan sulit untuk dijumpai.

Sumber daya alam yang dapat diperbarui dapat dikelompokkan menjadi sumber daya alam hayati
dan sumber daya alam non-hayati. Sumber daya alam hayati berasal dari makluk hidup, sedangkan
sumber daya alam non-hayati bukan berasal dari makluk hidup.

1. Sumber Daya Alam Hayati

Sumber daya alam hayati adalah sumber daya alam yang ada di permukaan bumi dan hidup, antara
lain hewan dan tumbuhan. Ciri utama dari sumber daya alam hayati adalah tumbuh, bergerak,
berkembang biak, bernafas, dan membutuhkan makanan. Apakah kalian pernah mengetahui tumbuhan
atau bunga Kantong Semar? Ini adalah salah satu jenis tumbuhan yang bisa memakan serangga yang
hinggap di kelopak bunga. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang permukaan tanahnya
kaya akan sumber daya alam hayati (hewan dan tumbuhan) terbesar, sehingga disebut dengan paru-paru
dunia.

2. Sumber Daya Alam Non-Hayati

Sumber daya alam non-hayati adalah sumber daya alam yang ada di atas permukaan bumi dan di
bawah permukaan bumi tetapi tidak hidup, antara lain tanah, udara dan air.

a. Tanah

Tanah adalah lapisan bumi bagian atas yang terbentuk dari pelapukan batuan dan bahan organik yang
hancur oleh proses alamiah. Bahan organik merupakan bahan sisa makluk hidup yang telah mati. Tanah
termasuk sumber daya alam yang dapat diperbarui, karena tanah terbentuk dari bahan-bahan sisa makluk
hidup yang telah mati, seperti dahan, daun, ranting, kotoran, pohon, hewan juga manusia yang diurai oleh
hewan-hewan kecil seperti rayap menjadi tanah. Tanah dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis,
namun untuk kesempatan ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu tanah yang subur dan tanah yang tidak
subur. Tanah yang subur banyak dicari oleh manusia, karena bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk
berbagai macam keperluan, sebaliknya tanah yang tidak subur tidak bisa dimanfaatkan oleh manusia
untuk berbagai macam keperluan.

2. Mengelompokkan SDA

Secara ekonomi dikatakan bahwa sumberdaya alam itu nilainya tidak tertentu. Misalnya sampai
pada tahun 1930, daerah pedalaman Liberia hanya sedikit yang mengetahui, dan belum mempunyai nilai
sebagai sumber-sumber alam, tetapi sekarang daerah itu merupakan daerah bijih besi yang terbaik. Bahan
bauksit di Afrika Barat, minyak di Aljazair dan Nigeria baru tampak sebagai daerah yang kaya setelah
adanya transportasi ke daerah-daerah tersebut. Hutan kita di Kalimantan baru benar-benar sebagai sumber
alam sejak tahun 1970-an. Di pantai Selatan antara Cilacap dan pantai Parangtritis tersimpan deposit pasir
besi yang semula tidak diketahui dan baru dimanfaatkan mulai tahun 1970. Bahkan pada saat ini banyak
orang yang berlomba-lomba membeli bunga anggrek dengan harga jutaan rupiah, padahal di hutan-hutan.

Kalimantan dan Papua, tanaman tersebut berserakan. Sumberdaya alam tidak saja meliputi jumlah
bahan-bahan yang ada menunggu untuk diolah dan digunakan, tetapi sumberdaya alam itu sendiri juga
dinamis dan berubah-ubah sifatnya. Mengenai banyak atau tidaknya nilai sumberdaya alam, adalah
tergantung pada waktu dan tempat, tingkat teknik dan penemuan-penemuan baru, sikap manusianya
terhadap sumberdaya tersebut, perubahan-perubahan dalam selera baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. Perubahan-perubahan dalam variabel ini menyebabkan negara itu akan lebih baik atau lebih buruk
(dalam arti sumberdaya alamnya) meskipun jumlah fisik dari sumberdaya alam tersebut tidak berubah.

Berdasarkan kemampuannya untuk memperbarui diri sesudah mengalami suatu gangguan, maka
sumberdaya alam dibagi ke dalam dua golongan, yaitu: (1) sumberdaya alam yang dapat memperbarui
diri; dan (2) sumberdaya alam yang tak dapat memperbarui diri. Sumberdaya alam yang tak dapat
memperbarui diri seperti mineral, minyak bumi, gas bumi dan lain-lain merupakan sumberdaya alam
yang sangat penting bagi negara, khususnya bagi negara yang sedang berkembang. Sumberdaya alam
yang dapat memperbarui diri sangat menentukan kelangsungan suatu pembangunan, oleh karena itu,
pengelolaannya harus sangat diperhatikan.

Selain pembagian berdasarkan kemampuan untuk memperbaharui diri, sumberdaya alam juga dapat
digolongkan berdasarkan potensi penggunaannya, yaitu:

1) Sumberdaya alam penghasil energi; misalnya: air, matahari, arus laut, gas bumi, minyak bumi, batu
bara, angin dan biotik/tumbuhan;
2) Sumberdaya alam penghasil bahan baku; misalnya: mineral, gas bumi, biotis, perairan, tanah dan
sebagainya; dan
3) Sumberdaya alam lingkungan hidup; misalnya: udara dan ruang, perairan, landscape dan sebagainya.

Menurut Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,


sumberdaya alam dibagi ke dalam sumberdaya hayati misalnya biotika baik hewan maupun tumbuhan,
sedangkan sumberdaya alam non hayati seperti tanah, udara, air, dan lain-lain. Penggolongan sumberdaya
alam dapat juga berdasarkan ketersediaannya dalam ruang dan waktu yaitu sebagai berikut.
1) Sumberdaya alam yang tersedia pada satu saat dan suatu tempat. Sumberdaya alam seperti ini sangat
langka misalny buah kemang yang terdapat di Bogor dan Palembang. Jika dikultur maka perlu
dikondisikan seperti di daerah asal dan lingkungan sangat merupakan faktor pembatas.

2) Sumberdaya alam yang tersedia pada satu saat di area yang luas. Sumberdaya alam seperti ini biasanya
memerlukan musim kawin sehingga produksinya musiman. Produksi akan melimpah walaupun dalam
waktu yang singkat.

3) Sumberdaya alam yang tersedia pada satu tempat dalam jangka waktu lama di areal yang luas.. Sebagai
contoh adalah buah apel yang hanya dapat tumbuh dengan baik di suatu tempat tertentu dan tersedia
dalam jangka yang lama. Sumber daya alam yang ada di atas permukaan bumi maupun yang ada di bawah
permukaan bumi, baik yang sudah ditemukan oleh manusia maupun yang belum ditemukan, baik yang
sudah diketahui manfaatnya bagi kehidupan manusia ataupun yangbelum diketahui, pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sumber daya alam yang dapat diperbaruai dan sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui. Namun demikian manusia juga membuat berbagai macam
pengelompokkan terhadap sumber daya alam yang ada di permukaan ataupun di bawah permukaan bumi,
misalnya dengan sebutan barang tambang, hasil pertanian, hasil perternakan, hasil hutan, sumber daya
laut dan sebagainya.

Ada beberapa pembagian sumberdaya alam yang telah dibuat oleh para ahli, beberapa contoh
pembagian tersebut adalah: perpetual, reneweble resources, non reneweble resourches, dan potensial
resourches.

a. Perpetual merupakan sumber daya yang selalu ada dan keberadaannya relative konstan meskipun
sumber daya tersebut kita eksploitasi secara besar-besaran.

b. Reneweble Resourches merupakan sumberdaya yang dalam waktu pendek dapat berkurang, tetapi
dalam jangka panjang akan pulih kembali karena proses alam. Persyaratan tercapainya renewable:

1) Harus ada syarat/kondisi yang harus dipenuhi, yaitu lingkungan yang terjaga yang dapat
memungkinkan pulihnya sumber daya dan

2) Pemanfaatan sumberdaya yang terbaharui dalam jangka waktu tertentu harus ada pada kondisi untuk
pulih kembali.

Klasifikasi yang termasuk dalam renewable resourches antara lain Hutan, Pertanian, perkebunan, dan
perikanan.

c. Non Reneweble Resourches

Keberadaan sumber daya semakin lama akan semakin berkurang apabila dilakukan pemanfaatan.
Sampai suatu saat tertentu sumber daya alam ini akan habis. Bahan bakar fosil termasuk sumberdaya alam
yang tidak dapat diperbaharui, maka harus dipergunakan sebijaksana mungkin bagi pembangunan
nasional tanpa menimbulkan pencemaran lingkungan. Bahan bakar fosil yang telah banyak dipergunakan
adalah minyak dan gas bumi serta batu bara.
Untuk mempergunakan bahan bakar fosil perlu pengetahuan cadangan dan dampak negatifnya.
Ketersediaan minyak dan gas bumi di Indonesia sangat terbatas, sehingga pada suatu saat indonesia harus
mengimpor minyak dan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan energinya. Dalam upaya mengurangi
ketergantungan terhadap minyak bumi dilakukan upaya untuk memanfaatkan energi panas bumi.
Pemanfaatan sumberdaya panas bumi selama ini masih terbatas pada penggunaan sebagai pembangkit
tenaga listrik.

Cadangan bahan bakar fosil Indonesia yang masih melimpah adalah batubara (masih dapat
digunakan ratusan tahun), namun penggunaan batubara dipandang lebih mencemari lingkungan
dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar minyak. Selain kandungan belerangnya tinggi,
menimbulkan pencemaran debu yang sangat tinggi. Di samping itu memerlukan tempat penyimpanan
yang lebih besar dan waktu pengangkutan yang lebih lama.

Pemanfaatan batubara merupakan salah satu upaya untuk melaksanakan diversifikasi energi guna
mengurangi ketergantungan pada minyak bumi. Pengembangan produksi batubara dilakukan dengan
meningkatkan eksplorasi, rehabilitasi dan perluasan tambang milik pemerintah. Pembakaran minyak bumi
dan gas dalam pabrik dan di kendaraan bermotor menciptakan polusi yang beragam. Salah satu gas yang
dihasilkan adalah karbon dioksida (CO2) yang menangkap panas di udara. Gas ini adalah salah satu
penyebab utama pemanasan global, yang mendatangkan bencana seperti banjir, badai, kekeringan, dan
permukaan air laut yang meningkat. Polusi ini juga berdampak pada tanaman, hewan, dan serangga, dan
memudahkan penyakit seperti demam berdarah menyebar lebih luas. Di stasiun bahan bakar dan di kota-
kota yang padat, orang-orang terpapar asap-asap beracun yang dapat menyebabkan kanker dan penyakit-
penyakit lain.

d. Potensial Resourches

Sumber daya yang karena pengetahuan dari manusia, saat ini belum sebagai sumber daya, belum
dimanfaatkan. Akan tetapi suatu saat akan menjadi SDA karena kemampuan manusia untuk
memanfaatkannya. Hal ini tergantung dari pengenalan, teknologi dan aspek ekonomi. Dalam
pembangunan tanpa adanya kerusakan lingkungan yang penting adalah mengelola sumberdaya alam
secara bijaksana supaya bisa menopang proses pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi di
masa mendatang. Prinsip ini berlaku baik untuk sumberdaya alam yang bisa diperbaharui maupun untuk
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui.

Sumber : Liesnoor Setyowati, Dewi, dkk. 2014. PLH. Semarang : Tim MKU PLH
Dan
https://aprielhyani.wordpress.com/jenis-jenis-sumber-daya-alam-dan-mengelompokkan-sumber-daya-
alam-berdasarkan-ciri-tertentu/ (PGSD, FIP, UNNES)

C. PERMASALAHAN SUMBER DAYA ALAM

1. Pengambilan Sumberdaya Alam secara Ilegal


Eksploitasi terhadap sumberdaya alam Indonesia yang dilakukan sejak tahun 1960an telah membawa
manfaat ekonomi bagi negara, namun demikian sering terjadi pula kerugian bagi lingkungan hidup serta
masyarakat di daerah-daerah yang kaya akan sumberdaya alam, sedemikian rupa sehingga memicu
ketegangan sosial dan menimbulkan konflik yang disertai kekerasan. Indonesia perlu mengelola
sumberdaya alamnya dengan cara yang lebih adil dan berkelanjutan daripada yang telah dilakukannya di
masa lalu.

Eksploitasi terhadap sumberdaya seperti kayu dan mineral di masa pemerintahan Presiden Soeharto
didominasi oleh perusahaan-perusahaan yang ada hubungannya dengan para elit pada rezim yang
berkuasa. Meski secara formal merupakan hal yang sah, eksploitasi tersebut kerap tidak menghiraukan
masyarakat serta lingkungan setempat, dan marak dengan korupsi kedinasan dan pelanggaran-
pelanggaran. Hal tersebut menciptakan kondisi bagi konflik yang disertai kekerasan pada daerah berhutan
seperti Kalimantan Tengah, dimana benturan budaya antara pribumi Dayak dan pendatang asal Madura
berakibat pada pembantaian terhadap lebih 500 orang Madura di awal tahun 2001 dan terusirnya ribuan
lagi dari daerah tersebut.

Saat ini Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan model bagi pengelolaan sumberdaya
yang tidak begitu merusak, akan tetapi malah terjadi peningkatan pesat pengambilan sumberdaya secara
tidak sah di seluruh negara sejak tahun 1998. Bentuk-bentuk pengambilan ilegal tersebut adalah
penebangan kayu, penambangan dan penangkapan ikan, dan itu dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
yang melanggar hukum ataupun pelaku “liar” yang bertindak diluar hukum. Kesemuanya itu berakibat
pada pengrusakan terhadap lingkungan, pengurangan pendapatan negara, serta timbulnya kemungkinan
letusan konflik di masa depan. Dalam kasus penebangan kayu, permasalahannya telah menjadi
sedemikian berat sehingga sebagian besar dari hutan Indonesia terancam musnah dalam kurun waktu satu
dasawarsa.

Industri sumberdaya ilegal dilindungi dan kadangkala bahkan diatur oleh oknum-oknum korup
diantara pegawai negeri sipil, aparat keamanan dan legislatif. Industri tersebut memanfaatkan kegundahan
rakyat miskin yang merasa tidak ikut menikmati sumberdaya alam di masa Soeharto, akan tetapi
sebagaimana pada eksploitasi yang dilegalisir di masa lalu, pada umumnya yang diuntungkan adalah
sebuah kalangan kecil pengusaha dan pejabat korup. Oleh karenanya hal tersebut bukan saja merupakan
permasalahan lingkungan hidup, melainkan juga menyangkut kepemerintahan dan tindak kejahatan.

Pemerintah Indonesia telah membuat komitmen untuk menanggulangi pengambilan sumberdaya


alam secara ilegal, dan dalam kasus penebangan hutan kini mengalami tekanan yang besar dari donor dan
pemberi pinjaman di luar negeri serta gerakan LSM di dalam negeri. Meski pejabat yang berwawasan
reformasi belum lama berselang telah mencapai berbagai kemajuan, pemerintah masih harus menempuh
jalan yang panjang untuk dapat membalikkan arus. Hal tersebut dikarenakan skala geografis dan tingkat
kerumitan dari pengambilan sumberdaya yang ilegal, serta terlibatnya banyak pejabat dan anggota
legislatif dalam kegiatan ilegal tersebut.

Permasalahannya bersumber pada lembaga negara yang bertanggungjawab untuk mengatur


pemanfaatan sumberdaya. Kendati ada beberapa pejabat yang jujur dan berdedikasi, korupsi dan rasa
apatis masih marak. Dalam hal keterlibatan aparat keamanan, keuntungan yang diraih dari perdagangan
ilegal sumberdaya merupakan sumber utama dana operasional serta harta pribadi. Koordinasi diantara
lembaga negara masih lebih sering buruk, dan keadaan ini telah diperumit oleh desentralisasi (otonomi
daerah), yang mendorong beberapa pejabat daerah untuk menentang pengarahan dari Jakarta dan bahkan
mengenakan pajak atas penebangan dan penambangan liar. Namun demikian masih terlihat secercah
harapan, terutama pada sikap lebih tegas yang diunjukkan Departemen Kehutanan terhadap penebang liar.

LSM-LSM dan donor luar negeri telah melakukan kerjasama dengan masyarakat setempat pada
beberapa daerah yang kaya sumberdaya, untuk membujuk mereka agar tidak ikut serta dalam
pengambilan yang tidak berkesinambungan, dengan hasil yang beragam. Beberapa anggota masyarakat
menunjukkan kekhawatiran terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh pengambilan semacam itu.
Akan tetapi daya tarik untuk meraih keuntungan dengan cepat terasa sangat kuat dan secara meluas belum
ada kesadaran mengenai dampak-dampak jangka panjang, yang antara lain bisa menimbulkan erosi dan
banjir yang membahayakan dalam hal penebangan, pencemaran yang bersumber dari penambangan, serta
menciutnya persediaan ikan akibat penangkapan ikan. Pengaruh pejabat yang korup serta kepentingan
pengusaha pada tingkat lokal juga sangat kuat, yang berarti perubahan sikap tidak mungkin terjadi dalam
waktu yang singkat.

Selain menindak para pelaku dan pendukung pengambilan sumberdaya secara ilegal, pemerintah
juga perlu memperhatikan sumber-sumber permintaan untuk sumberdaya tersebut. Dalam hal perkayuan,
ini berarti menciutkan industri perkayuan Indonesia, yang tumbuh sedemikian besar pada peningkatan
ekonomi yang terjadi di pertengahan 1990an sehingga pada saat ini industri itu mengkonsumsi kayu
dalam jumlah yang lebih besar dari yang dapat dipasok hutan-hutan di Indonesia dengan cara yang sah.
Lembaga negara yang melihat industri tersebut semata-mata dari sudut pandang komersial, terutama
Departmen Perdagangan dan Industri serta BPPN, perlu menyadari bahwa apabila industri tersebut tidak
diperkecil skalanya, maka sumber bahan baku yang tersisa yang berasal dari dalam negeri bisa habis,
dengan akibat yang dahsyat.

Negara-negara yang mengkonsumsi sumberdaya asal Indonesia juga sangat bertanggungjawab untuk
mencegah impor komoditas yang pengambilannya dilakukan secara ilegal. Dalam kasus perkayuan,
pemerintah-pemerintah dan perusahaan di Asia Tenggara, Asia Timur Laut dan dunia Barat kesemuanya
harus bertindak lebih banyak lagi. Khususnya Malaysia perlu mematahkan perdagangan lintas perbatasan
menyangkut kayu asal Indonesia yang di tebang secara ilegal.

Hanya segelintir pakar percaya bahwa mengakhiri pengambilan sumberdaya secara ilegal di
Indonesia merupakan tugas yang mudah ataupun singkat, mengingat skala permasalahannya serta
berakarnya secara mendalam pada korupsi kedinasan dan politik patronase. Banyak yang pesimis bahwa
arus dapat dibalikkan sebelum terjadi kerusakan yang tidak dapat diperbaiki terhadap hutan-hutan.
Namun demikian, upaya pejabat yang reformis serta LSM-LSM setempat memberi isyarat bahwa apabila
pemerintah mampu menjalankan kemauan politik yang diperlukan untuk menanggulangi kepentingan
terselubung dalam jajarannya, maka sesungguhnya belum terlambat untuk paling tidak mengendalikan
skala kerusakan dan melindungi sebagian aset alam di Indonesia bagi generasi mendatang.

Sumber: file:///D:/PLH/Indonesia%20%20Natural%20Resources%20and%20Law%20Enforcement%20-
%20International%20Crisis%20Group.html
2. Ironi Sumber Daya Alam

Kalimat sakti yang sering sekali digunakan oleh banyak kalangan ketika dihadapkan dengan
permasalahan kemiskinan dan keterbelakangan bangsa adalah: “Indonesia adalah negara yang kaya
sumber daya alam, tetapi kenapa rakyatnya masih hidup dalam kemiskinan?” Kalimat ini mungkin
bermaksud memberikan harapan kepada masyarakat dengan mengatakan bahwa yang salah dari negara ini
adalah para pemimpin yang tidak becus mengelola sumber daya alam Indonesia yang melimpah ruah.
Tidak mengherankan apabila kalimat sakti ini paling sering keluar dari mulut orang-orang yang
beroposisi terhadap pemerintah, baik itu partai oposisi ataupun pihak yang tidak suka dengan pemerintah.

Logika dari kalimat ini memang cukup sederhana sehingga cukup mudah dicerna orang awam
sebagai kebenaran mutlak (truism). Minyak bumi, batu bara, gas bumi, emas, timah serta barang-barang
tambang lainnya adalah komoditas yang berharga di pasar internasional dan perut bumi Indonesia penuh
dengan barang-barang tersebut, karenanya secara logika Indonesia seharusnya menjadi sejahtera. Namun,
penulis melihat proposisi ini problematis setidaknya karena tiga alasan yang akan dijelaskan satu persatu.
Pertama, asumsi bahwa Indonesia adalah negara yang kaya perlu dipertanyakan lebih dalam. Misalnya
dilihat dari komoditas sumber daya alam yang paling lucrative, yakni minyak bumi. Cadangan minyak
bumi Indonesia tidak dapat dikatakan mendekati negara-negara Timur Tengah, Rusia dan Venezuela.
Buktinya, Indonesia hanya mampu memproduksi sekitar 900 ribu barel minyak per hari (bph)
dibandingkan dengan Arab Saudi yang 8 juta bph dan Rusia yang 10 juta bph. Lagipula, kekayaan suatu
negara tidak dilihat dari berapa banyak sumber daya alam yang dimiliki, tetapi berapa banyak sumber
daya alam tersebut dibagi dengan jumlah penduduk. Indonesia berpenduduk lebih dari 200 juta,
bandingkan dengan negara-negara Arab dan negara-negara lainnya. Adalah sangat konyol jika ada orang-
orang di negeri ini yang memiliki ekspektasi bahwa pemerintah Indonesia seharusnya dapat
menyejahterakan rakyatnya seperti yang terjadi di sebagian negara-negara Timur Tengah hanya karena
Indonesia diduga memiliki kekayaan yang melimpah.

Alasan kedua yang harus diproblematisasi adalah cara berpikir masyarakat tentang sumber daya
alam. Masyarakat somehow percaya bahwa mereka memilikientitlement terhadap sumber daya alam yang
ada di daerah mereka. Karena mereka sudah turun-temurun sejak nenek moyangnya tinggal di suatu
daerah, maka serta-merta segala isi perut bumi yang ada di daerah tersebut adalah miliki mereka.
Sesederhana itu kah? Setidak adil itu kah Tuhan dengan menganugerahi kekayaan bumi hanya pada
orang-orang yang kebetulan lahir didekatnya? Mungkin tidak. Apa yang disebut sebagai kekayaan alam
berupa barang tambang hanya memiliki nilai ketika ada orang yang memberikan usaha/ikhtiar untuk
mengeluarkannya dari perut bumi. Minyak bumi, batu bara dan sumber daya alam lainnya itu tidak
bernilai sama sekali jika hanya disimpan di dalam perut bumi. Karl Marx mengatakan bahwa
sumber value (nilai) adalah labor (kerja). Bahkan beberapa agama mengajarkan manusia agar
mengedepankan usaha dan pengetahuan untuk memajukan masyarakat. Sumber daya alam diberikan
hanya kepada mereka yang deserve, yakni orang-orang yang telah berusaha memberikan nilai terhadap
suatu barang melalui kerja. Masyarakat yang tidak mengeluarkan ikhtiarnya untuk memberi nilai terhadap
suatu barang memang berhak terhadap sebagian nilai dari barang tersebut berupa pajak dan kalau dalam
Islam berupa zakat, but that’s it.
Dalam konteks riil, masyarakat sering berteriak gusar pada perusahaan asing yang dikatakan
mengeruk kekayaan alam Indonesia, bahkan isu nasionalisasi sering dihembuskan. Pertanyaannya adalah,
apakah masyarakat dapat dan mampu menjalankan ekstraksi sumber daya alamnya sendiri? Pertanyaan ini
penting untuk menentukan apakah masyarakat deserve untuk mendapatkan semua nilai dari sumber daya
alam ini. Untuk mengelola tambang sebesar Freeport, mungkin diperlukan modal triliun-an, belum lagi
kesiapan sumber daya lokalnya. Dengan kata lain, APBN bisa jadi jebol hanya untuk memuaskan
kebencian pada perusahaan asing. Sepertinya tidak perlu dijelaskan panjang lebar lagi bagaimana
dampaknya jika APBN jebol, di antaranya adalah inflasi dan kenaikan harga-harga serta memburuknya
akses pendidikan dan kesehatan. Padahal, kenaikan harga BBM sebanyak 2000 rupiah saja sudah
membuat masyarakat murka (yang kemudian secara “cerdas” dimanifestasikan dengan membakar fasilitas
umum). Intinya, investasi di bidang pertambangan memerlukan modal besar dan orientasi jangka panjang
(mungkin 20 tahun atau lebih), padahal masyarakat dan politisi Indonesia memiliki orientasi jangka
pendek terbukti dengan kegagalan melihat pentingnya mengurangi subsidi BBM. Jika masyarakat dan elit
politik belum mau berkorban jiwa dan raga, maka sebaiknya buang jauh-jauh ide untuk mengusir semua
perusahaan swasta dari tambang-tambang Indonesia karena mungkin Indonesia simply does not deserve
the natural resources.

Perusahaan-perusahaan yang mengoperasikan tambang di Indonesia adalah pihak-pihak yang telah


memberikan ikhtiar mereka terhadap sumber daya alam Indonesia dengan cara membantu pemerintah
mengambil risiko jangka panjang dari investasi pertambangan melalui permodalan mereka yang kuat.
Oleh karenanya, hak mereka juga harus dihormati. Tentu saja ini tidak berarti masyarakat tidak boleh
kritis terhadap perusahaan-perusahaan tersebut. Jika ada indikasi perusahaan-perusahaan tersebut berlaku
curang, misalnya menghindari pajak atau merusak lingkungan, maka masyarakat dan pemerintah harus
menindaknya.

Hal terakhir yang membuat pernyataan yang disebut di awal itu bermasalah adalah bagaimana
kalimat tersebut mendefinisikan orientasi masyarakat. Dengan mengatakan bahwa Indonesia kaya sumber
daya alam, maka secara implisit yang berbicara menginginkan sumber daya alam tersebut dijadikan
sumber penghidupan bangsa untuk menciptakan kesejahteraan. Orientasi ini bisa dikatakan anakronistis.
Eksploitasi sumber daya alam, terutama sumber daya fosil, pada zaman sekarang seharusnya sudah mulai
dikurangi, terutama terkait dengan kerusakan lingkungan dan daya dukung ekosistem. Kerusakan ini tidak
hanya dalam bentuk pemanasan global, tetapi juga dapat berdampak langsung seperti banjir dan
pencemaran lingkungan. Rencana pemerintah untuk mencari sumber energi alternatif ramah lingkungan,
karenanya, merupakan suatu langkah maju yang harus didukung oleh segenap masyarakat. Untuk
mencapai tujuan tersebut, penggunaan energi konvensional harus secara bertahap dikurangi. Cara yang
paling efektif untuk mengurangi konsumsi energi tidak ramah lingkungan tentu saja adalah dengan
penyesuaian harga. Intinya adalah, negara ini harus secara bertahap mengurangi ketergantungan terhadap
sumber daya alam yang pada titik tertentu akan habis.

Kesimpulannya, ilusi tentang hebatnya sumber daya alam yang dimiliki Indonesia tidak boleh
mengalihkan perhatian masyarakat dari masalah yang lebih penting, yakni peningkatan potensi lain negeri
ini. Pembangunan sumber daya manusia dan pembersihan pemerintah dari manusia-manusia korup harus
menjadi prioritas utama. Industri-industri nonekstraksi harus menjadi ujung tombak perekonomian
bangsa. Sudah saatnya masyarakat membuka mata bahwa sumber daya alam yang dilimpahkan Tuhan
pada Indonesia dapat berubah menjadi kutukan terhadap bangsa ini jika masyarakatnya take it for
granted.

Sumber : file:///D:/PLH/Ironi%20Sumber%20Daya%20Alam.html (Kompasiana – Kompas.com)

3. Masalah pengembangan sumber daya alam

Potensi sumber daya alam Indonesia seperti sumber daya mineral, sumber daya air, sumber daya
pertanian, sumber, dan juga sumber daya energi. Disoroti juga masalah pengembangan sumber daya alam
yang dihadapi negara berkembang seperti negara Indonesia, yaitu permasalahan inventarisasi, distribusi,
pengumpulan kembali data – data sumber daya alam, permasalahan latihan dan pendidikan – maupun
ilmuwan dan teknologi sumber daya alam, masalah lingkungan hidup dalam pengelolaan sumber daya
alam, ilmu dan teknologi, perencanaan dan manajemen, peranan modal asing dan pengembangan.

Sumber daya alam adalah bagian keseluruhan jalinan bumi dan tidak berdiri sendiri. Karenanya,
perencanaan dan manajemen setiap sumber hanya akan berhasil jika ia merupakan bagian skema
pengembangan sumber daya yang direncanakan secara teliti fsn terintegrasi.

Untuk melakukan penyesuaian berbagai faktor diperlukan tingkat fleksibilitas yang tinggi dalam
perencanaan sumber daya. Faktor tersebut meliputi ketidakpastian jumlah dan mutu sumber daya alam,
pengerahan jumlah modal yang besar, teknologi tepat yang dipakai, kemungkinan pengaruh biaya atas
sumber daya alam lain, besarnya manfaat bagi pembangunan regional, serta tersedianya prasarana yang
baik.

Dari aspek internasional, di dunia ini gejala saling tergantung antar-negara untuk pengadaan sumber
daya alam sangatlah menonjol karena tidak ada satu negara pun yang memiliki semua sumber daya alam
pada teritorinya.

Ketidakmampuan suatu negara untuk mandiri dalam kebutuhan sumber daya alam akan bertambah
parah dengan pesatnya kemajuan sosial ekonomi negara itu karena dalam perkembangan yang begitu
cepat dibutuhkan lebih banyak sumber daya alam.

Gejala saling tergantung akan berkembang terus, merambah pada pemakaiannya dan merupakan
sesuatu yang tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula karena dapat berakibat resesi umum atau
keruntuhan ekonomi.

Sumber:
https://books.google.co.id/books?id=YAl8aRxhEekC&pg=PA268&lpg=PA268&dq=permasalahan+sumb
er+daya+alam&source=bl&ots=wUBmvZSj80&sig=tSk2PIjqzeqHzz5MTn_TsmK0TcY&hl=id&sa=X&
ei=7jIBVZ7VLZSZuQTk04GwAg&redir_esc=y#v=onepage&q=permasalahan%20sumber%20daya%20a
lam&f=false
4. Pengelolaan Sumber Daya Alam

Indonesia memiliki wilayah yang kaya akan sumber daya alam, baik jenis maupun jumlahnya.
Menyadari akan hal tersebut, para orang-orang terdahulu telah menerapkan prinsip dasar pengelolaan
sumber daya alam dalam konstitusi Negara yang tetap hingga sekarang, yaitu: Bumi, air dan kekayaan
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
antar pemerintah dan pemerintah daerah antara lain:
a. Kewenangan, tanggung jawab, pemanfaatan, pemeliharaan, pengendalian dampak, budidaya dan
pelestarian.
b. Bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya.
c. Penyerasian lingkungan dan tata ruang serta rehabilitasi lahan.
Terus menurunnya kondisi hutan. Hutan merupakan salah satu sumber daya yang penting, tidak
hanya dalam menunjang perekonomian nasional tetapi juga dalam menjaga daya dukung
lingkungan terhadap keseimbangan ekosistem dunia. Di Indonesia tiap tahunnya jumlah hutan
diperkirakan berkurang 3-5 % per tahunnya.
Kerusakan DAS (Daerah Aliran Sungai). Praktik penebangan liar dan konversi lahan menimbulkan
dampak yang luas, yaitu kerusakan ekosistem dalam tatanan DAS. Kerusakan DAS tersebut juga
dipacu oleh pengelolaan DAS yang kurang terkoordinasi antara hulu dan hilir serta kelembagaan yang
masih lemah. Hal ini akan mengancam keseimbangan ekosistem secara luas, khususnya cadangan dan
pasokan air yang sangat dibutuhkan untuk irigasi, pertanian, industri, dan konsumsi rumah tangga.
Habitat ekosistem pesisir dan laut semakin rusak. Kerusakan habitat ekosistem di wilayah pesisir dan
laut semakin meningkat. Rusaknya habitat ekosistem pesisir seperti deforestasi hutan mangrove telah
mengakibatkan erosi pantai dan berkurangnya keanekaragaman hayati (biodiversity). Erosi ini
juga diperburuk oleh perencanaan tata ruang dan pengembangan wilayah yang kurang tepat. Beberapa
kegiatan yang diduga sebagai penyebab terjadinya erosi pantai, antara lain pengambilan pasir laut untuk
reklamasi pantai, pembangunan hotel, dan kegiatan- kegiatan lain yang bertujuan untuk memanfaatkan
pantai dan perairannya. Sementara itu, laju sedimentasi yang merusak perairan pesisir juga terus
meningkat.
Citra pertambangan yang merusak lingkungan. Sifat usaha pertambangan, khususnya tambang
terbuka (open pit mining), selalu merubah bentang alam sehingga mempengaruhi ekosistem dan
habitat aslinya. Dalam skala besar akan mengganggu keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan
berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Dengan citra semacam ini usaha pertambangan cenderung
ditolak masyarakat. Citra ini diperburuk oleh banyaknya pertambangan tanpa ijin (PETI) yang sangat
merusak lingkungan.
Dengan permasalahan - permasalahan di atas, sasaran pembangunan yang ingin dicapai adalah
membaiknya sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup bagi terciptanya keseimbangan
antara aspek pemanfaatan sumber daya alam sebagai modal pertumbuhan ekonomi (kontribusi sektor
perikanan, kehutanan, pertambangan dan mineral terhadap PDB) dengan aspek perlindungan terhadap
kelestarian fungsi lingkungan hidup sebagai penopang sistem kehidupan secara luas. Seluruh kegiatannya
harus dilandasi tiga pilar pembangunan secara seimbang, yaitu menguntungkan secara ekonomi
(economically viable), diterima secara sosial (socially acceptable) dan ramah lingkungan
(environmentally sound). Prinsip tersebut harus dijabarkan dalam bentuk instrumen kebijakan dan
peraturan perundangan lingkungan yang dapat mendorong investasi pembangunan jangka menengah di
seluruh sektor dan bidang yang terkait dengan sasaran pembangunan sumber daya alam dan lingkungan
hidup.

Sasaran pembangunan kehutanan adalah:

1) Tegaknya hukum, khususnya dalam pemberantasan pembalakan liar (ilegal logging) dan
penyelundupan kayu,
2) Penetapan kawasan hutan dalam tata-ruang provinsi di kabupaten / kota,
3) Penyelesaian penetapan kesatuan pengelolaan hutan
4) Optimalisasi nilai tambah dan manfaat hasil hutan kayu,
5) Meningkatkan hasil hutan non-kayu,
6) Bertambahnya hutan tanaman industri (HTI), sebagai basis pengembangan ekonomi-hutan,
7) Konservasi hutan dan rehabilitasi lahan untuk menjamin pasokan air dan system penopang kehidupan
lainnya,
8) Pengelolaan hutan secara lestari,
9) Penerapan iptek yang inovatif pada sektor kehutanan.

Sasaran pembangunan kelautan adalah:

1) Berkurangnya pelanggaran dan perusakan sumber daya pesisir dan laut,


2) Membaiknya pengelolaan ekosistem pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil yang dilakukan secara
lestari, terpadu, dan berbasis masyarakat,
3) Serasinya peraturan perundangan yang terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
pesisir dan laut,
4) Terselenggaranya desentralisasi yang mendorong pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang efisien
dan berkelanjutan,
5) Meningkatnya luas kawasan konservasi laut dan meningkatnya jenis / genetik biota laut langka dan
terancan punah,
6) Terintegrasinya pembangunan laut, pesisir, dan daratan dalam satu kesatuan pengembangan wilayah,
7) Terselenggaranya pemanfaatan ruang laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil secara serasi sesuai dengan
daya dukung lingkungannya,
8) Terwujudnya ekosistem pesisir dan laut yang terjaga kebersihan, kesehatan, dan produktivitasnya; serta
9) Meningkatnya upaya mitigasi bencana alam laut, dan keselamatan masyarakat yang bekerja di laut dan
yang tinggal di pesisir dan pulau-pulau kecil.

Sasaran pembangunan pertambangan dan sumber daya mineral adalah :

1) Optimalisasi peran migas dalam penerimaan daerah guna menunjang pertumbuhan ekonomi,
2) Meningkatnya cadangan, produksi, dan ekspormigas,
3) Meningkatnya investasi pertambangan dan sumber daya mineral dengan perluasan lapangan kerja dan
kesempatan berusaha,
4) Meningkatnya produksi dan nilai tambah produk pertambangan,
5) Terjadinya alih teknologi dan kompetensi tenaga kerja,
6) Meningkatnya kualitas industri hilir yang berbasis sumber daya mineral,
7) Meningkatnya keselamatan dan kesehatan
kerja pertambangan,
8) Teridentifikasinya “kawasan rawan bencana geologi”
sebagai upaya pengembangan sistem mitigasi bencana,
9) Berkurangnya kegiatan pertambangan tanpa ijin (PETI) dan usaha-usaha pertambangan yang merusak
dan yang menimbulkan pencemaran;
10) Meningkatnya kesadaran pembangunan berkelanjutan dalam eksploitasi energi dan sumber daya
mineral; dan
11) Dilakukannya usaha pertambangan yang mencegah timbulnya pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Yang terpenting dalam melestarikan sumber daya alam dilakukan eksplorasi yang tidak merusak
lingkungan dan pelaksanaannya dilakukan secara lestari. Semua perbuatan akan membawa akibat di masa
datang. Anugerah yang diberikan harus dijaga untuk kepentingan generasi berikutnya.
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan – penjelasan diatas mengenai sumber daya alam dan permasalahan tentang
sumber daya alam, kami dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :

1) Sumber daya alam diartikan sebagai unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan
non hayati yang secara keseluruhan membentuk kessatuan ekosistem.

2) Sumber daya alam akan menjadi lebih bermanfaat jika dikelola dengan benar dan tetap menjaga dan
memberikan nilai – nilai kelestarian sumber daya alam serta tanpa mengabaikan sifat kemanusiaan yang
merupakan pengguna sumber daya alam itu sendiri sebagai dampak dari sumber daya alam tersebut.

3) Jenis – jenis sumber daya alam ada 2. Yang pertama adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui
yang dapat dikelompokkan menjadi sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non hayati dan yang
kedua adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, contohnya adalah minyak bumi, gas alam,
emas perak, besi, batu bara dan yang lainnya yang sejenis.

4) Kemungkinan besar jika dimaksimalkan pengelolaan sumber daya alam terutama di Indonesia, akan
memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat dengan menjalankan aspek kepentingan
bersama ssehingga hasil dari sumber daya alam tersebut tidak hanya di nikmati para masyarakat asing
namun diutamakan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia sendiri.

5) Permasalahan sumber daya alam yang biasanya terjadi di Indonesia diantarannya adalah : pengambilan
sumber daya alam secara ilegal, ironi sumber daya alam di Indonesia, masalah pengembangan sumber
daya alam yang kurang baik, serta pengelolaan sumber daya alam yang kurang baik oleh masyarakat
Indonesia sendiri.

6) Indonesia adalah negara yang kaya sumber daya alam. Sumber daya alam ini diharapkan bisa bermanfaat
bagi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti kebutuhan
primer, kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier, contohnya beras, sayur – sayuran, buah – buahan,
televisi, handphone, radio, kulkas dan yang lainnya.
2. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang akan kami sampaikan kepada pembaca adalah sebagai
berikut :

1) Kita sebagai masyarakat Indonesia seharusnya perduli terhadap sumber daya alam yang ada di
Indonesia. Seharusnya sumber daya alam dapat dikelola dengan baik oleh masyarakat Indonesia supaya
sumber daya alam tetap bermanfaat untuk kehidupan sehari hari masyarakat Indonesia.

2) Seharusnya pemerintah juga memperhatikan keadaan sumber daya alam yang ada di Indonesia agar
dapat dikelola dengan baik oleh masyarakat.

3) Agar sumber daya dapat dikelola dengan baik, Indonesia juga memerlukan tenaga ahli yang sudah
diberikan pendidikan dan keahlian khusus untuk bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil sumber
daya alam agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia.

4) Masyarakat seharusnya menyadari jika penggunaan sumber daya alam tidak semuanya dapat
diperbaharui, maka sebaiknya penggunaan sumber daya alam jangan terlalu diekspos secara berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai