REFARAT
POLA PERILAKU ANAK DALAM PERAWATAN DENTAL DAN
PENANGANANNYA
OLEH:
Nama : Ridha Rachmadana Idris
Stambuk : J111 13 043
Pembimbing : drg. Adam Malik Hamundeng, M. MedEd
Hari/tanggal baca : Senin, 2 April 2018
Tempat : RSGM Kandea
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
fisik, psikologis, pendidikan, dan keluarga dari anak sebelum tercapainya perawatan
gigi yang sukses.3
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pola
perilaku anak dalam perawatan dental beserta penanganannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku pada anak dipengaruhi oleh adanya pertambahan usia, adanya sebuah
konteks yang menjadikan perilaku itu terjadi, nilai dan harapan yang diharapkan oleh
keluarga, latar belakang budaya dan sosial dari anak itu sendiri. Anak-anak yang belajar
mengatur perilaku dan mengaplikasikannya dengan baik menunjukkan bahwa hal
tersebut mampu membantu mereka dalam mengatasi situasi yang sulit atau sebuah
kondisi yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan.4
3
menjangkau kata-kata secara mandiri, dan mereka malu terhadap orang dan tempat
baru (khsususnya kepada dokter gigi). Dengan demikian, anak pada usia tersebut
diberi kesempatan dalam menangani dan menyentuh benda-benda yang ada di
sekitarnya untuk memahami arti atau maknanya. Anak-anak pada usia ini sangat
perlu untuk ditemani oleh orang tuanya. 6
c. Usia 3 tahun
Pada usia ini, anak-anak masih memiliki sifat ego yang kurang dan suka
menyenangkan orang dewasa. Mereka telah memiliki pola imaginasi yang aktif,
seperti suka bercerita. Diwaktu menghadapi sebuah tekanan, mereka akan beralih
kepada orang tua dan tidak menerima penjelasan orang lain. Pada usia ini, anak-
anak akan lebih merasa aman jika bersama orang tuanya sampai mereka menjadi
akrab dengan dokter gigi dan asisten, sehingga dapat dilakukan pendekatan positif
pada anak. 6
d. Usia 4 tahun
Pada usia ini, anak akan mendengarkan dengan penuh minat dan merespon
dengan baik terhadap arahan lisan yang diberikan. Mereka memiliki pemikiran yang
gesit dan terkadang melebih-lebihkan pembicaraan, selain itu mereka telah memiliki
kemampuan dalam berpartisipasi dengan baik dalam kelompok sosial. Mereka bisa
memberikan sikap yang kooperatif, tetapi mungkin ada beberapa anak yang
menentang dan mencoba memaksakan pandangan mereka terhadap sebuah
perawatan. Mereka akrab dengan tanggapan yang baik seperti “terima kasih” dan
“tolong”. 6
e. Usia 5 tahun
Pada usia ini, anak-anak telah mampu bermain secara kooperatif dengan teman
sebaya mereka dan biasanya tidak takut dengan pengalaman baru. Mereka merasa
bangga dengan barang-barang yang mereka miliki, dan komentar tentang pakaian
dapat digunakan secara efektif untuk menjalin komunikasi dalam mengembangkan
sebuah hubungan.6
4
f. Usia 6 tahun
Pada usia 6 tahun, anak-anak telah masuk ke lingkungan sekolah dan mulai jauh
dari pengawasan orang tua, sehingga mereka semakin mandiri dari orang tua
mereka. Namun, ada beberapa anak pada masa transisi ini menunjukkan kecemasan
yang sangat besar yang disertai dengan adanya ledakan jeritan dan amarah, lebih
jauh lagi mereka akan menunjukkan peningkatan respon ketakutan yang tinggi. 6
5
Gagalnya perawatan yang akan diberikan kepada anak dapat menjadi sebuah
permasalahan yang cukup serius terhadap tingkat kesehatan gigi dan mulut anak. Anak-
anak memiliki keterbatasan dalam kemampuannya mengkomunikasikan kecemasan dan
ketakutannya. Sehingga, perilaku yang mereka tunjukan merupakan refleksi dari
ketidakmampuan mereka dalam menanggulangi kecemasan dan ketakutan yang mereka
rasakan.5 Adapun klasifikasi perilaku anak, diantaranya;
6
b. Klasifikasi menurut skala perilaku Veenam
Venham, dkk10 mempresentasikan skala perilaku sebanyak 6 poin. Skala ini
memberikan lebih banyak detail perilaku positif dan negatif anak. Skala berkisar
dari kerjasama total (0) hingga tidak ada kerjasama.10
7
1) Perilaku kooperatif (Cooperative patient)
a. Tampak rileks, memiliki pemahaman minimal dan dapat dilakukan
perawatan melalui pendekatan pembentukan perilaku.
b. Adanya kemampuan dalam mengembangkan hubungan yang baik dengan
dokter gigi dan tertarik dengan prosedur perawatan dental.
c. Tertawa dan nyaman dengan situasi yang ada
d. Memungkinkan dokter gigi dalam melakukan perawatan secara efetif dan
efisien
2) Perilaku Kurang kooperatif
a. Sangat berbeda dengan perilaku kooperatif
b. Anak usia yang sanga muda (< 2,5 tahun) atau adanya keterbatasan fisik
tertentu atau pasien handicap
c. Anak dengan perilaku ini dapat menimbulkan permasalahan perilaku yang
cukup besar.
3) Berpotensi kooperatif
a. Berbeda dngan anak yang kurang kooperatif, anak pada kelompok perilaku
ini anak memiliki kemampuan untuk kooperatif dan anak ini cukup baik dari
segi fisik dan medis
b. Anak-anak yang berpotensi kooperatif, dikategorikan sebagai berikut ;
a) Perilaku histeris (uncontrolled patient) 12
Ada beberapa karakteristik pada pasien anak yang tergolong dalam
perilaku histeris, yakni:
Pasien umumnya berumur 3-6 tahun dan merupakan kunjungan
pertama
Menunjukkan keadaan yang tantrum, biasanya dimulai di ruang
recepsionis dan sebelum itu
Perilaku ini disebut juga dengan “incorrigible”
Menangis, berteriak, memukul-mukul daerah kaki atau tangan
b) Perilaku keras kepala (defiant patient) 12
8
Beberapa karakteristik anak dengan perilaku keras kepala, yakni:
Dapat dijumpai pada semua usia, lebih khususnya pada anak sekolah
dasar
Adanya upaya penolakan dengan menggunakan “saya tidak mau”
Mereka mengajukan protesnya ketika mereka dibawa untuk
berkunjung ke klinik gigi kembali.
Menunjukkan sifat yang “keras kepala”
c) Perilaku pemalu (Timid patient) 12
Karakteristik anak dengan perilaku pemalu, yakni:
Pemalu tapi memiliki kecemasan yang tinggi
Jika mereka melakukan kesalahan, perilaku mereka bisa saja
semakin memburuk hingga tak terkontrol
Tampak malu-malu di samping orang tuanya
Terlihat ingin menangis, tapi tidak histeris
Berasal dari lingkungan keluarga yang bersifat overprotektif.
Membutuhkan dorongan kepercayaan diri
d) Perilaku tegang (Tense patient) 12
Suara terdengar tremor ketika mereka berbicara
Menerima perawatan yang diberikan, tetapi menunjukkan sifat
tegang yang berlebih
Diitandai dengan adanya peluh keringat
e) Perilaku cengeng (Whining patient) 12
Mereka tidak menolak perawatan tapi merengek selama prosedur
perawatan berlangsung
Menangisnya terkontrol, konstan dan tidak histeris
Bisa menerima perhatian dari dokter gigi
Jarang ada air mata
Reaksi ini akan menimbulkan beban stress pada tim perawatan dental
9
2.2 Faktor yang memengaruhi perilaku anak
Menurut Klinberg dan Broberg yang dikutip oleh Suprabha, dkk13 menyatakan
bahwa kurangnya perilaku kooperatif pada anak-anak dikaitkan dengan kecemasan dan
ketakutan mengenai perawatan gigi, selain itu menurut Wigen, dkk yang juga dikutip
oleh Suprabha, dkk13 menyatakan bahwa hal ini diakui sebagai faktor risiko untuk
menghindar untuk mencari perawatan gigi sehingga meningkatkan risiko penyakit gigi
yang tidak diobati. Respon anak selama perawatan gigi dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti pengalaman pelayanan medis dan perawatan gigi yang bersifat negatif
sebelumnya, pengaruh sosial dan faktor kepribadian. Adapun sejumlah faktor yang
diketahui memengaruhi kecemasan gigi pada anak-anak, diantaranya ;5
a. Faktor orang tua
Orang tua memiliki peran penting dalam perilaku anak secara umum karena
adanya gaya pengasuhan tertentu yang mereka miliki seperti teknik disiplin dan
seberapa banyak kebebasan yang mereka izinkan pada anak. Dengan demikian
faktor orang tua juga dapat memengaruhi kecemasan anak. Adapun faktor orang
tua yang memengaruhi perilaku anak di klinik gigi, diantaranya ;13
1. Kepribadian orang tua dalam mengasuh anak
Dalam proses pengasuhan, ada empat tipe pengasuhan yang terbentuk
berdasarkan tuntutan orang tua dan tanggung jawab yang diharapkan dari anak-
anak mereka.9
a) Authoritative (demokratis, seimbang).
Orang tua dengan kepribadian ini memiliki tuntutan yang tinggi terhadap
anak-anak mereka, tetapi juga menunjukkan tanggung jawab besar kepada anak
mereka. Mereka menetapkan standar yang jelas untuk anak-anak mereka,
mengamati batas-batas yang ditetapkan dan membiarkan perkembangan
otonomi anak-anak. Mereka mengharapkan perilaku terkait usia dan
independen dari anak-anak mereka. Adanya pemberian hukuman terhadap
perilaku buruk secara konsisten dan tepat, tanpa adanya kekerasan. Gaya
pengasuhan seperti ini menghasilkan anak-anak yang mandiri dan percaya diri,
10
yang bahagia, cakap dan sukses. Di klinik gigi mereka menunjukkan perilaku
anak normal. 9
c) Memanjakan anak
Gaya pengasuhan yang permisif (memanjakan) ditandai dengan tanggung
jawab pribadi yang tinggi, tetapi adanya tuntutan yang lemah terhadap anak-anak
mereka. Orang tua yang permisif tidak menetapkan batasan dan memenuhi setiap
permintaan anak. Mereka tidak menuntut perilaku yang sesuai situasi, dan
mereka membiarkan anak-anak mereka melakukan segalanya. Anak-anak tidak
memiliki alasan untuk belajar mengendalikan perilaku mereka, dan mereka selalu
berharap mendapatkan apa yang mereka inginkan.9
11
Anak-anak dengan pengasuhan seperti ini akan menunjukkan sikap yang
tidak terkontrol. Kerja sama dengan orang tua yang permisif dapat menjadi hal
yang sulit. Alasannya adalah hubungan kualitatif dengan dokter gigi tidak dapat
ditentukan. Peran aktif dari orang tua tidak dapat dipenuhi karena orang tua
dengan pola parenting seperti ini tidak terbiasa menuntut sesuatu dari anak
mereka. Dalam beberapa saat, hal ini dapat menyebabkan salah menafsirkan hal-
hal, karena tampaknya mereka tidak cukup berusaha, dan kadang-kadang mereka
mengaku bahagia jika dokter gigi yang mengambil alih peran pada anak selama
perawatan gigi. Kesehatan mulut anak-anak yang dimanjakan umumnya
memiliki kesehatan rongga mulut yang sangat buruk. 9
12
2. Hubungan Orang Tua-Anak
Hubungan orangtua-anak membentuk dasar pengaruh orang tua terhadap
perilaku anak-anak. Hubungan ibu-anak lebih penting karena ibu sering
menjadi tempat pemberi perhatian dan perawatan utama. Jenis kepribadian ibu
memengaruhi kemampuan anak untuk mengatasi situasi yang memprovokasi
rasa takut seperti perawatan gigi. Menurut Freeman dalam Suprabha13, jenis
kepribadian ibu-anak terbagi atas;
a) Ibu-anak yang kompeten. Hubungan ini dicirikan dengan adanya interaksi
yang terpelihara antara anak dan ibu. Kondisi ini mendorong pertumbuhan
psikologis anak. Sang ibu berperilaku secara konsisten, kemampuan ibu
dalam menampung kecemasan anaknya, dan berinteraksi secara emosional
yang positif. Hal ini mampu mendorong anak untuk mengembangkan
kemandirian dan keterampilan sosial, sehingga anak mampu mengatasi
situasi stres seperti perawatan gigi. 13
b) Ibu-anak yang agresif. Hubungan ini ditandai dengan inkonsistensi terhadap
sikap emosional. Ibu yang agresif tidak dapat menetapkan batas-batas yang
jelas untuk perilaku anak. Mereka terkadang terlalu penuh perhatian atau
kurang memperhatikan. Ketika anak-anak menunjukkan perilaku negatif,
mereka menanggapi dengan cara yang tidak konsisten dan agresif.13
c) Ibu-anak yang cemas. Ibu yang berperilaku dengan otoriter. Mereka cederung
bersikap negatif dan menghukum. Hanya ada sedikit kehangatan dan
responsif terhadap kebutuhan perkembangan anak. Ada batasan dan kontrol
ketat untuk anak. Adanya pandangan dan pemikiran serta keterampilan sosial
anak dihambat. Ini menghasilkan kepatuhan dan perilaku anak yang buruk. 13
13
melalui pemodelan dan informasi/instruksi. Orang tua yang memiliki
pengalaman perawatan gigi yang buruk dapat menularkan kecemasan atau
ketakutannya pada anak mereka sehingga memengaruhi sikap dan respon anak
terhadap perawatan yang akan diberikan. Hal ini menjadi contoh pemodelan
orang tua terhadap anaknya, sehingga ketika anak-anak berada dalam tahap
perilaku belajar, mereka sering meniru orang tua yang dipandang sebagai
model. Akibatnya, anak-anak tersugesti dengan apa yang dicitrakan orang tua
mereka terhadap perawatan gigi. 13
b. Faktor anak
1. Usia anak
Ketakutan dan kecemasan yang dimiliki anak tentunya berbeda dari setiap fase
perkembangannya mulai dari sejak lahir/bayi hingga pada usia dewasa muda. Hal
ini menunjukkan bahwa disetiap periode perkembangan anak terjadi perubahan
perilaku dalam mengatasi sebuah persoalan terutama segala hal yang berkaitan
dengan perawatan dental (seperti; lingkungan, suara, keributan, aroma, alat, rasa
sakit).9
14
Tabel 3. Jenis kecemasan pada bayi, anak-anak, dan dewasa muda9
Usia Jenis Kecemasan
0-6 bulan Suara yang keras, hilangnya dukungan fisik
6-18 bulan Orang asing, situasi yang tidak diketahui, berpisah dari orang tua, sesuatu
yang tiba-tiba dan tak terduga.
2-3 tahun Hewan, kegelapan, adanya imajinasi yang terbentuk
3-6 tahun Kegelapan, badai, kehilangan teman dekat, adanya trauma pada tubuh.
6-10 tahun Sekolah, gelisah, kegelapan, kecelakaan tubuh dan bahaya fisik, kesepian,
serangga, makhluk gaib.
10-12 tahun Sosialisasi, tampakan fisik, gemuruh/guntur dan kilat
13-18 tahun Sosialisasi, penolakan dari lngkungan sekitar, dan tampilan fisik
c. Faktor yang berkaitan dengan dokter gigi, tim perawat gigi, dan klinik gigi
Sumber utama dari semua masalah yang menyebabkan adanya ketakutan dan
kecemasan yang merubah perilaku anak adalah rangsangan yang langsung
15
berhubungan dengan dokter gigi, tim perawat gigi dan klinik gigi itu sendiri.
Seorang dokter gigi yang merawat anak-anak harus dapat secara akurat menilai
tingkat perkembangan anak, sikap, dan temperamen dalam mengantisipasi reaksi
anak terhadap perawatan.9
Pemandangan asing, suara, dan aroma dari alat dan bahan kedokteran gigi
dapat menyebabkan kecemasan pada anak-anak. Bagian dari ruang tunggu harus
dibuat senyaman mungkin bagi anak-anak, dekorasi dengan gambar berorientasi
anak dan beberapa mainan yang ditempatkan secara strategis. Ventilasi yang baik
meminimalkan bau yang terkait dengan kedokteran gigi. Penggunaan instrumen
getaran rendah juga dapat membantu. Tim klinisi harus menghindari memakai
kacamata pelindung mata dan masker ketika anak pertama memasuki tempat
perawatan.5
Resepsionis biasanya adalah anggota staf pertama yang ditemui anak saat tiba
di klinik gigi. Cara merawat dan meyakinkan bahwa anak diterima dalam praktik
pada kunjungan pertama dan selanjutnya adalah hal yang sangat penting. Area
penerimaan yang ramah anak (misalnya mainan dan permainan sesuai usia)
keduanya dapat memberikan pengalih perhatian dan menunjukkan bahwa staf
memiliki perhatian yang tulus untuk pasien muda.14
16
Gambar 1. Konsep Pedodontic Treatment Triangle
(Sumber : Wright GZ, Kupietzky A. Behavior management in dentistry for children. USA. Wiley
Blackwell. 2nd Ed. 2014. P. 5)
Konsep ini menunjukkan bahwa anak berada di puncak segitiga yang merupakan
fokus perhatian baik keluarga maupun dokter gigi/tim perawat gigi.10 Sedangkan, posisi
orang tua dan dokter gigi terletak pada masing-masing sudut kaki segitiga.16 Garis-garis
yang terbentuk menunjukkan bahwa merawat anak setidaknya terjadi hubungan 1: 2
(yaitu, dokter gigi: anak dan orang tua). Ketiga komponen ini memiliki peranan penting
dalam membangun sebuah komunikasi secara dua arah. Tanda panah di ujung garis
menunjukkan bahwa komunikasi yang diperlukan adalah adanya komunikasi timbal
balik. Dalam konsep ini juga menandakan bahwa perawatan gigi pada pasien anak
adalah hubungan dinamis antara sudut-sudut segitiga-anak, keluarga, dan dokter gigi.10
Anak menjadi fokus dari dokter gigi dan dibantu oleh orang tua. Perawatan gigi anak
akan dipusatkan pada orientasi anak sebagai pasien dan orangtuanya, dokter gigi akan
bertindak untuk mengarahkan orang tua pada perawatan yang diindikasikan kepada
anaknya.16
17
a. Teknik manajemen perilaku anak
Seiring dengan pertumbuhannya, anak-anak menunjukkan berbagai
perkembangan fisik, intelektual, emosional, dan sosial serta keragaman sikap dan
temperamen, penting bahwa dokter gigi memiliki berbagai teknik panduan perilaku
untuk memenuhi kebutuhan masing-masing anak dan menjadi toleran dan fleksibel.
dalam implementasinya. Panduan perilaku bukanlah aplikasi teknik individual yang
dibuat untuk menangani anak-anak, tetapi lebih kepada metode komprehensif dan
berkelanjutan yang dimaksudkan untuk mengembangkan dan memelihara hubungan
antara pasien dan dokter,yang pada akhirnya membangun kepercayaan dan
melenyapkan ketakutan dan kecemasan. Adapun teknik yang dapat diterapkan
dalam mengatasi perilaku anak, diantaranya ;14
1) Pertimbangan Praktis
(a) Mengirim informasi kepada orang tua.sebelum kunjungan anak
Leaflet yang berisi informasi tentang perawatan gigi dan kebutuhannya, dan
pentingnya kunjungan gigi pertama sebelum usia 12 bulan, dikirim ke orang
tua sehingga mereka menjadi terbiasa dengan proses sebelumnya; kecemasan
dan ketakutan mereka berkurang dan mereka dapat menyampaikan informasi
tersebut kepada anak-anak mereka tentang kunjungan gigi dengan cara biasa
seperti memberi tahu tentang hal-hal atau kegiatan baru.15
(b) Desain operasional pada perawatan
Ruang tunggu dan dan tempat perawatan. Ruang tunggu harus dirancang
dengan warna-warna cerah dan memiliki mainan dan kartun dan jika
memungkinkan ruang bermain. Tempat harus rapi dan bersih.15
Tampilan dokter gigi dan tim perawat. Umumnya seorang anak takut
pada jas putih atau masker yang digunakan karena mereka
menghubungkannya dengan dokter atau tindakan injeksi. Karena itu
dokter gigi harus mencoba untuk menghindari jas putih dan masker
wajah di hadapan anak-anak.15
18
Durasi Janji dan perawatan. Anak-anak harus diberi janji pagi karena
kebanyakan dari mereka tidur siang. Mereka tidak boleh menunggu
terlalu lama karena membuat mereka gelisah dan mudah tersinggung.
Durasi setiap janji tidak boleh lebih dari 30 menit, setelah itu mereka
mulai gelisah. 15
Perlakuan pada anak. Saat anak masuk ke klinik gigi, dia harus disambut
dengan hangat oleh resepsionis & anggota staf lainnya. Ini membantu
menenangkan saraf anak. Diskusi dengan anak tentang game atau
kegiatan favoritnya sangat membantu dalam mendapatkan kepercayaan
diri anak dan menghilangkan ketakutan dan kecemasannya.15
Memisahkan orang tua dan anak. Teknik ini tidak disarankan pada anak-
anak yang tergolong pra-kooperatif, oleh karena itu orang tua
diperbolehkan untuk bersama anak selama perawatan. Hal ini mencegah
kecemasan dan ketakutan anak berpisah dengan orang tuanya. Mereka
merasa lebih aman dan rileks, sementara orang tua sendiri merasa lebih
baik. Namun, beberapa orang tua secara sukarela mengecualikan diri
mereka sendiri, percaya bahwa anak-anak mereka akan merespon lebih
baik. Seberapa mampu kehadiran orang tua membantu dalam perawatan
tergantung pada kepribadian orang tua dan anak. Orang tua yang
demokratis dapat memudahkan perkembangan hubungan antara dokter
gigi dan anak. Orang tua yang memiliki kepribadian kompensasi, terlalu
protektif, atau terlalu tua dapat memperburuk situasi. Pemisahan orang
tua dan anak paling berguna untuk anak yang tidak kooperatif, terutama
jika orang tua adalah salah satu dari tiga tipe yang disebutkan tadi. 15
2) Membangun komunikasi yang baik dengan anak
Secara umum disepakati bahwa melibatkan seorang anak dalam percakapan
tidak hanya memungkinkan dokter gigi untuk belajar tentang pasien tetapi juga
dapat membuat anak rileks. Komunikasi adalah proses multisensori yang
kompleks yang terdiri atas pemberi informasi, media, dan penerima. Dokter gigi
19
atau tim kesehatan gigi adalah pemberi informasi, kata yang diucapkan adalah
media, dan pasien anak adalah penerima. Pesan harus dipahami dengan cara
yang sama oleh pengirim dan penerima. Harus ada "kesesuaian" antara pesan
yang dimaksudkan dan yang dipahami.17 Secara umum, komunikasi terbagi atas
dua, yaitu ;15
(a) Komunikasi non verbal
Jenis komunikasi ini juga disebut komunikasi multisensori. Ketika anak
memasuki ruang perawatan, anak harus disambut dengan senyum, jabat
tangan dan atau tepukan lembut. Bahkan selama perawatan, sesekali
menepuk atau tersenyum pada anak dan membuatnya lebih patuh. 15
(b) Komunikasi verbal
Ada banyak cara untuk memulai komunikasi verbal, dan keefektifan
pendekatan ini berbeda dengan usia anak. Umumnya, komunikasi verbal
dengan anak paling baik dimulai dengan adanya tanggapan positif, diikuti
oleh pertanyaan yang menghasilkan jawaban selain "ya" atau "tidak."17
Menyambut anak dan berinteraksi dengannya untuk saling mengenal
adalah langkah penting dalam membangun hubungan. Anak harus diberitahu
tentang prosedur dengan cara yang jelas menggunakan kata-kata yang sesuai
dengan usia anak, sehingga tidak ada kesenjangan komunikasi antara
pengirim (dokter gigi) dan penerima (anak). Penting untuk berhati-hati
dalam memilih kata dan frasa yang digunakan untuk memahamkan pasien
gigi anak yang baru terhadap perawatan yang akan diberikan.15 Penggunaan
euphemism (pemilihan kata yang lebih halus) harus digunakan sebanyak
mungkin seperti:15,17
20
Tabel 4. Pengganti kata untuk menjelaskan prosedur untuk anak-anak17
Dental Terminology Penggantian Kata
Rubber dam Jas hujan karet
Rubber dam clamp Tombol gigi
Rubber dam frame Rak mantel
Sealant Cat gigi
Fluoride varnish Vitamin gigi
Air syringe Senapan angin
Water syringe Pistol air
Suction Penyedot debu
Alginate Puding
Study models Patung-patung
21
berbohong bahwa obat yang akan diberikan tidak menyakitkan sama sekali.
Saat anak merasakan sakitnya, dia akan langsung bereaksi atau bergerak
dengan keras. Ini tidak hanya menyebabkan risiko tetapi juga akan
menghancurkan kepercayaan yang dimiliki anak di dokter gigi. Dalam
sebagian besar kasus, anak tidak akan mengizinkan dokter gigi untuk
melanjutkan perawatan.
(d) Toleransi
Dokter gigi harus sabar dan toleran bahkan jika anak itu nakal. Mereka
seharusnya tidak melampiaskan kemarahan mereka di depan anak.15
22
(c) Kelalaian
Menghilangkan rangsangan yang menyenangkan untuk mengeluarkan
perilaku yang diinginkan. Jika seorang anak tidak bekerja sama di hadapan
orang tuanya, maka dia diberitahu bahwa orang tua akan dikirim keluar dan dia
akan tinggal sendirian di ruang kerja jika dia melakukannya tidak bekerja sama.
Secara alami, teknik ini terbukti sangat efektif. 15
(d) Hukuman: Penyajian stimulus yang tidak menyenangkan seperti teknik hand
over mouth.15
4) Fleksibilitas
Karena anak-anak adalah anak-anak, kurang dalam kedewasaan, tim medis
pada perawatan gigi harus siap untuk mengubah rencananya pada waktu tertentu.
Seorang anak mungkin mulai resah setelah setengah jam, dan perawatan yang
direncanakan mungkin harus dipersingkat. Di sisi lain, dokter gigi dapat
merencanakan perawatan pulpa tetapi karena anak itu sulit, rencana tersebut
mungkin harus diubah untuk menyelesaikan perawatan pada satu sesi.15
23
(b) Sedasi
Sedasi dapat digunakan dengan aman dan efektif pada pasien yang tidak
dapat bekerja sama karena kurangnya kematangan psikologis atau emosional
dan/atau cacat mental, fisik, atau medis. Informasi latar belakang dan
dokumentasi untuk penggunaan sedasi dirinci dalam Panduan untuk
Pemantauan dan Manajemen Pasien Anak Selama dan Setelah Sedasi untuk
Prosedur Diagnostik dan Terapeutik. 14
(c) Anestesi umum
Anestesi umum merupakan salah satu teknik panduan perilaku lanjutan
dengan keadaan adanya ketidaksadaran yang terkontrol disertai dengan
hilangnya refleks pelindung, termasuk kemampuan untuk mempertahankan jalan
nafas secara independen dan merespons dengan sengaja untuk rangsangan fisik
atau perintah verbal. Penggunaan anestesi umum terkadang diperlukan untuk
menyediakan perawatan gigi yang berkualitas bagi anak. Tergantung pada
pasien, teknik ini dapat dilakukan di rumah sakit atau pengaturan rawat jalan,
termasuk klinik gigi.14
24
BAB III
RANGKUMAN
Penanganan perawatan dental pada anak tentu sangat berbeda dengan orang dewasa.
Hal ini disebabkan karena adanya perubahan perilaku yang dapat terjadi seiring dengan
perkembangan usia anak, tidak hanya itu terdapat berbagai macam faktor yang dapat
memengaruhi perilaku anak, diantaranya faktor orang tua dan dokter gigi dalam menangani
perawatan pada anak. Terdapat berbagai macam teknik manajemen perilaku yang dapat
diterapkan saat atau selama perawatan sedang berlangsung. Teknik ini dapat dilakukan
sesuai dengan kebutuhan seorang anak dalam perawatan dan tentunya didukung oleh
bagaimana seorang dokter gigi dan orang tua dapat bekerja sama dalam membangun
komunikasi yang baik pada anak terhadap kesehatan gigi dan mulutnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
4. Shao AG, Kahabuka FK, Mbawalla HS. Children’s behaviour in the dental setting
according to frankl behaviour rating and their influencing factors. J Dental Sci 2016, 1(1):
1-12
5. Gupta A, Marya CM, Bhatia HP, Dahiya V. Behaviour management of an anxious child.
Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial Journal. 2014 ; 16(1) : 3-6.
6. Cameron AC, Widmer RP. Handbook of pediatric dentistry. 3rd. China : Elsevier ; 2008. P.
10
7. Asnani KH. Essential of pediateric dentistry. Ajanta Offset ; Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) Ltd. ; 2010. P. 41
8. Boas AMV, Vieira JOS, Diniz MB. Child’s behavior and its relationship with the level of
maternal-child anxiety during dental care. Pesq Bras Odontoped Clin Integr. 2017; 17(1):
1-9
10. Wright GZ, Kupietzky A. Behavior management in dentistry for children. USA. Wiley
Blackwell. 2nd Ed. 2014. P. 5
26
11. Hicham Riba., et al. A review of behavior evaluation scales in pediatric dentistry and
suggested modification to the frankl scale. EC Dental Science. 2017; 16(6) : 269-275.
12. Rao A. Principle and practice of pedodontics. 3rd Ed. New Delhi : Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) LTD. 2012. P108-9
13. Suprabha BS, Rao A. Role of parent in behavior guidance of children in dental operatory:
current trends. International Journal of Advanced Research. 2015; 3( 1) : 466-70
14. Clinical Practice Guidelines. Guideline on behavior guidance for the pediatricdental
patient.Reference Manual. 2015 ; 37(6) : 180-93
15. Jain V, Sarkar S, Saha S, Haldar S. Basic behaviour guidance factors and techniques for
effective child management in dental clinic- an update review. Int J Oral Health Med Res
2016;2(6):177-182.
16. Soeparmin S. Pedodontic treatment tringle berperan dalam proses keberhasilan perawatan
gigi anak. Interdental JKG; 2011: 8(2):37-41.
17. Dean, Avery, McDonals. Mc donald and vaery's dentistry for the child and adolescent. 9 th
Ed. China ; Elsevier. 2011. p. 35-6, 38
27