Anda di halaman 1dari 13

2.2.

Terapi Hiperbarik Oksigen


2.2.1. Defenisi1
Hiperbarik berasal dari kata hyper berarti tinggi, bar berarti tekanan. Dengan kata lain
terapi hiperbarik adalah terapi dengan menggunakan tekanan yang tinggi. Pada awalnya,
terapi hiperbarik hanya digunakan untuk mengobati decompression sickness, yaitu suatu
penyakit yang disebabkan oleh penurunan tekanan lingkungan secara mendadak sehingga
menimbulkan sejumlah gelembung nitrogen dalam cairan tubuh baik di dalam sel maupun di
luar sel, dan hal ini dapat menimbulkan kerusakan di setiap organ di dalam tubuh, dari derajat
ringan sampai berat bergantung pada jumlah dan ukuran gelembung yang terbentuk. Seiring
dengan berjalannya waktu, terapi hiperbarik berkembang fungsinya untuk terapi macam-
macam penyakit, beberapa diantaranya seperti stroke, multipel sclerosis, edema cerebral,
keracunan karbon monoksida dan sianida, trauma kepala tertututp, gas gangren, neuropati
perifer, osteomielitis, sindroma kompartemen, diabetik neuropati, migran, infark miokard dan
lain-lain. Hiperbarik oksigen adalah suatu cara terapi dimana penderita harus berada dalam
suatu ruangan bertekanan, dan bernafas dengan oksigen 100% pada suasana tekanan ruangan
yang lebih besar dari 1 ATA (atmosfer absolut). Tidak terdapat definisi yang pasti akan
tekanan dan durasi yang digunakan untuk sesi terapi oksigen hiperbarik. Umumnya tekanan
minimal yang digunakan adalah sebesar 2,4 atm selama 90 menit. Banyaknya sesi terapi
bergantung pada kondisi pasien dengan rentang 1 sesi untuk keracunan ringan karbon
monoksida hingga 60 sesi atau lebih untuk lesi diabetik pada kaki.1,2
Mekanisme TOHB melalui dua mekanisme yang berbeda. Pertama, bernafas dengan
oksigen murni dalam ruang udara bertekanan tinggi (hyperbaric chamber) yang tekanannya
lebih tinggi dibandingkan tekanan atmosfer, tekanan tersebut dapat menekan saturasi
hemoglobin, yang merupakan bagian dari sel darah merah yang berfungsi mentransport
oksigen yang secara kimiawi dilepaskan dari paru ke jaringan. Bernafas dengan oksigen
100% pada atmosfer yang normal tidak efek pada saturasi hemoglobin.1,2
Kedua, dibawah tekanan atmosfer, lebih banyak oksigen gas terlarut dalam plasma.
Meskipun dalam kondisi normal transport oksigen terlarut dalam plasma jauh lebih signifikan
daripada transport oleh hemoglobin, dengan TOHB kontribusi transportasi plasma untuk
jaringan oksigenasi sangat meningkat. Sebenarnya, menghirup oksigen murni pada tiga kali
yang normal atmosfer.3
Hasil tekanan dalam peningkatan 15 kali lipat dalam konsentrasi oksigen terlarut
dalam plasma. Itu adalah konsentrasi yang cukup untuk memasok kebutuhan tubuh saat
istirahat bahkan dalam total tidak adanya hemoglobin.1
Sistem kerja TOHB, pasien dimasukkan dalam ruangan dengan tekanan lebih dari 1
atm, setelah mencapai kedalaman tertentu disalurkan oksigen murni (100%) kedalam ruang
tersebut. Ketika kita bernapas dalam keadaan normal, udara yang kita hirup komposisinya
terdiri dari hanya sekitar 20% adalah oksigen dan 80% nya adalah nitrogen. Pada TOHB,
tekanan udara meningkat sampai dengan 2 kali keadaan nomal dan pasien bernapas dengan
oksigen 100%. Pemberian oksigen 100% dalam tekanan tinggi, menyebabkan tekanan yang
akan melarutkan oksigen ke dalam darah serta jaringan dan cairan tubuh lainnya hingga
mencapai peningkatan konsentrasi 20 kali lebih tinggi dari normal.4
Oksigenasi ini dapat memobilisasi penyembuhan alami jaringan, hal ini merupakan
anti inflamasi kuat yang merangsang perkembangan pembuluh darah baru, dapat membunuh
bakteri dan mengurangi pembengkakan.3,4

2.2.2 Hyperbarik chamber


Terapi oksigen hiperbarik pada suatu ruang hiperbarik (hyperbaric chamber) yang
dibedakan menjadi 2, yaitu:
- Monoplace : pengobatan satu penderita
- Multiplace : pengobatan untuk beberapa penderita pada waktu bersamaan dengan
bantuan masker tiap pasiennya
Pasien dalam suatu ruangan menghisap oksigen 100% bertekanan tinggi > 1 ATA.
Tiap terapi diberikan selama 2-3 ATA, menghasilkan 6 ml oksigen terlarut dalam 100 ml
plasma, dan durasi rata-rata terapi 60-90 menit. Jumlah terapi bergantung dari jenis penyakit.
Untuk akut sekitar 3-5 kali dan untuk kasus kronik bisa mencapai 50-60 kali. Dosis yang
digunakan pada perawatan tidak boleh lebih dari 3 ATA karena tidak aman untuk pasien dan
mempunyai efek imunosupresif.5

2.2.3 Fisiologi terapi hiperbarik oksigen


Terdapat 3 hukum yang berperan dalam terapi oksigen hiperbarik, yaitu6,7:
 Hukum Boyle
Pada suhu tetap, tekanan berbanding terbalik dengan volume.
P1V1 = P2V2 = P3V3.....= K
Ini adalah dasar untuk banyak aspek terapi hiperbarik. Dasar ini terjadi ketika tuba
eustachius tertutup mencegah pemerataan tekanan gas sehingga kompresi gas memberikan
rasa nyeri di telinga bagian tengah . Pada pasien yang tidak bisa secara independen
melakukan ekualisasi tekanan, tympanostomy harus dipertimbangkan untuk menyediakan
saluran antara bagian dalam dan ruang telinga bagian luar. Demikian pula, gas yang
terperangkap dapat membesar dan membahayakan selama dekompresi, seperti pada
pneumotoraks yang terjadi selama pemberian tekanan.
 Hukum Dalton
Tekanan total suatu campuran gas adalah sama dengan jumlah tekanan parsial dari masing
– masing bagian gas.
P = P1 + P2 + P3 +.....
 Hukum Henry
Jumlah gas terlarut dalam cairan atau jaringan berbanding lurus dengan tekanan
parsial gas tersebut dalam cairan atau jaringan pada suhu yang tetap.
Ini adalah dasar teori untuk meningkatkan tekanan oksigen jaringan dengan
pengobatan HBO. implikasi pada kasus dimana seseorang bernafas menggunakan oksigen
100% bertekanan tinggi, sehingga konsentrasi gas inert pada jaringan (terutama nitrogen)
juga akan meningkat. Nitrogen dapat larut dalam darah dan juga dapat keluar dari plasma
membentuk emboli gas arterial selama fase dekompresi.
Fisiologi dari HBO bermacam-macam yakni :
1. peningkatan jumlah oksigen terlarut dalam jaringan.Sebagian besar oksigen yang
dibawa dalam darah terikat pada hemoglobin, dimana 97% tersaturasi pada tekanan
atmosfer, Namun beberapa oksigen dibawa oleh plasma. Pada bagian ini akan
meningkat pada terapi hiperbarik sesuai dengan hukum Henry yang akan
memaksimalkan oksigenasi jaringan. Ketika menghirup udara normobaric, tekanan
oksigen arteri adalah sekitar 100 mmHg, dan tekanan oksigen jaringan sekitar 55
mmHg. Namun, oksigen 100% pada tekanan 3 ATA dapat meningkatkan tekanan
oksigen arteri 2000 mmHg, dan tekanan oksigen jaringan menjadi sekitar 500 mmHg,
dan hal ini memungkinkan pengiriman 60 ml oksigen per liter darah ( dibandingkan
dengan 3 ml/l pada tekanan atmosfer ), yang cukup untuk mendukung jaringan
beristirahat tanpa kontribusi dari hemoglobin. Karena oksigen terlarut banyak di dalam
plasma maka dapat menjangkau daerah-daerah yang terhambat di mana sel-sel darah
merah tidak bisa lewat, dan juga dapat mengaktifkan oksigenasi jaringan bahkan
meskipun terdapat gangguan hemoglobin yang berperan dalam pengangkutan oksigen,
seperti pada keracunan gas karbon monoksida dan anemia berat.6,8
2. Peningkatan gradien difusi oksigen ke dalam jaringan. Tekanan partial oksigen yang
tinggi dalam kapiler darah memberikan gradien yang besar untuk poses difusi oksigen
dari darah ke jaringan. keadaan tersebut sangat berguna untuk jaringan yang hipoksia
akibat angiopati mikrovaskular seperti pada diabetes dan radiation necrosis. Selain itu,
HBO juga membantu menstimulasi angiogenesis dan mengatasi defek patologis primer
karena penurunan infiltrasi leukosit dan vasokonstriksi dalam jaringan iskemik.6,8
3. Vasokonstriksi arteriolar. Hyperoxic menyebabkan vasokonstriksi yang cepat dan
signifikan pada sebagian besar jaringan. HBO juga biasanya meningkatkan resistensi
vaskular sistemik, bradikardi serta menurunkan CO sebesar 10-20%, dengan Stroke
Volume masih terpelihara. Meskipun demikian, hal ini masih dikompensasi oleh
peningkatan pengangkutan oksigen plasma yang 2 kali lebih besar daripada biasanya.6,7
4. Efek terhadap pertumbuhan bakteri. HBO meningkatkan pembentukan radikal bebas
oksigen, yang mengoksidasi protein dan lipid membran , yang kemudian akan
menyebabkan kerusakan DNA sehingga mencegah multiplikasi, menghambat fungsi
metabolisme bakteri serta memfasilitasi sistem peroksidase yang digunakan leukosit
untuk membunuh bakteri. HBO sangat efektif terhadap bakteri anaerob dan bakteri
microaerophilic.6
5. Efek pada reperfusion injury. HBO menstimulasi pertahanan melawan radikal bebas
oksigen dan peroksidase lipid yang terjadi. Pada reperfusion injury, leukosit menempel
pada endotel venule, kemudian terjadi pengeluaran unidentified humoral mediators
yang menyebabkan konstriksi arteriol lokal. HBO mencegah proses tersebut dengan
memperbaiki hidup dari kulit atau bahkan tungkai yang diimplatasi.8

2.2.4 Manfaat
a. Meningkatkan konsentrasi oksigen pada seluruh jaringan tubuh, bahkan pada aliran
darah yang berkurang
b. Merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru untuk meningkatkan aliran darah
pada sirkulasi yang berkurang
c. Mampu membunuh bakteri, terutama bakteri anaerob seperti Closteridium perfingens
(penyebab penyakit gas gangren)
d. Mampu menghentikan aktivitas bakteri (bakteriostatik) antara lain bakteri E. coli dan
Pseudomonas sp. yang umumnya ditemukan pada luka-luka mengganas.
e. Mampu menghambat produksi racun alfa toksin.
f. Meningkatkan viabilitas sel atau kemampuan sel untuk bertahan hidup.
g. Menurunkan waktu paruh karboksihemoglobin dari 5 jam menjadi 20 menit pada
penyakit keracunan gas CO
h. Dapat mempercepat proses penyembuhan luka dengan pembentukan fibroblast
i. Meningkatkan produksi antioksidan tubuh tertentu
j. Mereduksi ukuran bubble nitrogen
k. Mereduksi edema
l. menahan proses penuaan dengan cara pembentukan kolagen yang menjaga elastisitas
kulit
m. badan menjadi lebih segar, badan tidak mudah lelah, gairah hidup meningkat, tidur
lebih enak dan pulas.9,10

2.2.5 Indikasi4
Hiperbarik dapat memiliki beberapa manfaat untuk mengobati penyakit-penyakit akibat
penyelaman dan kegiatan kelautan:
- Penyakit Dekompresi
- Emboli udara
- Luka bakar
- Crush Injury
- Keracunan gas karbon monoksida (CO)
Terdapat beberapa pengobatan tambahan, yaitu:
- Gas gangren
- Komplikasi diabetes mellitus (gangrene diabeticum)
- Eritema nodosum
- Osteomyelitis
- Buerger’ s diseases
- Morbus Hansen
- Psoriasis vulgaris
- Edema serebral
- Scleroderma
- Lupus eritematosus (SLE)
Rheumatoid artritis Terdapat pula pengobatan pilihan, yaitu:
- Pelayanan kesehatan dan kebugaran
- Pelayanan kesehatan olahraga
- Pasien lanjut usia (geriatri)
- Dermatologi dan kecantikan
Indikasi kondisi akut (di mana terapi HBO harus diberikan awal dan dikombinasikan dengan
pengobatan konvensional) yaitu :10
1. Ulkus yang tidak mengalami penyembuhan, luka bermasalah, cangkok kulit yang
mengalami reaksi penolakan.
Luka mempunyai masalah mendasar yaitu hipoksia jaringan dengan tekanan
oksigen biasanya dibawah 20 mmHg, dan cenderung untuk terjadi infeksi. Dengan
HBO 2-3 ATA selama 2 jam, oksigen meningkatkan vascular endothelial growth
factor (VEGF) pada sel endotel. Melalui siklus krebs akan terjadi peningkatan NADH
yang memicu fibroblast yang diperlukan untuk mensintesis kolagen pada proses
remodelling. Selain itu, oksigen penting dalam hidroksilasi lisin dan prolin selama
proses sintesis dan penyatuan kolagen. Pada bagian luka juga terdapat edema dan
infeksi. Di bagian edema terdapat radikal bebas dalam jumlah besar, mengalami
kondisi hipooksigenasi karena hipoperfusi. Pembentukan fibroblast akan mendorong
terjadinya vasodilatasi sehingga terjadi hipervaskular, hiperseluler dan hiperoksia.
Sedangkan infeksi diatasi oleh daya fagositosis leukosit, peningkatan pembentukan
radikal bebas, kemudian mengaktifkan peroksidase.
2. Acute Traumatic Ischaemias (Crush injury, sindrom kompartemen, dll)
Pada kasus ini kemungkinan besar ekstrimitas terjadi nekrosis atau amputasi dan
komplikasi sekunder untuk terjadi infeksi, luka yang tidak sembuh dan ununited
fraktur. Penatalaksanaannya dengan cara pembedahan, antibiotik, serta terapi HBO
sebagai terapi adjuvant. Mekanisme HBO terhadap kasus ini adalah dengan cara
meningkatkan jumlah oksigen ke jaringan, mereduksi edema, serta memediasi efek
reperfusion injury.
3. Clostridial myonecrosis (Gangrene Gas)
Clostridium welchii tidak dapat memproduksi toksin alfa ketika pasien menjalani
HBO. Organisme tersebut tidak mati, toksin tidak dapat didetoksifikasi oleh HBO dan
toksin dapat bertahan selama 30 menit. Selain HBO, pembedahan dan antibiotik
(aminoglikosida, quinolones, sulfa, dan amfotericin B) juga penting dalam
penatalaksanaannya.
4. Necrotizing Soft Tissue Infections (jaringan subkutan, otot, fascia)
Penatalaksanaan primer berupa debridement dan pemberian antibiotik. Sedangkan
HBO sebagai terapi tambahan dengan mekanisme kerja meningkatkan daya fagositas
leukosit terhadap bakteri, menghambat pertumbuhan organisme anaerob, serta
meningkatkan potensi reduksi oksidasi.
5. Kehilangan darah yang luar biasa (anemia)
HBO berperan dalam menyuplai oksigen yang cukup untuk menyokong kebutuhan
dasar metabolik pada masing-masing jaringan tubuh sampai sel darah merah kembali
normal.
6. Abses intrakranial
Terapi HBO direkomendasikan sebagai terapi adjuvant karena sangat menguntungkan
membunuh bakteri anaerob, mereduksi edema, meningkatkan sistem pertahanan tubuh
dan mencegah terjadinya osteomyelitis.
7. Encephalopathy Post-anoxic
HBO meningkatkan suplai oksigen ke neuron yang iskemik, mereduksi edema, dan
mengembalikan fleksibilitas eritrosit.
8. Luka bakar (Thermal Burns)
HBO berperan dalam mempertahankan jaringan yang masih viable, memperbaiki
mikrosirkulasi, mengurangi edema, mempercepat epitelialisasi, dan menurunkan
produksi laktat.
9. Tuli mendadak (sudden deafness)
10. Iskemik patologis pada mata (visual vascular pathology)
HBO berperan dalam mereduksi vasogenic edema pada retinal venous thrombosis.
11. Emboli udara atau gas *
12. Decompression sickness *
13. Keracunan gas karbon monoksida dan menghirup asap *
HBO pada tekanan 2,5 ATA mereduksi waktu paruh carboxyhemoglobin dari 4-5 jam
menjadi 20 menit atau kurang sehingga mencegah delayed neuropsychological sequel
dan terminasi biochemical deterioration.
Nb: * Kuratif / lini utama dari pengobatan
Indikasi kondisi kronis yaitu10:
1. Ulkus yang tidak mengalami penyembuhan / luka bermasalah (diabetes / vena dll)
2. Radiasi yang menyebabkan kerusakan jaringan
HBO dapat menginduksi neovaskularisasi dan meningkatkan tekanan oksigen jaringan.
3. Cangkok kulit dan penutup (yang mengalami reaksi penolakan/rejection)
4. Osteomielitis kronis
Peran HBO dengan cara meningkatkan level oksigen pada tulang dan jaringan,
menstimulasi angiogenesis, meningkatkan daya fagositosis, membantu efek
aminoglikosid menembus dinding sel bakteri dan aktivitas osteoklast dalam
menghilangkan tulang yang nekrosis.

2.2.6 Kontraindikasi4
Kontraindikasi TOHB terdiri dari kontraindikasi absolut dan relatif. Kontraindikasi
absolut yaitu penyakit pneumothorax yang belum ditangani. Kontraindikasi relatif meliputi
keadaan umum lemah, tekanan darah sistolik lebih dari 170 mmHg atau kurang dari 90
mmHg, diastole lebih dari 110 mmHg atau kurang dari 60 mmHg, demam tinggi lebih dari
38oC, ISPA, sinusitis, Claustropobhia (takut pada ruangan tertutup), penyakit asma,
emfisema dan retensi CO2, infeksi virus, infeksi kuman aerob seperti TBC, lepra, riwayat
kejang, riwayat neuritis optik, riwayat operasi thorax dan telinga, wanita hamil, penderita
sedang kemoterapi seperti terapi adriamycin, bleomycin.
a. Kontraindikasi absolut:
 Pneumothorax
Kontraindikasi absolut adalah pneumothorax yang belum dirawat, kecuali bila
sebelum pemberian oksigen hiperbarik dapat dikerjakan tindakan bedah untuk
mengatasi pneumothorax tersebut
 Keganasan
Selama beberapa tahun orang beranggapan bahwa keganasan yang belum diobati
atau keganasan metastasik dapat menjadi lebih buruk pada pemakaian oksigen
hiperbarik untuk pengobatan dan termasuk kontraindikasi absolut kecuali pada
keadaan-keadaan luar biasa. Namun penelitian-penelitian yang dikerjakan akhir-
akhir ini menunjukan bahwa sel-sel ganas tidak tumbuh lebih cepat dalam
suasana oksigen hiperbarik, biasanya secara bersama –sama juga menerima terapi
radiasi atau kemoterapi.
 Kehamilan
Kehamilan juga dianggap kontraindikasi karena tekanan parsial oksigen yang
tinggi berhubungan dengan penutupan patent ductus arteriosus sehingga pada
bayi prematur secara teori dapat terjadi fibroplasia retrolental. Namun penelitian
yang kemudian dikerjakan menunjukan bahwa komplikasi ini tidak terjadi.
b. Kontraindikasi relatif
 ISPA
Menyulitkan penderita untuk melaksanakan ekualisasi. Dapat ditolong dengan
penggunaan dekongestan atau melakukan miringotomi bilateral
 Sinusitis kronis
Sama dengan ISPA
 Penyakit kejang
Menyebabkan penderita lebih mudah terserang konvulsi oksigen. Bilamana perlu
penderita dapat diberikan anti-konvulsan sebelumnya.
 Emfisema dengan retensi CO2
Ada kemungkinan bahwa penambahan oksigen lebih dari normal akan
menyebabkan penderita secara spontan berhenti bernafas akibat rangsangan
hipoksik. Pada penderita dengan penyakit paru yang disertai retensi CO2, terapi
oksigen hiperbarik dapat dikerjakan bila penderita diintubasi atau memakai
ventilator.
 Panas tinggi yang tidak terkontrol
Merupakan predisposisi terjadinya konvulsi oksigen. Kemungkinan ini dapat
diperkecil dengan pemberian obat antipiretik dan anti konvulsan.
 Riwayat penumothorax spontan
Penderita yang mengalami pneumothorax spontan dalam RUBT tunggal akan
menimbulkan masalah tetapi di dalam RUBT kamar ganda dapat dilakukan
pertolongan-pertolongan yang memadai. Sebab itu bagi penderita yang
mempunyai riwayat pneumothorax spontan harus dilakukan persiapan-persiapan
untuk mengatasi hal tersebut.
 Riwayat operasi dada
Menyebabkan terjadinya luka dengan air trapping yang timbul saat dekompresi.
Setiap operasi dada harus diteliti kasus demi kasus untuk menentukan langkah-
langkah yang harus diambil. Tetapi jelas dekompresi harus dilakukan secara
lambat.
 Riwayat operasi telinga
Operasi pada telinga dengan penempatan kawat atau topangan plastik di dalam
telinga setelah stapedoktomi, mungkin suatu kontraindikasi pemakaian oksigen
hiperbarik sebab perubahan tekanan dapat mengganggu implan terseut konsultasi
dengan spesialis THT perlu dilakukan.
 Kerusakan paru asimptomatis yang nampak secara radiologis
Memerlukan proses dekompresi yang sangat lambat. Menurut pengalaman, waktu
dekompresi antara 5-10 menit tidak menimbulkan masalah.
 Infeksi virus
Pada percobaan binatang ditemukan bahwa infeksi virus akan lebih hebat bila
binatang tersebut diberi oksigen hiperbarik. Dengan alasan ini dianjurkan agar
penderita yang terkena salesma (common cold) menunda pengobatan dengan
oksigen hiperbarik sampai gejala akut menghilang..
 Spherosis kongenital
Pada keadaan ini butir-butir eritrosit sangat fragil dan pemberian oksigen
hiperbarik dapat diikuti dengan hemolisis yang berat. Bila memang pengobatan
hiperbarik mutlak diperlukan, keadaan ini tidak boleh jadi penghalang sehingga
harus dipersiapkan langkah-langkah yang perlu untuk mengatasi komplikasi yang
mungkin timbul.
 Riwayat neuritis optik
Pada beberapa penderita dengan riwayat neuritis optik terjadinya kebutaan
dihubungkan dengan terapi oksigen hiperbarik. Namun kasus yang terjadi sangat
sedikit. Tetapi jika ada penderita dengan riwayat neuritis optik diperkirakan
mengalami gangguan penglihatan yang berhubungan dengan retina,
bagaimanapun kecilnya pemberian oksigen hiperbarik harus segera dihentikan
dan perlu konsultasi dengan ahli mata.7
2.2.7 Persiapan4
Persiapan terapi oksigen hiperbarik antara lain:
 Pasien diminta untuk menghentikan kebiasaan merokoknya 2 minggu sebelum proses
terapi dimulai. Tobacco mempunyai efek vasokonstriksi sehingga mengurangi
penghantaran oksigen ke jaringan.
 Beberapa medikasi dihentikan 8 jam sebelum memulai terapi oksigen hiperbarik
antara lain vitamin C, morfin dan alkohol.
 Pasien diberikan pakaian yang terbuat dari 100% bahan katun dan tidak memakai
perhiasan, alat bantu dengar, lotion yang terbuat dari bahan dasar petroleum,
kosmetik, bahan yang mengandung plastik, dan alat elektronik.
 Pasien tidak boleh menggunakan semua zat yang mengandung minyak atau alkohol
(yaitu, kosmetik, hairspray, cat kuku, deodoran, lotion, cologne, parfum, salep)
dilarang karena berpotensi memicu bahaya kebakaran dalam ruang oksigen
hiperbarik.
 Pasien harus melepaskan semua perhiasan, cincin, jam tangan, kalung, sisir rambut,
dan lain-lain sebelum memasuki ruang untuk mencegah goresan akrilik silinder di
ruang hiperbarik.
 Lensa kontak harus dilepas sebelum masuk ke ruangan karena pembentukan potensi
gelembung antara lensa dan kornea.
 Pasien juga tidak boleh membawa koran, majalah, atau buku untuk menghindari
percikan api karena tekanan oksigen yang tinggi berisiko menimbulkan kebakaran.
 Sebelum pasien mendapatkan terapi oksigen hiperbarik, pasien dievaluasi terlebih
dahulu oleh seorang dokter yang menguasai bidang hiperbarik. Evaluasi mencakup
penyakit yang diderita oleh pasien, apakah ada kontraindikasi terhadap terapi oksigen
hiperbarik pada kondisi pasien.
 Sesi perawatan hiperbarik tergantung pada kondisi penyakit pasien.
 Pasien umumnya berada pada tekanan 2,4 atm selama 90 menit. Tiap 30 menit terapi
pasien diberikan waktu istirahat selama 5 menit. Hal ini dilakukan untuk menghindari
keracunan oksigen pada pasien.
 Terapi oksigen hiperbarik memerlukan kerjasama multidisiplin sehingga satu pasien
dapat ditangani oleh berbagai bidang ilmu kedokteran.
 Pasien dievaluasi setiap akhir sesi untuk perkembangan hasil terapi dan melihat
apakah terjadi komplikasi hiperbarik pada pasien.
 Untuk mencegah barotruma GI, ajarkan pasien benapas secara normal (jangan
menelan udara) dan menghindari makan besar atau makanan yang memproduksi gas
atau minum sebelum perawatan.

2.2.8 Komplikasi
Ketika digunakan dalam protokol standar tekanan yang tidak melebihi 3 ATA ( 300
kPa ) dan durasi pengobatan kurang dari 120 menit, terapi oksigen hiperbarik aman. Efek
samping yang paling umum adalah6:
a. Barotrauma telinga
Sebagai akibat dari ketidakmampuan untuk menyamakan tekanan di kedua sisi membran
timpani akibat tuba eustachius tertutup. Barotrauma telinga tengah dan sinus dapat
dicegah dengan teknik ekualisasi, dan otitis media dapat dicegah dengan
pseudoephidrine. Barotrauma telinga dalam sangat jarang, tapi jika membran timpani
ruptur dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen, tinnitus dan vertigo.
b. Barotrauma paru
Pneumotoraks dan emboli udara lebih berbahaya pada terapi ini. komplikasi akibat robek
di pembuluh darah paru karena perubahan tekanan, tapi jarang terjadi.
c. Barotrauma dental
Menyebabkan nyeri pada gigi yang berlubang akibat penekanan saraf.
d. Toksisitas oksigen
Toksisitas oksigen dapat dicegah dengan bernafas selama lima menit udara biasa di
ruang udara bertekanan tinggi untuk setiap 30 menit oksigen . Hal ini memungkinkan
antioksidan untuk menetralisir radikal oksigen bebas yang terbentuk selama terapi.
e. Gangguan neurologis
Meningkatkan potensi terjadinya kejang akibat tingginya kadar O2.
f. Fibroplasia retrolental
Tekanan parsial oksigen yang tinggi berhubungan dengan penutupan patent ductus
arteriosus sehingga pada bayi prematur secara teori dapat terjadi fibroplasia retrolental.
g. Katarak
Komplikasi ini jarang terjadi. Menyebabkan pandangan berkabut.
h. Transientmiopia reversibel
Meskipun jarang namun dapat terjadi setelah terapi HBO berkepanjangan yang
menyebabkan perubahan bentuk/deformitas dari lensa.
REFERENSI
1. Huda N. Tesis Pengaruh Hiperbarik Oksigen (HBO) terhadap perfusi perifer
luka gangrene pada penderita DM DI RSAL Dr. Ramelan Surabaya. FK UI.
2010
2. Prasetyo A T, Soemantri J B, Lukmantya. Pengaruh kedalaman dan lama
menyelam terhadap ambang-dengar penyelam tradisional dengan
barotraumas telinga. ORLI Vol.42 No.2. 2012
3. Anonim. Simposium Hiperbarik Oksigen.2000
4. Huda N. Tesis Pengaruh Hiperbarik Oksigen (HBO) terhadap perfusi perifer
luka gangrene pada penderita DM DI RSAL Dr. Ramelan Surabaya. FK UI.
2010
5. Adityo Wibowo, Oksigen Hiperbarik : Terapi Percepatan Penyembuhan
Luka, volume 5 number 9, Universitas Lampung,2015,
<http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/viewFile/645/649>
6. Gill AL and Bell CNA, Hyperbaric Oxygen : Its uses, Mechanisms of Action
and Outcomes, volume 97 number 7, QJM, Bristol, UK, 2004.
<http://qjmed.oxfordjournals.org/content/97/7/385.2.full>
7. Hariyanto et al, Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik, LAKESLA,
Surabaya,2009.
8. Andrew David and Nicholas John Hawksley, Hyperbaric Oxygen Therapy,
volume 1 Number 5, British Journal of Anaesthesia, British, 2001,
<http://ceaccp.oxfordjournals.org/content/1/5/150.full.pdf>
9. Amira et al, Resume Hyperbaric Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar Bali tanggal 26 s/d 30 September 2014, Mataram, Program Studi
Diploma III Keperawatan,2014.
10. Sahni T, 2004, Hyperbaric Oxygen Therapy : Current Trends and
Applications, Vol. 51, Journal of The Association of Physicians of India,
Review article, 2004, <http://eprints.undip.ac.id/29134/3/Bab_2.pdf >

Anda mungkin juga menyukai