Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan semesta kami panjatkan , karena atas rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dan Anak Dengan Dengue
Hemoragic Fever (DHF)
Dalam penulisan asuhan keperawatan ini kami menemukan kesulitan. Namun berkat
bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan
asuhan keperawatan ini sesuai dengan waktu yang diberikan. Penulis menyadari asuhan
keperawatan ini jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan
dan saran yang membangun demi kesempurnaan asuhan keperawatan ini.
Kami berharap semoga asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya
profesi keperawatan.

Yogyakarta, Mei 2018

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. I


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ II
BAB I............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
BAB II .......................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 2
A. Pengertian ....................................................................................................................................... 2
B. Etiologi ............................................................................................................................................. 2
C. Patofisiologi .................................................................................................................................... 2
D. Manifestasi Klinis ........................................................................................................................... 3
E. Klasifikasi ......................................................................................................................................... 3
F. Penatalaksanaan............................................................................................................................ 3
G. Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................................. 6
H. Proses Keperawatan .................................................................................................................... 7
I. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................................ 9
J. Rencana Keperawatan ................................................................................................................ 10
K. Dischare Planning ........................................................................................................................ 14
BAB III ....................................................................................................................................................... 15
PENUTUP ................................................................................................................................................. 15
A. Kesimpulan .................................................................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 16

II
III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam
manifestasi perdarahan dan mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian.
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, yang biasanya ditemukan di daerah
tropis. Infeksi virus dengue menyebabkan kematian dan kesakitan yang tinggi di seluruh
dunia. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam berdarah di tiap
tahunnya. Sementara itu terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health
Organization (WHO) mencatat Negara Indonesia sebagai Negara dengan kasus demam
berdarah dengue tertinggi di Asia Tenggara.
Penanganan kasus DHF/BDB yang yang terlambat akan menyebabkan Dengue Syok
Sindrom (DSS) yang menyebabkan kematian. Hal tersebut disebabkan karena penderita
mengalami defisit volume cairan akibat dari meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh
darah sehingga penderita mengalami syok hipovolemik dan akhirnya meninggal
(Ngastiyah, 2010).
Dengue hemoragic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leukopenia, dengan / tanpa
ruam (rash) dan limfadenopati. Thrombocytopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan.
Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan menifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul
renjatan dapat menyebabkan kematian. Untuk memahami DHF perlu pemahaman terkait
Anatomo fisiologi pada sistem sirkulasi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD)/dengue haemorrhagic
fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, yang merupakan
penyakit infeksi tropis. Manifestasi klinis pada pasien DHF demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis
hemoragik. Pada BDB/DHF terjadi perembasan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh
(Sudoyo, 2007 dalam buku Nurarif, 2013).

B. Etiologi
Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic fever (DHF) disebabkan oleh virus
dengue yang termasuk dalam family flaviviridae genus flavivirus. Virus dengue ditularkan
dari seorang penderita ke orang lain melalui gigitan nyamuk genus Aedes, yaitu nyamuk
aedes aegypti betina. Aedes aegypti tersebar di daerah tropis dan subtropis yang
merupakan vektor utama.

C. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes Aegypti dan
kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan akan terjadi proses peradangan yang akan
menimbulkan demam pada penderita. Bereaksinya virus dengan antibodi akan
membentuk kompleks virus antibodi, sehingga dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem
komplemen. Akibat dari aktivasi tersebut akan dilepaskan anafilaktoksin C3a dan C5a,
dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga terjadi
penurunan volume plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dari pembentukan
kompleks virus antibodi juga mengakibatkan depresi tulang belakang sehingga terjadi
trombositopenia, yang menyebabkan timbulnya gangguan fungsi trombosit dan kelainan
fungsi koagulasi yang merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan.
Perdarahan kulit umumnya disebabkan oleh faktor kapiler dan trombositopenia,
sedangkan perdarahan massive akibat kelainan yang lebih kompleks, yaitu
trombositopenia, gangguan faktor pembekuan, dan kemungkinan oleh faktor DIC.

2
D. Manifestasi Klinis
Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :
1. Demam tinggi sampai 40 oC dan mendadak
2. Anoreksia
3. Mual muntah
4. Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
5. Nyeri kepala
6. Nyeri otot dan sendi
7. Uji tourniquet positif
8. Perdarahan, petechiae; epitaksis; perdarahan massif
9. Trombositopenia (< 100.000/ mm3)

E. Klasifikasi
Menurut WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi DBD/DHF menjadi 4 derajat, yaitu
sebagai berikut:
 Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan
(ujitourniquiet positif).
 Derajat II
Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.
 Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan
darah menurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan
lembab, gelisah
 Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.

F. Penatalaksanaan
1. Medis
Pada dasarnya pengoobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif
a. DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan
haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam
24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara
memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan

3
dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau minum sesuai ang dianjurkan tidak
dibenarkan pemasangan sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin. Jika
terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya. Luminal diberikan dengan
dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15
menit kejang belum berhenti lminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak
diatas 1 tahun diveri 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan
adanya depresi fungsi vital.
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
2) Hematokrit yang cenderung meningkat.
Hematokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya mendahului
mnculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan
nadi), sedangkan turunya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit.
Oleh karena itu, pada pasien yang diduga menderita DHF harus diperiksa Hb, Ht
dan trombosit setiap hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah turun 1-2 hari.
Nilai hematokrit itlah yang menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau
tidak.
b. DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang infus sebagai
penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Caiaran yang diberikan
bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma
atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB. Pada pasien dengan renjatan
berat diberikan infs harus diguyur dengan cara membuka klem infus.
Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar,
tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10 l/kgBB/jam.
Mengingat kebocoran plasma 24-48 jam, maka pemberian infus dipertahankan
sampai 1-2 hari lagi walaupn tanda-tanda vital telah baik.
Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP (Central
Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena magna atau
vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.
Trafusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang
berat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai

4
hemoglobin dan hematokrit menutun sedangkan perdarahanna sedikit tidak
kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka engan
keadaan ini dianjurka pemberian darah.
2. Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan sirkulasi darah,
resiko terjadi pendarahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi virus dengue,
gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.
a. Kegagalan sirkulasi darah
Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke dalam jaringan
ekstrovaskular, yang puncaknya terjadi pada saat renjatan akan terlihat pada tubuh
pasien menjadi sembab (edema) dan darah menjadi kental.
Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan pernafasan) perlu dilakukan secara
kontinyu, bila perlu setiap jam. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit sesuai
permintaan dokter setiap 4 jam. Perhatikan apakah pasien ada kencing / tidak. Bila
dijumpai kelainan dan sebagainya segera hubungi dokter.
b. Resiko terjadi pendarahan
Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan utama pada traktus
gastrointestinal. Pendarahan grasto intestinal didahului oleh adanya rasa sakit
perut yang hebat (Febie, 1966) atau daerah retrosternal (Lim, dkk.1966).
Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu diukur. Karena
melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu tindakan secepatnya. Makan dan
minum pasien perlu dihentikan. Bila pasien sebelumnya tidak dipasang infuse
segera dipasang. Formulir permintaan darah disediakan. Perawatan selanjutnya
seperti pasien yang menderita syok. Bila terjadi pendarahan (melena, hematesis)
harus dicatat banyaknya / warnanya serta waktu terjadinya pendarahan. Pasien
yang mengalami pendarahan gastro intestinal biasanya dipasang NGT untuk
membantu mengeluarkan darah dari lambung.
c. Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke-2-ke-7
dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat menyebabkan pasien kejang.
Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka pengobatannya dengan

5
pemberian antipiretika dan anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan
mencegah agar tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin,
d. gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena penyakitnya dan
akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien DHF menderita lebih karena
pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb secara periodic (stp 4 jam) dan mudah terjadi
hematom, serta ukurannya mencari vena jika sudah stadium II.
Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan tenang yakinkan dahulu
vena baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematum segera oleskan trombophub
gel / kompres dengan alkohol.
Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya dipasang venaseksi agar tidak terjadi
coba-coba mencari vena dan meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat.
jika sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set venaseksi yang
telah seteril.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi dengue adalah :
1) Uji rumple leed / tourniquet positif
2) Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia, hemokonsentrasi, masa perdarahan
memanjang, hiponatremia, hipoproteinemia.
3) Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan
4) Serologi dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk menentukan
adanya infeksi virus dengue antara lain : uji IgG Elisa dan uji IgM Elisa
5) Isolasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body technique test secara
langsung / tidak langsung menggunakan conjugate (pengaturan atau penggabungan)
6) Identifikasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body tehnique test secara
langsung atau tidak langsung dengan menggunakan conjugate.
7) Radiology
Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama disebelah hemi thorax
kanan.

6
H. Proses Keperawatan
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari
15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan pasien lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat
demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan
anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri
ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan
pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status
gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu akan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi,
maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
7. Kondisi lingkungan
sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang kurang
bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).
8. Pola kebiasaan
Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan
nafsu makan menurun.

7
Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara
DHF grade III-IV bisa terjadi melena.
Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit atau
tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau
nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya
kurang.
Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :
a) Kesadaran : Apatis
b) Vital sign : TD : 110/70 mmHg00
c) Kepala : Bentuk mesochepal
d) Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemis
e) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
f) Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis
g) Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada rongga
mulut, terjadi perdarahan gusi.
10. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada, nyeri telan
11. Dada
Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
Perkusi : Sonor
Palpasi : taktil fremitus normal
12. Abdomen
Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)
Auskultasi : bising usus 8x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
13. Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulang

8
14. Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter
15. Sistem integumen
Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan
lembab.
Kuku sianosis atau tidak.
a. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade.II,III, IV.
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan
nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi
perdarahan telingga (grade II, III, IV).
b. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat adanya
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura), rales, ronchi, yang
biasanya terdapat pada grade III dan IV.
c. Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites. Ekstremitas :
akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah:
a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b) Nyeri akut berhubungan dengan perjalanan penyakit
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
tak adekuat, mual muntah
d) Hipertermia berhubungan dengan penyakit

9
J. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA PERENCANAAN

NO KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA

1 kekurangan volume Setelah di lakukan Manajemen cairan


aktif berhubungan tindakan 3 x 24 jam di
1. Monitor status hindrasi
dengan kehulangan harapkan pasien mencapai
2. Monitor tanda- tanda vital
cairan aktif
Keseimbangan cairan 3. Berikan cairan dengan tepat
4. Monitor perubahan berat badan
Dengan kriteria hasil
berat badan sebelum dan
Indicator A T setelah analisis
Tekana darah 5. Monitor makanan atau cairan
Denyut nadi yang di konsumsi
radial 6. Monitor reaksi terhadap terapi
Keseimbangan elektrolit yang di resepkan
intake dan 7. Monitor status gizi
output dalam
24 jam
Berat badan
stabil
Kelembaban
membran
mukosa

10
DIAGNOSA PERENCANAAN

NO KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA

2 Nyeri akut berhubungan Setelah di lakukan Manajemen nyeri


dengan perjalanaan tindakan 3 x 24 di harapkan
1. gunakan strategi komunikasi
penyakit pasein mencapai
terapeutik untuk mengetahui
Control nyeri pengelaman nyeri dan sampaikan
penerimaan pasien terhadap nyeri.
Dengan kriteria hasil
2. berikan informasi mengenai nyeri
indikator A T seperti penyebab nyeri durasi nyeri
Mengenali 1 5 dan antisipasi ketidaknyamanan
kapan nyeri akibat prosedur.
terjadi 3. ajarkan prinsip-prinsip manejemen
Menggambarkan 1 5 nyeri.
factor penyebab 4. berikan individu penurunaan nyeri
Menggunakan 2 5 yang optimal dengan peresepan
tindakan analgesic
pengurangan 5. dukung istirahat atau tidur yang
nyeri tanpa adekuat untuk membantu
analgesik penurunaan nyeri.
Menngunakan 1 5
analgesic yang
di
rekomendasikan

Mengenali apa 1 5
yang terkait
dengan gejala
nyeri
Melaporkan 1 5
nyeri yang
terkontrol

11
DIAGNOSA PERENCANAAN
NO KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA

3 Ketidakseimbangan Setelah di lakukan Manajemen nutrisi


nutrisi kurang dari tindakan 3 x 24 jam di
1. Tentukan status gizi dan
kebutuhan tubuh harapkan :
kemampuan pasien untuk
berhubungan dengan
status nutrisi bayi memenuhi kebutuhan gizi
intake tak adekuat, mual
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi adanya alergi atau
muntah
intoleransi makanan yang dimiliki
indikator A T
pasien
Intake nutrisi 1 5
3. Tentukan apa yang menjadi
Intake cairan 2 5
preferensi makanan bagi pasien
lewat mulut
4. Tentukan jumlah kalori dan jenis
Perbandingan 2 5
nutrisi yang di butuhkan untuk
berat
memenuhi persyaratan gizi
badan/tinggi
5. Monitor asupan makanan dan
Serum 1 5
kalori
albumin
6. Monitor kecenderungan
Pertumbuhan 1 5
terjadinya penurunan dan
Intake makan 2 5
kenaikan berat badan
lewat mulut

12
DIAGNOSA PERENCANAAN
NO KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA
4 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Perawatan Demam
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan pasien
1. Pantau suhu dan tanda-
penyakit mencapai
tanda vital
Termogulasi 2. Monitor warna kulit dan
Suhu
Dengan kriteria hasil
3. Monitor asupan dan
Indikator A T keluaran,sadari perubahan
Peningkatan 1 5 kehilangan cairan yang tidak
suhu tubuh dirasakan
Merasa 2 5 4. Dorong konsumsi cairan
merinding saat 5. Tingkatkan sirkulasi udara
dingin 6. Pantau komplikas-
Berkeringat 1 5 komplikas yang
saat panas berhubungan dengan
Menggigil saat 2 5 demam serta tanda dan
dingin gejala
Denyut nadi 1 5
radial
Sakit kepala 1 5
Sakit otot 1 5
Perubahan 1 5
warna kulit
mengantuk 2 5
dehidrasi 1 5
Radang dingin 3 5

13
K. Dischare Planning
1. Istirahat yang cukup pasca rawat
2. Banyak minum air putih 2000-2005 cc /hari
3. Makan seperti biasa tetapi bila terasa sakit makan harus lunak
4. Makanan tidak terlau asam dan pedas
5. Perhatikan pencetus,misalnya
 Lapor RT untuk pengasapan
 Lakukan 3 M (mengurus, menutup, mengubur)
 Jangan biarkan pakaian banyak di ruang istirahat
 Gunakan kelambuh bila perlu
 Bila suhu tinggi ± 3hari langsung berobat
6. Minum obat sesuai aturan
7. Konrol sesuai jadwal / 1 minggu setelah pulang.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong
arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang
betina.
Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes
( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Yang vektor utamanya adalah Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :

 Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.


 Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
 Penyedaiaan air bersih yang langka.

DBD dapat dicegah dengan rutin melakukan 3M,menjaga sanitasi lingkungan tetap
bersih, mengkonsumsi makanan-makanan bergizi.

B. Saran
Menjaga sanitasi lingkungan tetap sehat dan rutin melakukan 3M akan menghindari kita
terjangkit virus DBD.

15
DAFTAR PUSTAKA

 Andarmoyo, Sulistyo & Andoko, Sayudi J. 2013. Hubungan Pengetahuan Keluarga


Tentang Penyakit DHF dengan Sikap Keluargadalam Pencegahan Penyakit DHF. Jurnal
Florence Vol. VI No. 2 Juli 2013.
 Andriani, Ni Wayan E. 2014. Kajian Penatalaksanaan Terapi Pengobatan Demam
Berdarah Dengue (DBD) pada Penderita Anak yang Menjalani Perawatan dI RSUP
PROF. DR. R.D Kandou. Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 2, Mei 2014 ISSN
2302 – 2493.
 Crain, William. 2008. Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : pustaka
pelajar.
 Depkes RI. 2015.Demam Berdarah Biasanya Mulai Meningkat di Januari. Diakses: 12
Mei 2015.www.depkes.go.id.
 Doenges, Marilyn, E. 2009. RencanaAsuhanKeperawatan. AlihBahasa: I Made
Kariasi,S.Kp. Ni Made Sumawarti, S.Kp. Jakarta: EGC.
 Garna, Herry. 2013. Buku Ajar Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis. Jakarta: SagunSeto.
 IDAI. 2011. Kumpulan Tips Pediatri. Jakarta: Badan penerbit IDAI.
 Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta:EG
 Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC
 Rohadi. 2008. Peranan Kadar Hematokrit, Jumlah Trombosit dan Serologi IgG – IgM
Anti DHF Dalam Memprediksi Terjadinya Syok Pada Pasien Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Rumah SakitIslam Siti Hajar Mataram. Jurnal Penyakit Dalam, Volume 8
Nomor 2 Mei 2007.
 Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta:
Sagung Seto.
 Sunaryo. 2014. Surveilans Aedes aegypti di Daerah Endemis Demam Berdarah
Dengue. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 8, Mei 2014.
 Nursing Diagnose :Definitions and Classification 2015-2017.Nanda Internasional
 Nursing Interventions Classification (NIC).six edition.elsevier mosby.2013
 Nursing Outcomes Classification (NOC).Fifth Edition.Elsevier Mosby.2013

16

Anda mungkin juga menyukai