Tujuan penelitian ini adalah memperoleh bahan emulsi dari minyak sawit
yang optimal dengan tiga jenis stabilizer, serta melakukan analisis mutu minuman
emulsi yang mencakup uji hedonik, fisik, dan kimia. Terdapat tiga jenis stabilizer
yang digunakan, yaitu CMC, gelatin, dan gum arab. Optimasi ini menggunakan
metode response surface methodology (RSM). Terdapat dua faktor formula yang
digunakan yaitu minyak pada konsentrasi 30%-70% dan air 30%-70%, serta satu
faktor proses, yaitu jenis stabilizer. Respon yang digunakan yaitu stabilitas emulsi
dan viskositas. Berdasarkan hasil optimasi diperoleh bahan emulsi dengan
komposisi minyak 70%, air 30% dan stabilizer gelatin 0.75%. Bahan emulsi
optimum ini sudah terverifikasi. Bahan emulsi tersebut selanjutnya diolah menjadi
minuman emulsi dengan pembedaan penambahan high fructose syrup (HFS) 10%
dan 15%. Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa minuman emulsi dengan
penambahan HFS 15% lebih disukai panelis. Hasil uji fisik minuman emulsi HFS
15% memiliki stabilitas emulsi 97% dan viskositas 325 cP. Hasil uji kimia
minuman emulsi HFS 15% mengandung kadar air 29.7%, kadar abu 0.04%, kadar
lemak 59.76%, kadar protein 0.65%, kadar karbohidrat 9.85%, dan kadar β-
karoten 325.79 ppm.
ABSTRACT
RAKI ARDI RUHIYATMAN. Optimation of Emulsified Palm Oil with Three
Types of Stabilizers and Quality Tests of The Emulsion Beverage. Supervised by
TIEN R MUCHTADI and BUDI NURTAMA.
The objective of this research was to obtain the optimal of emulsified palm
oil with three types of stabilizers and to test the quality of emulsion beverage that
include hedonic test, physical, and chemical. There were three stabilizers used:
CMC, gelatin, and gum arabic. Optimation process used response surface
methodology (RSM). This research has two factors of mixture, which were palm
oil concentration 30%-70%, and water concentration 30%-70%, and one factor of
process which was types of stabilizers. There were two responses in this research:
emulsion stability and viscosity. Based on verified optimation result, the
consentration of palm oil, water, and stabilizer of gelatin were 70%, 30%, and
0.75% respectively. Then the optimal of emulsified palm oil processed into
emulsion beverage with addition of HFS 10% and HFS 15%. The result of
hedonic test showed that emulsion beverage with HFS 15% was more liked than
its HFS 10%. The result of physical test showed that emulsion beverage HFS 15%
were emulsion stability 97% and viscosity 325 cP. The result of chemical test
showed that emulsion beverage HFS 15% were moisture 29.7%, ash 0.75%, fat
59.76%, protein 0.65%, carbohydrates 9.85%, and β-carotene 325.79 ppm.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya dan shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam sehingga skripsi yang berjudul
“Optimasi Bahan Emulsi dari Minyak Sawit dengan Tiga Jenis Stabilizer dan Uji
Mutu Minuman Emulsinya” berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Tien R. Muchtadi, MS dan
Dr Ir Budi Nurtama, MAgr selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
waktu, nasihat, dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Nur Wulandari, STP,
MSi selaku dosen penguji atas masukannya dalam penyempurnaan skripsi ini.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Siswandi dan
Ibunda Arlisa Dyahmani yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan
penuh ketulusan dan kasih sayang. Terima kasih kepada adik-adikku Navisah
Dyahmani dan Lailatul Ilhami, serta seluruh keluarga atas doa, dukungan, dan
kasih sayangnya yang tiada putus kepada penulis.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan memberikan
konstribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Ilmu dan
Teknologi Pangan. Terima kasih.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Minyak Sawit 2
Karotenoid 3
Homogenisasi 3
Emulsi 4
Minuman Emulsi Minyak Sawit 5
METODOLOGI PENELITIAN 6
Bahan 6
Alat 7
Metode Penelitian 7
Metode Analisis 11
Analisis Data 14
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Penelitian Pendahuluan 15
Penelitian Utama 15
SIMPULAN DAN SARAN 25
Simpulan 25
Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 29
PR SKRIPSI 36
RIWAYAT HIDUP 39
2
DAFTAR TABEL
1 Faktor untuk setiap spindle dan speed 14
2 Komposisi kimia CPO sebelum dan setelah proses degumming 15
3 Hasil analisis ragam (ANOVA) tiap faktor respon CMC 16
4 Model ordo terpilih dan persamaan polinomial tiap respon CMC 17
5 Hasil analisis ragam (ANOVA) tiap faktor respon gelatin 18
6 Model ordo terpilih dan persamaan polinomial tiap respon gelatin 18
7 Hasil analisis ragam (ANOVA) tiap faktor respon gum arab 19
8 Model ordo terpilih dan persamaan polinomial tiap respon gum arab 19
9 Bahan emulsi terpilih hasil optimasi menggunakan DX7 21
10 Perbandingan nilai pengukuran dengan nilai prediksi produk emulsi --------
optimal 22
11 Komposisi kimia minuman emulsi (basis basah) 24
DAFTAR GAMBAR
1 Struktur molekul karotenoid 3
2 Bagan alir proses pembuatan minuman emulsi dari minyak sawit --------
merah 6
3 Stabilizer CMC (a), gelatin (b), dan gum arab (c) 7
4 Diagram alir proses degumming CPO 8
5 Bagan alir proses pembuatan bahan emulsi dari minyak sawit 8
6 Bagan alir proses pembuatan minuman emulsi dari minyak sawit 9
7 Grafik model respon stabilitas emulsi dan viskositas minuman emulsi --------
dengan stabilizer CMC 17
8 Grafik model respon stabilitas emulsi dan viskositas minuman emulsi --------
dengan stabilizer gelatin 19
9 Grafik model respon stabilitas emulsi dan viskositas minuman emulsi --------
dengan stabilizer gum arab 20
10 Produk emulsi optimal 21
11 Grafik skor rataan kesukaan pada berbagai atribut 23
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data stabilitas dan viskositas bahan emulsi stabilizer CMC 29
2 Data stabilitas dan viskositas bahan emulsi stabilizer gelatin 29
3 Data stabilitas dan viskositas bahan emulsi stabilizer gum arab 29
4 Contoh form uji hedonik 30
5 Hasil uji t berpasangan atribut rasa minuman emulsi 31
6 Hasil uji t berpasangan atribut warna minuman emulsi 32
7 Hasil uji t berpasangan atribut aroma minuman emulsi 33
8 Hasil uji t berpasangan atribut tekstur (kekentalan) minuman emulsi 34
9 Hasil uji t berpasangan atribut overall minuman emulsi 35
10 Perhitungan AKG vitamin A minuman emulsi per takaran saji (5 g) 35
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis, Jacq.) merupakan bahan baku pada
pembuatan minyak sawit. Kelapa sawit terdiri dari 80% bagian perikarp (epikarp
dan mesokarp) dan 20% biji (endokarp dan endosperm), dari kelapa sawit, dapat
diperoleh dua jenis minyak yang berbeda sifatnya, yaitu minyak dari inti
(endosperm) sawit disebut dengan minyak inti atau PKO (Palm Kernel Oil) dan
minyak dari sabut (mesokarp) sawit disebut minyak sawit mentah atau CPO (Crude
Palm Oil) (Ketaren 2008).
Komponen utama minyak sawit adalah trigliserida yang mencapai 94 %,
asam-asam lemak yang mencapai 3-5 % dan komponen minor dalam jumlah sangat
kecil yang mencapai 1% (Wan 2000). Komponen minor tersebut terdiri dari
karotenoid, tokoferol, tokotrienol, sterol, fosfolipid dan glikolipid, skualen, gugus
hidrokarbon alifatik, dan elemen sisa lainnya. Keunggulan minyak sawit
dibandingkan dengan minyak nabati lainnya yaitu memiliki komposisi asam lemak
jenuh dan tidak jenuh yang berimbang, terutama asam palmitat (39.2-45.8%) dan
3
asam oleat (37.4-44.1%). Kandungan asam palmitat yang tinggi ini membuat
minyak sawit lebih tahan terhadap oksidasi (ketengikan) dibanding jenis minyak
lain (Ketaren 2008).
Minyak sawit merupakan salah satu minyak nabati yang paling sulit
dipucatkan karena mengandung karoten dalam jumlah besar (500 – 600 ppm) yang
menyebabkan minyak berwarna kuning. Karoten diketahui mempunyai sifat tidak
stabil terhadap panas, cahaya, dan oksigen. Dalam proses pemurnian minyak sawit
(CPO) banyak terjadi kerusakan komponen-komponen nutrisi yang berharga seperti
karoten yang merupakan sumber pro-vitamin A (Sumarna 2006).
Karotenoid
Homogenisasi
Pada industri makanan, proses ini biasanya dilakukan menggunakan alat mekanik
yang disebut homogenizer. Dalam membentuk emulsi, dimungkinkan dilakukan
dengan homogenisasi antara minyak dengan air secara langsung, namun kedua fase
tersebut dapat kembali ke dalam sistem yang terpisah (lapisan minyak yang
berdensitas rendah di bagian atas, dan lapisan air yang berdensitas lebih berat di
bagian bawah larutan). Hal ini dapat terjadi akibat droplet yang cenderung
berikatan dengan molekul tetangga yang sejenis dengannya ketika dilarutkan di
dalam suatu sistem. Gaya yang terjadi merupakan akibat kontak antara molekul
minyak dan air yang secara termodinamika kurang baik (McClements 2004).
Menurut Widodo (2003) hal-hal yang perlu dipertimbangkan selama proses
homogenisasi yaitu: (1) diameter globula lemak yang dihasilkan dari proses
homogenisasi tidak boleh terlalu kecil (terlalu luas permukaan globula baru yang
dihasilkan), (2) homogenisasi dilakukan pada suhu yang relatif tinggi (68-700C),
semakin tinggi suhu homogenisasi maka bisa semakin sedikit material pembentuk
membran yang diperlukan untuk membentuk membran baru, dan (3) penambahan
material pembentuk membran.
Menurut McClements (2004) beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran
droplet yang dihasilkan oleh homogenisasi antara lain tipe emulsi yang digunakan,
suhu, karakter komponen fasa-fasanya, dan masukan energi. Ukuran droplet yang
kecil yang dihasilkan oleh homogenisasi dapat meningkatkan fasa terdispersi.
Sebagai akibatnya viskositas semakin meningkat dan penyerapan emulsifier dapat
meningkat. Ketidakcukupan emulsifier dalam menyelubungi permukaan droplet-
droplet bisa menyebabkan coalescence, yaitu penggabungan globula-globula
menjadi globula yang lebih besar. Pengemulsian juga membutuhkan waktu
homogenisasi yang tepat. Intensitas dan lama proses pencampuran tergantung
waktu yang diperlukan untuk melarutkan dan mendistribusikannya secara merata.
Pemilihan homogenizer untuk aplikasi bergantung beberapa faktor, yaitu
volume sampel yang dihomogenisasi, keluaran yang diinginkan, konsumsi energi,
karakteristik komponen fasanya, prediksi biaya, dan biaya proses. Setelah
pemilihan homogenizer yang cocok, kemudian dicari kondisi operasi yang optimum
untuk alat tersebut, di antaranya yaitu aliran, tekanan, perbedaan kekentalan, suhu,
waktu homogenisasi dan kecepatan putaran (McClements 2004).
Prinsip kerja homogenizer rotor stator adalah mengecilkan ukuran partikel
emulsi dengan menggerus dan memotong partikel emulsi yang besar dengan rotor
(bergerak) dan stator (diam) menjadi partikel yang lebih kecil (McClements 2004).
Menurut Coupland dan Tangsuphoom (2005) ukuran minimum droplet dalam
emulsi yang dihasilkan oleh homogenizer tipe rotor stator ± 2µm.
Emulsi
Definisi
Emulsi dapat didefinisikan sebagai campuran yang tidak stabil dari dua
larutan yang immiscible (dua cairan yang tidak saling mencampur dan membentuk
dua fase) yang terdiri dari fase terdispersi dan fase kontinyu (Yang et al. 2011).
Salah satu dari cairan tersebut terdispersi dalam bentuk tetesan dalam cairan
lainnya. Sistem yang terdiri atas tetesan minyak terdispersi dalam fase aqueous
disebut emulsi jenis oil in water (O/W), dimana fase terdispersinya adalah oil
(minyak) dan water (air) sebagai fase kontinyu, contohnya adalah susu, krim,
5
mayonaise, dan minuman ringan. Sistem yang terdiri atas tetesan air yang
terdispersi dalam fase minyak disebut emulsi jenis water in oil (W/O), contohnya
adalah mentega dan margarin. Substansi yang membentuk tetesan di dalam emulsi
disebut fase terdispersi/diskontinyu/internal, sedangkan substansi yang membentuk
cairan di sekitarnya disebut fase kontinyu atau eksternal (McClements 2004).
Stabilizer
Stabilizer merupakan bahan yang dapat digunakan untuk menaikkan stabilitas
dari emulsi sehingga dapat diklasifikasikan sebagai emulsifier, atau texture modifier
bergantung pada tujuan kerjanya. Texture modifier dapat dibagi menjadi dua
kategori tergantung pada jenis operasi dan karakter reologi dari larutan tersebut
(thickening agent dan gelling agent). Thickening agent merupakan bahan yang
digunakan untuk menaikkan viskositas dari fase kontinyu dalam emulsi, sedangkan
gelling agent adalah bahan yang digunakan untuk membentuk gel pada fase
kontinyu suatu emulsi. Texture modifier berfungsi dalam menaikkan stabilitas
emulsi dengan memperlambat pergerakan dari droplet. Dalam industri pangan,
thickening agent dan gelling agent yang paling umum digunakan adalah
polisakarida atau protein dalam emulsi O/W dan kristal lemak dalam emulsi W/O
(McClements 2005).
Stabilitas Emulsi
Suryani (2000) menyebutkan bahwa suatu sistem emulsi pada dasarnya
adalah suatu sistem yang tidak stabil, karena masing-masing partikel mempunyai
kecenderungan untuk bergabung dengan partikel sesama lainnya membentuk suatu
agregat yang akhirnya dapat mengakibatkan emulsi tersebut pecah. Kekuatan dan
kekompakan lapisan antar muka adalah sifat yang penting yang dapat membentuk
stabilitas emulsi.
Dickinson (2009) menyatakan bahwa kerusakan atau destabilisasi emulsi
terjadi melalui tiga mekanisme utama yaitu creaming, flocculation, dan
coalescence. Creaming merupakan proses pemisahan yang terjadi karena gerakan-
gerakan ke atas/ke bawah, hal ini terjadi karena gaya gravitasi terhadap fase-fase
yang berbeda densitasnya. Flocculation merupakan agregasi dari droplet. Pada
flokulasi tidak terjadi pemutusan film antar permukaan sehingga jumlah dan ukuran
globula tetap, terjadinya flokulasi dapat mempercepat terjadinya creaming.
Coalescence adalah penggabungan globula-globula menjadi globula yang lebih
besar. Pada tahap ini terjadi pemutusan film antar permukaan sehingga jumlah dan
ukuran globula berubah.
Ukuran partikel merupakan karakteristik kunci, karena memberi kontribusi
pada stabilitas fisik dan sifat-sifat organoleptik minuman emulsi. Ada berbagai
faktor dan parameter yang mempengaruhi sifat-sifat emulsi, termasuk pencampuran
dan kondisi homogenisasi, serta proporsi dari komponen emulsi (Syah 2010).
Minuman emulsi minyak sawit adalah minuman emulsi dengan bahan dasar
minyak sawit (Rita 2011). Minuman ini diklasifikasikan sebagai emulsi minyak
dalam air (O/W). Pada fase minyak terdapat komponen utama minyak, sedangkan
pada fase air biasanya terdapat pengemulsi/penstabil, asam, pengawet, flavor, dan
6
pewarna. Formula dasar untuk pembuatan minuman emulsi terdiri dari air, minyak,
dan bahan penstabil (stabilizer), sedangkan bahan lainnya tergantung kebutuhan
sesuai dengan produk emulsi akhir yang diinginkan.
Penelitian terkait minuman emulsi dengan bahan dasar minyak sawit telah
diteliti oleh Surfiana (2002) yang menghasilkan formulasi produk emulsi yang
stabil sebagai berikut: pengemulsi tween-80 1% (rasio minyak dan air adalah 7:3)
atau pengemulsi sukrosa ester asam lemak tipe S-1570, P-1570, dan campuran ester
asam lemak ber-HLB 15 masing-masing 1% (rasio minyak dan air adalah 6:4);
bahan tambahan lainnya adalah pengawet benxoat (0.2%), antioksidan BHT (200)
ppm), pengkelat EDTA (200 ppm), pemanis sirup fruktosa (10-15%), dan flavor
jeruk (1-1.5%). Metode yang digunakan oleh Surfiana dapat dilihat pada Gambar 2.
Minyak Air
BHT Na-benzoat
EDTA Emulsifier
Homogenisasi Homogenisasi
(1 menit, 8000 rpm) (1 menit, 8000 rpm)
Ditambahkan
Perlahan-lahan
Pembotolan
Penyimpanan
Gambar 2 Bagan alir proses pembuatan minuman emulsi dari minyak sawit
merah (Surfiana 2002)
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak sawit yang
diperoleh dari PT. Sinar Meadow Internasional Indonesia, sedangkan penstabil
7
yang digunakan adalah carboxy methyl cellulose (CMC), gelatin dan gum arab
(Gambar 3) yang semuanya diperoleh dari toko kimia di Bogor. Bahan-bahan
lainnya adalah pengawet sodium benzoat, pengkelat etilen diamin tetra asetat
(EDTA), antioksidan butyl hidroksi toluene (BHT), pemanis high fructose syrup
(HFS), dan flavor nanas yang semuanya diperoleh dari toko kimia di Bogor, serta
air dalam kemasan yang diperoleh di swalayan Dramaga, Bogor.
a b c
Gambar 3 Stabilizer: (a) CMC (b) gelatin (c) gum arab
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah homogenizer (model L4R,
Silverson Co., England) untuk pembuatan minuman emulsi, viscometer (model
RTV, Brookfield Engineering Labs., Inc., Middleboro, MA, USA), timbangan
analitik, oven, termometer, pemanas, sentrifus, desikator, stopwatch, dan alat-alat
gelas.
Metode Penelitian
Penelitian Pendahuluan
Proses Degumming
Sebanyak 1 liter minyak sawit kasar dipanaskan pada suhu 80oC, kemudian
ditambahkan asam fosfat 85% sebanyak 0.15% (v/v). Kemudian dilakukan
pengadukan selama 15 menit dengan kecepatan 56 rpm, didinginkan pada suhu
ruang, dipisahkan, dan dihasilkan dua produk, yaitu endapan dan minyak sawit
CPO hasil degumming (Gambar 4) (Mas’ud 2007).
8
Endapan
Pemisahan
CPO hasil
degumming
BHT Na-benzoat
EDTA Stabilizer
Homogenisasi Homogenisasi
(1 menit, 8000 rpm) (1 menit, 8000 rpm)
Ditambahkan
Perlahan-lahan
Homogenisasi (3 menit, 8000 rpm)
Gambar 5 Bagan alir proses pembuatan bahan emulsi dari minyak sawit merah
(Modifikasi Surfiana 2002)
9
Pembotolan
Penyimpanan
Gambar 6 Bagan alir proses pembuatan minuman emulsi dari minyak sawit merah
(Modifikasi Surfiana 2002)
Pemodelan
Data yang diperoleh dari analisis respon kemudian dilakukan analisis
terhadap persamaan polinomial yang disediakan oleh program (DX7). Persamaan
polinomial tersebut umumnya menggunakan ordo quadratic, namun tidak menutup
kemungkinan juga program memilih ordo yang lain, yaitu mean, linier, main effect,
ataupun cubic. Terdapat tiga jenis proses untuk mendapatkan persamaan polinomial
yaitu berdasarkan sequential model of squares [Type I], lack of fit test, dan model
summary statistics. Ketiga proses ini dapat dilihat pada kolom fit summary.
Proses pemilihan model yang pertama (sequential model of squares [Type I])
dan kedua (lack of fit) adalah berdasarkan nilai “prob>f”. Proses pertama model
ordo yang dipilih adalah model yang memiliki nilai “prob>f” lebih kecil atau sama
dengan 0.05 (signifikan). Pada proses kedua model ordo yang dipilih adalah model
yang tidak memiliki lack of fit atau lebih besar atau sama dengan 0.1 (tidak
signifikan). Proses yang ketiga berdasarkan model summary statistic. Parameter
yang dilihat untuk menentukan model terbaik adalah model yang mempunyai
“Adjusted R-Squared” dan “Predicted R-Squared” maksimum (mendekati 1.0)
Berdasarkan ketiga proses tersebut, program DX7 akan memberikan saran
model polinomial dengan ordo terbaik untuk masing-masing respon. Program DX7
menggunakan tabel fit summary untuk memilih model terbaik. Selanjutnya program
DX7 menampilkan hasil analisis ragam atau ANOVA. Suatu faktor respon
dikatakan berbeda nyata (signifikan) pada taraf signifikansi 5% apabila nilai
“prob>f” hasil analisis lebih kecil atau sama dengan 0.05. Faktor respon yang
signifikan dapat digunakan sebagai model prediksi pada tahap optimasi. Faktor-
faktor respon tersebut selanjutnya digunakan sebagai model prediksi untuk
mendapatkan bahan emulsi yang optimal. Pada akhir analisis setiap respon akan
ditampilkan grafik yang memberikan gambaran pengaruh komponen-komponen
terhadap respon yang dihasilkan.
Tahap Optimasi
Tujuan dari optimasi adalah meminimumkan usaha yang diperlukan atau
biaya operasional dan memaksimumkan yang diinginkan. Penelitian ini memiliki
sasaran menghasilkan produk bahan emulsi yang memiliki stabilitas dan viskositas
yang sesuai kisaran tertentu. Berdasarkan dua varibel respon tersebut, akan ada
faktor yang dominan atau penting dan faktor yang kurang penting untuk
menentukan bahan emulsi yang paling optimal. Terdapat kriteria-kriteria tertentu
yang bisa dipilih antara lain, target (titik yang hendak dicapai), in range (dalam
kisaran tertentu), maximize (maksimum atau batas atas limit), ataupun minimize
(minimum atau batas bawah limit). Program DX7 juga telah menyediakan skala
kepentingan (importance) suatu respon terhadap optimasi yang diinginkan. Pada
11
kolom importance terdapat pilihan tanda positif (+), mulai dari positif 1 (+) hingga
positif 5 (+++++). Semakin tinggi skala kepentingan respon yang diukur terhadap
produk, semakin banyak tanda (+) yang harus diberikan. Pada penelitian ini respon
stabilitas emulsi dioptimalkan dengan kriteria in range (95-100), yaitu positif 3
(+++), begitu pula dengan respon viskositas yang dioptimalkan dengan kriteria
target (1000), yaitu positif 3 (+++). Alasan pemilihan tingkat kepentingan tersebut
didasarkan pada sifat-sifat bahan emulsi yang stabil serta memiliki kekentalan yang
medium. Semakin stabil suatu produk emulsi, maka semakin baik stabilizer tersebut
bisa mempertahankan kondisi emulsi tetap menyatu.
Tahap Verifikasi
Setelah program DX7 merekomendasikan bahan emulsi optimum terpilih
dengan nilai desirability yang tertinggi, lalu dilakukan pembuktian terhadap dugaan
nilai dari respon-respon yang diberikan program tersebut. Tujuan verifikasi ini
adalah memberikan bukti bahwa tahapan proses dalam pembuatan bahan emulsi ini
benar-benar menghasilkan nilai respon yang masuk dalam kisaran nilai yang
ditentukan program DX7.
Metode Analisis
( 2)
Kadar air (g 00g basis basah) x 00
Keterangan:
W = bobot contoh sebelum dikeringkan (g)
W1 = bobot contoh + bobot cawan kosong sesudah dikeringkan (g)
W2 = bobot cawan kosong (g)
( 2)
Kadar abu (g 00g basis basah) x 00
Keterangan:
W = bobot contoh sebelum diabukan (g)
W1 = bobot contoh + cawan sesudah diabukan (g)
W2 = bobot cawan kosong (g)
( Cl blanko) x Cl x 4.007 x FK
Kadar protein (%bb) x 00
Bobot contoh (mg)
Keterangan:
FK = Faktor konversi yaitu 6.25
( 2)
Kadar lemak (g 00g basis basah) x 00
Keterangan:
W = bobot contoh (g)
W1 = bobot labu lemak+lemak hasil ekstraksi (g)
W2 = bobot labu lemak kosong (g)
13
Kadar karbohidrat (%) = 100 – (kadar air + kadar abu + kadar protein +
kadar lemak)
Nilai faktor dipengaruhi oleh spindle dan speed yang digunakan. Berikut nilai
faktor untuk setiap spindle dan speed yang digunakan (Tabel 1).
Analisis Data
Pengolahan data
dataoptimasi bahan
optimasi emulsi
bahan menggunakan
emulsi menggunakanprogram Design Design
program Expert
V.7,
Expertadapun uji hedonik
V.7, adapun dianalisis
uji hedonik dengan
dianalisis uji uji
dengan t pada
t padataraf
taraf signifikansi
signifikansi 5%
menggunakan program
programSPSSSPSS
20.0,20.0, sedangkan
sedangkan data yangdata yangdiolah
lainnya lainnya diolah
menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku dengan program Microsoft Office
Excel 2013.
15
Penelitian Pendahuluan
Penelitian Utama
Tabel 4 Model ordo terpilih dan persamaan polinomial tiap respon untuk stabilizer
CMC
Respon Model Ordo Model Matematika
Stabilitas Combined cubic x Y1 = 28.88*A + 88.77*B - 20.10*A*B + 3.51*B*C +
Emulsi Main effect 54.50*A*B(A-B)
Combined reduced Y2 = -1092.73*A + 10014.22*B + 64981.04*A*B –
Viskositas
cubic x Main effect 1352.95*A*C + 5066.76*B*C + 46731.90*A*B*C
Keterangan: Y1= Stabilitas emulsi, Y2= Viskositas, A= Minyak, B= Air, C= CMC
55.5 4250
40.25 2225
2
25 200
Gambar 7 Grafik model respon stabilitas emulsi dan viskositas bahan emulsi
dengan stabilizer CMC
meningkat seiring peningkatan minyak dan air, yang ditandai dengan konstanta
yang bernilai positif, sedangkan interaksi antara minyak dan air dapat menurunkan
stabilitas emulsi, yang ditandai dengan konstanta yang bernilai negatif. Adapun
hasil uji ANOVA terhadap viskositas pada taraf signifikansi 5% menunjukkan
bahwa model yang digunakan, yaitu perpaduan antara modifikasi cubic dan main
effect adalah signifikan, dengan nilai “prob>f” stabilitas emulsi lebih kecil dari 0.05
(<0.0001). Persamaan di atas juga menunjukkan bahwa nilai viskositas akan
meningkat seiring dengan peningkatan minyak serta interaksi antara minyak dan
gelatin, sedangkan air dan interaksi antara minyak dan air dapat menurunkan
viskositas.
Tabel 5 Hasil analisis ragam (ANOVA) tiap faktor respon untuk stabilizer gelatin
Jumlah Derajat Kuadrat F Nilai P
Respon Keterangan
Kuadrat bebas Tengah Hitung Prob>f
Stabilitas
11313.07 3 3771.02 184.43 <0.0001 Signifikan
Emulsi
Viskositas 7.092x106 7 1.013x106 114.90 <0.0001 Signifikan
Tabel 6 Model ordo terpilih dan persamaan polinomial tiap respon untuk stabilizer
gelatin
Respon Model Ordo Model Matematika
Stabilitas Combined cubic x Y1 = 100.44*A + 63.15*B - 213.05*A*B -
Emulsi Mean 72.40*A*B*(A-B)
Y2 = 1441.48*A - 7.02*B – 3131.66*A*B +
Combined cubic x
Viskositas 497.34*A*C - 5.66*B*C – 1044.97*A*B*C –
Main effect
3456.20*A*B*C*(A-B)
Keterangan: Y1= Stabilitas emulsi, Y2= Viskositas, A= Minyak, B= Air, C= Gelatin
Viskositas (cP)
63 450
44 175
2
2
25 -100
Gambar 8 Grafik model respon stabilitas emulsi dan viskositas bahan emulsi
dengan stabilizer gelatin
Tabel 7 Hasil analisis ragam (ANOVA) tiap faktor respon untuk stabilizer gum
arab
Jumlah Derajat Kuadrat F Nilai P
Respon Keterangan
Kuadrat Bebas Tengah Hitung Prob>f
Stabilitas
878.27 1 878.27 11.63 0.0042 Signifikan
Emulsi
Viskositas 1.915x106 3 6.383x105 25.49 <0.0001 Signifikan
Tabel 8 Model ordo terpilih dan persamaan polinomial tiap respon untuk stabilizer
gum arab
Respon Model Ordo Persamaan Polinomial
Stabilitas Combined linier x
Y1 = 22.34*A + 41.84*B
Emulsi Mean
Combined cubic x Y2 = 495.4*A + 901.96*B + 1811.71*A*B –
Viskositas
Mean 3348.56*A*B*(A-B)
Keterangan: Y1= Stabilitas emulsi, Y2= Viskositas, A= Minyak, B= Air, C= Gum Arab
20
2
C: Gum Arab = GAR2 C: Gum Arab = GAR2
Viskositas (cP)
34 1050
28 2 725
22 400
Gambar 9 Grafik model respon stabilitas emulsi dan viskositas bahan emulsi
dengan stabilizer gum arab
Tahap Optimasi
Program DX7 selanjutnya mengolah semua faktor respon berdasarkan
kriteria-kriteria yang ditetapkan dan memberikan beberapa solusi bahan emulsi
minyak sawit terpilih. Nilai target optimasi yang dapat dicapai disebut sebagai
desirability. Desirability memiliki nilai 0 sampai 1.0. Kegiatan optimasi merupakan
kegiatan untuk mencapai nilai desirability maksimum. Namun demikian, tujuan
optimasi bukan untuk mencari nilai desirability sebesar 1.0 melainkan untuk
mencari kondisi terbaik yang mempertemukan semua fungsi tujuan.
Bahan emulsi dengan stabilizer CMC menunjukkan nilai stabilitas emulsi
berkisar antara 25.83% hingga 93.08%. Adapun nilai viskositasnya berkisar antara
960 cP hingga 40200 cP. Saat dilakukan proses optimasi, program tidak
memberikan pilihan optimalnya. Hal ini terjadi karena pada nilai stabilitas yang
disyaratkan, yaitu kisaran 95% hingga 100% nilai viskositasnya maksimal 1000 cP.
Menurut Nielloud dan Mestres (2000) emulsi dengan stabilitas emulsi 50% atau
kurang merupakan emulsi yang tidak stabil, sedangkan stabilitas emulsi minimal
95% dapat tahan hingga lebih dari satu tahun. Adapun menurut McClements (2008)
emulsi dikatakan kental jika nilai viskositasnya lebih dari 1000 cP. Masalah yang
21
lain bisa disebabkan oleh stabilizer CMC tersebut yang kurang sesuai jika
digunakan dalam bahan emulsi karena nilai viskositas yang dihasilkan cenderung
tinggi. Jumlah perbandingan antara minyak dan air juga dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi tidak optimalnya bahan emulsi dengan jenis stabilizer CMC.
Hal yang sama terjadi pada bahan emulsi dengan stabilizer gum arab yang
menunjukkan bahwa nilai stabilitas emulsi berkisar antara 9.17% hingga 54.17%,
sedangkan nilai viskositasnya berkisar antara 518.8 cP hingga 1606.3 cP. Kisaran
nilai yang ditunjukkan pada bahan emulsi ini tidak masuk kisaran yang disyaratkan,
meskipun nilai viskositasnya bisa mencapai nilai 1000 cP, sehingga program tidak
memberikan nilai optimalnya saat dilakukan optimasi. Hal ini dapat terjadi karena
stabilizer gum arab kurang sesuai jika digunakan dalam bahan emulsi serta
perbandingan minyak dan air yang kurang tepat.
Adapun penambahan gelatin dalam bahan emulsi menunjukkan nilai stabilitas
emulsi berkisar antara 25% hingga 100%, serta nilai viskositas yang berkisar antara
4 cP hingga 1980 cP. Nilai stabilitas emulsi maupun nilai viskositasnya masuk pada
kriteria optimasi yang ditentukan yaitu stabilitas emulsi kisaran 95% hingga 100%
dan viskositas maksimal 1000 cP. Berdasarkan data tersebut, program dapat
memberikan nilai optimasinya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9.
Hasil pengamatan dan pengukuran ini masih berada dalam selang 95% PI low
dengan 95% PI high. Nilai 95% PI (Prediction Interval) low menunjukkan nilai
terendah dari kisaran yang diprediksikan, dimana memiliki nilai kepercayaan dari
pengamatan individual sebesar 95%, sedangkan nilai dari 95% PI (Prediction
Interval) high menunjukkan nilai tertinggi dari kisaran yang diprediksikan, di mana
memiliki nilai kepercayaan dari pengamatan individual sebesar 95%. Karena hasil-
hasil dari pengamatan dan pengukuran masih masuk dalam kisaran prediksi, berarti
produk emulsi optimum yang terpilih sesuai dengan yang direkomendasikan oleh
program, dengan kata lain hasil optimasi penggunaan stabilizer pada produk emulsi
tersebut terverifikasi.
Uji Hedonik
Minuman emulsi dilakukan uji hedonik atau tingkat kesukaan kepada 70
panelis tidak terlatih. Pada uji sensori ini dilakukan pembedaan penambahan high
fructose syrup (HFS) sebesar 10% dan 15%, serta penambahan flavor nanas sebesar
1.5% pada tiap minuman emulsi yang diujikan. Atribut yang diujikan pada uji
sensori ini antara lain rasa, warna, aroma, tekstur (kekentalan), dan overall, serta
perbandingan tingkat kesukaan panelis terhadap dua minuman emulsi yang
disajikan. Analisis yang dilakukan pada adalah uji t menggunakan analisis statistik
SPSS 20.0. Hasil uji sensori minuman emulsi ini akan menjadi saran perbaikan
produk. Data rataan hasil uji sensori dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar tersebut menunjukkan skor rataan pada atribut rasa adalah sebesar
3.33 (agak tidak suka) untuk minuman emulsi dengan HFS 10% dan 3.96
(mendekati biasa) untuk minuman emulsi dengan HFS 15%. Berdasarkan uji t, skor
23
kesukaan tersebut berbeda nyata pada taraf signifikansi 5%. Hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa posisi kesukaan panelis terhadap rasa minuman emulsi HFS
10% lebih kecil terhadap minuman emulsi HFS 15%.
Nilai rataan skor kesukaan panelis terhadap atribut warna adalah 4.57
(mendekati agak suka) untuk produk minuman emulsi HFS 10% dan 4.54
(mendekati agak suka) untuk produk minuman emulsi HFS 15%. Berdasarkan uji t,
skor kesukaan untuk atribut aroma tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5%.
Artinya kedua produk minuman emulsi tersebut memiliki aroma yang sama.
Nilai rataan skor kesukaan panelis terhadap atribut aroma adalah 4.54
(mendekati agak suka) untuk minuman emulsi HFS 10% dan 4.63 (mendekati agak
suka) untuk minuman emulsi HFS 15%. Berdasarkan uji t, skor kesukaan panelis
tersebut tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5%. Hal ini terjadi karena
adanya penambahan flavor nanas pada kedua produk dengan konsentrasi yang
sama.
Nilai rataan skor kesukaan panelis terhadap tekstur (kekentalan) adalah 4.29
(biasa) untuk minuman emulsi HFS 10% dan 4.41 (biasa) untuk minuman emulsi
HFS 15%. Berdasarkan uji t, skor kesukaan panelis tersebut tidak berbeda nyata
pada taraf signifikansi 5%. Artinya kekentalan kedua produk tersebut sama.
Nilai rataan skor kesukaan panelis terhadap overall atau secara keseluruhan
baik rasa, warna, aroma, dan tekstur (kekentalan) adalah 3.77 (mendekati biasa)
untuk minuman emulsi HFS 10% dan 4.31 (biasa) untuk minuman emulsi HFS
15%. Berdasarkan uji t, skor kesukaan panelis tersebut berbeda nyata pada taraf
signifikansi 5%. Nilai kesukaan terhadap overall minuman emulsi HFS 10% lebih
kecil dibanding skor kesukaan panelis terhadap minuman emulsi HFS 15%. Nilai
yang berbeda nyata ini terutama dikarenakan atribut rasa yang berbeda nyata,
sedangkan nilai dari atribut lainnya cenderung lebih tinggi sedikit pada minuman
emulsi HFS 15% sehingga berdampak pada perolehan nilai overall.
5.00 a
4.57a 4.54a 4.54a 4.63 a
4.29a 4.41 4.31b
3.96b 3.77a
4.00
3.33a
3.00
2.00
1.00
0.00
Rasa Warna Aroma Tekstur Overall
Minuman Emulsi HFS 10% Minuman Emulsi HFS 15%
Keterangan: Huruf yang sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05).
Uji Fisik
Stabilitas Emulsi dan Viskositas Minuman Emulsi
Stabilitas emulsi pada minuman emulsi ini adalah 97% dan viskositasnya 325
cP. Terjadi penurunan nilai stabilitas emulsi dan viskositas pada produk ini
dibandingkan bahan emulsi aktualnya, hal ini terjadi karena pada minuman emulsi
sudah ditambahkan beberapa bahan tambahan pangan (BTP), yaitu HFS sebagai
pemanis dan flavor nanas sebagai penyedap rasa. BTP yang ditambahkan sifatnya
cairan sehingga mempengaruhi nilai stabilitas emulsi dan viskositasnya.
Penambahan BTP ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas minuman emulsi
tersebut agar diterima oleh konsumen.
Uji Kimia
Analisis Proksimat
Minuman emulsi yang dilakukan analisis proksimat adalah minuman emulsi
dengan nilai overall yang tinggi berdasarkan uji hedonik, yaitu minuman emulsi
dengan penambahan HFS 15% serta flavor nanas 1.5%. Hasil proksimat minuman
emulsi dapat dilihat pada Tabel 11.
Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa kadar air dalam minuman emulsi
cukup tinggi yaitu 29.70%. Nilai kadar air yang cukup tinggi ini berasal dari
komposisi minuman emulsi yaitu air, sirup fruktosa, dan flavor nanas. Ketiga bahan
tersebut sifatnya adalah cairan sehingga menyebabkan tingginya kadar air dalam
minuman emulsi. Kadar air yang tinggi ini cukup merugikan karena bisa menjadi
medium pertumbuhan mikroba sehingga dapat merusak minuman emulsi tersebut.
Namun untuk mengurangi kemungkinan pertumbuhan mikroba, perlu dilakukan
proses lanjutan seperti pasteurisasi.
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa kadar abu minuman emulsi adalah
0.04%. Kadar abu merupakan nilai yang dapat menunjukkan unsur-unsur mineral
atau zat-zat anorganik (Winarno 2008). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan
mineral dalam minuman emulsi ini tergolong sangat rendah karena hampir tidak
ada komponen mineralnya. Menurut SNI 01-2985-1992, sirup fruktosa
mengandung kadar abu sebesar 0.05%. Kadar abu minuman emulsi ini lebih rendah
dari standar maksimal yang ditentukan SNI terhadap HFS yang merupakan
komponen penyusun minuman emulsi.
Kadar lemak pada minuman emulsi ini sebesar 59.76%. Tingginya kadar
lemak minuman emulsi ini berasal dari minyak sawit sebagai bahan bakunya yang
mencapai 70% dari formula awal. Kadar lemak minuman emulsi minyak sawit
merah pada penelitian Aryanto (2011) sebesar 60.34%. Kadar lemak minuman
emulsi minyak sawit tidak berbeda jauh dengan minuman emulsi minyak sawit
merah. Kadar lemak yang cukup tinggi ini bisa mempengaruhi kualitas minuman
emulsi yang menyebabkan terjadinya ketengikan karena proses oksidasi. Namun
pada minuman emulsi ini sudah ditambahkan antioksidan, yaitu BHT, serta
25
kandungan β-karoten dalam minyak sawit yang juga berfungsi sebagai antioksidan,
sehingga mengurangi proses terjadinya ketengikan pada minuman emulsi.
Hasil analisis kadar protein menunjukkan bahwa kandungan protein minuman
emulsi adalah sebesar 0.65%. Kadar protein pada minuman emulsi ini berasal dari
enzim yang terdapat pada HFS yang digunakan. Menurut Aryanto (2011) kadar
protein dalam sirup fruktosa ini berasal dari enzim yang masih ada dalam produk
sirup fruktosa. Protein ini dibutuhkan bagi tubuh, yaitu sebagai salah satu sumber
energi. Menurut Martony (2006) fungsi protein adalah sebagai sumber energi.
Kadar protein pada minuman emulsi ini tergolong sangat kecil karena komposisi
atau bahan yang digunakan tidak banyak mengandung protein.
Kadar karbohidrat minuman emulsi ini sebesar 9.85%. Kadar karbohidrat ini
lebih besar jika dibandingkan dengan penelitian Aryanto (2011) yaitu sebesar
5.25%. Karbohidrat dalam minuman emulsi berasal dari sirup fruktosa (HFS) yang
digunakan dalam pembuatan minuman emulsi.
Analisis β-Karoten
Analisis kadar β-karoten juga dilakukan pada produk akhir minuman emulsi.
Menurut Azrimaidaliza (2007) β-karoten adalah bentuk provitamin A paling aktif,
yang di dalamnya terdapat dua molekul retinol yang saling berkaitan. Selain itu, β-
karoten juga berfungsi sebagai senyawa antioksidan (Parwata et al. 2010). Kadar β-
karoten pada minuman emulsi ini sebesar 325.79 ppm (µg/g). Nilai ini lebih besar
jika dibandingkan dengan kadar β-karoten pada minuman emulsi minyak sawit
merah penelitian Aryanto (2011), yaitu sebesar 83.99 ppm (µg/g). Tingginya kadar
β-karoten ini sangat diinginkan karena hal ini berkaitan dengan vitamin A.
KMKRI (2005) menetapkan bahwa AKG (Angka Kecukupan Gizi) rata-rata
yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia (per orang per hari) untuk vitamin A (dalam
satuan RE) pada pria dewasa (19-29 tahun) dan wanita dewasa (19-29 tahun) adalah
masing-masing 600 RE dan 500 RE.
Jika diasumsikan pada produk minuman emulsi siap dikonsumsi dengan berat
takaran saji sebesar 5 g, produk ini dapat memenuhi 45.25% AKG vitamin A per
takaran saji untuk pria dewasa, serta 54.3% AKG vitamin A per takaran saji untuk
wanita dewasa. Perhitungan nilai AKG minuman emulsi per takaran saji dapat
dilihat pada Lampiran 10. Jadi bisa dikatakan minuman emulsi ini dapat memenuhi
setengah kebutuhan harian vitamin A per takaran saji.
Simpulan
serta mengandung kadar air sebesar 29.7%, abu 0.04%, lemak 59.76%, protein
0.65%, kadar karbohidrat 9.85%, dan kadar β-karoten sebesar 325.79 ppm.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Purnamasari N, Andriani MAM, Kawiji. 2013. Pengaruh jenis pelarut dan variasi
suhu pengering spray dryer terhadap kadar karotenoid kapang oncom merah
(Neurospora sp.). JTP. 2(1): 107-114.
Rita I. 2011. Proses Emulsifikasi dan Analisis Biaya Produksi Minyak Sawit Merah
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sastrosayono S. 2009. Budi Daya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): PT Agromedia
Pustaka.
Shyu YS, Sung WC. 2010. Improving the emulsion stability of sponge cake by the
addition of γ-polyglutamic acid. JMST. 18(6): 895-900.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. SNI 01-
2891-1992. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Sumarna D. 2006. Proses degumming CPO (Crude Palm Oil) menggunakan
membran ultrafiltrasi. J Teknol Pert. 2(1): 24-30.
Surfiana. 2002. Formulasi Minuman Emulsi Kaya β-Karoten dari Minyak Sawit
Merah [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Syah ANA. 2010. Teknologi Mikroemulsi 48% Senyawa MCT (Medium Chain
Trigliceride) dari Virgin Coconut Oil (VCO) Untuk Produksi Minuman Penguat
Immunitas (Menekan Jumlah Leukosit dalam Darah <10.500/µl) dengan Tingkat
Kestabilan Emulsi dan Daya Simpan Minimal 1 Tahun. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Tan CP, Mirhosseini H, Aghlara A, Hamid NSA, Yusof S, Chern BH. 2008.
Influence of pectin and CMC on physical stability, turbidity loss rate, cloudiness
and flavor release of orange beverage emulsion during storage. Carbohyd
Polym. 73:83-91.
Wan PJ. 2000. Properties of Fat and Oils. Di Dalam O’Brien RD, Farr E, an
PJ, Editor: Introduction to Fats and Oil Technology. Illinoid: AOCS Pr.
Waysima, Adawiyah DR. 2011. Panduan Praktikum Evaluasi Sensori. Departemen
Ilmu dan Teknologi Pangan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[WHO] World Health Organization. 2009. Global Prevalence of Vitamin A
Deficiency in Populations at Risk 1995-2005. WHO Global Database on
Vitamin A Deficiency. Geneva (US): WHO.
Widayanto E. 2007. Optimasi Pemekatan Karotenoid pada Metil Ester Kasar
(Crude Methyl Ester) Minyak Sawit dengan Menggunakan Metode
Kromatografi Kolom Adsorpsi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama.
Winarti C, Nurdjanah N. 2005. Peluang tanaman rempah dan obat sebagai sumber
pangan fungsional. J Litb Pert. 24(2): 47-55.
Yang JS, Jiang B, Wen H, Xia YM. 2011. Hydrophobically modified alginate for
emulsion of oil in water. Carbohyd Polym. 87: 1503-1506.
29
Response 1
Component 1 Component 2 Faktor 3 Response 2
Run Stabilitas
A:Minyak B:Air C:Gelatin Viskositas (cP)
Emulsi (%)
1 30 70 GLT2 65.83 4
2 70 30 GLT2 100 930
3 50 50 GLT1 25 22
4 50 50 GLT2 25 20
5 60 40 GLT2 45.83 80
6 70 30 GLT1 100 1932
7 50 50 GLT1 25 22
8 40 60 GLT2 37.5 10
9 70 30 GLT2 100 970
10 40 60 GLT1 50 13
11 30 70 GLT1 58.33 5
12 70 30 GLT1 100 1980
13 60 40 GLT1 50 72
14 30 70 GLT1 60 4
15 30 70 GLT2 66.67 5
16 40 60 GLT2 37.5 10
30
Lampiran 3 Data stabilitas dan viskositas bahan emulsi stabilizer gum arab
Faktor 3 Response 1
Component 1 Component 2 Response 2
Run C:Gum Stabilitas
A:Minyak B:Air Viskositas (cP)
Arab Emulsi (%)
UJI HEDONIK
Produk : Minuman Emulsi Tanggal :
Nama : No HP :
Instruksi:
1. Lakukan pencicipan sampel minuman emulsi yang ada di hadapan anda satu
per satu secara berurutan dari kiri ke kanan. Ambil satu sendok sampel,
tempatkan pada sendok pencicip dan masukkan ke dalam mulut (ke atas lidah),
rasakan selama 5 detik kemudian telan. Setelah mencicipi satu sampel, lakukan
pembilasan lidah dengan meminum air tawar dan jeda waktu selama 30 detik,
untuk kemudian berpindah pada sampel berikutnya. Tidak diperbolehkan
membandingkan antara sampel satu satu sama lain. Tulis kode sampel pada
tabel dan berilah skor 1-7 untuk setiap sampel. Skor 1=sangat tidak suka,
2=tidak suka, 3=agak tidak suka, 4=biasa, 5=agak suka, 6= suka, dan 7= sangat
suka.
Skor
Kode
Rasa Warna Aroma Tekstur Overall
31
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 Rasa_Minuman_Emulsi_HF
3.33 70 1.558 .186
S10persen
Rasa_Minuman_Emulsi_HF
3.9571 70 1.61007 .19244
S15persen
Pair 1
Rasa_Minuman_Emulsi_
HFS10persen -
Rasa_Minuman_Emulsi_
HFS15persen
T -3.563
Df 69
Pair 1 Warna_Minuman_Emulsi_H
4.57 70 1.519 .182
FS10persen
Warna_Minuman_Emulsi_H
4.54 70 1.481 .177
FS15persen
Pair 1
Warna_Minuman_Emulsi_
HFS10persen -
Warna_Minuman_Emulsi_
HFS15persen
T .265
Df 69
Pair 1 Aroma_Minuman_Emulsi_H
4.54 70 1.510 .181
FS10persen
Aroma_Minuman_Emulsi_H
4.63 70 1.321 .158
FS15persen
Pair 1
Aroma_Minuman_Emulsi_
HFS10persen -
Aroma_Minuman_Emulsi_
HFS15persen
T -.644
Df 69
Pair 1 Tekstur_Minuman_Emulsi_H
4.29 70 1.515 .181
FS10persen
Tekstur_Minuman_Emulsi_H
4.41 70 1.378 .165
FS15persen
Pair 1
Tekstur_Minuman_Emulsi
_HFS10persen -
Tekstur_Minuman_Emulsi
_HFS15persen
T -.932
Df 69
Pair 1 Overall_Minuman_Emulsi_H
3.77 70 1.353 .162
FS10persen
Overall_Minuman_Emulsi_H
4.31 70 1.186 .142
FS15persen
Pair 1
Overall_Minuman_Emulsi
_HFS10persen -
Overall_Minuman_Emulsi
_HFS15persen
T -4.289
Df 69
Jadi:
PR SKRIPSI
1. Berapa nilai mol konversi β-karoten menjadi mol vitamin A yang diserap
oleh tubuh?
2. Jelaskan karakteristik stabilizer cmc, gelatin, dan gum arab!
3. Apakah perbedaan makanan fungsional dan makanan suplemen?
4. Apakah alasan pemilihan minuman emulsi?
5. Apakah alasan penambahan high fructose syrup (HFS) pada minuman
emulsi?
6. Jelaskan hubungan masa simpan dengan stabilitas emulsi!
7. Sebutkan contoh-contoh emulsifier dan stabilizer!
8. Gambarkan dan jelaskan struktur molekul vitamin A dan proses pemecahan
struktur β-karotennya!
Jawab :
a. Sesuatu yang dikonsumsi secara oral dalam dosis tertentu dalam bentuk
pil, kapsul, bubuk, atau cairan.
b. Sesuatu yang diharapkan dapat ditambahkan ke dalam pola makan yang
normal.
c. Sesuatu yang telah dinyatakan dapat memengaruhi kesehatan pada label
kemasan maupun pada media promosi (brosur atau katalog), dan sesuatu
yang termasuk ke dalam tiga kategori.
4. Terkait isu fortifikasi vitamin A pada minyak goreng. Menurut Hariyadi
(2002) stabilitas vitamin A dipengaruhi oleh keberadaan katalis/
kontaminan/logam-logam, keberadaan inhibitor (BHA, BHT, dan
sebagainya), keberadaan air, tingkat keasaman (pH), keberadaan oksigen,
paparan suhu, paparan cahaya (terutama ultraviolet), dan waktu. Fortifikasi
vitamin A kurang sesuai jika diterapkan pada minyak goreng karena pada
penggunaan minyak goreng, minyak mengalami pemanasan sehingga
menurunkan kandungan vitamin A-nya. Oleh karena itu dipilih minuman
emulsi minyak sawit sebagai mediator vitamin A karena minyak sawit
mengandung β-karoten yang merupakan provitamin A. Harapannya vitamin
A yang diserap oleh tubuh bisa lebih optimal karena dapat dikonsumsi
langsung tanpa harus mengalami pemanasan terlebih dahulu, seperti minyak
goreng.
5. Menurut Prahastuti (2011) fruktosa digunakan sebagai pemanis oleh industri
makanan karena mempunyai rasa paling manis diantara jenis karbohidrat
lainnya, bahkan 1.7 kali lebih manis bila dibandingkan sukrosa dengan
harga yang relatif murah.
6. Menurut Nielloud dan Mestres (2000) emulsi dengan stabilitas emulsi 50%
atau kurang merupakan emulsi yang tidak stabil, sedangkan stabilitas emulsi
minimal 95% dapat tahan hingga lebih dari satu tahun. Artinya semakin
tinggi tingkat stabilitas emulsi makan semakin tinggi pula masa simpannya.
7. Contoh emulsifier : telur, kuning dan putih telur, lesitin, tepung kanji, tween
20, tween 80, dan polysorbat 60.
Contoh stabilizer : CMC, gum xantan, gum arabik, karagenan, gum
tragakan, gelatin, agar, dan alginat, pektin, furselan, polivinil pirolidin
(PVP), polimer karboksivinil (karbopol), dan polimer polietilen oksida
(poliox).
8. Vitamin A dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk prekursor (provitamin).
Provitamin A terdiri dari α, β, dan γ-karoten. β-karoten merupakan pigmen
kuning dan salah satu jenis antioksidan yang memegang peran penting
dalam mengurangi reaksi berantai radikal bebas dalam jaringan. Provitamin
A merupakan hasil pembentukan dari β-karoten. Sehingga saling terkait
antara satu dengan yang lain (Novotny et al. 2010).
Struktur kimia inilah yang dibutuhkan dalam tubuh untuk dapat memenuhi
kebutuhan vitamin A baik berupa suplemen ataupun makanan alami dari
sayuran dan lauk pauk. Retinol dan retinal mudah dirusak oleh oksidasi
terutama dalam keadaan panas dan lembab dan bila berhubungan dengan
mineral mikro atau dengan lemak/minyak yang tengik. Inilah bentuk dari
sifat vitamin A. Vitamin dalam bentuk ester asetat atau palmitat bersifat
lebih stabil dibanding bentuk alkohol maupun aldehid. vitamin A bersifat
tidak stabil. Guna menciptakan kestabilannya, maka dapat diambil langkah-
langkah, yaitu secara kimia, dengan penambahan antioksidan dan secara
mekanis dengan melapisi tetesan-tetesan vitamin A dengan lemak stabil,
gelatin atau lilin, sehingga merupakan butiran-butiran kecil. Melalui teknik
tersebut, maka sebagian besar vitamin A bisa dilindungi dari kontak
langsung dengan oksigen (Azrimaidaliza 2007).