Anda di halaman 1dari 13

1

KOREKSI VISUS “TRIAL AND ERROR”

Sebagaimana halnya penilaian tanda-tanda vital merupakan bagian dari

pemeriksaan fisik, setiap pemeriksaan mata harus mencakup penilaian ketajaman

penglihatan, tidak perduli apakah ketajaman penglihatan disebut atau tidak

sebagai bagian dari keluhan utama. Penglihatan yang baik adalah hasil kombinasi

jalur visus neurologic yang utuh, mata yang secara structural sehat dan dapat

memfokuskan secara tepat. Sebagai analogi sebuah kamera video, agar dapat

berfungsi dengan baik, memerlukan kabel yang utuh, kotak kamera yang utuh,

dan focus yang tepat. Penilaian ketajaman penglihatan lebih bersifat subyektif

daripada obyektif, karena memerlukan respon dari pihak pasien.

Refraksi

Titik jauh mata tanpa bantuan bervariasi pada orang normal, tergantung

bentuk mata dan kornea. Mata emetrop secara alami berfokus optimal pada

penglihatan jauh. Mata ametrop (myopia, hyperopia dan astigmatik) memerlukan

lensa koreksi agar terfokus dengan baik untuk jarak jauh. Gangguan optic ini

disebut kesalahan refraksi. Refraksi adalah prosedur untuk menetapkan dan

menghitung kesalahan optic alami ini.

Tes Penglihatan Sentral

Ketajaman penglihatan sentral diukur dengan memperlihatkan sasaran

dengan berbagai ukuran yang terpisah pada jarak standar dari mata. Misalnya

menggunakan “Kartu Snellen” yang biasa terdiri dari deretan huruf yang tersusun
2

mengecil untuk menguji penglihatan jarak jauh. Setiap baris ditandai sebuah

angka yang disesuaikan jaraknya, dalam kaki ataupun meter, dan semua huruf

dalam baris tersebut dapat dibaca oleh mata normal.

Sesuai konvensi, ketajaman penglihatan dapat diukur pada jarak jauh 6

meter atau pada jarak dekat 30cm. untuk keperluan diagnosis, ketajaman jarak

adalah standar untuk perbandingan dan selalu diuji bagi masing-masing mata

secara terpisah. Ketajaman diberi skor dengan dua angka (misal 20/40). Nilai

pertama adalah jarak tes dalam kaki antara “kartu snellen” dan pasien, dan nilai

kedua adalah baris huruf terkecil yang dapat dibaca mata pada pasien normal.

Gambar 1. Kartu Snellen

Kartu yang berisi angka dapat dipakai bagi pasien yang tidak terbiasa

dengan abjad inggris. Kartu “E-buta huruf” dipakai untuk menguji anak-anak

kecil atau yang memiliki hambatan bahasa. Gambar “E” secara acak diputar

dengan orientasi yang berbeda. Untuk setiap sasaran, pasien diminta menunjukan
3

arah yang sesuai dengan arah ketiga “batang” gambar E. kebanyakan anak dapat

dites dengan cara ini sejak usia 3,5 tahun.

Gambar 2. Kartu E-buta huruf

Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan

penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata

yang mengakibatkan turunnya visus. Visus perlu dicatat pada setiap mata yang

memberikan keluhan mata.

Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan Optotype

Snellen, kartu Cincin Landolt, kartu uji E, dan kartu uji Sheridan/Gardiner.

Optotype Snellen terdiri atas sederetan huruf dengan ukuran yang berbeda dan

bertingkat serta disusun dalam baris mendatar. Huruf yang teratas adalah yang

besar, makin ke bawah makin kecil. Penderita membaca Optotype Snellen dari

jarak 6 m, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan

beristirahat atau tanpa akomodasi. Pembacaan mula-mula dilakukan oleh mata


4

kanan dengan terlebih dahulu menutup mata kiri. Lalu dilakukan secara

bergantian. Tajam penglihatan dinyatakan dalam pecahan. Pembilang

menunjukkan jarak pasien dengan kartu, sedangkan penyebut adalah jarak pasien

yang penglihatannya masih normal bisa membaca baris yang sama pada kartu.

Dengan demikian dapat ditulis rumus:

V=d/D

V = Ketajaman Penglihatan (visus)

d = Jarak yang dapat dilihat oleh penderita

D : Jarak yang dapat dilihat oleh mata normal

Metoda, Kelainan, serta Alat yang diperlukan

a. Pemeriksaan Tajam Penglihatan


Dipakai kartu Snellen yang berisikan berbagai ukuran huruf atau angka.

Untuk anak kecil yang belum bisa membaca digunakan kartu snellen

bentuk huruf “E” (gambar 2) atau gambar-gambar benda/ binatang yang

mudah dikenal. Kartu snellen ini ditempatkan pada jarak 6 meter didepan

penderita dengan pencahayaan yang cukup tetapi tidak menyilaukan.


b. Uji Lubang Kecil (Pin-Hole test)
Adalah untuk mengetahui apakah tajam penglihatan yang kurang

disebabkan oleh kelainan refraksi atau bukan. Bila terdapat perbaikan

tajam penglihatan dengan menggunakan pin hole berarti ada kelainan

refraksi, sebaliknya bila terjadi kemunduran tajam penglihatan berarti

terdapat gangguan pada media penglihatan.


c. Uji Pengkabutan (fogging test)
Digunakan untuk pemeriksaan astigmat dengan menggunakan lensa positif

untuk mengistirahatkan akomodasi. Dengan mata istirahat pasien melihat

kea rah juring astigmat (Gambar ruji-ruji), bila garis vertical terlihat jelas
5

berarti garis ini terproyeksi dengan baik di retina dan diperlukan koreksi

bidang vertical menggunakan lensa silinder negative dengan (axis) 180

derajat, kekuatan lensa silinder ditambahkan hingga garis-garis pada juring

astigmat tempak sama jelas.

Gambar 3. Juring Astigmat


d. Uji Silinder Silang (Croos – Cylinder Jackson)
Dua lensa silinder yang sama tetapi dengan kekuatan lensa yang

berlawanan misalnya silinder – 0,25 dan + 0,25 diletakkan dengan sumbu

saling tegak lurus sehingga ekivalen sferisnya nihil. Digunakan untuk

melihat koreksi silinder pada kelainan astigmat sudah cukup atau belum.
e. Uji Keseimbangan Merah – Hijau
Diperiksa Satu persatu mata dengan melihat kartu merah – hijau yang ada

huruf diatasnya, bila huruf diatas warna hijau tampak lebih jelas berarti

mata dalam kondisi myopia.


f. Uji Dominan Mata
Untuk mengetahui mata dominan pada anak. Satu mata ditutup kemudian

mata yang lainnya. Bila mata yang dominan ditutup maka anak akan

menggerakkan kepalanya untuk melihat benda dengan mata yang

dominan.

Pemeriksaan Visus Dengan Kartu Snellen


Dengan Optotype Snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau

kemampuan melihat seseorang, seperti :


6

1. Bila visus 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang

oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter..
2. Bila visus adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter

yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
3. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka

dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada

jarak 60 meter.
4. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang

diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan

pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yang

berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.


5. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan visus pasien yang

lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau

lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti visus adalah 1/300.


6. Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak

dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam

penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak

berhingga.
7. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan

penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total.

SOP PEMERIKSAAN VISUS

Definisi :

Prosedur ini digunakan untuk mengukur ketajaman penglihatan individu. Prosedur

Pemeriksaan Mata ini dilakukan dengan menggunakan Kartu Snellen dan Pinhole.

Alat :
1. Kartu snellen
2. Buku pencatat

Tahap I. Pengamatan:
7

Pemeriksa memegang senter perhatikan:


1. Posisi bolamata: apakah ada juling
2. Konjungtiva: ada pterigium atau tidak
3. Kornea: ada parut atau tidak
4. Lensa: jernih atau keruh/ warna putih

Tahap II. Pemeriksaan Tajam Penglihatan Tanpa Pinhole:


1. Pemeriksaan dilakukan di tempat yang cukup terang, responden tidak

boleh menentang sinar matahari.


2. Gantungkan kartu Snellen atau kartu E yang sejajar mata responden

dengan jarak 6 meter.


3. Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan.
4. Mata kiri responden ditutup dengan telapak tangannya tanpa menekan

bolamata.
5. Responden disuruh baca huruf dari kiri-ke kanan setiap baris kartu Snellen

atau memperagakan posisi huruf E pada kartu E dimulai baris teratas atau

huruf yang paling besar sampai huruf terkecil.


6. Penglihatan normal bila responden dapat membaca sampai huruf terkecil.
7. Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca huruf atau

memperagakan posisi huruf E KURANG dari setengah baris maka yang

dicatat ialah baris yang tertera angka di atasnya.


8. Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca huruf atau

memperagakan posisi huruf E SETENGAH baris atau LEBIH dari

setengah baris maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka tersebut.

Pemeriksaan Tajam Penglihatan dengan HITUNG JARI:


9. Bila responden belum dapat melihat huruf teratas atau terbesar dari kartu

Snellen atau kartu E maka mulai HITUNG JARI pada jarak 3 meter (tulis

3/60).
10. Hitung jari 3 meter belum bisa terlihat maka maju 2 meter (tulis 2/60), bila

belum terlihat maju 1 meter (tulis 1/60).


11. Bila belum juga terlihat maka lakukan GOYANGAN TANGAN pada jarak

1 meter (tulis 1/300).


8

12. Goyangan tangan belum terlihat maka senter mata responden dan tanyakan

apakah responden dapat melihat SINAR SENTER (tulis 1/~)


13. Bila tidak dapat melihat sinar disebut BUTA TOTAL (tulis 00/000).

Tahap III, Pemeriksaan Tajam Penglihatan dengan PINHOLE:


1. Bila responden tidak dapat melanjutkan lagi bacaan huruf di kartu Snellen

atau kartu E atau hitung jari maka pada mata tersebut dipasang PINHOLE.
2. Hasil pemeriksaan pinhole ditulis dalam kotak dengan pinhole. Cara

penulisan huruf yang terbaca sama dengan cara pemeriksaan tanpa

pinhole.
3. Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya sampai baris

paling bawah (normal, 20/20) berarti responden tersebut GANGGUAN

REFRAKSI.
4. Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya tetapi tidak

sampai baris normal (20/20) pada usia anak sampai dewasa berarti

responden tersebut GANGGUAN REFRAKSI dengan mata malas.


5. Bila dengan pinhole responden tidak dapat melanjutkan bacaan huruf atau

memperagakan posisi huruf E maka disebut KATARAK.

Mengukur Kekuatan Lensa Sferis (trial and error)


1. Memasang kacamata percobaan pada posisi yang tepat (=PD jauh)
2. Pasang penutup (occluder) di depan salah satu mata yang tidak diperiksa
3. Penderita diperintahkan melihat snellen chart dari jarak 6 meter
4. Meletakkan lensa S+ atau S- tergantung bertambah terang atau tidak pada

mata yang diperiksa. Tambah kekuatan lensa sampi didapatkan visus 1,0 (-

Trial and Error)


5. Bila miopi : dipilih untuk kacamata lensa S- terkecil yang memberi

penglihatan terbaik
6. Bila hipermetropi: dipilih lensa S+ terbesar
9

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, dkk, 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran Edisi ke-2. Sagung Seto : Jakarta. Hh 27-18
2. Vaughan D, 2000. Oftalmologi umum. Widya Medika : Jakarta. Hh. 31-34
3. Nurfadilah, 2012. Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan Oftalmik.
Diambil dalam : http://nurfadilahalfianti.wordpress.com/2012/10/11/standar-
operasional-prosedur-pemeriksaan-oftalmik/
10

TUGAS

KOREKSI VISUS “TRIAL AND ERROR”

Pembimbing:

dr. Teguh Anamani, SpM

Disusun oleh:

Radian Anom Wiralabda


G1A211055
11

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MATA


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2013
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS

KOREKSI VISUS “Trial and Error”

\
Disusun oleh:

Radian Anom Wiralabda


G1A211055

Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu
prasyarat mengikuti ujian kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan MATA
RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto.
12

Purwokerto, Juli 2013

Pembimbing:

dr. Teguh Anamani, SpM


13

Anda mungkin juga menyukai