Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

MEKANISME CEDERA KAKI

Dosen Pembimbing Klinik:

dr. Samuel Zacharias, Sp.B

Disusun Oleh:

RAWUNG PRATAMA IMANUEL (42170210)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RUMAH SAKIT EMANUEL KLAMPOK

PERIODE 20 Agustus 2018 – 1 September 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA

2018
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat

dan tuntunan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan referat dengan judul

“Asessment Anestesi Pra Bedah”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak

yang senantiasa membantu, mendukung, membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan referat ini, yaitu:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan berkat, kekuatan, penyertaan serta

tuntunan kepada penulis selama proses penulisan referat.

2. dr. Samuel Zacharias, Sp.B selaku Dosen Pembimbing Klinik di RS Emanuel Klampok

yang telah membimbing dan memotivasi kami untuk menjadi dokter yang penuh kasih,

terampil dan berwawasan luas melalui referat ini.

3. dr. Hariatmoko, Sp.B FINACS selaku Dosen Pembimbing Klinik di RS Bethesda

Yogyakarta yang senantiasa membimbing dan memotivasi kami untuk selalu melayani

pasien secara komprehensif.

4. Keluarga yang selalu memberikan semangat, doa dan dukungan baik moril maupun

materil dalam setiap langkah.

5. Untuk Intan Sompie yang senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi dalam

penulisan referat ini

6. Seluruh sejawat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana yang selalu

memberikan rasa kebersamaan dan dukungan.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

pelaksanaan dan penyelesaian beban ilmiah ini baik dalam bentuk doa maupun

dukungan.
3

Seluruh bantuan dan dukungan dari semua pihak, penulis ucapkan banyak terimakasih,

kiranya Tuhan dapat membalas dengan sukacita dan berkat yang melimpah. Penulis menyadari

bahwa dalam karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mohon saran

dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Referat ini. Semoga referat ini dapat

bermanfaat bagi masyarakat luas dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu

kedokteran

Yogyakarta, 16 agustus 2018

Rawung Pratama Imanuel


4

DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………….......……………….......................1

Kata Pengantar…………………………………………………………….…........................2

Daftar Isi…………………………………………………………...…………….....................4

BAB I. PENDAHULUAN……………………………...……………………….....................5

1.1.Latar Belakang…………………………………………..………………….....................5

1.2.Rumusan Masalah……………………………………………..……………....................5

1.3.Tujuan……………………………………………...………………………......................5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………...……......................6

2.1. Mekanisme Cedera Kaki……………………………………………..….........................6

2.1.1. Definisi.....................………….........…………………………………….......................6

2.1.2. Klasifikasi berdasarkan berat ringan ceder…………………..…......….....................6

2.1.3. Klasifikasi berdasarkan jaringan yang terkena……….…..........................................7

2.2. Jenis Cedera Kaki ……………………………...……..……………….…………...…..10

2.2.1. Cedera Pada Pergelangan Kaki………………………………………………...……10

2.2.2. Cedera Pada Kaki………………………..……………………………………...……14

2.2.3. Cedera Pada Kaki…………………………………………………………………….16

BAB III. KESIMPULAN………………………………………………………...................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18
5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain sehingga

manusia harus memiliki kemampuan untuk bergerak atau melakukan aktivitas demi

memenuhi kebutuhan bersama. Dalam melakukan aktivitas tersebut harus mempunyai

kondisi tubuh yang sehat. Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik

secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.

Anggota gerak pada manusia merupakan hal yang sangat penting sepanjang daur

kehidupan manusia, baik anggota gerak atas maupun anggota gerak bawah. Dalam

kehidupan manusia sering ditemukan beragam penyakit yang mengenai anggota gerak yang

disebabkan oleh trauma. Trauma merupakan keadaan dimana seseorang mengalami cidera

oleh sebab tertentu. Penyebab utama trauma adalah kecelakaan lalu lintas, kerja dan

olahraga. Kaki dan pergelangan kaki sangat berperan penting dalam melakukan aktivitas

seperti berdiri, berjalan, berlari ataupun melompat, saat melakukan aktivitas tersebut kaki

dan pergelangan kaki merupakan pusat tumpuan berat badan sehingga sering menjadi

sasaran cedera, yaitu biasa terjadi sprain strain, dislokasi, laserasi dan fraktur.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan cedera kaki?

2. Bagaimana mekanisme terjadinya cedera kaki ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami mengenai mekanisme cedera kaki

2. Untuk mengetahui mengenai macam-macam penyebab terjadinya cedera kaki


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mekanisme Cedera Kaki

2.1.1 Definisi

Cedera adalah kerusakan fisik yang terjadi ketika tubuh manusia tiba-tiba mengalami

penurunan energi dalam jumlah yang melebihi ambang batas toleransi fisiologi atau akibat

kurangnya salah satu atau lebih elemen penting seperti oksigen (WHO,2014)

2.1.2 Klasifikasi berdasarkan berat ringan cedera

Berdasar berat ringannya, cedera dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Cedera Ringan Cedera yang tidak diikuti kerusakaan yang berarti pada

jaringan tubuh kita, misalnya kekakuan otot dan kelelahan. Pada cedera ringan

biasanya tidak diperlukan pengobatan apapun, dan cedera akan sembuh dengan

sendirinya setelah beberapa waktu.

2. Cedera Berat Cedera yang serius, dimana pada cedera tersebut terdapat

kerusakan jaringan tubuh, misalnya robeknya otot atau ligamen maupun patah

tulang. Kriteria cedera berat:

 Kehilangan substansi atau kontinuitas

 Rusaknya atau robeknya pembuluh darah

 Peradangan lokal (ditandai oleh kalor/panas,

rubor/kemerahan, tumor/bengkak, dolor/nyeri, fungsi-

olesi/tidak dapat digunakan secara normal).


7

2.1.3 Klasifikasi berdasarkan jaringan yang terkena

A. Cedera Jaringan Lunak kaki

Yang termasuk jaringan lunak adalah:

- Skin (kulit)

- Connective tissue (jaringan ikat): Tendon, ligamen, fascia dan membran

synovial.

- Non connective tissue: Pembuluh darah, syaraf, dan otot

Beberapa cedera jaringan lunak kaki:

Cedera pada Kulit Cedera yang paling sering adalah ekskoriasi (lecet),

laserasi (robek), maupun punctum (tusukan).

1. Ekskoriasi (lecet) Luka yang terjadi karena adanya gesekan dengan benda rata, misal

tanah, aspal

Gambar 1 Eksoriasi
8

2. Laserasi (luka sobek) Luka yang disebabkan oleh benda tajam

Gambar 2 Laserasi

3. Luka Punctum yang disebabkan oleh suatu tusukan.

Gambar 3. Luka tusukan

B. Cedera pada otot/tendon dan ligament kaki

1. Strain Adalah cedera yang terjadi pada otot dan tendon. Biasanya disebabkan

oleh adanya regangan yang berlebihan. Gejala: Nyeri yang terlokalisasi,

kekakuan, bengkak, hematom di sekitar daerah yang cedera.


9

Gambar 4. Strain otot yang paling sering terjadi pada otot medial
gastrocnemius.

2. Sprain Adalah cedera yang disebabkan adanya peregangan yang berlebihan

sehingga terjadi cedera pada ligamen. Gejala: nyeri, bengkak, hematoma, tidak

dapat menggerakkan sendi, kesulitan untuk menggunakan extrimitas yang

cedera.

Sprain dapat dibagi menjadi 3 derajat: Derajat I: terjadi over-streched ligamen,

cedera secara mikroskopik, tapi tidak terjadi suatu robekan Derajat II: terjadi

robekan parsial dari ligamen Derajat III: terjadi robekan total dari ligamen. Ini

merupakan derajat terparah dari suatu sprain.

Gambar 5 Derajat Srain


10

C. Cedera Jaringan Keras kaki

Cedera ini terjadi pada tulang atau sendi. Dapat ditemukan bersama dengan cedera

jaringan lunak. Yang termasuk cedera ini:

1. Fraktur (Patah Tulang)

Yaitu diskontinuitas struktur jaringan tulang. Penyebabnya adalah tulang

mengalami suatu trauma (ruda paksa) melebihi batas kemampuan yang mampu

diterimanya. Bentuk dari patah tulang dapat berupa retakan saja sampai dengan

hancur berkeping-keping.

2.2 Jenis Cedera Kaki

2.2.1 Cedera Pada Pergelangan Kaki

Pergerakan pada sendi pergelangan kaki hanya terjadi pada suatu arah yaitu

fleksi plantar dan dorsofleksi. Gerakan abduksi, aduksi dan rotasi intern serta

ektern yang dipaksakkan dapat menyebabkan robekan ligament dan atau fraktur

malleolus yang umumnya merupakan patah tulang interartikuler. (Dejong, W.,

Sjamsuhidajat, R. 2005)

a. Distorsi pergelangan kaki

Distorsi pada ligament lateral terjadi jika kaki mengalami gerak inversi

yang dipaksakan melalui sendi subtalar dan aduksi yang dipaksakan melalui

sendi pergelangan kaki. Misalnya terjadi pada seseorang yang jatuh pada posisi

inversi yang menyebabkan ligament teregang hebat dan sebagian bisa robek.

b. Ruptur ligament lateral

Ruptur ligament lateral dapat terjadi oleh mekanisme yang sama dengan

distorsi pergelangan kaki. Robekan ligament lateral dapat juga terjadi, terutama

jika pergelangan kaki mengalami subluksasi atau dislokasi.


11

c. Fraktur pergelangan kaki

Fraktur pergelangan kaki yang disebut patah tulang Pott dapat

dikelompokan menurut derajat beratnya cedera yaitu cedera derajat satu jika

mengenai satu malleolus, cedera derajat du ajika mengenai dua malleolus atau

satu maleolus dan satu ligament, cedera derajat tiga jika mengenai tiga

maleolus termasuk maleolus ketiga, yaitu tepi belakang tibia atau jika

mengenai dua maleolus dengan satu ligament.

a. Fraktur maleolus media

Ada dua macam cedera yang dapat menyebabkan fraktur

maleolus medialis, yaitu cedera abduksi yang mengakibatkan avulsi

maleolus medialis di bawah garis sendi dengan garis fraktur sejajar arah

sendi dan cedera abduksi yang menyebabkan fraktur maleolus medialis

pada garis sendi dengan garis fraktur miring ke kranial. Pada cedera

abduksi, maleolus medialis ditarik lepas oleh ligament kolateralis

medialis, sedaangkan pada cedera aduksi maleolus medialis didorong

terlepas oleh tulang talus.

 Sendi pergelangan kaki yang terbentuk garpu dengan gerakan

melalui satu sumbu. Ketiga sistem ligamen membentuk lingkar

tulang yang kokoh; konsep lingkar tulang, ligament kolateral

medial (1) ligament kolateral lateral (2) ligament tibiofibular.


12

 Cedera aduksi (arah vanus menyebabkan fraktur tulang medial

dengan garis fraktur yang miring ke proksimal. Bila ligament

kolateral tidak putus, tentu dapat terjadi fraktur avulsi maleolus

lateral.

 Cedera abduksi (arah valgus) menyebabkan fraktur tulang

avulsi maleolus medial karena tertarik bila ligament kolateral

medial tetap utuh. Maleolus lateral dapat ikut patah karena

terdorong ke lateral.

b. Fraktur Maleolus Lateralis

Fraktur maleolus lateral terjadi akibat cedera dengan tekanan

kearah abduksi dan rotasi ekstern.

Fraktur tulang maleolus karena abduksi valgus:


13

 Distorsi ligamen kolateral medial; sendi tetap stabil

 Ruptur ligament kolateral medial; sendi tak stabil, garis sendi

pada gambar B tidak sejajar dan ada ruang menganga.

 Fraktur tulang bimaleolar: avulsi maleolus medial (1) patah

tulang maleolus lateral menjadi patah tulang fibula. (2)

rupture ligamen tibiofibular. (3) pada reposisi tibia dan fibula

harus dirapatkan kembali karena sendi garpu menjadi terlalu

lebar sehingga persendian menjadi longgar.


14

 Fraktur tulang fibula distal dengan ruptur ligament tibia dan

fibula tanpa kelainan disebelah medial. Sendi menjadi longgar

namun cedera ini Jarang terjadi.

2.2.2 Cedera Pada Kaki

a. Fraktur Talus

Penyebab tersering fraktur talus adalah ruda paksa kaki dengan posisi

dorsofleksi maksimal, misalanya pada seorang pengemudi mobil yang

mengalami tabrakan dengan kaki yang menginjak pedal. Jika cedera demikian

hebat, corpus talus dapat mengalami dislokasi kearah posterior. Tulang talus

seperti tulang skafoid pada tangan, tidak dilekati oleh otot dan sebagaian

permukaannya dilapisi tulang rawan sendi sehingga tidak cukup banyak

mendapat vaskularisasi yang cukup. Oleh karena itu fraktur leher talus dapat

menyebabkan nekrosis avascular pada bagian korpusnya. (Dejong, W.,

Sjamsuhidajat, R. 2005)
15

Gambar 5 Fraktur Talus

b. Fraktur Kalkaneus

Kalkaneus merupakan tulang spongiosa dengan korteks yang tipis. Kalkaneus

mendapat darah yang cukup banyak. Jatuh dari ketinggian dengan bertopang pada

satu atau dua kaki merupakan penyebab paling sering. Pada keadaan itu dapat juga

terjadi patah tulang kompresi pada vertebratorakolumbal (Dejong, W., Sjamsuhidajat,

R. 2005)

c. Fraktur Metatarsal

Fraktur metatarsal sering terjadi bila dorsum kaki tertimpa benda berat atau

terlindas oleh roda kendaraan. Biasanya terjadi fraktur pada beberapa metatarsal

sekaligus.

Fraktur pada metatarsal II kadang ditemukan sebagai fraktur berbasis, yaitu

fraktur yang disebabkan oleh pembebanan terus-menerus yang lama pada berbaris

jarak Panjang atau lari marathon. (Dejong, W., Sjamsuhidajat, R. 2005)


16

2.2.3 Cedera Jari Kaki

Umumnya cedera jari kaki disebabkan oleh kaki terbentur barang keras atau

karena kejatuhan barang berat. (Dejong, W., Sjamsuhidajat, R. 2005)


17

BAB III

KESIMPULAN

Cedera adalah kerusakan fisik yang terjadi ketika tubuuh manusia tiba-tiba

mengalami penurunan energi dalam jumlah yang melebihi ambang batas toleransi

fisiologi atau akibat kurangnya salah satu atau lebih elemen penting seperti oksigen.

Cedera dapat mengakibatkan suatu gangguan dalam melakukan aktivitas yang dapat

mengakibatkan fraktur, laserasi,dislokasi strain dan sprain pada kaki.


18

DAFTAR PUSTAKA

1. Dejong, W. Sjamsuhidajat, R. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

2. Hardianto W. Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga. 2005. Jakarta:EGC.

3. Tobing AL. Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Handout Lecture. Diunduh dari

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/00d0379f8e696a1ca73bcd55feb6757427

9e869d. pdf.

4. Ilyas E. Cedera Olahraga dan Penatalaksanaannya. Handout pada Seminar Sport

Inuries, Hotel Gran Melia, Jakarta. BSN. 2009.

Anda mungkin juga menyukai